• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.3.1. Bahasa Tinggi (gehoben)

Berdasarkan data penelitian, teridentifikasi 140 data termasuk ragam

bahasa tinggi (gehoben). Ragam bahasa tinggi (gehoben) lazimnya hanya digunakan pada teks sastra, untuk menciptakan keindahan. Berikut ini dipaparkan ragam bahasa tinggi (gehoben) dan bagaimana ragam bahasa tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

1) BSu : Wie in der Göttin stilles Heiligtum (J3 h. 3).

BSa : Seperti juga di kuil sunyi sang dewi (I3 h. 3).

Kata Heiligtum artinya sesuatu yang suci ‘heilig’. Dalam Bsa diterjemahkan menjadi kuil. Pilihan kata ‘kuil’ diambil berdasarkan konteks kalimatnya, bahwa sang Dewi tinggal di kuil, data (II98 h.9) dan (I256 h.113).

2) BSu: Ein hoher Wille, dem ich mich ergebe (J8 h.3).

BSa: Oleh kuasa tinggi yang kuabdi (I8 h.3)

Kata hoher Wille artinya keinginan, kemauan, kehendak, tekat. Pilihan kata ‘kuasa’ digunakan karena, kata kuasa adalah sebagai keinginan, kemauan dan kehendak seorang Dewi atas segalanya. Pemilihan kata

“kuasa” menunjukkan gaya “bertenaga”, pilihan kata yang tepat dan khusus untuk seorang Dewi, sedangkan kata keinginan, kemauan, kehendak memberikan kesan netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Machali (2011: 82) bahwa dalam menerjemahkan harus diupayakan padanan gaya “bertenaga”.

3) Bsu : Ich rechte mit den Göttern nicht, allein. (J23 h.3)

Bsa: Aku tidak berseteru dengan dewata, hanya m(I23h.4)

Kata rechten termasuk dalam tingkatan bahasa tinggi (gehoben), yang artinya berdebat, mengadu argumen. Penerjemah menggunakan kata berseteru, yang berasal dari bahasa Jawa, agar menimbulkan kesan khusus.

4) Bsu: Und in der Fremde weiß er sich zu helfen. (J 26 h.3),

Bsa: Dan di negeri asing dapat ia pun diri menyesuaikan. (I26 h.4)

Kata Fremde dapat berarti yang datang dari luar/ asing, daerah/ negeri di luar tanah air, orang asing/ yang berasal dari luar negeri. Kata Fremde dengan arti yang datang dari negeri, di luar tanah air disesuaikan dengan konteks kalimat.

5) BSu: Schon einem rauhen Gatten zu gehorchen, (J 30 h.3) BSa: Mematuhi seorang suami yang kasar pun (I30 h.4)

Kata der Gatte termasuk pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben). Kata der Gatte digunakan sebagai ungkapan menghormati/ meninggikan lawan bicara ataupun orang lain, contoh:

a) Wie geht’s es Ihrem Gatte? ‘Apa kabar suami anda’

b) Sie besuchte in Begleitung ihres Gattens das Konzert. ‘Dia menonton konser dengan didampingi suaminya’.

Dalam BSa der Gatte penerjemah mengartikan dengan kata ‘suami’

karena tidak tidak ada kata khusus sebagai ungkapan penghormatan.

Pilihan kata “suami” sebagai kata yang umum digunakan dapat mempermudah pemahaman pembaca.

6) BSu: Ein feindlich Schicksal in die Ferne treibt! (J 32 h.3) BSa: Tergusur nasib buruk diungsikan ke negeri jauh! (I32 h.5)

Kata die Ferne termasuk pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben) dan mengandung arti negeri asing yang jauh. Penerjemah menggunakan

kata negeri jauh, dalam hal ini dikaitkan dengan konteks cerita, bahwa Ifigenia diasingkan di Yunani, yang jauh dari tanah asalnya.

7) BSu: So hält mich Thoas hier, ein edler Mann, (J 33)

BSa: Begitulah nasibku, aku di sini ditahan Thoas, seorang lelaki mulia.

Kata edel mengandung arti ‘terhormat/ mulia’ jika dikaitkan dengan

sikap, pandangan. Namun kata edle, dapat tergolong dalam tingkatan bahasa baku (neutral) dan mengandung arti lain, jika digabungkan dengan kata Pferd ‘kuda’, menjadi edles Pferd/ ‘kuda ras’. Demikian juga pada kata gabungan ‘edle Weine’ artinya menjadi ‘minuman anggur jenis unggul’. Pada terjemahan digunakan kata ‘mulia’, karena konteks, yaitu dikaitkan dengan Thoas, seorang , raja yang mulia.

8) BSu: In ernsten, heil'gen Sklavenbanden fest. (J34 h.3)

BSa: Dalam ikatan suci yang sesungguhnya perbudakan. (I34 h.5) Kata heilig berarti suci. Dalam BSa penerjemah menggunakan kata

‘suci’ sesuai dengan BSu.

9) BSu: In deinen heiligen , sanften Arm genommen (J 42 h.4) BSa: merangkul dalam pelukan suci nan lembut (I42 h.5))

Frasa Arm genommen ( kata asal Arm nehmen) dalam data J42 tergolong pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben), yang artinya merengkuh tangannya, merangkulnya, melindunginya. Dalam Bsa

penerjemah menggunakan ungkapan ‘merangkul dalam pelukan’.

Kata ‘merangkul’ ditambah dengan kata ’dalam pelukan’ memberikan kesan makna yang lebih kuat.

10) BSu: Die Gattin ihm, Elektren und den Sohn (J 49 h.4) BSa: Istrinya, putrinya - Elektra - serta putranya (I 49 h.4)

Kata die Gattin, jenis feminin kata der Gatte (J 30) termasuk pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben). Seperti pada der Gatte digunakan sebagai ungkapan menghormati/ meninggikan lawan bicara ataupun orang lain. Dalam BSa penerjemah meggunakan kata ‘istri’, karena dalam BSa tidak ada kata khusus sebagai ungkapan penghormatan untuk kata ‘istri’.

11) BSu: So gib auch mich den Meinen endlich wieder (J 51 h.4)

BSa: Hendaknya juga aku akhirnya dikembalikan kepada keluargaku.

(I51 h.6)

Kata ‘den Meinen’ pada data J 51 digolongkan pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben), sinonim dari Angehörigen yang artinya sanak keluarga. Kata ‘Meinen’ merupakan bentuk kata benda/ Substantiv dari kata ganti kepunyaan/ Possesivpronomen ‘mein/ kepunyaanku’.

Dalam BSa, penerjemah menggunakan kata ‘keluarga’, sebagai wujud dari hal yang dipunyai. Pemilihan kata ‘keluarga’, karena disesuaikan dengan konteks cerita.

12) BSu: O heil'ge Jungfrau, heller, leuchtender, (J65 h.4)

BSa: Duhai , Perawan Suci, lebih cerah, lebih bersinar (I65 h.7)

Kata heilig berarti suci. Dalam BSa penerjemah menggunakan kata

‘suci’ seperti pada BSu.

13) BSu: Solang' ich dich an dieser Stätte kenne, (J 70)

BSa: Selama aku mengenalmu di sini, tempat dengan penuh kenangan, (J 70)

Kata dieser Stätte digolongkan pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben).

Kata die Stätte mengandung arti tempat yang bersejarah/ yang penuh kenangan. Dalam BSa penerjemah menggunakan arti yang sama, yaitu tempat yang penuh kenangan. Penerjemahan mengacu pada konteks cerita.

14) BSu: Zu dringen strebten, leider faßte da … (J 83 h )

BSa: Menjulang ke atas, sayangnya ketika itulah … (I84 h.8)

Kata streben tergolong pada stilistika (Stilebenen) bahasa tinggi (gehoben) dan mempunyai arti berupaya. Dalam konteks ini artinya menjadi berupaya menjulang ke atas. Kata streben juga digunakan pada konteks berikut:

Die Plflanzen streben zum Licht. ‘Tumbuhan itu menjulang ke arah cahaya’.

Der Fluss strebt zum Meer. ‘Sungai itu mengalir ke laut.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan, bahwa streben digunakan dalam konteks yang bermakna konotatif. Hal ini dapat dibandingkan dengan kalimat yang menggunakan kata streben dengan stilistika (Stilebenen) bahasa baku (neutral), sebagai berikut:

Die Besucher streben zum Ausgang. ‘Para pengunjung berusaha menuju pintu masuk’

15) BSu: Mit Ehrfurcht und mit Neigung zu begegnen. (J100 h.5)

BSa: Yang harus dihormat dan disayang, (J100 h.9)

Kata die Neigung mempunyai beberapa arti; landaian, penurunan, minat, kecende-rungan, keinginan, rasa sayang. Pada konteks kalimat di atas penerjemah memilih kata ‘disayang‘ sebagai terjemahannya.

Kata Neigung dapat mengandung stilistika (Stilebenen) bahasa baku (neutral) pada contoh kalimat berikut:

a) Die Neigung des Turmes beträgt 15 Grad ‘Kecondongan menara itu berkisar 15 derajat’

b) Die Straβe weist eine leichte Neigung auf. ‘Jalan itu agak menurun’

16) BSu: Und dieses Ufer ward dir hold und freundlich (J101 h.5)

BSa: Dan pantai ini, menjadi suci dan ramah kepadamu (I101 h.9) Kata kerja ward merupakan bentuk gaya lama dari werden. Kata ward berasal dari werden, merupakan bentuk lampau dari werden, yang artinya ‘menjadi’. Bentuk ini hanya terdapat pada sastra klasik, untuk mengungkapkan kesan keindahan.

17) BSu: Nach altem Brauch ein blutges Opfer fiel. (J 105)

BSa: Kurban darah sesuai kebiasaan sejak dahulu kala.

Kata das Opfer mempunyai arti korban, persembahan. Pada konteks data J 105, kata das Opfer termasuk pada bahasa tinggi (gehoben), yang artinya persembahan kepada dewa. Pada BSa penerjemah memilih kata kurban, sebagai kata yang lazim digunakan, agar mempermudah pemahaman. Dapat dibandingkan kata das Opfer dengan arti netral dalam kalimat berikut:

a) Die Überschwemmung hat viele Opfer gefördert. ‘Banjir itu memakan banyak korban’

b) Die Opfer des Verkehrsunfalls werden sofort ins Krankenhaus geliefert. ‘Korban kecelakaan lalu lintas itu segera dilarikan ke rumah sakit’ .

18) BSu: Wer hat des Königs trüben Sinn erheitert? (J121 h. 6) BSa: Siapakah telah menghibur raja yang berduka? (J121 h.10)

Kata der Sinn pada data J 121 mempunyai arti, panca indra, perasaan. Trüben Sinn / ‘perasaan keruh’ diungkapkan dalam BSa menjadi ‘yang berduka’, karena disesuaikan dengan konteks cerita.

19) BSu: Hat nicht Diane, statt erzürnt zu sein, (J 128 h.6) BSa: Bukankah dewi Diana tidak menjadi murka (I128 h.11)

Dalam kamus stililistik erzürnt termasuk dalam bahasa tinggi (gehoben) dan mengandung arti membuat marah. Pada Bsa

penerjemah memilih kata lain, yaitu murka. Kata ‘murka’ berarti sangat marah, atau memberi kesan yang lebih dari sekedar marah 20) BSu: Und fühlt nicht jeglicher ein besser Los, (J 132 h. 6)

BSa: Dan bukankah seluruh rakyat merasakan perbaikan nasib? ( I132 h.11)

Kata Los yang berarti nasib termasuk bahasa tinggi (gehoben).

Contoh penggunaan nya yang lain; bitteres, schweres, hartes Los

‘nasib buruk’. Penerjemah memilih kata nasib, karena dikaitkan dengan konteks cerita, bahwa terjadi perbaikan nasib rakyat setelah pemerintahan raja yang bijaksana (J133, J134)

Kata ‘Los’ dengan makna lugas, misalnya;

a) Die Reihenfoge wird durch das Los entschieden.

Urutannya ditentukan berdasarkan undian.

b) Der Haupttreffer fiel auf das Los Nr. 598.

Pemenang utama jatuh pada nomor undian 598.

21) BSu: Auf Tausende herab ein Balsam träufelt? (J138 h.6) BSa: Menitikkan kesejukan bagi ribuan orang? ? (I138 h.11)

Der Balsam artinya balsem, minyak kental untuk meringankan rasa sakit. Penerjemah menerjemahkan memilih kata ‘kesejukan’, yang dikaitkan dengan konteks (J135 h.6) bahwa kehadiran Ifigenia

meringankan beban rakyat.

22) BSu: Vertraut er wenigen der Seinen mehr, (J157 h.6)

BSa: Beliau hanya percaya kepada segelintir kerabatnya, (I157 Seperti pada kata ‘den Meinen’ pada data J 51, der Seinen digolong-

kan pada tingkatan bahasa tinggi (gehoben), sinonim dari Angehörigen yang artinya sanak keluarga. Pada data J157, kata

‘Seinen’ merupakan bentuk kata benda/ Substan-tiv dari kata ganti kepunyaan/ Possesivpronomen ‘sein/ kepunyaan dia (laki-laki, yang dimaksud raja Thoas). Dalam BSa, untukmemperjelas makna, penerjemah menggunaan kata ‘kerabat’, yang merupakan kepunyaan raja, kerabat raja.

23) BSu: Gib ihm für seine Neigung nur Vertraun. (J174 h.7) BSa: Balaslah cinta kasihnya Dengan kepercayaan. (I174 h.13)

Seperti pada data J100 h. 5, die Neigung diterjemahkan ‘disayang‘, pada data J174 cinta kasih dipilih sebagai padanannya dalam BSa.

Kata die Neigung diartikan secara konotatif sebagai kecenderungan hati. Agar maknanya konkrit, digunakan kata ‘cinta kasihnya’.

24) BSu: Weil einer Priesterin Geheimnis ziemt. (J177 h.7)

BSa: Karena seorang pendeta patut menyimpan rahasia. (I177 h.14).

Kata ziemen tergolong bahasa tinggi (gehoben), yang berarti sepatutnya. Pada BSa penerjemah menggunakan kata yang sama, yaitu patut.

25) BSu: Daß du sorgfältig dich vor ihm verwahrst. (J181 h.7)

BSa: Beliau merasa bahwa kau tidak mau membuka dirimu kepadanya. (I181 h.14)

Kata verwahren tergolong bahasa tinggi (gehoben). Dalam Stil-wörterbuch dijelaskan “verwahren (geh.) sicher aubewahren”/

menyimpan dengan aman. Terkait dengan konteks data J181, dalam Bsa diterjemahkan menjadi tidak mau membuka diri, bahwa Ifigenia tidak mau membalas cinta kasih raja (J174).

Kata verwahren diartikan secara konotatif sebagai tidak mau membuka diri.

26) BSu: Nährt er Verdruß und Unmut gegen mich? (J182 h.7) BSa: Apakah raja jengkel dan kesal terhadapku? (I182 h.14)

Kata nähren ( etwas nähren) termasuk bahasa tinggi (gehoben), yang arti harfiahnya adalah ‘memelihara, membesarkan’. Beberapa contoh kalimat yang dibentuk dengan kata nähren dengan arti bahasa tinggi (gehoben);

Er nährte lange Zeit den Wunsch, eines Tages ein Haus zu bauen.

‘Sejak lama ia mempunyai keinginan, suatu saat dapat membangun sebuah rumah’.

Dalam BSa kata nähren tidak diterjemahkan sebagai kata yang berdiri sendiri, namun dalam BSu kata nähren harus diikuti objek.

Agar terjemahan terkesan alami, mengalir dan mudah dipahami, penerjemahan menggunakan tata bahasa baku BSa.

27) BSu: In seinem Busen nicht der Unmut reife (J188 h.7)

BSa: Beliau jangan menjadi kalap (I188 h.14)

Kata reifen pada konteks data J188 h.7 termasuk stilistika bahasa tinggi (gehoben). Arti harfiah data J188 h.7 adalah ‘jangan tumbuh kemarahan di dadanya’. Untuk memperjelas makna, pada Bsa penerjemah mengungkapkan dengan singkat tetapi tegas, yaitu

‘beliau jangan menjadi kalap’.

28) BSu: Wie? Sinnt der König, was kein edler Mann, (J191 h.7)

BSa: Apa? Apakah raja menghasrati apa yang oleh tidak seorang pun yang berbudi luhur (I191 h.14).

Sinnen termasuk kata bahasa tinggi (gehoben), yang artinya memikirkan. Pada BSa penerjemah memilih kata menghasrati. Kata

‘menghasrati’ mengandung arti keinginan/ harapan yang kuat, jadi tidak hanya memikirkan. Pemilihan kata ‘menghasrati’ memberikan kesan lebih kuat, lebih lagi jika dikaitkan dengan konteks data J195, bahwa raja ingin menjadikan Ifigenia sebagai istrinya/ “Menyeret aku dengan kekerasan dari meja persembahan ke pelaminannya?” (I195).

29) BSu: Je denken sollte? Sinnt er, vom Altar (J194 h.7)

BSa: Seharusnya tidak pernah boleh dihasrati ? Apakah raja merencanakan (I194 h.15).

Seperti pada data J191, kata sinnen mengandung arti memikirkan.

Pada Bsa penerjemah menggunakan kata ‘merencanakan’, yang berarti lebih konkrit dan jelas dari pada kata memikirkan. Terkait dengan konteks data J195, bahwa raja berencana menjadikan menjadikan Ifigenia sebagai istrinya.

30) BSu: Und Jungfrau einer Jungfrau gern gewährt. (J199 h.7) BSa: Dan sebagai dewi yang perawan dengan senang hati

melindungi perawan. (I199 h.15).

Kata gewähren termasuk bahasa tinggi (gehoben), yang mengandung arti menjamin. Pada BSa penerjemah mengunakan kata

‘melindungi’, sebagai ungkapan konkrit terkait dengan konteks cerita, bahwa Dewi Diana, dewi yang perawan melindungi Ifigenia dari ancaman sebagai korban kepada dewa.

31) BSu: Sei ruhig! Ein gewaltsam neues Blut (J200 h.7)