• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Annisah Aynun Najid

NIM 1110016200004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

iv

Nama : ANNISAH AYNUN NAJID

NIM : 1110016200004

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia

Alamat : Ciledug Indah 2 Kp. Poncol Rt 05/ 01 Kelurahan Pedurenan Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Pembimbing I : Burhanudin Mulama, M.Pd

NIP : 19770201 2000801 1 001

Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia 2. Pembimbing II : Dewi Murniati, M.Si

NIP : -

Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendididkan Kimi

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuen apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Februari 2015 Yang Menyatakan

(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangerang. Proses penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengembangan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan diperoleh indikator-idikator yang telah dianalisis melalui kompetensi-kompetensi kearifan lokal untuk dijadikan acuan dalam tahap pengembangan buku. Pada tahap pengembangan diperoleh buku yang telah dievaluasi oleh dua orang ahli yang masing-masing ahli pendidikan kimia dan kimia murni. Pada tahap evaluasi buku suplemen kimia diuji coba kepada 10 responden yaitu guru-guru kimia Kota Tangerang yang selanjutnya didapatkan data untuk dianalisis. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh persentase rata-rata buku suplemen pada setiap aspek, 85% untuk aspek materi, 78.3% untuk aspek penyajian, 79.4% untuk aspek bahasa, dan 77.2% untuk aspek grafika. Selain itu juga diperoleh skor kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangeranng yaitu sebesar 80.24 yang bermakna bahawa buku suplemen layak dengan kriteria baik.

Kata Kunci : Buku Suplemen, Pengembangan Buku, Kearifan Lokal

(6)

vi

The aim of this research is developed chemistry supplement book base on Tangerang City Local Wisdom. The process of this research are preparation, development, and evaluation. Preparation process got indicators which have been analyzed by means of competences, these indicators was used to face the next process. Development process got supplement book which have been validated by two expert people to be tested by respondent (10 chemistry teacher). From this reseach, the researcher get some conclusion, knowledge aspect of chemistry supplement book got 85%, 78.3% for presentation, 79.4% for language aspect, and 77.2% for graph aspect. Beside that, chemistry supplement book get 80.2 value, and it means that the supplement chemistry book is proper with good criteria.

Key Words : Supplement Book, Developing Book, Local Wisdom.

(7)

vii

ridhonya yang selalu mengiringi aktifitasku dan

pengorbanannya yang selalu memotivasi ku memandang

dunia;

Para dosen dan guru tercinta yang senantiasa memberikan

ilmu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang;

Sahabat-sahabat seperjuangan, pendidikan kimia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010, semoga

langkah kita selalu di Ridhoi pemilik waktu

(8)

viii

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa selalu menunjukan kuasa-Nya dalam mengatur kehidupan dunia beserta isinya, serta keberkahan dan karunia-Nya yang selalu menghampiri kehidupan setiap hamba-karunia-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang”.

Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, seorang manusia pilihan pemberi cahaya yang membawa umat manusia menuju kebenaran dari kejahiliyahan, beserta keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti telah berusaha semampu dan semaksimal mungkin menggunakan kemampuan yang ada agar diperoleh skripsi yang baik. Selain itu peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan beberapa pihak skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas jasa dan memberikan rahmatNya kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para stafnya. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik. Terimakasih atas ilmu, bimbingan, masukan dan sarannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Ibu Dewi Murniati, M.Si, selaku pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan

(9)

7. Ibu Nanda Saridewi, M.Si, selaku dosen penguji II

8. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, selaku validator. Terima kasih atas masukan dan saran-sarannya dalam membantu mengaitkan konten kearifan lokal dengan pendidikan kimia sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Ibu Evi Sapinatul B, M.Pd, selaku validator yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam membantu mengembangkan hasil dari skripsi ini.

10.Seluruh dosen dan jajaran jurusan pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Terima kasih banyak atas segala ilmu dan kebaikan bapak serta ibu sekalian selama peneliti menuntut ilmu di program studi pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Ibu Dra. Aas Yistasni selaku guru kimia SMAN 13 Kota Tangerang, yang telah memberikan masukan dan pengalamannya dalam penulisan skripsi. 12.Ayah, Ibu dan adikku tercinta, terima kasih atas bantuan moriil dan

materiil,kasih sayang, pengorbanan serta semangat yang selalu kalian berikan kepada peneliti setiap saat.

13.Sahabat Senyawa Dede fitriani, Fauziah Fajru Rachma, dan Resti Nurul farhati. Seluruh teman-teman bimbingan pak Burhan dan bu Dewi, Dana, Sunda, dan Lies. Pembuat desain sampul buku Fajar Nugroho. Beserta seluruh keluarga besar pendidikan kimia angkatan 2010 yang tidak dapat peneliti tuliskan satu-persatu yang saat ini juga sedang berjuang meraih kesuksesan. Terima kasih atas pengalaman, ilmu, kebahagiaan, kehangatan dan segala hal yang telah kalian berikan menjadi kenangan dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan oleh penulis. Semoga Allah selalu memberikan kita keberkahan dan mengumpulkan kita dalam kebaikan.

(10)

15.Seluruh adik kelasku khususnya rekan-rekan Pengurus Association of Chemistry Education (ACE) UIN Jakarta Periode 2014. Yang telah membantu meninggalkan rekam jejak perjuangan demi membawa perubahan dan pembaharuan dari kita untuk Prodi Pendidikan Kimia yang lebih maju. Semoga Allah meridhoi langkah perjuangan kita.

16.Para responden yang terlibat dalam pencarian kearifan lokal Kota Tangerang maupun penilaian buku suplemen kimia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak atas ilmu, masukan, dan saran yang telah kalian berika.

17.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Akhirnya peneliti hanya dapat memanjatkan do’a kepada Sang Penguasa yang mampu memberikan segala kebaikan kepada semua makhlukNya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan selama ini dan semoga skripsi ini bermanafaat.

Jakarta, Februari 2015

(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI MUNAQASAH ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ... 1

A. Masalah Penelitian ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 6

3. Pembatasan Masalah ... 7

4. Rumusan Masalah ... 7

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II ... 10

A. Kajian Teoritis ... 10

1. Kearifan Lokal ... 10

a. Makna Kearifan Lokal ... 10

b. Fungsi Kearifan Lokal... 12

c. Makna Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal... 14

(12)

e. Ruang Lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal ... 18

f. Potensi Keunggulan Lokal ... 19

g. Langkah-Langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis keunggulan Lokal ... 20

h. Kompetensi-kompetensi dalam Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal ... 22

2. Buku sebagai Bahan Ajar ... 23

a. Macam-macam Bahan Ajar... 23

b. Buku ... 25

c. Buku Suplemen atau Buku Pengayaan ... 28

d. Langkah-langkah Menulis Buku Non Teks ... 32

e. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku Non Teks ... 35

3. Kimia ... 39

4. Kota Tangerang ... 40

B. Penelitian Relavan ... 41

C. Kerangka Berfikir... 43

BAB III ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian... 45

C. Desain Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Instrument Penelitian ... 49

G. Teknik Pengolahan Data ... 54

H. Teknik Analisa Data ... 55

BAB IV ... 59

A. Deskripsi Data ... 59

1. Deskripsi Hasil Tahapan Persiapan ... 59

2. Deskripsi Hasil Tahapan Pengembangan ... 64

(13)

B. Pembahasan ... 82

BAB V ... 94

A. Kesimpulan ... 95

B. saran ... 96

(14)

xiv

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Angket Respon Guru Bidang Studi Kimia... 52

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Skala Guttman ... 55

Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Ratting Scale ... 55

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Rating Scale untuk Indikator Tertentu ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Skor ... 56

Tabel 3.7 Bobot yang Dimiliki Setiap Indikator ... 57

Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor ... 58

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kearifan Lokal Kota Tangerang ... 61

Tabel 4.2 Hasil Analisis Keterkaitan Kearifan Lokal dengan Kimia... 62

Tabel 4.3 Daftar Revisi Konten Indikator Buku Suplemen Kimia ... 63

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Suplemen ... 71

Tabel 4.5 Daftar Revisi Konten pada Buku Suplemen ... 71

Tabel 4.6 Daftar Tabel Revisi Wacana ... 73

Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Guru ... 75

Tabel 4.8 Rata-rata Hasil Penilaian Responde ... 77

(15)

xv

Gambar 4.1 Desain Sampul ... 65

Gambar 4.2 Cuplikan Kata Pengantar dalam Buku Suplemen ... 65

Gambar 4.3 Cuplikan Panduan untuk Pembaca dalam Buku Suplemen ... 66

Gambar 4.4 Aspek Sumber Daya Alam (SDA) ... 67

Gambar 4.5 Aspek Sumber Daya Manusia ... 68

Gambar 4.6 Aspek Geografi ... 69

Gambar 4.7 Persentase Penilaian Apek Materi ... 78

Gambar 4.8 Persentase Penilaian Aspek Penyajian ... 79

Gambar 4.9 Persentase Penilaian Aspek Bahasa ... 80

(16)

xvi

Lokal Kota Tangerang... 104

Lampiran 3 Hasil Studi Literatur dan Langsung Kearifan Lokal Kota Tangerang.... 118

Lampiran 4 Hasil Validasi Analisis Keterkaiatan Kearifan Lokal dengan Konten Kimia SMA ... 119

Lampiran 5 Hasil Validasi Analisis Indikator ... 127

Lampiran 6 Draft Buku Suplemen Kimia ... 163

Lampiran 7 Kisi-kisi Lembar Validasi ... 221

Lampiran 8 Hasil Validasi Buku Suplemen Kimia ... 223

Lampiran 9 Buku Suplemen Uji Coba ... 231

Lampiran 10 Kisi-kisi Angket Respon Guru Kimia SMA ... 297

Lampiran 11 Data Responden ... 299

Lampiran 12 Surat Ketersediaan Menjadi Responden ... 300

Lampiran 13 Angket Respon Guru Kimia SMA... 311

Lampiran 14 Hasil Pengolahan Data Angket ... 344

Lampiran 15 Tabel Saran dan Masukan Responden ... 354

(17)

1

A.

Masalah Penelitian

1.

Latar Belakang

Pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia berpedoman pada kurikulum, dimana pengertian kurikulum sendiri menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1

Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, kurikulum yang digunakan telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari kurikulum sederhana hingga kurikulum 2013 yang saat ini mulai diterapkan. Kurikulum 2013 memiliki 7 karakteristik2, dimana jika ditelaah lebih lanjut mengenai karakteristik nomor 1 sampai 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut siswa untuk mengimplementasikan hasil pembelajaran yang mereka peroleh di sekolah kepada masyarakat, begitu juga sebaliknya sehingga diperoleh timbal balik antara pelajaran di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

Selain itu, jika kita mengaitkan sistem pendidikan dengan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh Negara Indonesia dimana sistem desentralisasi ini “lebih menekankan kepada konsekuensi dari penyerahan wewenang keputusan dan pegendalian tugas – tugas

1 Peratutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, (Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013), h.4

(18)

ketatanegaraan oleh badan-badan otonom daerah dalam rangka pemberdayaan potensi lokal”.3

Menurut Irianto penyelarasan sistem pendidikan yang diaplikasikan di lingkungan masyarakat dan sistem desentralisasi pemerintahan terdapat beberapa faktor penghambat. Salah satunya adalah perkembangan dunia industri dan tingkat perkembangan lembaga – lembaga satuan pendidikan di setiap daerah. “Ini semua mengisyarakatkan perlunya pemikiran dan kajian yang lebih matang dalam menyiapkan situasi lokal atau lembaga satuan pendidikan, agar desentralisasi dalam manajemen penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dapat dilaksanakan dengan baik”4.

Kearifan lokal merupakan akumulasi dari hasil aktivitas budi dalam menyikapi serta memperlakukan lingkungan, menggambarkan cara bersikap dan bertindak suatu masyarakat untuk merespon perubahan – perubahan yang khas dalam lingkup lingkungan fisik ataupun kultural. Sehingga kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menjalankan kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik pengaplikasian pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah pada lingkungan masyarakat.

Kemendikbud menyebut kearifan lokal dengan istilah keunggulan lokal, selain itu pembelajaran berbasis keunggulan lokal memiliki beberapa landasan yuridis diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa “Untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukan pendidikan berbasis keunggulan lokal,5 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 pasal 35 ayat 2, bahwa “Pemerintah kabupaten/Kota melaksanakan dan/atau memfasilitasi perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional

3 Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 68

4Ibid, h.82

(19)

Pendidikan untuk dikembangkan menjadi program dan/atau satuan pendidikan bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal”.6 Dengan adanya pendidikan berbasis keunggulan lokal, diharapkan semua peserta didik yang berada di suatu wilayah tertentu dapat memahami sains dan mengaplikasikan pembelajaran yang mereka dapati di sekolah dalam kehidupan sehari-hari mereka tanpa adanya sebuah pemahaman bahwa pembelajaran sains hanya dapat dilaksanakan pada kalangan elit tertentu. “by the global thrust towards school science programs that are intended, not for a select few, but for all students. The

“Scince for all” and “Science for daily living” Tke on new meaning when indigenous communities’ needs are considered in cultural context”7

Selain itu jika dikaji lebih dalam, terdapat beberapa hal di masyarakat yang memiliki hubungan yang erat dengan sains namun masyarakat sekitar belum mampu menjelaskannya secara ilmiah, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sudarmin, berdasarkan penelitian yang telah ia lakukan diperoleh hasil bahwa

Adanya pengetahuan asli dari peracik dan penjual jamu, serta penjual bahan jamu yang tepat atau kurang tepat jika dibandingkan dengan sains ilmiah, pengetahuan peracik dan penjual jamu umumnya sebagai hasil pengetahuan warisan yang terkadang responden kurang mampu menjelaskan secara sains ilmiah. Sedangkan terkait focus penelitian manfaat dan kegunaan jamu tradisional disimpulkan bahwa banyak pengetahuan sains masyarakat yang dapat ditransformasikan menjadi sains ilmiah dan sumber belajar sains bagi siswa8

Pada dasarnya pemerintah telah membuat sebuah kebijakan untuk meningkatkan pendidikan Indonesia dengan tujuan meningkatkan

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, 2014, ( http://mgb.trisakti.ac.id)

7Cassie Quigley, “Globalization and Science Eduation: The Implication for Indigenous Knowledge System”, Journal of International Education in Indiana University, vol 2, No 1, 2009, h. 81

(20)

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan melalui pengadaan buku teks. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomo 11 Tahun 2005 pasal 1 yang berisi

Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional.9

Buku teks termasuk kedalam buku ajar yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu a) buku pelajaran pokok, b) buku pelajaran pelengkap, c) buku bacaan, dan d) buku sumber.10 Pengajaran materi bagi siswa tidak hanya dapat diperoleh melalui buku pelajaran pokok, karena masih terdapat beberapa pengetahuan yang harus dimiliki siswa yang tidak terdapat di buku pelajaran pokok. Oleh karena itu diperlukan adanya buku pelengkap berupa buku suplemen (buku pengayaan). Dimana Buku pengayaan adalah “buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi”.11

Selain itu saat ini pemerintah telah memberikan kebebasan kepada satuan tingkat pendidikan untuk mengembangkan indikator-indikator serta bahan ajar yang ada dengan rambu-rambu penyusunan dan pengembangannya yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pengembangan indikator-indikator dalam buku pelajaran pokok dapat dilakukan diantaranya dengan mengembangkan buku suplemen atau buku pelengkap.

Buku suplemen yang baik memiliki keterkaitan dengan suatu daerah, serta mampu mewujudkan desentralisasi pendidikan nasional adalah buku suplemen yang memiliki indikator-indikator sebagai berikut: 1) menjadikan siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal, 2) memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan

9 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks, 2015, h.2 (ftp://ftp.unm.ac.id)

(21)

keunggulan lokal daerah tersebut, 3) siswa mampu mengolah sumber daya, 4) terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah serta mampu bersaing secara nasional maupun global.12

Jika dikaitkan dengan salah satu mata pelajaran sekolah yaitu sains, maka indikator-indikator yang telah disebutkan di atas dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan indikator dalam pelajaran sains yang tertuang dalam buku suplemen sains berbasis kearifan lokal. Sains merupakan suatu ilmu yang mempelajari gejala – gejala alam yang ada disekitar. Dalam pembagiannya, Sains terbagi menjadi beberapa bagian yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dikaji karena ilmu kimia adalah ilmu yang mencangkup sejumlah aspek bahan-bahan kimia, dan bahan kimia bukanlah bahan abstrak yang mematikan dan ditakuti, karena bahan kimia adalah bahan-bahan sehari-hari yang kita pegang bahkan kita konsumsi.13

Kota Tangerang merupakan sebuah kota yang memiliki wilayah strategis, hal ini dikarenakan Kota Tangerang berada diantara Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibu Kota Negara DKI Jakarta.14 Sehingga penduduk Kota Tangerang kebanyakan merupakan warga pendatang dari berbagai daerah. Oleh karena itu kearifan lokal Kota Tangerang harus dilestarikan ditengah-tengah masyarakatnya yang beragam. Dalam hal ini khususnya bidang sains. Kearifan lokal sangatlah menarik untuk dikaji diantaranya adalah potensi-potensi daerah yang dimiliki Kota Tangerang seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar.15 Potensi-potensi tersebut dapat dilihat dalam dokumen Kementrian Keuangan Republik Indonesia

12Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elis, Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012), h.10

(22)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Provinsi Banten16 dan dinas pertanian Kota Tangerang pada tahun 2008. 17Serta kebiasaan masyarakat di daerah ini yang memilih pengobatan tradisional yaitu beberapa tanaman obat salah satunya penggunaan daun dewa untuk mengobati demam.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penting dilakukan penelitian yang bertema kearifan lokal yang dibahas dari sisi sains terhadap Kota Tangerang yang diwujudkan dalam sebuah produk buku suplemen, sehingga judul penelitian yang diajukan peneliti adalah

“PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN KIMIA BERBASIS

KEARIFAN LOKAL KOTA TANGERANG”

2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya pencapaian pendidikan kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik membentuk kepribadian siswa di sekolah dan juga di lingkungan masyarakat.

2. Pembelajaran sains di sekolah berjalan tidak selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu sehingga sulit diterima oleh siswa.

3. Masih terdapat faktor-faktor penghambat dalam pelaksaanaan sistem desentralisasi pendidikan di Indonesia.

4. Masih kurangnya pengembangan potensi daerah serta kebudayaan daerah Kota Tangerang dalam pembelajaran siswa di sekolah

5. Masih sedikitnya buku suplemen berbasis kearifan lokal yang mampu menumbukan nilai-nilai karakter siswa serta mengembangkan potensi yang dimiliki Kota Tangerang, serta dapat menunjang dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran terutama pelajaran sains disekolah

16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Banten, (Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2010), h.18

(23)

3.

Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini agar lebih terarah, maka dilakukan pembatasan yaitu sebagai berikut :

a. Buku suplemen ini disusun berdasarkan kearifan lokal Tangerang. b. Fokus Sains yang terdapat dalam buku suplemen ini adalah kimia

SMA

c. Buku suplemen yang telah diperoleh akan diuji tingkat keterbacaannya yang meliputi aspek kelayakan materi, penyajian, bahasa, dan grafika. d. Untuk mengukur tingkat keterbacaan buku suplemen ini menggunakan

instrumen yang diberikan kepada beberapa guru kimia SMA di Kota Tangerang.

4.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana desain dan karakteristik buku suplemen kimia berbasis

kearifan lokal Tangerang?

b. Bagaimana kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal? c. Bagaimana tanggapan guru kimia SMA Kota Tangerang mengenai

buku suplemen berbasis kearfian lokal Tangerang?

B.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Teradapat beberapa tujuan dalam penelitian ini,yaitu :

(24)

b. Mengetahui kelayakan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangerang

c. Mengetahui tanggapan guru mengenai buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Kota Tangerang.

2.

Manfaat Penelitian

a. Secara umum

1) Menghasilkan buku suplemen kimia berbasis kearifan lokal Tangerang

b. Bagi siswa

1) Tersedianya buku suplemen yang dapat melengkapi buku ajar dan pembelajaran di sekolah

2) Tersedinya buku suplemen yang dapat menjembatani kearifan lokal yang terdapat di Kota Tangerang dengan Kimia SMA

c. Bagi guru

1) Tersedianya buku penunjang yang dapat melengkapi pembelajaran di sekolah dan bahan dalam mengajar

2) Diperolehnya buku penunjang kimia yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku

d. Bagi dunia pendidikan

1) Dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia

2) Dapat dijadikan buku penunjang yang dimiliki siswa atau guru untuk lebih mengembangkan pembelajaran

3) Dapat menjadi salah satu bahan untuk menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia melalui buku suplemen kimia dengan pendekatan kearifan lokal.

e. Bagi peneliti

(25)
(26)

10

A.

Kajian Teoritis

1. Kearifan Lokal

a. Makna Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan akumulasi dari hasil aktivitas budi dalam menyikapi serta meperlakukan lingkungan yang menggambarkan cara bersikap dan bertindak suatu masyarakat untuk merespon perubahan – perubahan yang khas dalam lingkup lingkungan fisik ataupun kultural.1 Dalam seminar nasional fisika dan pendidikan fisika, pengertian kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.2

Sementara itu, kemendikbud menyebut istilah kearifan lokal dengan keunggulan lokal,3 hal ini didasarkan dari istilah kearifan lokal yang terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)4 dan lokal (local)5 sehingga kearifan lokal dapat juga disebut dengan local wisdom. Dalam disiplin ilmu antropologi local wisdom disebut juga dengan local genius,6 antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam bermasyarakat, bersuku bangsa, berperilaku, berkebudayaan, dan berperadaban.7 Haryati Soebadio seorang antropolog mengatakan bahwa “local genius adalah juga cultural identity, identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap

1Heny Gustini Nuraeni dan Muhammad Alfan, Study Budaya di Indonesia, (Bandung : CV Pustaka Setia,2013), h.67

2 Zuhdan Kun Prasetyo, “Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal”, Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Surakarta:14 September 2013, h. 3. (http://fisika.uns.ac,id )

3ibid, h. 3.

4 John M. Echols dan Hassan Shadiky, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 363.

5ibid, h.649 6 Prasetyo, loc. cit.

(27)

dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri”. Begitu pula Ayatrohaedi menyatakan bahwa “unsur budaya daerah potensial seagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang”.8

Berdasarkan kedua pengertian di ataslah pemerintah manyatakan bahwa kearifan lokal sama dengan keunggulan lokal.

Keunggulan lokal merupakan suatu usaha untuk memajukan dan merealisasikan potensi daerah yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu dalam rangka peningkatan nilai produk, jasa atau karya lain yang dimiliki daerah tersebut untuk bisa menambah penghasilan setiap daerah tanpa terkecuali yang bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.9 Keunggulan lokal menurut Jamal adalah hal-hal yang menjadi ciri khas suatu daerah yang meliputi aspek ekonomi, teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi dan sebagainya.10 Secara garis besar pengertian kearifan lokal adalah suatu keadaan atau potensi khas yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu meliputi ekonomi, teknologi, budaya, informasi, komunikasi, ekologi serta cara bersikap dan bertindak masyarakat di daerah tersebut, dimana keadaan ini sudah seharusnya dijaga bahkan dikembangkan untuk menambah penghasilan suatu daerah.

Kearifan lokal yang terdapat di masyarakat kita dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan dan kitab – kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari – hari.11 Pada dasarnya kearifan lokal merupakan suatu kebiasaan yang terjadi secara terus – menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kearifan lokal memiliki hubungan dengan kebudayan, seperti yang dinyatakan oleh Taylor

8 Prasetyo, op. cit., h. 4

9Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012), h. 1

10Jamal Ma’mur Asmani, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), h.29

(28)

dalam Nashir bahwa kebudayaan ialah keseluruhnan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lainnya serta kebiasaan – kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.12

Kebudayaan timbul dari adanya interaksi sosial yang terjadi secara terus menerus pada proses yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, serta dijadikan sistem pengetahuan kolektif yang kompleks sehingga mampu membentuk karakter masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya.13

b. Fungsi Kearifan Lokal

Terdapat beberapa fungsi kearifan lokal jika ditinjau dari beberapa aspek, dibawah ini akan dijelaskan fungsi kearifan lokal dalam kehidupan sosial, dan ilmu pengetahuan.

1) Fungsi Kearifan Lokal dalam kehidupan sosial

Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia yang dilakukan dengan mengunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Ruang tertentu yang dimaksud disini adalah ruang interaksi yang terjadi antarmanusia dan antarmanusia dengan lingkungan fisiknya, dimana interaksi ini telah disusun sedimikian rupa. Pola interaksi yang terjadi disebut dengan setting, dimana pengertian setting itu sendiri adalah suatu tempat yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan menyusun hubungan dalam lingkungannya. Sebuah setting yang telah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai yang menjadi landasan atau acuan tingkah laku manusia.14

12Haedar Nashir, Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya, (Yogyakarta :Multi Presendo, 2013), h. 32

13Ibid,.

(29)

Selain itu jika dilihat dari kebudayaan yang merupakan salah satu sumber dari kearifan lokal, kearifan lokal dapat membangun pengetahuan kolektif yang digunakan sebagai acuan bertindak dan bertingkah laku dalam menanggapi lingkungan kehidupannya dan juga sebagai arah dalam menentukan tindakannya.15

2) Fungsi Kearifan Lokal dalam Ilmu Pengetahuan

Fungsi lain dari kearifan lokal adalah kearifan lokal memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang keilmuwan. Pada umumnya terdapat tujuh unsur – unsur pokok kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat dimanapun tempat dan daerahnya. Menurut Kluchkon sebagaimana yang dikutip dalam Herimanto dan Winarno menyatakan bahwa “ketujuh unsur pokok kebudayaan meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan (orgnisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahuan (ilmu pengetahuan sains), serta sistem kepercayaan (religi)”16

Berdasarkan ketujuh unsur pokok kebudayaan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa ilmu pengetahuan sains merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan, dan hal ini menunjukan bahwa sains dapat ditemukan dimana saja dan pada saat kapanpun, mulai dari jaman praserajarah, sejarah dan hingga saat ini. Salah satu contoh bahwa sains telah ada sejak dahulu kala adalah adanya sistem perbintangan yang digunakan masyarakat untuk berlayar, walaupun pengetahuan sains tersebut masih dalam bentuk yang sederhana.17

15 Nashir, op, cit., h.36

16 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2011), h.152.

(30)

c. Makna Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Banyak ragam definsi dari pendidikan, walaupun demikian bukan berarti bahwa pendidikan tidak memiliki definisi yang jelas, adanya keberagaman definisi ini menjadi kekayaan intelektual dalam khazanah pemikiran pendidikan kontemporer yang sangat berharga. Dibawah ini adalah definisi pendidikan dari para pakar pendidikan Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) “bahwa pengertian dari pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar ,dan berlangsung seumur hidup”.18

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak19

Pendidikan berfungsi mengenalkan, memahamkan, dan menjadikan nilai – nilai karakter sehingga mendarah daging dalam kehidupan peserta didik atau siapaun yang terlibat di dalamnya.

Pendidikan karakter memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan menyatakan, bahwa

Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religious, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya

(31)

dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.20

Secara spesisfik Iif menyatakan pendidikan berbasis kearifan lokal adalah sebuah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik melalui pemanfaatan keunggulan lokal yang ada dalam daerahnya berupa budaya, ekologi, bahasa, teknologi, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.21

d. Tujuan serta Alasan Kearifan Lokal dalam Pendidikan

Sains merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan juga telah dijelaskan sebelumnya bagaimana kearifan lokal mempengaruhi perkembangan sains sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Selain itu terkait dengan kebudayaan nasional yang merupakan identitas dari Negara Indonesia kearifan lokal seharusnya dikembangkan dan dijaga melalui pendidikan di sekolah, dimana kebudayaan nasional ini merupakan gabungan dari beberapa kebudayaan lokal (kearifan lokal) pada suatu daerah tertentu. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Nuraeni dan Alfan bahwa “Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam daerah atau wilayah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut”22

Tujuan diselenggarakannya pendidikan berbasis kearifan lokal disekolah, maka siswa dapat memperoleh beberapa hal, yaitu:

1) Mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal

20Nashir, op, cit., h.38

(32)

2) Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut

3) Mampu mengolah sumber daya

4) Terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah

5) Mampu bersaing secara nasional maupun global.23

Selain kelima hal yang diharapkan dapat dilakukan siswa, siswa juga diharapkan dapat mencintai daerahnya sendiri, mampu bersaing dan mengembangkan potensi lokalnya sehingga daerahnya dapat berkembang pesat mengikuti perkembangan global (globalisasi), serta dapat percaya diri mengadapi masa depan.24

Sedangkan alasan diadakannya pendidikan berbasis kearifan lokal karena Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem desentralisasi. Dengan adanya sistem desentralisasi ini menjelaskan bahwa adanya kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui delegasi kepada pejabat – pejabatnya di daerah atau kepada badan – badan otonom pemerintahan daerah.25. Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas, yang terdiri atas 17.504 pulau (8.651 Pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama).26Selain itu Indonesia juga dikenal dengan keberagaman budayanya hal ini dikarenakan setiap pulau memiliki kebudayaan yang berbeda. Ada puluhan etnis yang memiliki budaya masing – masing, yaitu :27

1) Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minang, Melayu (Deli,Riau, Jambi, Palembang,Bengkulu, dan sebagainya), Lampung;

23 Ahmadi, op. cit,. h.10 24 Asmani, op. cit., h.42

25 Yoyon Bachtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.67

(33)

2) Pulau Jawa : Sunda, Baui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di provinsi Banten), Jawa, dan Madura, Bali;

3) Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Sasak, Manggarai, Sumbawa, Flores dan sebagainya;

4) Kalimantan : Dayak, Melayu, Banjar, dan sebagainya.;

5) Sulawesi :Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado,dan sebagainya.;

6) Maluku : Ambon, Ternate,dan sebagainya; 7) Papua : Dani, Asmat,dan sebagainya.

Mengingat dua hal yang telah diuraikan diatas, yaitu sistem desentralisasi yang dianut Indonesia serta luas dan beranekaragamnya kebudayaan Indonesia, tentu mempengaruhi sistem pendidikan nasional.

Irianto menyatakan 28

Kebijakan yang berdimensi lokal adalah semua hal yang sesuai dengan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah. Kebijakan seperti ini sebaiknya rakyat (baik melalui DPRD maupun kelompok – kelompok kepentingan daerah) dan pemerintah daerah yang memutuskannya. Memilih lokasi tempat berdirinya gedung sekolah, menambah dan mengankat guru, menentukan kurikulum lokal dan lain sebagainya akan lebih tepat dan efisien jika daerah yang melakukannya.

Makna dari uraian di atas adalah adanya pemberian kewenangan bagi suatu daerah untuk mengatur sistem pendidikan pada daerahnya masing – masing, dan hal ini membutuhkan sebuah manajemen pendidikan berbasis desentralisasi. Tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

(34)

pendidikan.29Melihat manajemen pendidikan desentralisasi yang berpusat pada masyarakat menunjukan bahwa kegiatan dan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat juga memiliki kepentingan dalam pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan kurikulum lokal untuk mencapai tujuan dari desentralisasi tersebut.

Selain itu transformasi pendidikan berwawasan karakter dilakukan sebagai koreksi atas praktik dunia pendidikan yang cenderung pragmatis pada penyediaan tenaga kerja dan lebih menekankan aspek kognisi dan psikomotorik semata, kurang diimbangi potensi afeksi dan ruhani manusia. Pendidikan berhasil mengajarkan nilai kegunaan yang serba praktis seperti menguasai teknologi informasi dan keterampilan-keterampilan khusus, tetapi kurang berhasil dalam menanamkan nilai benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak pantas dalam sistem perilaku subjek didik, sehingga melahirkan generasi robot yang gagap akal-budi.30

e. Ruang lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

1) Lingkup situasi dan kondisi daerah tersebut, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tersebut yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, ekonomi, seni, dan budaya atau lainnya yang berupa hasil bumi, tradisi, pelayanan/jasa, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.

2) Lingkup keunggulan lokal meliputi potensi keunggulan lokal, cara mengelola, mengolah/mengemas, mengoptimalkan, memasarkan, atau proses lainnya yang mampu menghasilkan nilai bagi daerah sehingga dapat meningkatkan taraf hidup/kesejahnteraan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD)31.

29Ibid,. h.96

(35)

f. Potensi Keunggulan Lokal

Dalam mengembangkan keunggulan lokal terdapat beberapa potensi yang dapat dijadikan bahan dalam pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal diantaranya adalah SDA, SDM, Geografi, Sejarah dan Budaya.32

1) Sumber daya alam merupakan potensi yang terkandung di dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat dijadikan kepentingan hidup. Contoh: bidang pertanian, bidang perkebunan, bidang peternakan. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan bottom up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu.

2) Sumber daya manusia didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk social yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara berimbang dan berkesinambungan.

3) Geografi meliputi objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.

4) Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealism dengan realism yang pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.

(36)

5) Historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.33

g. Langkah-langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan

Lokal

Dalam pengengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, dibutuhkan sebuah strategi agar tujuan dari Pendidikan tersebut dapat tercapai dengan baik, adapun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan serta kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan. Seperti pemda/bappeda, instansi vertical terkait, peguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah tersebut dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.

2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi keunggulan lokal Berdasarkan kajian dari beberapa sumber sebagaimana disebutkan, dapat diperoleh berbagi jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini mencerminnkan fungsi keunggulan lokal di daerah, antara lain untuk :

a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah b) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta dan

d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing 3) Mengidentifikasi bahan kajian keunggulan lokal

(37)

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan keunggulan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan kebutuhan sekolah.

4) Menentukan mata pelajaran keunggulan lokal

Berdasarkan bahan kajian keunggulan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan ini pada dasarnya dapat dirancang agar bahan kajian keunggulan lokal bisa memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhn masayarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya.

5) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Dalam mengembangkan standar kompetensi (dalam kurikulum 2013 mengacu pada Kompetensi Inti) dan kompetensi dasar, pengembangan harus mengacu pada “Standar Isi”. Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah merupakan awal dalam membuat mata pelajaran keunggulan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkannya adalah sebagai berikut :

a) Pengembangan Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagi basis pengetahuan.

b) Pengembangan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa.34

(38)

h. Kompetensi-kompetensi yang Dituntut dalam Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis kearifan lokal terdapat beberapa kompetensi-kompetensi yang dituntut terdiri atas beberapa hal sebagai berikut:

1) Personal Competencies

Secara praktis dapat diidentifikasi dari sifat-sifat, seperti percaya terhadap diri sendiri, berani dalam mengambil resiko, bersemangat dalam bekerja, murah hati terhadap sesama, penyabar, empati dan perilakunya dapat diteladani.

2) Thinking Competencies

Diintegrasikan dengan kemampuan berpikir ilmiah (scientific method), secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan, yaitu menggali dan menemukan data, mengolah data menjadi informasi, merumuskan persoalan, mengidentifikasi alternative, memberikan alasan-alasan yang rasional dan objektif dalam memutuskan serta keterampilan memilih alternative pemecahan.

3) Social Competencies

Secara praktis dapat diidentifikasi dari beberapa keterampilan yakni memahami karakteristik orang lain, berhubungan pribadi, berkomunikasi dalam kelompok, menemukan dan jaringan/saluran sekaligus media komunikasi, keterampilan bekerja yang sama, serta memberikan tugas dan kepercayaan kepada orang lain.

4) Vocational Competencies

Merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang bersifat spesifik dan teknik yang terdapat di masyarakat35

(39)

2. Buku Sebagai Bahan Ajar

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peserta didik dan pendidik (pendidik) membutuhkan berbagai macam perangkat penunjang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perangkat yang mampu menunjang kegiatan belajar di dalam kelas dapat berupa bahan ajar. Dimana pengertian bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dan instruktur sekolah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.36

Bahan ajar memiliki beberapa pengertian, menurut Andi, bahan ajar memiliki perbedaan dengan sumber belajar, dimana bahan ajar adalah bahan jadi yang merupakan hasil ramuan dari bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang siap disajikan kapada peserta didik, dan secara aktual dirancang secara sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara utuh dalam kegiatan pembelajaran walaupun dijual dalam pasar bebas.37

Sedangkan menurut Suhardjono, pengertian bahan ajar dalam lingkup perkuliahan adalah “materi perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan”.38

a. Macam-macam Bahan Ajar

Menurut Andi, berdasarkan bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

Tabel 2.1 Macam-macam Bahan Ajar Menurut Bentuknya39

No Bentuk Bahan Ajar

Pengertian Contoh

36Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar, 2015, h. 1 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

37 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 31-32

38Suhardjono, Menyusun Bahan Ajar Agar Tujuan Perkuliahan Tercapai dengan Lebih Menyenangkan, 2014, h. 4 , (http://suhardjono.lecture.ub.ac.id)

(40)

1 Cetak sejumlah bahan yang dapat disiapkan dalam kertas, yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran

[image:40.595.156.518.104.742.2]

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket

2 Dengar semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara

langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang

Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio

3 Pandang Dengar (audiovisual)

Segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial

Video compact disk

dan film

4 Interaktif Kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan

Compact disk

(41)

untuk

mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku aami dari suatu presentasi

Sedangkan menurut Ika, macam-macam bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi 2, yaitu:40

1) Bahan Cetak: modul, buku, teks, lembar kerja siswa, petunjuk belajar, handout, brosul, dan leaflet.

2) Bahan NonCetak: audio pembelajaran, video pembelajaran, multimedia interaktif, dan bahan belajar berupa online.

.

b. Buku

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan oleh Suhardjono dan Asep mengenai macan-macam bahan ajar berdasarkan bentuknya, terdapat satu kesamaan macam bentuk bahan ajar yaitu bahan ajar cetak atau printed materials dengan salah satu contohnya adalah buku. Buku merupakan suatu perangkat yang sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa maupun pendidik.

Buku mengandung berbagai informasi yang mampu memperluas wawasan pembacanya, selain itu juga mampu memberikan inspirasi agar terciptanya gagasan baru, hal ini dikarenakan buku mampu memberikan pengetahuan mengenai apa yang terjadi pada masa lalu, masa sekarang, dan kemungkinan masa yang akan datang.41

Terdapat beberapa rumusan definisi mengenai buku, “dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambaran yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan, dilubangi, dan diikat

40 Kurniawati, Op. cit., h. 9-10 (http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

(42)

atau dijilid muka dan belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu”.42

Sedangkan dalam arti sempit pengertian buku merupakan suatu kertas berjilid yang menjadi satu kesatuan dimana didalamnya terdapat informasi.43

Sedangkan menurut pandangan lain, buku adalah media pengarang untuk menuangkan pemikiran dan ilmu pengetahuannya dalam rupa bahan tertulis.44

Walaupun terdapat berbagai pengertian mengenai buku, namun secara garis besar buku memiliki arti sebuah bahan tertulis yang didalamnya terdapat berbagai informasi baik informasi masa lalu, masa sekarang dan memungkinkan di masa yang akan datang, dan dapat juga berisi ilmu pengetahuan serta pemikiran pengarangnya, dimana media yang digunakan untuk menulis dapat berupa kertas, kulit, kain, karton, atau kayu yang dijilid.

Dalam bidang pendidikan, buku memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan siswa yang kreatif dan berkembang positif dalam berbagai aspek. Hal ini dikarenakan buku mampu memberikan dan meningkatkan pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki siswa mengenai berbagai bidang kehidupan berupa diri, masyarakat, budaya, dan alam sekelilingnya, maupun tentang Tuhan yang menciptakan semua itu.45 Oleh karena itu sudah seharusnya buku pendidikan mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah, pengarang, bahkan para pendidik agar buku pendidikan yang berada di pasaran layak digunakan oleh siswa dan dapat meningkatkan kreatifitas, dan ilmu pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, “bahwa buku berperan penting dan strategis dalam upaya meningkatkan mutu

42Ibid., h.12

43Ibid., h.13

44 Prastowo, op, cit., h.166

(43)

pendidikan, sehingga perlu ada kebijakan pemerintah mengenai buku bagi peserta didik”.46

Dalam dunia pendidikan, dikenal beberapa jenis buku yang mampu menunjang jalannya proses pembelajaran siswa di sekolah maupun di rumah. Selain buku yang diperuntukan untuk siswa, terdapat juga buku yang diperuntukan khusus untuk guru yaitu buku pegangan yang dijadikan referensi dan pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menteri Pendidikan Nasional dalam Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 mengkategorisasikan buku menjadi (a) buku teks pelajaran, (b) buku panduan pendidik, (c) buku pengayaan, (d) buku referensi, dengan penjelasan dari masing-masing buku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

2) Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.

3) Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi.

(44)

4) Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas.47

Untuk pembahasan selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam mengenai buku pengayaan dan bagaimana cara atau teknik menyusun buku pengayaan

c. Buku suplemen atau buku pengayaan

Dalam kamus bahasa Indonesia, suplemen memiliki arti tambahan atau lampiran pelengkap.48 Jika dihubungkan dengan jenis-jenis buku yang telah dibahas sebelumnya, maka buku suplemen memiliki arti yang sama dengan buku pelengkap atau buku pengayaan.

Buku pengayaan dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran dan tujuan dari pendidikan nasional, karena mampu menambah pengetahuan yang dimiliki siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 11/2005 Pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, selain menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan wajib, guru juga dapat menggunakan buku pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan peserta didik membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan

Mengenai penggunaan dan pengadaan buku pengayaan sangatlah dianjurkan, hal ini seusai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia no 2 tahun 2008 pasal 6 ayat 2 dan 3 menyatakan “selain buku teks, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta

47Ibid., h. 107-108

(45)

didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi”.49

Buku pelengkap atau buku pengayaan merupakan buku yang berisi berbagai informasi yang mampu melengkapi atau menunjang informasi yang terdapat di dalam buku pokok. Buku ini tidak wajib dimiliki oleh siswa dan guru, namun sangat membantu memperluas pemikiran siswa mengenai ilmu pengetahuan yang didapatnya dalam buku pokok, karena didalam buku pengayaan dibahas secara lebih luas dan lebih mendalam mengenai suatu bahasan pokok tertentu yang terdapat di dalam kurikulum, dan dalam penyusunannya tidak mengacu secara penuh pada kurikulum, baik dari tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya.50

Menurut Andi, buku teks terbagi menjadi dua yaitu buku teks utama dan buku teks pelengkap. “Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok Sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama serta digunakan oleh pendidik dan peserta didik”.51

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai buku pengayaan yang telah diterang diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa buku pengayaan adalah buku yang mampu menunjang buku pokok, dimana didalamnya berisi informasi yang mengulas lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan tertentu, penyusunan buku pengayaan juga tidak berpacu secara kesuluruhan kepada kurikulum dan dalam penggunaannya didunia pendidikan tidak lah diwajibkan namun penting untuk menunjang pendidikan disekolah.

Buku pengayaan termasuk kedalam buku non teks, hal ini Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang

49Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008, 2014, h.110

(46)

Standar Nasional Pendidikan dan tugas Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengendalian mutu buku mengenai macam-macam buku menurut kewenangannya. Berdasarkan kewenangan badan yang melakukan standarisasi terdapat dua macam buku yaitu buku teks dan buku non teks. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) memiliki kewenangan untuk menstandarisasi buku teks. Sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik yang termasuk kedalam buku non teks, BSNP tidak memiliki kewenangan untuk menstandarisasi buku ini.52

Dibawah ini akan dijelaskan ciri-ciri buku non teks yang salah satu contohnya adalah buku pengayaan:

1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas, atau buku panduan bagi pembaca;

3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan;

4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;

5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;

(47)

6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran.53

Berdasarkan ciri-ciri buku non teks yang telah dijelaskan diatas, menguatkan makna atau pengertian dari buku pengayaan yang merupakan buku penunjang atau pelengkap buku pokok yang dapat digunakan di sekolah.

Menteri pendidikan nasional membagi buku pengayaan menjadi tiga macam, yaitu buku pengayan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian (jenis nonfiksi dan jenis fiksi).54Dibawah ini akan dijelaskan secara mendalam mengenai ketiga macam buku pengayaan tersebut:

1) Buku pengayaan pengetahuan

Mengambil makna dari pengayaan yang memiliki arti menunjang atau melengkapi, jadi pengertian buku pengayaan pengetahuan adalah sebuah buku yang didalamnya berisi informasi-informasi yang mampu meluaskan pengetahuan yang dimiliki siswa dan tidak terdapat di dalam buku teks (buku pokok). Hal ini sesuai dengan penyataan yang terdapat di dalam pedoman penulisan buku non teks yang menuliskan

Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.55

53Pedoman Penulisan Buku Non Teks Buku Pengayaan,Referensi, dan Panduan Pendidik,(Jakarta Pusat: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, TT) h. 2-3

54Menteri Pendidikan Nasional, Penilaian Buku Non Teks Pelajaran, 2014 (http://puskurbuk.net/web13/)

(48)

2) Buku pengayaan keterampilan

Sama halnya dengan pengertian buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan memiliki pengertian sebuah buku yang mampu memperluas informasi-informasi pembaca, hanya saja dalam buku pengayaan keterampilan berisi konten-konten yang mampu meningkatkan kemampuan dasar para pembacanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks

Buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.56

3) Buku pengayaan kepribadian

Berdasarkan yang tertulis di dalam pedoman penulisan buku non teks yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional diperoleh pengertian dari buku pengayaan kepribadian yaitu “Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum”.57

d. Langkah-langkah Menulis Buku Non Teks

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa buku suplemen termasuk kedalam buku non teks, dimana buku non teks berbeda dengan buku

(49)

teks. Selain itu telah dijelaskan juga ciri-ciri buku non teks yang berbeda dengan buku teks namun memiliki tujuan yang sama untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang dimiliki pelajar maupun umum. Dibawah ini akan dijelaskan tahapan-tahapan dalam menulis buku non teks terdiri dari:

1) Menyiapkan konsep dasar tulisan;

Sebelum penulis menulis buku non teks, ada baiknya jika penulis menentukan konsep dasar dari buku non teks yang hendak ditulis. Dalam hal ini mengenai buku pengayaan yang terdiri dari tiga macam yaitu buku pengayaan keterampilan, pengetahuan, dan kepribadian. Seorang penulis harus bisa menentukan buku pengayaan jenis apa yang akan ditulis. Selain itu dalam penulisan buku nonteks, penulis dapat mengembangkan tulisannya seleluasa mungkin serta bebas menuangkan gaya bahasa dan model dari buku non teks nya.58

Selain itu juga terdapat konsep dasar penulisan buku non teks yang harus diperhatikan oleh penulis. Dalam buku pedoman penulisan buku nonteks yang dibuat oleh pusat perbukuan departemen pendidikan, dituliskan beberapa konsep dasar penulisan buku nonteks, yaitu:

Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.59

2) Memerhatikan proses kreatif

Dalam menulis buku nonteks, penulis mengalami proses berfikir kreatif dengan menggunakan bahan tulisan melalui

(50)

menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tiddak terduga dengan tahapan-tahapan merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai gagasan yang dihubungkan dengan realita.60

3) Menetapkan aspek yang akan dikembangkan;

Sama hal nya dengan buku teks pelajaran, buku non teks pelajaran juga harus memperhatikan tiga aspek domain pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini tertulis didalam buku pedoman penulisan buku non teks

Demikian pula halnya dengan domain afektif dan psikomotorik, penulis buku nonteks pelajaran harus merancang terlebih dahulu aspek dari domain tersebut yang masih perlu dikembangkan, baik untuk keperluan peserta didik maupun bagi pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.61

4) Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

Dalam menulis buku non teks harus disesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca terutama buku non teks pengayaan yang selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berfikir peserta didik. Kemampuan ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta kebudayaan masyarakat tempat peserta didik tinggal. Oleh karena itu peserta didik seharusnya mampu menulis buku non teks yang sesuai dengan keadaan Indonesia.62

60Ibid., h.61

(51)

e. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku NonTeks

Untuk menghasilkan buku non teks yang berkualitas, selain mengetahui langkah-langkah penyusunan buku, maka juga harus memperhatikan komponen dasar dan kompononen utama yang harus dimiliki buku tersebut.

1) Komponen Dasar

Di dalam Komponen dasar ini terdiri atas : a) karakteristik buku nonteks

Terdapat beberapa karakteristik buku non teks yaitu:

- Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu

- Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi dalam bentuk pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya;

- Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan tingkat kelas;

- Pengembangan materi tidak terkait secara langsung dengan atau sebagian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dalam Standar Isi;

- Materi buku dapat d

Gambar

gambar, dan model
Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Rating Scale
Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor13
Tabel 3.7 Bobot yang Dimiliki oleh Setiap Indikator14
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini, yaitu : (1) Mengetahui kriteria bahan ajar suplemen berbasis elektronik materi gempa bumi yang dibutuhkan siswa kelas VII; (2) Mengembangkan bahan

Penelitian ini bertujuan, yaitu:(1) Mengetahui kriteria bahan ajar suplemen berbasis elektronik materi gempa bumi; (2) Mengembangkan bahan ajar suplemen berbasis elektronik

Maka dari itu, penelitian yang menggunakan jenis penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku suplemen membaca menulis permulaan

Abidin (2014), menyatakan ada 3 aspek yang harus dipenuhi untuk mengembangkan bahan ajar: (1) berdasarkan aspek materi; kesesuaian materi dengan kurikulum, kesesuaian

Dengan mengembangkan bahan ajar yang berbasis penemuan terbimbing, diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan prinsip dari geometri ruang.. Salah satu bahan ajar yang

Efektivitas buku ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini diukur melalui empat indikator, yakni (1) keterlaksanaan pengembangan buku ajar, (2) aktivitas mahasiswa

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan bahan ajar berbasis kearifan lokal Kota Batu untuk kelas IV SD adalah: (1) memiliki cakupan materi yang luas

5 Analisis Data Hasil analisis data digunakan berfungsi dan membantu peneliti pada saat melakukan pengolahan data untuk mengembangkan bahan ajar struktur teks deskripsi berbasis