• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG” 2.Identifikasi Masalah

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Penelitian

2. Buku Sebagai Bahan Ajar

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peserta didik dan pendidik (pendidik) membutuhkan berbagai macam perangkat penunjang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perangkat yang mampu menunjang kegiatan belajar di dalam kelas dapat berupa bahan ajar. Dimana pengertian bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dan instruktur sekolah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.36

Bahan ajar memiliki beberapa pengertian, menurut Andi, bahan ajar memiliki perbedaan dengan sumber belajar, dimana bahan ajar adalah bahan jadi yang merupakan hasil ramuan dari bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang siap disajikan kapada peserta didik, dan secara aktual dirancang secara sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara utuh dalam kegiatan pembelajaran walaupun dijual dalam pasar bebas.37

Sedangkan menurut Suhardjono, pengertian bahan ajar dalam lingkup perkuliahan adalah “materi perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan”.38

a. Macam-macam Bahan Ajar

Menurut Andi, berdasarkan bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

Tabel 2.1 Macam-macam Bahan Ajar Menurut Bentuknya39

No Bentuk Bahan Ajar

Pengertian Contoh

36Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar, 2015, h. 1 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

37 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 31-32

38Suhardjono, Menyusun Bahan Ajar Agar Tujuan Perkuliahan Tercapai dengan Lebih Menyenangkan, 2014, h. 4 , (http://suhardjono.lecture.ub.ac.id)

1 Cetak sejumlah bahan yang dapat disiapkan dalam kertas, yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket

2 Dengar semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara

langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang

Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio

3 Pandang Dengar (audiovisual)

Segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial

Video compact disk dan film

4 Interaktif Kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan

Compact disk interactive

untuk

mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku aami dari suatu presentasi

Sedangkan menurut Ika, macam-macam bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi 2, yaitu:40

1) Bahan Cetak: modul, buku, teks, lembar kerja siswa, petunjuk belajar, handout, brosul, dan leaflet.

2) Bahan NonCetak: audio pembelajaran, video pembelajaran, multimedia interaktif, dan bahan belajar berupa online.

.

b. Buku

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan oleh Suhardjono dan Asep mengenai macan-macam bahan ajar berdasarkan bentuknya, terdapat satu kesamaan macam bentuk bahan ajar yaitu bahan ajar cetak atau printed materials dengan salah satu contohnya adalah buku. Buku merupakan suatu perangkat yang sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa maupun pendidik.

Buku mengandung berbagai informasi yang mampu memperluas wawasan pembacanya, selain itu juga mampu memberikan inspirasi agar terciptanya gagasan baru, hal ini dikarenakan buku mampu memberikan pengetahuan mengenai apa yang terjadi pada masa lalu, masa sekarang, dan kemungkinan masa yang akan datang.41

Terdapat beberapa rumusan definisi mengenai buku, “dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambaran yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan, dilubangi, dan diikat

40 Kurniawati, Op. cit., h. 9-10 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

atau dijilid muka dan belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu”.42

Sedangkan dalam arti sempit pengertian buku merupakan suatu kertas berjilid yang menjadi satu kesatuan dimana didalamnya terdapat informasi.43

Sedangkan menurut pandangan lain, buku adalah media pengarang untuk menuangkan pemikiran dan ilmu pengetahuannya dalam rupa bahan tertulis.44

Walaupun terdapat berbagai pengertian mengenai buku, namun secara garis besar buku memiliki arti sebuah bahan tertulis yang didalamnya terdapat berbagai informasi baik informasi masa lalu, masa sekarang dan memungkinkan di masa yang akan datang, dan dapat juga berisi ilmu pengetahuan serta pemikiran pengarangnya, dimana media yang digunakan untuk menulis dapat berupa kertas, kulit, kain, karton, atau kayu yang dijilid.

Dalam bidang pendidikan, buku memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan siswa yang kreatif dan berkembang positif dalam berbagai aspek. Hal ini dikarenakan buku mampu memberikan dan meningkatkan pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki siswa mengenai berbagai bidang kehidupan berupa diri, masyarakat, budaya, dan alam sekelilingnya, maupun tentang Tuhan yang menciptakan semua itu.45 Oleh karena itu sudah seharusnya buku pendidikan mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah, pengarang, bahkan para pendidik agar buku pendidikan yang berada di pasaran layak digunakan oleh siswa dan dapat meningkatkan kreatifitas, dan ilmu pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, “bahwa buku berperan penting dan strategis dalam upaya meningkatkan mutu

42Ibid., h.12 43Ibid., h.13

44 Prastowo, op, cit., h.166

45Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)

pendidikan, sehingga perlu ada kebijakan pemerintah mengenai buku bagi peserta didik”.46

Dalam dunia pendidikan, dikenal beberapa jenis buku yang mampu menunjang jalannya proses pembelajaran siswa di sekolah maupun di rumah. Selain buku yang diperuntukan untuk siswa, terdapat juga buku yang diperuntukan khusus untuk guru yaitu buku pegangan yang dijadikan referensi dan pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menteri Pendidikan Nasional dalam Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 mengkategorisasikan buku menjadi (a) buku teks pelajaran, (b) buku panduan pendidik, (c) buku pengayaan, (d) buku referensi, dengan penjelasan dari masing-masing buku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

2) Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.

3) Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi.

46 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, 2014, h.106

4) Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas.47

Untuk pembahasan selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam mengenai buku pengayaan dan bagaimana cara atau teknik menyusun buku pengayaan

c. Buku suplemen atau buku pengayaan

Dalam kamus bahasa Indonesia, suplemen memiliki arti tambahan atau lampiran pelengkap.48 Jika dihubungkan dengan jenis-jenis buku yang telah dibahas sebelumnya, maka buku suplemen memiliki arti yang sama dengan buku pelengkap atau buku pengayaan.

Buku pengayaan dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran dan tujuan dari pendidikan nasional, karena mampu menambah pengetahuan yang dimiliki siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 11/2005 Pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, selain menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan wajib, guru juga dapat menggunakan buku pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan peserta didik membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan

Mengenai penggunaan dan pengadaan buku pengayaan sangatlah dianjurkan, hal ini seusai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia no 2 tahun 2008 pasal 6 ayat 2 dan 3 menyatakan “selain buku teks, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta

47Ibid., h. 107-108

48Elha Santoso, Kamus Praktis Moderen Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Dua, TT), h. 392

didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi”.49

Buku pelengkap atau buku pengayaan merupakan buku yang berisi berbagai informasi yang mampu melengkapi atau menunjang informasi yang terdapat di dalam buku pokok. Buku ini tidak wajib dimiliki oleh siswa dan guru, namun sangat membantu memperluas pemikiran siswa mengenai ilmu pengetahuan yang didapatnya dalam buku pokok, karena didalam buku pengayaan dibahas secara lebih luas dan lebih mendalam mengenai suatu bahasan pokok tertentu yang terdapat di dalam kurikulum, dan dalam penyusunannya tidak mengacu secara penuh pada kurikulum, baik dari tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya.50

Menurut Andi, buku teks terbagi menjadi dua yaitu buku teks utama dan buku teks pelengkap. “Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok Sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama serta digunakan oleh pendidik dan peserta didik”.51

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai buku pengayaan yang telah diterang diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa buku pengayaan adalah buku yang mampu menunjang buku pokok, dimana didalamnya berisi informasi yang mengulas lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan tertentu, penyusunan buku pengayaan juga tidak berpacu secara kesuluruhan kepada kurikulum dan dalam penggunaannya didunia pendidikan tidak lah diwajibkan namun penting untuk menunjang pendidikan disekolah.

Buku pengayaan termasuk kedalam buku non teks, hal ini Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang

49Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, 2014, h.110

50 Sitepu, op. cit., h. 16 51 Andi, op. cit., h.168

Standar Nasional Pendidikan dan tugas Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengendalian mutu buku mengenai macam-macam buku menurut kewenangannya. Berdasarkan kewenangan badan yang melakukan standarisasi terdapat dua macam buku yaitu buku teks dan buku non teks. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) memiliki kewenangan untuk menstandarisasi buku teks. Sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik yang termasuk kedalam buku non teks, BSNP tidak memiliki kewenangan untuk menstandarisasi buku ini.52

Dibawah ini akan dijelaskan ciri-ciri buku non teks yang salah satu contohnya adalah buku pengayaan:

1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas, atau buku panduan bagi pembaca;

3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan;

4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;

5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;

52Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)

6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran.53

Berdasarkan ciri-ciri buku non teks yang telah dijelaskan diatas, menguatkan makna atau pengertian dari buku pengayaan yang merupakan buku penunjang atau pelengkap buku pokok yang dapat digunakan di sekolah.

Menteri pendidikan nasional membagi buku pengayaan menjadi tiga macam, yaitu buku pengayan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian (jenis nonfiksi dan jenis fiksi).54Dibawah ini akan dijelaskan secara mendalam mengenai ketiga macam buku pengayaan tersebut:

1) Buku pengayaan pengetahuan

Mengambil makna dari pengayaan yang memiliki arti menunjang atau melengkapi, jadi pengertian buku pengayaan pengetahuan adalah sebuah buku yang didalamnya berisi informasi-informasi yang mampu meluaskan pengetahuan yang dimiliki siswa dan tidak terdapat di dalam buku teks (buku pokok). Hal ini sesuai dengan penyataan yang terdapat di dalam pedoman penulisan buku non teks yang menuliskan

Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.55

53Pedoman Penulisan Buku Non Teks Buku Pengayaan,Referensi, dan Panduan Pendidik,(Jakarta Pusat: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, TT) h. 2-3

54Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)

55 Pedoman Penulisan Buku Non Teks Buku Pengayaan,Referensi, dan Panduan Pendidik, op, cit.,h. 10-11

2) Buku pengayaan keterampilan

Sama halnya dengan pengertian buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan memiliki pengertian sebuah buku yang mampu memperluas informasi-informasi pembaca, hanya saja dalam buku pengayaan keterampilan berisi konten-konten yang mampu meningkatkan kemampuan dasar para pembacanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks

Buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.56

3) Buku pengayaan kepribadian

Berdasarkan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional diperoleh pengertian dari buku pengayaan kepribadian yaitu “Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum”.57

d. Langkah-langkah Menulis Buku Non Teks

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa buku suplemen termasuk kedalam buku non teks, dimana buku non teks berbeda dengan buku

56ibid., h.12-13 57Ibid., h.14-15

teks. Selain itu telah dijelaskan juga ciri-ciri buku non teks yang berbeda dengan buku teks namun memiliki tujuan yang sama untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang dimiliki pelajar maupun umum. Dibawah ini akan dijelaskan tahapan-tahapan dalam menulis buku non teks terdiri dari:

1) Menyiapkan konsep dasar tulisan;

Sebelum penulis menulis buku non teks, ada baiknya jika penulis menentukan konsep dasar dari buku non teks yang hendak ditulis. Dalam hal ini mengenai buku pengayaan yang terdiri dari tiga macam yaitu buku pengayaan keterampilan, pengetahuan, dan kepribadian. Seorang penulis harus bisa menentukan buku pengayaan jenis apa yang akan ditulis. Selain itu dalam penulisan buku nonteks, penulis dapat mengembangkan tulisannya seleluasa mungkin serta bebas menuangkan gaya bahasa dan model dari buku non teks nya.58

Selain itu juga terdapat konsep dasar penulisan buku non teks yang harus diperhatikan oleh penulis. Dalam buku pedoman penulisan buku nonteks yang dibuat oleh pusat perbukuan departemen pendidikan, dituliskan beberapa konsep dasar penulisan buku nonteks, yaitu:

Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.59

2) Memerhatikan proses kreatif

Dalam menulis buku nonteks, penulis mengalami proses berfikir kreatif dengan menggunakan bahan tulisan melalui

58Ibid., h.59-60 59Ibid., h.60

menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tiddak terduga dengan tahapan-tahapan merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai gagasan yang dihubungkan dengan realita.60

3) Menetapkan aspek yang akan dikembangkan;

Sama hal nya dengan buku teks pelajaran, buku non teks pelajaran juga harus memperhatikan tiga aspek domain pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini tertulis didalam buku pedoman penulisan buku non teks

Demikian pula halnya dengan domain afektif dan psikomotorik, penulis buku nonteks pelajaran harus merancang terlebih dahulu aspek dari domain tersebut yang masih perlu dikembangkan, baik untuk keperluan peserta didik maupun bagi pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.61

4) Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

Dalam menulis buku non teks harus disesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca terutama buku non teks pengayaan yang selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berfikir peserta didik. Kemampuan ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta kebudayaan masyarakat tempat peserta didik tinggal. Oleh karena itu peserta didik seharusnya mampu menulis buku non teks yang sesuai dengan keadaan Indonesia.62

60Ibid., h.61

61Ibid,. h.63 62Ibid., h.63-64

e. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku NonTeks

Untuk menghasilkan buku non teks yang berkualitas, selain mengetahui langkah-langkah penyusunan buku, maka juga harus memperhatikan komponen dasar dan kompononen utama yang harus dimiliki buku tersebut.

1) Komponen Dasar

Di dalam Komponen dasar ini terdiri atas : a) karakteristik buku nonteks

Terdapat beberapa karakteristik buku non teks yaitu:

- Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu

- Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi dalam bentuk pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya;

- Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan tingkat kelas;

- Pengembangan materi tidak terkait secara langsung dengan atau sebagian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dalam Standar Isi;

- Materi buku dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang pendidikan dan tingkat kelas;

- Materi buku dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pengayaan (pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian), atau referensi (kamus, ensiklopedia, atlas), atau panduan pendidik.63

b) ketentuan dasar penerbitan,

penulis yang ingin menerbitkan bukunya, maka harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:

63Ibid., h.65

- Menggunakan identitas penerbit (nama dan kota domisili) dengan jelas.

- Menggunakan ISBN sebagai katalog terbitan. - Mencantumkan nama pengarang/penulis atau editor.

- Mencantumkan orisinalitas atau copyright (untuk terjemahan atau saduran)

- Memenuhi jumlah halaman cetak sekurang-kurangnya 48 halaman.

- Memenuhi ketentuan penerbitan yang tidak melanggar hak cipta.64

c) komponen buku,

Komponen buku non teks pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu bagaian awal, tengah, dan bagian akhir. Bagian awal buku ini minimal terdiri dari kata pengantar dan daftar isi, bagian tengah terdiri dari isi buku yang memuat informasi atau materi buku, dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, indeks, dan glosarium.65

d) aspek grafika,

Umumnya aspek ini diperhatikan oleh penerbit, sedangkan tugas penulis hanya mengeceknya. Aspek grafika yang dimaksud adalah:

- Buku dijilid dengan rapi dan kuat;

- Buku menggunakan huruf dan/atau gambar/ilustrasi yang terbaca;

- Buku dicetak dengan jelas dan rapi;

- Buku menggunakan kertas berkualitas dan aman.66

2) Komponen Utama

Komponen utama buku nonteks adalah:

64Ibid., h.66 65Ibid. 66Ibid., h.67

a) Materi atau isi buku nonteks

Komponen ini terbagi menjadi dua, yaitu komponen khusus dan komponen umum.

Tabel 2.2 Komponen Materi Buku NonTeks

Kriteria Umum67 Kriteria Khusus68

- Materi yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional; - Materi yang tidak

bertentangan dengan ideologi dan kebijakan politik negara;

- Materi yang menghindari masalah SARA, bias jender, serta pelanggaran HAM.

- Materi yang ditulis sesuai dengan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat

- Mengoptimalkan

penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia;

- Materi atau isi buku

mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan kejuruan (vokasional) untuk memecahkan masalah dan mendorong “jiwa

kewirausahaan”

- Materi atau isi buku harus secara maksimal

membangun karakteristik kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan dan kepribadian yang mantap.

b) Penyajian materi 67Ibid., h.68

Dalam menyajikan materi penulis harus memperhatikan aspek penyajian materi buku yang dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami. Selain itu juga khusus untuk buku pengayaan atau pengetahuan pendidik, penulis harus memperhatikan pengembangan kecakapan akademik, kreativitas, kemampuan berinovasi serta pengembangan kreativitas dan kemampuan berinovasi.69

Khusus untuk penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan keterampilan, selain penyajian materi dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah dipahami, juga harus memerhatikan penyajian materi yang:

- Mudah dilakukan, familiar (intim dengan pembaca), dan menyenangkan;

- Dapat merangsang pengembangan kreativitas, aktivitas fisik/psikis, dan merangsang pembaca untuk menerapkan berdasarkan bahan, alat, dan tahapan kerja.70

c) Bahasa dan/atau ilustrasi

Penulis buku nonteks pelajaran kiranya perlu memerhatikan penggunaan bahasa dan/atau ilustrasi, terutama dalam hal berikut.

- Buku yang menuntut kehadiran ilustrasi, maka penggunaan ilustrasi (gambar, foto, diagram, tabel, lambang, legenda) harus dilakukan sesuai dan proporsional;

- Dalam menggunakan istilah atau simbol (untuk jenis buku yang menggunakan) harus baku dan berlaku secara menyeluruh;

- Dalam menggunakan bahasa, yang meliputi ejaan, kata, kalimat, dan paragraf harus tepat, lugas, dan jelas.71

d) Kegrafikaan 69Ibid., h.74

70Ibid. h.75 71Ibid., h.78

Penulis yang baik seharusnya dapat membangun kebersamaan dalam menyelaraskan antara kepentingan penyampaian isi buku dengan kepentingan pemasaran buku tersebut. Desain isi buku memerhatikan tata letak yang konsisten, harmonis, dan lengkap serta menggunakan tipografi (dan ilustrasi jika jenis buku menuntut) yang sederhana, mudah dibaca dan dipahami.72

3. Kimia

Dokumen terkait