• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gabungan Beberapa Teknik Penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2) BSu: Du forderst mich! Was bringt dich zu uns her? (J256 .49)

4.1.1.6. Gabungan Beberapa Teknik Penerjemahan

Dalam upaya memindahkan makna dari BSu ke dalam BSa sering ditemui permasalahan, baik dari segi linguistik maupun non linguistik.

Dengan demikian penerjemah akan berusaha menanggulangi dengan menerapkan gabungan beberapa teknik penerjemahan. Jika satu teknik belum dapat menciptakan terjemahan yang baik, maka diterapkan perpaduan dari beberapa teknik, agar dapat disusun padanan dalam BSa yang benar.

Proses penerjemahan dapat berlangsung berulang-ulang sampai penerjemah merasa bahwa hasil terjemahannya sudah optimal. Selain itu, pertimbangan terjemahan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan tetap menampilkan kesan nuansa keindahan, serta mudah dipahami. Mengutip pendapat Albrecht (2005: 27), bahwa hasil terjemahan adalah ‘potentiell unendlich’ artinya bahwa tidak akan pernah final dan selalu ada kemungkinan diperbaiki. Demikan juga Bell (1991: 31) menyatakan bahwa, proses penerjemahan merupakan sebuah siklus, yang dapat dilakukan berulang dan berkali-kali. Konsep terjemahan yang yang telah dibuat dapat ditinjau kembali berulang kali, sampai penerjemah merasa telah memperoleh hasil terjemahan yang optimal.

Berdasarkan analisis, terdapat 83 data yang diterjemahkan dengan gabungan beberapa teknik penerjemahan (lamp. 1), seperti pada tabel 4.2.

berikut;

Tabel 4.2. Gabungan teknik penerjemahan tersebut, sebagai berikut :

No Teknik terjemahan

Jumlah 1. Harfiah (literal) + peminjaman (borrowing) 4

2. Pemadanan (equivalence) + peminjaman (borrowing) 1

3. Modulasi (modulation) + peminjaman (borrowing) 9

4. Harfiah (literal) + Transposisi (transposition) 1

5. Harfiah (literal) + Modulasi (modulation) 2

6. Harfiah (literal) + pemadanan (equivalence) 10

7. Transposisi (transposition) + pemadanan (equivalence) 10

8. Modulasi (modulation) + pemadanan (equivalence) 33 9. Modulasi (modulation) + Transposisi (transposition)

Peminjaman (borrowing) + modulasi

9

10 (modulation) + pemadanan (equivalence) Transposisi (transposition) + modulasi

1

11. (modulation) + pemadanan (equivalence) Transposisi (transposition) + modulasi

2

12. (modulation) + peminjaman (borrowing) 1

Jumlah 83

Berikut ini ditampilkan beberapa contohnya:

No Bahasa Sumber

Der Priesterin Dianens Gruß und Heil. (J55 h.4)

Hat nicht Diane, statt erzürnt zu sein, (J128 h.6) Bahasa Sumber

Drum bitt' ich dich, vertrau' ihm, sei ihm dankbar, (J206 h.8)

N

Weh dem, der fern von Eltern und Geschwistern

Dan hingga kini masih berharap kepada-mu, Diana, Dewi pujaanku, (I40 h.5)

Salam sejahtera kepada Pendeta Putri yang mengabdi

yakanlah dirimu kepadanya, tunjukkan

5. unglücklich nennen willst, (J91 h.5) lit e

Von dir möcht' ich es weiter noch vernehmen.

(J259 h.49)te

Entsetzlich wechselt mir der Grimm im Busen (J235 h.48)

Kalau Putri menyebut dirinya begitu

tidak beruntung (I91 h.8)

Aku masih ingin mendengar penjelasan

itu sekali lagi dari Putri sendiri.

(I259 h.113)

Amuk di dadaku berubah-ubah arah dengan mengerikan:

Tradisi lama yang memerin-tah--kan Putri, bukan aku.

(I283 h.115)

Hingga tiap orang asing diperbahkan kepada dewi Diana (I123 h.10)

.

10.

11

12

1) BSu: Noch und hoffe jetzt auf dich, Diana, (J40 h.4)

BSa: Dan hingga kini masih berharap kepadamu, Diana, Dewi pujaanku, (I40 h.5).

Pergeseran letak pada terjemahan klausa Noch und hoffe jetzt auf dich merupakan penerapan transposisi, dengan tujuan memberikan penekanan informasi pada keterangan waktu ‘dan hingga kini’. Penambahan keterangan aposisi ‘Dewi pujaanku’ merupakan modulasi, yang menjadikan terjemahan lebih jelas dan berkesan kuat, bahwa Diana adalah dewi pujaan.

BSu Noch und hoffe jetzt auf dich, Diana,

Teknik peminjaman diterapkan untuk menyesuaikan nama Diane menjadi ‘Diana‘. Frasa ‘Gruß und Heil‘ diterjemahkan dengan menggunakan teknik pemadanan (equivvalence). Frasa ‘Gruß und Heil‘

adalah ungkapan idiomatik, yang digunakan sebagai salam penghormatan kepada seseorang yang tinggi derajatnya dan dihormati.

Bsu

Penerjemahan nama Diane menjadi Diana sebagai teknik peminjaman (borrowing), dengan menyesuaikan ucapan seperti pada bahasa Indonesia. Pada Bsa terjadi penambahan kata ‘dewi‘. Klausa statt erzürnt zu sein ‘sebagai ganti menjadi marah‘ diterjemahkan menjadi

‘tidak menjadi murka‘. Kata ‘marah‘ diganti dengan menggunakan sinonim, yaitu ‘murka‘, yang menjadikan maknanya lebih kuat.

Penambahan dan penggunaan sinonim merupakan penerapan teknik modulasi.

BSu Hat nicht Diane, statt erzürnt zu sein (J12

8 h.6)

(verba )

(adv.

)

(pron.) (prep.) (adv.) (prep.) (verba )

GC apakah tidak Diana sebagai ganti

marah untuk adalah

4) Bsu: Drum bitt' ich dich, vertrau' ihm, (J206 h.8)

BSa: Sebab itu aku mohon kepadamu, percayakanlah dirimu kepadanya, sei ihm dankbar

tunjukkan lah rasa terima kasihmu. (I206 h.16)

Terjemahan harfiah diterapkan pada klausa Drum bitt' ich dich adanya penyesuaian tata bahasa sasaran, yaitu kata ‘saya’ sebagai subjek kalimat diletakkan sebelum predikat, ‘mohon aku’ menjadi ‘aku mohon’. Pada

‘vertrau ihm‘, penyesuaian dilakukan pada kata ihm. Pada Bsu kata ihm berfungsi sebagai objek penyerta (Dativ), sehingga diterjemahkan menjadi ’percayakanlah dirimu kepadanya‘. Teknik transposisi diterapkan untuk menerjemahkan sei ihm dankbar‘. Dalam BSu sei ihm dankbar adalah ungkapan adjektiv (yang mengunakan kata sifat), dan

dalam Bsa diterjemahkan dalam ungkapan verbal, yaitu ’tunjukkan lah

5) BSu: Weh dem, der fern von Eltern und Geschwistern (J15 h.3) lm BSa: Betapa sakit, duhai manusia yang jauh dari orang tua dan

sanak saudara (I15 h.4)

Frasa weh dem diterjemahkan menjadi ‘betapa sakit duhai manusia’

merupakan upaya untuk menegaskan makna. Penambahan kata ‘betapa’

dalam konteks data (J15 h.3) membuat makna menjadi lebih kuat. Kata

‘betapa’ tidak lazim digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari, namun biasanya digunakan pada karya sastra. Demikian juga dengan pemilihan kata ‘manusia’ untuk menerjemahkan kata dem bertujuan mempertegas makna. Penambahan kata seru ‘duhai’ dapat menjadikan penegasan makna sebuah ungkapan. Kata ‘duhai’ pada umumnya digunakan dalam karya sastra. Klausa der fern von Eltern und Geschwistern dapat diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘yang jauh dari orang tua dan sanak saudara’.

BS

6) Bsu: Wenn du dich so unglücklich nennen willst, (J91 h.5)

BSa: Kalau Putri menyebut dirinya begitu tidak beruntung (I91 h.8)

Penerjemahan kata du menjadi Putri, merupakan penerapan pemadanan (equivalence). Kata ‘Putri’ sebagai sebutan langsung dalam dialog kepada Ifigenia. Secara harfiah data I91 h.8 dapat diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia dengan baik.

BSu:

Pada data (J259 h.49) diterapkan teknik pemadanan (equivalence), transposisi dan modulasi. Teknik pemadanan (equivalence) diterapkan untuk menerjemahkan kata dir, yang artinya ‘kamu’ menjadi ‘Putri’, karena disesuaikan dengan konteks dialog, sebagai sebutan dari raja Thoas kepada Ifigenia. Pengubahan letak pada BSu kata keterangan von dir, yang artinya dari ‘Putri sendiri‘pada awal kalimat menjadi di akhir kalimat merupakan penerapan teknik transposisi. Teknik modulasi diterapkan untuk menerjemahkan kata es, yang artinya ‘itu‘. Kata es diterjemahkan dengan ungkapan sesuai konteks, yaitu ‘penjelasan itu, agar makna kalimat menjadi lebih jelas.

BS

8) BSu: Entsetzlich wechselt mir der Grimm im Busen. (J235 h.48)

BSa: Amuk di dadaku berubah-ubah arah dengan mengerikan. (I235 h.112)

Pengubahan letak kata keterangan entsetzlich, yang artinya ‘dengan mengerikan‘ merupakan penerapan teknik transposisi. Pada BSu kata keterangan entsetzlich berada di awal kalimat, diubah letaknya di akhir kalimat ‘dengan mengerikan‘.

Teknik modulasi diterapkan untuk menerjemahkan frasa mir der Grimm im Busen. Mir der Grimm im Busen artinya adalah ‘kemarahan di dadaku‘.

Kata ‘amuk‘ digunakan sebagai padanan dari kata kemarahan. Kata ‘amuk‘

adalah kosa kata bahasa Jawa. Pemilihan kata amuk memberikan makna

9) BSu: Wenn dir das Herz zum grausamen Entschluß (J262 h.49)

BSa: Kalau hati Baginda tetap pada keputusan dahsyat mengerikan ini, (I262 h.114) (I259 h.113).

Pada data (J262 h.49) diterapkan teknik pemadanan (equivalence) dan modulasi. Teknik pemadanan (equivalence) diterapkan untuk menerjemahkan kata dir, yang artinya ‘kamu’ menjadi ‘Baginda’, karena disesuaikan dengan konteks dialog, sebagai sebutan dari Ifigenia kepada.raja Thoas. Frasa zum grausamen Entschluß diterjemahkan menjadi ‘pada keputusan dahsyat mengerikan ini’ merupakan penerapan teknik modulasi, sebagai pengubahan dari makna harfiah ‘keputusan mengerikan’. Penambahan kata ‘dahsyat’ menjadikan terjemahan

terkesan tegas dan mempunyai nuansa seni. Terjemahan Bsa dapat dibandingkan dengan dalam glos cermat, sebagai terjemahan satuan.

BSu

10) BSu: Du glaubst, es höre der rohe Skythe, der Barbar, die Stimme (J389 h.52)

BSa: Menurut Putri, orang Skitia yang biadab ini, orang Barbar ini, akan mendengarkan (I389 h.121)

Penerjemahan kata du menjadi ‘Putri‘ merupakan pemadanan (equivalence) sebutan Raja Thoas kepada Ifigenia. Der rohe Skythe mengandung akna harfiah ‘Skitia yang kasar’. Pilihan kata ‘biadab’

memberikan makna yang ‘bertenaga’ dan sesuai untuk menggambarkan budaya bangsa Skitia, bukan sekedar kasar, namun lebih dari kasar.

Teknik peminjaman (borrowing) diterapkan pada penyesuain lafal pada kata Skythe menjadi Skitia. Es höre der rohe Skythe, der Barbar, die Stimme diterjemahan secara harfiah dengan menyesuaikan aturan tata bahasa Indonesia, sehingga menjadi terjemahan yang berterima.

Terjemahan satuan kalimat tersebut dapat dilihat pada glos cermat berikut:

1

1 1) BSu:

Ein alt Gesetz, nicht ich, gebietet dir. (J283 h.49)

BSa:Tradisi lama yang memerintahkan Putri, bukan aku. (I283h.115) Teknik pemadanan (equivalence) diterapkan untuk menerjemahkan kata dir, yang artinya ‘kamu’ menjadi ‘Putri’, karena disesuaikan dengan konteks dialog, sebagai sebutan dari raja Thoas kepada Ifigenia. Teknik modulasi diterapkan untuk menerjemahkan frasa ‘Ein alt Gesetz‘. ‘Ein alt Gesetz‘ artinya ‚undang-undang lama‘, namun dalam Bsa disesuaikan kata lain sesuai dengan konteks, yaitu ‘tradisi lama‘.

BSu:

12) BSu: Daß am Altar Dianens jeder Fremde (J123 h.6)

BSa: Hingga tiap orang asing dipersembahkan kepada dewi Diana (I123 h.10).

Teknik peminjaman (borrowing) diterapkan pada penyesuaian lafal pada kata Diane menjadi Diana. Frase daß am Altar Dianens jeder Fremde diterjemahkan dengan cara mengubah ungkapan agar mempermudah pemahaman dan sesuai dengan aturan tata bahasa Indonesia. Am Altar Dianens jeder Fremde ‘pada altar Diana’ diterjemahkan menjadi ‘tiap orang asing dipersembahkan kepada dewi Diana.

BSu

Secara keseluruhan teknik yang paling dominan diterapkan dalam menerjemahkan teks drama Iphigenie auf Tauris adalah modulasi. Diagram berikut menunjukkan sebaran teknik terjemahan yang digunakan penerjemah.

Diagram 4.1. Penerapan teknik penerjemahan