• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.6. Kajian yang Relevan

Sebelum menerjemahkan teks Iphigenie auf Tauris, penerjemah, Korah-Go melakukan penelitian yang terbit di jurnal Lembaran Sastra 21 tahun 2000 dengan judul “Johan Wolfgang von Ghoete: Iphigenie auf Tauris”. Penelitian dilakukan untuk menelaah secara mendalam analisis struktur karya J.W Goethe tersebut Korah-Go menelaah maksud dan tujuan (Intention) pengarang dengan menganalisis struktur dan gagasan. Untuk menelaah isi maksud dan tujuan (Intention) pengarang digunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menelusuri makna drama Iphigenie auf Tauris, peneliti mengacu pada penelitian Wierlacher (1983), tentang makna terpendam Iphigenie auf Tauris dari segi interkulturelle Germanistik, yaitu penemuan embrio hukum internasional. Data penunjang surat menyurat Goethe dengan adiknya, autobiografi digunakan agar analisis isi menjadi komprehensif. Temuan penelitian adalah penerimaan dan toleransi akan membawa berkah dan kemajuan rakyat dan negara. Gagasan kemanusiaan, penyelamatan dan perlindungan hukum terhadap kelompok yang sering dikucilkan. Untuk menjamin hak dan perlindungan mereka perlu diadakan persetujuan antar bangsa (hukum internasional). Hasil penelitian ini lah yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan pendukung dalam menerjemahkan teks Iphigenie auf Tauris ke dalam bahasa Indonesia. Analisis isi dari teks Iphigenie

auf Tauris mendukung pemahaman teks, sehingga membantu untuk menganalisis penerapan teknik penerjemahan dan realisasi makna stilistika dalam terjemahan.

Penelitian disertasi oleh Silalahi (2009) dengan judul “Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Texs Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis data mengacu pada teori Molina Albir, Newmark, Venutti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik harfiah (literal) merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam menerjemahkan teks Medical - Surgical Nursing. Teknik harfiah (literal) juga memberikan dampak yang sangat positif terhadap keakuratan terjemahan, sedangkan teknik penghilangan, penambahan, modulasi dan transposisi menjadikan hasil terjemahan menjadi kurang akurat dan bahkan tidak akurat. Penerjemahan teks Medical - Surgical Nursing dan teks drama Iphigenie auf Tauris keduanya menganut metode penerjemahan setia. Hasil penelitian yang menyatakan, bahwa untuk menerjemah-kan teks bidang kedokteran sebaiknya digunamenerjemah-kan teknik penerjemahan langsung, yaitu; peminjaman (borrowing), calque dan harfiah menguatkan pendapat bahwa penerjemahan teks sastra menuntut teknik penerjemahan penambahan, pengurangan, transposisi dan modulasi. Teknik tidak langsung yang dapat mencerminkan mencari padanan yang alami, sehingga dapat menampung makna karya yang diterjemah-kannya itu ke dalam bahasa sasaran.

Penelitian stilistik dari karya terjemahan dilakukan oleh Agustini yang termuat pada jurnal Teknosastik (2009) dengan judul “Diksi Figur Wanita pada Novel Daerah Salju Karya Ajip Rosidi: Kajian Stilistika”. “Daerah Salju”

diterjemahkan dari novel terkenal Kawabata Yasunari yang berjudul Yukiguni.

Penelitian ini dilakukan dengan penjelasan mendalam dalam upaya membandingkan diksi pada novel “Daerah Salju”. Penelitian ini menggabungkan teori gaya dan terjemahan. Teori gaya merujuk pada Leech (1981), Turner (1977), dan Luxemburg (1991), dan untuk teori terjemahan merujuk pada Nida (1964), Larson (1989). Langkah-lang-kah dalam analisis gaya adalah mengamati sinonim dan penyimpangan makna yang ada di Daerah Salju. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah penerjemahan literal dan idiomatik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan yang berbeda pada kata wanita, perempuan, gundik, piaraan, gadis, anak perempuan, perawan sesuai konteks dalam cerita novel.

Kemiripan kajian dengan penelitian Agustini dengan penelitian ini adalah membahas diksi dalam teks sastra terjemahan berbahasa Indonesia dan dibanding-kan dengan teks aslinya. Namun pembahasan penelitian Agustini sangat spesifik, yaitu difokuskan pada sebuah pilihan kata (figur wanita), makna dan penggunaannya pada teks sastra. Oleh karena itu teori yang digunakan sebagai acuan analisis dapat mendukung pembahasan teknik terjemahan dan analisis pilihan kata pada penelitian terjemahan Iphigenie auf Tauris.

Kajian tentang pilihan kata/ diksi telah dilakukan oleh Darmawan (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Analisi Diksi dan Konstruksi Kalimat dalam Terjemahan Syair Ta’lim Al Muta’allim”. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif, yang merupakan studi kasus untuk menganalisis ketepatan diksi terhadap penerjemahan syair. Sebelum analisis ketepatan diksi, dibahas terlebih dahulu metode penerjemahan yang diterapkan dengan mengacu pada teori Newmark. Hasil kajian menyatakan bahwa; 1) penerjemahan harfiah dan

penerjemahan bebas yang mendominasi diterapkan, sedangkan penerjemahan setia hanya sedikit digunakan untuk menerjemahkan kalimat, 2) metode penerjemahan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap makna yang terkandung dalam terjemahan syair Ta ‘lim al-Muta ‘allim. Karena penerjemah hanya mengutamakan metode penerjemahan yang dipakai tanpa memperdulikan faktor-faktor pemilihan kata, pesan yang ingin disampaikan dari terjemahan syair Ta ‘lim al-Muta “allim pun masih sulit dipahami, 3) pilihan kata yang dipakai untuk menerjemahkan belum semuanya tepat dan sesuai. Belum tepat dalam hal penggunaan pilihan katanya, sehingga menyebabkan distorsi makna dan belum sesuai dalam kaitannya dengan unsur sastra. Konstruksi kalimatnya tidak memenuhi ciri-ciri penulisan sebuah syair, sehingga menimbulkan hilangnya unsur estetika pada terjemahannya.

Kemiripan penelitian Darmawan (2011) dengan kajian penelitian ini adalah pembahasan tentang teknik penerjemahan dan kesesuaian ungkapan/ kalimat antara teks sumber dan teks sasaran. Hal yang membedakan, bahwa dalam penelitian ini pembahasan difokuskan pada tiga tingkatan stilistika (Stilebenen);

yaitu tingkatan bahasa tinggi (gehoben), bahasa baku (neutral) dan bahasa sehari-hari (umgangsprachlich). Ketepatan pilihan kata akan berdampak pada kesesuaian ungkapan/ kalimat hasil terjemahan. Dengan demikian hasil terjemahan dapat menyampaikan makna yang setepat-tepatnya pada bahasa sasaran. Terlebih terjemahan karya sastra, harus juga menampilkan segi keindahan bahasa.

Penelitian tentang tema drama Iphigenie auf Tauris sudah dilakukan beberapa orang. Sejauh ini pembahasan terkait dengan unsur isi drama, bukan kajian dari aspek bahasanya. Penelitian Alice dan Isti (2012) yang dimuat pada

jurnal Litera Volume 12, Nomor 1, April 2013 dengan judul “Pendidikan Moral dalam Iphigenie Auf Tauris Karya Goethe. Penelitian tersebut mendeskripsikan bagaimana moral yang tercermin dari pandangan dunia pengarang dalam drama Iphigenie auf Tauris. Metode yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan struktural dan sosiologis. Analisis data mengacu pada teori strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Goldmann.

Hasil temuan menunjukkan, bahwa pendidikan yang terkandung dalam teks drama Iphigenie auf Tauris, adalah; (a) kelembutan dan perdamaian sebagai ganti bagi jalan kekerasan, (b) keseimbangan antara akal budi dan emosi, (c) toleransi dan persaudaraan. Kajian teks Iphigenie Auf Tauris dari aspek jaringan-jaringan yang membentuk kesatuan cerita secara detail, memberikan pemahaman yang lebih baik, sehingga membantu analisis penerapan teknik penerjemahan.

Penelitian lain yang membahas drama Iphigenie Auf Tauris dilakukan Supsiadji yang terbit pada Jurnal Parafrase Vol.13 No. 01 Februari 2013 dengan judul “Humanisme Sekular dalam Ifigenia di Semenanjung Tauris Karya J.W.von Goethe. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran jelas dan cermat tentang hubungan antar tokoh yang menggambarkan nilai-nilai humanisme. Analisis humanisme mengacu pada teori Weldon, yang mengartikan humanisme sebagai sistem kepercayaan non-teistik yang berdasarkan keyakinan pada demokrasi, rasionlitas, dan otonomi manusia.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa gagasan humanisme sekular dimaknai sebagai wewenang manusia untuk menilai orang lain lebih rendah dari dirinya dengan hanya berdasarkan pada pandangan motivasi material, seperti

kemasyhuran, kebanggaan akan penghormatan, sehingga mengakibatkan ketimpangan pada hubungan antara manusia dengan manusia.

Dengan membaca hasil analis yang berupa deskripsi tentang realita kehidupan Ifigenia dalam Ifigenia di Semenanjung Tauris karya Johann W.

Goethe, dapat diperoleh pemahaman isi teks dengan lebih baik. Nilai humanisme tercermin dalam pikiran, ucapan, sikap, dan interaksinya dengan tokoh-tokoh.

Pemahaman yang baik tentang isi teks membantu analisis penggunaan teknik

penerjemahan dan kajian padanan stilistika.

Penelitian tentang kajian terjemahan dengan pendekatan stilistika dilakukan oleh Prastiwi (2015) dengan judul Analisis Teknik Penerjemahan Majas Hiperbola dalam Novel The Lord of the Rings: The Two Towers dan Dampaknya terhadap Kualitas Terjemahan (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Stilistika). Tujuan penelitian ini yaitu: 1) menganalisis kategori majas hiperbola, 2) menjelaskan teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan majas hiperbola 3) mengkaji pergeseran majas yang terjadi karena penerapan teknik penerjemahan, dan 4) menganalisis dampak pergeseran majas hiperbola terhadap kualitas terjemahan majas hiperbola. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk mengelompokkan majas hiperbola diacu teori Cano Mora (2009). Untuk membahas penerapan teknik penerjemahan digunakan teori dari Molina dan Albir (2002). Untuk menganalisis kualitas terjemahan, digunakan instrumen penilai kualitas terjemahan menurut Nababan dkk (2012). Hasil penelitian adalah: 1) terdapat 67 data majas hiperbola 2) teridentifikasi 67 data majas hiperbola 3) terdapat 10 teknik kesepadanan lazim, variasi, reduksi,

amplifikasi, kompensasi, modulasi, transposisi, amplifikasi linguistik, kompresi linguistik, dan peminjaman. Hasil analisis menunjukkan adanya tiga variasi terkait dengan penerapan teknik penerjemahan, yaitu tidak mengakibatkan bergesernya majas, bergeser menjadi majas lain, dan bergeser menjadi tak bermajas/netral.

Kualitas terjemahan majas hiperbola dalam novel The Lord of the Rings: The Two Towers termasuk dalam kategori terjemahan sedang yaitu 2,62.

Kajian penelitian Prastiwi mempunyai kemiripan dengan penelitian stilistika dalam teks terjemahan berbahasa Indonesia Ifigenia di Semenanung Tauris dan dibandingkan dengan teks aslinya Iphigenie auf Tauris. Namun pembahasan penelitian Prastiwi lebih fokus pada majas hiperbola. Pengkajian tentang pergeseran majas yang terjadi karena penerapan teknik penerjemahan dapat digunakan sebagai pembanding dalam menjelaskan realisasi penerjemahan 3 stilistika, gehoben, neutral, dan umgangsprachlich pada teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran.

Penelitian stilistik dari karya terjemahan dilakukan oleh Murtafi (2016) dengan judul “The Translation Analysis of Repetition Language Style in Novel A Thousand Splendid Suns, the Technique and Quality (Translation Study Using Stylistics Approach)”, yang diterbitkan pada jurnal Prasasti: Journal of Linguistics 2017. A Thousand Splendid Suns adalah novel karya Khaled Hosseini, yang diterjemahkan oleh M. Nugrahani Berliani. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan dan mengidentifikasi gaya bahasa repetisi dalam novel A Thousand Splendid Suns, Gaya dalam novel A Thousand Splendid Suns, 2) mendeskripsikan teknik yang digunakan dalam menerjemahkan novel A Thousand

Splendid Suns, dan 3) mendeskripsikan dampak teknik yang digunakan dan kaitannya dengan kualitas terjemahan. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sebagai acuan digunakan teori Molina dan Albir (2002) dan Nababan dkk (2012). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, bahwa terdapat tujuh teknik penerjemahan yang mengakibatkan dampak positif; yaitu kesetaraan, generalisasi, transposisi, amplifikasi, pinjaman murni, variasi dan partikularisasi. Sementara itu teknik pengurangan, modulasi, dan penciptaan diskursif berdampak negatif terhadap keakuratan dan keberterimaan hasil terjemahan. Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan dengan penerjemahan teks Iphigenie auf Tauris. Pada terjemahan teks Iphigenie auf Tauris. teknik modulasi diperlukan sebagai upaya penerjemahan yang sepadan dan dapat difahami dengan mudah. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh perbedaan zaman penulisan teks yang berbeda. Teks Iphigenie auf Tauris dicipta abad ke -18 dengan gaya penulisan sastra lama, yang sulit difahami sehingga diperlukan modifikasi bahasa sesuai dengan bahasa Indonesia baku dengan mempertimbangkan unsur keindahan sastra.

Penelitian tentang stilistika dalam teks terjemahan dilakukan oleh Ali (2016) dengan judul “Terjemahan Kumpulan Puisi pada ‘Sebutir Zamrud di Deru Selat”

dalam “An Emerald Hill by The Sea’. Penelitian ini mengkaji teknik terjemahan dalam puisi dan mendeskripsikan bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan puisi. Sebagai dasar analisi digunakan metode deskriptif kualitatif. Teori Molina dan Albir digunakan untuk menganalisis penggunaan teknik terjemahan. Kajian tentang diksi mengacu pada teori Abrams (1981) yang mencakup bahasa figuratif dan pencitraan. Temuan penelitiannya adalah; 1) teknik harfiah merupakan teknik

yang yang dominan diterapkan pada penerjemahan puisi kumpulan puisi pada

‘Sebutir Zamrud di Deru Selat”, 2) majas yang paling banyak ditemukan secara berurutan dalam puisi adalah metafora, personifikasi, simile, alegori, metomini.

Penerjemahan puisi pasti tidak dapat dipisahkan dari penggunaan majas. Dengan penerjemahan harafiah majas, bahasa kiasan yang dominan dalam puisi tidak dapat terealisasi dalam bahasa sasasan. Sebagai penutur asing tidaklah mudah untuk merealisasikan ungkapan dalam bahasa asing dengan gaya bahasa dalam satra, seperti bahasa kiasan, metafora.

Penelitian tentang stilistika dilakukan oleh Yulianti (2016) dalam disertasinya dengan judul “ Aspek Stilistika Dalam Teks Srimad Bhagavatam:

Kajian Terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian berfokus pada tipe-tipe majas sebagai aspek stilistika yang digunakan dalam Srimad Bhagavatam dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ditemukan tiga belas jenis majas, yaitu alegori, antithesis, hiperbola, idiom, interupsi, metafora, paradoks, personifikasi, pleonasme, repetisi, sarkasme, simile, dan sinisme. Dari semua majas tersebut, majas sinisme yang paling banyak digunakan pada teks.

Selanjutnya kalimat yang mengandung majas yang dianalisis berdasarkan teori metafungsi transitivitas oleh Halliday dan menemukan bahwa proses relasional mendominasi teks. Strategi penerjemahan majas yang paling banyak diterapkan adalah mengganti majas bahasa sumber dengan majas bahasa sasaran.

Ideologi yang dianut penerjemah adalah domestikasi. Metode yang digunakan dalam menerjemahkan majas adalah; 1 kalimat menggunakan metode literal, 4 kalimat menggunakan metode adaptasi, 1 kalimat menggunakan

metode terjemahan bebas, 64 kalimat. Kajian tentang transitivitas menemukan bahwa dan proses relasional mendominasi teks, yaitu berjumlah 48, proses material 41, proses mental 11, proses eksistensial 2, dan proses verbal 1.

Persamaan dengan penelitian ini adalah, mengkaji tentang stilistika dan terjemahannya dalam bahasa sasaran, yaitu bahasa Indonesia. Dalam menerjemahan, majas bahasa sumber diganti dengan majas bahasa sasaran.

Penyesuaian bentuk bahasa dengan bahasa sumber juga diterapkan pada penerjemahan teks Iphigenie auf Tauris. Penerjemah berupaya menyampaikan makna bahasa sumber setepat mungkin dengan menggunakan bahasa Indonesia baku agar mudah difahami pembaca Indonesia pada masa sekarang. Perubahan bentuk dalam terjemahan dibuat untuk menciptakan gaya yang sepadan dengan bahasa sumber.

Penelitian dengan kajian khusus stilistika dilakukan oleh Siswanto (2016)

dengan judul “Kajian Stilistika Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko

Damono”. Penelitian ini merupakan analisis pemakaian bahasa di dalam novel.

Penelitian bertujuan mendeskripsikan pemilihan dan pemakaian kosakata, khusus aspek morfologis dan sintaksis, pemakaian gaya bahasa figuratif yang meliputi idiom, arti kiasan, konotasi, metafora, metonimia, simile, personifikasi, hiperbola. Untuk menganalisis pemilihan dan pemakaian kosakata, yang meliputi aspek morfologis dan sintaksis, pemakaian gaya bahasa figuratif digunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis merujuk pada teori gaya

bahasa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata terdapat pada leksikon bahasa asing (twin beds atau double bed, keynote ketika build, dry cleaning), leksikon bahasa Jawa (pengung, aku ora popo, blendra-blendre), leksikon ilmu pengetahuan (“Kesepian adalah benang-benang halus ulat sutra …. Pingkan bukan ulat jenis itu” (HBJ: 81), pemilihan kata sapaan Jawa (koe), kata konotatif pada judul “Hujan Bulan Juni”.

Dalam novel “Hujan Bulan Juni” terdapat berbagai gaya bahasa figuratif, yang memberikan efek keindahan, lebih hidup, sehingga menarik bagi pembaca.

Pengarang dengan sengaja memilih kosakata metaforis yang disesuaikan dengan makna dalam kalimat. Pembahasan gaya figuratif dalam novel “Hujan Bulan Juni” memberikan masukan pada analisis stilistika dalam teks Iphigenie auf Tauris.

Penelitian - penelitian yang telah dilakukan tersebut di atas dapat dikelom-pokkan menjadi 4 macam kajian, yaitu 1 penelitian tentang terjemahan dan kualitas terjemahan, 1 penelitian tentang stilistik, 3 penelitian kajian sastra, dan 6 penelitian tentang diksi dari teks terjemahan. Penelitian yang mengkaji teks Ifigenia pada umumnya berfokus pada kajian sastra.