KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG” 2.Identifikasi Masalah
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian a.Secara umum a.Secara umum
1) Menghasilkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Tangerang
b. Bagi siswa
1) Tersedianya buku suplemen yang dapat melengkapi buku ajar dan pembelajaran di sekolah
2) Tersedinya buku suplemen yang dapat menjembatani kearifan lokal yang terdapat di Kota Tangerang dengan Kimia SMA
c. Bagi guru
1) Tersedianya buku penunjang yang dapat melengkapi pembelajaran di sekolah dan bahan dalam mengajar
2) Diperolehnya buku penunjang kimia yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku
d. Bagi dunia pendidikan
1) Dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia
2) Dapat dijadikan buku penunjang yang dimiliki siswa atau guru untuk lebih mengembangkan pembelajaran
3) Dapat menjadi salah satu bahan untuk menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia melalui buku suplemen kimia dengan pendekatan kearifan lokal.
e. Bagi peneliti
1) Sebagai pengetahuan mendesain dan membuat buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal
2) Mengetahui kelayakan dan tanggapan mengenai buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal
10
A. Kajian Teoritis
1. Kearifan Lokal
a. Makna Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan akumulasi dari hasil aktivitas budi dalam menyikapi serta meperlakukan lingkungan yang menggambarkan cara bersikap dan bertindak suatu masyarakat untuk merespon perubahan – perubahan yang khas dalam lingkup lingkungan fisik ataupun kultural.1 Dalam seminar nasional fisika dan pendidikan fisika, pengertian kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.2
Sementara itu, kemendikbud menyebut istilah kearifan lokal dengan keunggulan lokal,3 hal ini didasarkan dari istilah kearifan lokal yang terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)4 dan lokal (local)5 sehingga kearifan lokal dapat juga disebut dengan local wisdom. Dalam disiplin ilmu antropologi local wisdom disebut juga dengan local genius,6 antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam bermasyarakat, bersuku bangsa, berperilaku, berkebudayaan, dan berperadaban.7 Haryati Soebadio seorang antropolog mengatakan bahwa “local genius adalah juga cultural identity, identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap
1Heny Gustini Nuraeni dan Muhammad Alfan, Study Budaya di Indonesia, (Bandung : CV Pustaka Setia,2013), h.67
2 Zuhdan Kun Prasetyo, “Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal”, Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Surakarta:14 September 2013, h. 3. (http://fisika.uns.ac,id )
3ibid, h. 3.
4 John M. Echols dan Hassan Shadiky, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 363.
5ibid, h.649 6 Prasetyo, loc. cit.
dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri”. Begitu pula Ayatrohaedi menyatakan bahwa “unsur budaya daerah potensial seagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang”.8
Berdasarkan kedua pengertian di ataslah pemerintah manyatakan bahwa kearifan lokal sama dengan keunggulan lokal.
Keunggulan lokal merupakan suatu usaha untuk memajukan dan merealisasikan potensi daerah yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu dalam rangka peningkatan nilai produk, jasa atau karya lain yang dimiliki daerah tersebut untuk bisa menambah penghasilan setiap daerah tanpa terkecuali yang bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.9 Keunggulan lokal menurut Jamal adalah hal-hal yang menjadi ciri khas suatu daerah yang meliputi aspek ekonomi, teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi dan sebagainya.10 Secara garis besar pengertian kearifan lokal adalah suatu keadaan atau potensi khas yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu meliputi ekonomi, teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi serta cara bersikap dan bertindak masyarakat di daerah tersebut, dimana keadaan ini sudah seharusnya dijaga bahkan dikembangkan untuk menambah penghasilan suatu daerah.
Kearifan lokal yang terdapat di masyarakat kita dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan dan kitab – kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari – hari.11 Pada dasarnya kearifan lokal merupakan suatu kebiasaan yang terjadi secara terus – menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kearifan lokal memiliki hubungan dengan kebudayan, seperti yang dinyatakan oleh Taylor
8 Prasetyo, op. cit., h. 4
9Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012), h. 1
10Jamal Ma’mur Asmani, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), h.29
dalam Nashir bahwa kebudayaan ialah keseluruhnan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lainnya serta kebiasaan – kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.12
Kebudayaan timbul dari adanya interaksi sosial yang terjadi secara terus menerus pada proses yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, serta dijadikan sistem pengetahuan kolektif yang kompleks sehingga mampu membentuk karakter masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya.13
b. Fungsi Kearifan Lokal
Terdapat beberapa fungsi kearifan lokal jika ditinjau dari beberapa aspek, dibawah ini akan dijelaskan fungsi kearifan lokal dalam kehidupan sosial, dan ilmu pengetahuan.
1) Fungsi Kearifan Lokal dalam kehidupan sosial
Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia yang dilakukan dengan mengunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Ruang tertentu yang dimaksud disini adalah ruang interaksi yang terjadi antarmanusia dan antarmanusia dengan lingkungan fisiknya, dimana interaksi ini telah disusun sedimikian rupa. Pola interaksi yang terjadi disebut dengan setting, dimana pengertian setting itu sendiri adalah suatu tempat yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan menyusun hubungan dalam lingkungannya. Sebuah setting yang telah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai yang menjadi landasan atau acuan tingkah laku manusia.14
12Haedar Nashir, Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya, (Yogyakarta :Multi Presendo, 2013), h. 32
13Ibid,.
Selain itu jika dilihat dari kebudayaan yang merupakan salah satu sumber dari kearifan lokal, kearifan lokal dapat membangun pengetahuan kolektif yang digunakan sebagai acuan bertindak dan bertingkah laku dalam menanggapi lingkungan kehidupannya dan juga sebagai arah dalam menentukan tindakannya.15
2) Fungsi Kearifan Lokal dalam Ilmu Pengetahuan
Fungsi lain dari kearifan lokal adalah kearifan lokal memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang keilmuwan. Pada umumnya terdapat tujuh unsur – unsur pokok kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat dimanapun tempat dan daerahnya. Menurut Kluchkon sebagaimana yang dikutip dalam Herimanto dan Winarno menyatakan bahwa “ketujuh unsur pokok kebudayaan meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan (orgnisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahuan (ilmu pengetahuan sains), serta sistem kepercayaan (religi)”16
Berdasarkan ketujuh unsur pokok kebudayaan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa ilmu pengetahuan sains merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan, dan hal ini menunjukan bahwa sains dapat ditemukan dimana saja dan pada saat kapanpun, mulai dari jaman praserajarah, sejarah dan hingga saat ini. Salah satu contoh bahwa sains telah ada sejak dahulu kala adalah adanya sistem perbintangan yang digunakan masyarakat untuk berlayar, walaupun pengetahuan sains tersebut masih dalam bentuk yang sederhana.17
15 Nashir, op, cit., h.36
16 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2011), h.152.
c. Makna Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Banyak ragam definsi dari pendidikan, walaupun demikian bukan berarti bahwa pendidikan tidak memiliki definisi yang jelas, adanya keberagaman definisi ini menjadi kekayaan intelektual dalam khazanah pemikiran pendidikan kontemporer yang sangat berharga. Dibawah ini adalah definisi pendidikan dari para pakar pendidikan Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) “bahwa pengertian dari pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar ,dan berlangsung seumur hidup”.18
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak19
Pendidikan berfungsi mengenalkan, memahamkan, dan menjadikan nilai – nilai karakter sehingga mendarah daging dalam kehidupan peserta didik atau siapaun yang terlibat di dalamnya.
Pendidikan karakter memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan menyatakan, bahwa
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religious, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya
18Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta : pustaka pelajar offset, 2011), h.33 19 Ibid,.
dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.20
Secara spesisfik Iif menyatakan pendidikan berbasis kearifan lokal adalah sebuah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik melalui pemanfaatan keunggulan lokal yang ada dalam daerahnya berupa budaya, ekologi, bahasa, teknologi, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.21
d. Tujuan serta Alasan Kearifan Lokal dalam Pendidikan
Sains merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan juga telah dijelaskan sebelumnya bagaimana kearifan lokal mempengaruhi perkembangan sains sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Selain itu terkait dengan kebudayaan nasional yang merupakan identitas dari Negara Indonesia kearifan lokal seharusnya dikembangkan dan dijaga melalui pendidikan di sekolah, dimana kebudayaan nasional ini merupakan gabungan dari beberapa kebudayaan lokal (kearifan lokal) pada suatu daerah tertentu. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Nuraeni dan Alfan bahwa “Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam daerah atau wilayah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut”22
Tujuan diselenggarakannya pendidikan berbasis kearifan lokal disekolah, maka siswa dapat memperoleh beberapa hal, yaitu:
1) Mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal
20Nashir, op, cit., h.38
21 Ahmadi, op, cit., h.9 22 Nuraeni, op, cit., h. 26
2) Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut
3) Mampu mengolah sumber daya
4) Terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah
5) Mampu bersaing secara nasional maupun global.23
Selain kelima hal yang diharapkan dapat dilakukan siswa, siswa juga diharapkan dapat mencintai daerahnya sendiri, mampu bersaing dan mengembangkan potensi lokalnya sehingga daerahnya dapat berkembang pesat mengikuti perkembangan global (globalisasi), serta dapat percaya diri mengadapi masa depan.24
Sedangkan alasan diadakannya pendidikan berbasis kearifan lokal karena Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem desentralisasi. Dengan adanya sistem desentralisasi ini menjelaskan bahwa adanya kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui delegasi kepada pejabat – pejabatnya di daerah atau kepada badan – badan otonom pemerintahan daerah.25. Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas, yang terdiri atas 17.504 pulau (8.651 Pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama).26Selain itu Indonesia juga dikenal dengan keberagaman budayanya hal ini dikarenakan setiap pulau memiliki kebudayaan yang berbeda. Ada puluhan etnis yang memiliki budaya masing – masing, yaitu :27
1) Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minang, Melayu (Deli,Riau, Jambi, Palembang,Bengkulu, dan sebagainya), Lampung;
23 Ahmadi, op. cit,. h.10 24 Asmani, op. cit., h.42
25 Yoyon Bachtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.67
26 Nuraeni, op. cit., h.19 27Ibid,. h.20
2) Pulau Jawa : Sunda, Baui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di provinsi Banten), Jawa, dan Madura, Bali;
3) Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Sasak, Manggarai, Sumbawa, Flores dan sebagainya;
4) Kalimantan : Dayak, Melayu, Banjar, dan sebagainya.;
5) Sulawesi :Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado,dan sebagainya.;
6) Maluku : Ambon, Ternate,dan sebagainya; 7) Papua : Dani, Asmat,dan sebagainya.
Mengingat dua hal yang telah diuraikan diatas, yaitu sistem desentralisasi yang dianut Indonesia serta luas dan beranekaragamnya kebudayaan Indonesia, tentu mempengaruhi sistem pendidikan nasional.
Irianto menyatakan 28
Kebijakan yang berdimensi lokal adalah semua hal yang sesuai dengan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah. Kebijakan seperti ini sebaiknya rakyat (baik melalui DPRD maupun kelompok – kelompok kepentingan daerah) dan pemerintah daerah yang memutuskannya. Memilih lokasi tempat berdirinya gedung sekolah, menambah dan mengankat guru, menentukan kurikulum lokal dan lain sebagainya akan lebih tepat dan efisien jika daerah yang melakukannya.
Makna dari uraian di atas adalah adanya pemberian kewenangan bagi suatu daerah untuk mengatur sistem pendidikan pada daerahnya masing – masing, dan hal ini membutuhkan sebuah manajemen pendidikan berbasis desentralisasi. Tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
28 Irianto, op, cit., h.84-85
pendidikan.29Melihat manajemen pendidikan desentralisasi yang berpusat pada masyarakat menunjukan bahwa kegiatan dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat juga memiliki kepentingan dalam pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan kurikulum lokal untuk mencapai tujuan dari desentralisasi tersebut.
Selain itu transformasi pendidikan berwawasan karakter dilakukan sebagai koreksi atas praktik dunia pendidikan yang cenderung pragmatis pada penyediaan tenaga kerja dan lebih menekankan aspek kognisi dan psikomotorik semata, kurang diimbangi potensi afeksi dan ruhani manusia. Pendidikan berhasil mengajarkan nilai kegunaan yang serba praktis seperti menguasai teknologi informasi dan keterampilan-keterampilan khusus, tetapi kurang berhasil dalam menanamkan nilai benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak pantas dalam sistem perilaku subjek didik, sehingga melahirkan generasi robot yang gagap akal-budi.30
e. Ruang lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
1) Lingkup situasi dan kondisi daerah tersebut, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tersebut yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, ekonomi, seni, dan budaya atau lainnya yang berupa hasil bumi, tradisi, pelayanan/jasa, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.
2) Lingkup keunggulan lokal meliputi potensi keunggulan lokal, cara mengelola, mengolah/mengemas, mengoptimalkan, memasarkan, atau proses lainnya yang mampu menghasilkan nilai bagi daerah sehingga dapat meningkatkan taraf hidup/kesejahnteraan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD)31.
29Ibid,. h.96
30Nashir, op, cit., h.34 31 Asmani, op, cit., h.44
f. Potensi Keunggulan Lokal
Dalam mengembangkan keunggulan lokal terdapat beberapa potensi yang dapat dijadikan bahan dalam pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal diantaranya adalah SDA, SDM, Geografi, Sejarah dan Budaya.32
1) Sumber daya alam merupakan potensi yang terkandung di dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat dijadikan kepentingan hidup. Contoh: bidang pertanian, bidang perkebunan, bidang peternakan. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan bottom up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu.
2) Sumber daya manusia didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk social yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara berimbang dan berkesinambungan.
3) Geografi meliputi objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.
4) Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealism dengan realism yang pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.
32 Prasetyo, op. cit., h. 5
5) Historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.33
g. Langkah-langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan
Lokal
Dalam pengengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, dibutuhkan sebuah strategi agar tujuan dari Pendidikan tersebut dapat tercapai dengan baik, adapun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan serta kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan. Seperti pemda/bappeda, instansi vertical terkait, peguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah tersebut dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.
2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi keunggulan lokal Berdasarkan kajian dari beberapa sumber sebagaimana disebutkan, dapat diperoleh berbagi jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini mencerminnkan fungsi keunggulan lokal di daerah, antara lain untuk :
a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah b) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta dan
d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing 3) Mengidentifikasi bahan kajian keunggulan lokal
33 Ahmadi., Op., Cit. h. 2-6
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan keunggulan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4) Menentukan mata pelajaran keunggulan lokal
Berdasarkan bahan kajian keunggulan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan ini pada dasarnya dapat dirancang agar bahan kajian keunggulan lokal bisa memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhn masayarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya.
5) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Dalam mengembangkan standar kompetensi (dalam kurikulum 2013 mengacu pada Kompetensi Inti) dan kompetensi dasar, pengembangan harus mengacu pada “Standar Isi”. Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah merupakan awal dalam membuat mata pelajaran keunggulan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkannya adalah sebagai berikut :
a) Pengembangan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagi basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa.34
34Ibid,. h.78-84
h. Kompetensi-kompetensi yang Dituntut dalam Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis kearifan lokal terdapat beberapa kompetensi-kompetensi yang dituntut terdiri atas beberapa hal sebagai berikut:
1) Personal Competencies
Secara praktis dapat diidentifikasi dari sifat-sifat, seperti percaya terhadap diri sendiri, berani dalam mengambil resiko, bersemangat dalam bekerja, murah hati terhadap sesama, penyabar, empati dan perilakunya dapat diteladani.
2) Thinking Competencies
Diintegrasikan dengan kemampuan berpikir ilmiah (scientific method), secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan, yaitu menggali dan menemukan data, mengolah data menjadi informasi, merumuskan persoalan, mengidentifikasi alternative, memberikan alasan-alasan yang rasional dan objektif dalam memutuskan serta keterampilan memilih alternative pemecahan.
3) Social Competencies
Secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan yakni memahami karakteristik orang lain, berhubungan pribadi, berkomunikasi dalam kelompok, menemukan dan jaringan/saluran sekaligus media komunikasi, keterampilan bekerja yang sama, serta memberikan tugas dan kepercayaan kepada orang lain.
4) Vocational Competencies
Merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang bersifat spesifik dan teknik yang terdapat di masyarakat35
35Ibid., h.114-115