• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAIRAN DANGKAL DI PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

B. Biaya Variabel

4.6 Bangkitan Ekonom

Pembangkitan ekonomi dari kegiatan sea ranching merupakan nilai dari transaksi ekonomi yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi sea ranching. Bangkitan ekonomi yang terjadi secara langsung adalah transaksi karena faktor penjualan ikan dan kegiatan wisata. yang dari sisi kelompok merupakan penerimaan kelompok. Sedangkan komponen bangkitan ekonomi yang kedua secara langsung adalah adalah pembayaran oleh kelompok sebagai biaya

pengelolaan sea ranching. Sehingga bangkita ekonomi secara langsung dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.23 Bangkitan ekonomi langsung kegiatan sea ranching

No. Uraian Tahun (Rupiah)

1 2 3 4 5 1. Penerimaan Total 279 670 955 534 342 650 591 281 251 549 957 069 545 013 151 2. Biaya Total 314 325 530 284 236 206 292 563 268 259 920 761 225 254 046 3. Bangkitan ekonomi total 593 996 485 818 578 856 883 844 519 809 877 830 770 267 197 4. Bangkitan ekonomi per bulan 49 499 707 07 68 214 904 63 73 653 709 91 67 489 819 20 64 188 933 10

Untuk kegiatan wisata baik pancing maupun snorkling. disamping mengeluarkan biaya transportasi dari titik pemberangkatan (umumnya dari Pelabuhan Wisata-Kaliadem. Jakarta Utara), juga memerlukan kapal untuk kegiatan wisata di lokasi. Biaya transportasi dari Kaliadem ke P. Pramuka sebesar Rp60 000 untuk perjalan pergi dan pulang satu satu wisatawan. Sedangkan biaya sewa perahu sebesar Rp800 000/perahu/hari. Kebutuhan perahu untuk pemancing adalah 5 sampai 6 orang untuk satu perahu, sedangkan untuk wisatawan snorkling 15 orang untuk satu perahu. Berdasarkan informasi dan asumsi tersebut, maka besarnya bangkitan ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.24 Bangkitan ekonomi tidak langsung dari kegiatan sea ranching

No. Uraian Tahun (Rupiah)

1 2 3 4 5

1. Total Biaya Sewa

Perahu Pemancing 8 000 000 23 980 370 33 600 000 27 200 000 25 600 000 2. Total Sewa Perahu

snorkling 104 800 000 179 200 000 179 200 000 179 200 000 179 200 000 3. Total Biaya Sewa

Perahu 112 800 000 203 180 370 212 800 000 206 400 000 204 800 000 4. Biaya transportasi wisatawan* 120 649 437 210 592 639 214 258 097 211 663 342 211 324 330 5. Total Bangkitan ekonomi tidak langsung 233 449 437 413 773 009 427 058 097 418 063 342 416 124 330 Keterangan : * besaran biaya total yang dikeluarkan oleh seluruh wisatawan untuk biaya

transportasi dari Kaliadem ke P Pramuka pergi dan pulang

Bila bangkitan ekonomi dari aktivitas transaksi dalam sistem sea ranching serta kegiatan transaksi ikutannya. maka total bangkitan ekonomi dari sea ranching menjadi besar. Total bangkitan ekonomi yang terjadi per bulan bervariasi dari Rp68 953 827 sampai Rp102 695 989 seperti terlihat dalam Tabel 4.25.

Tabel 4.25 Bangkitan ekonomi total kegiatan sea ranching di perairan dangkal Pulau Semak Daun

No.

Uraian Tahun (Rupiah)

1 2 3 4 5 1. Bangkitan ekonomi langsung 593 996 485 818 578 856 883 844 519 809 877 830 770 267 197 2. Bangkitan ekonomi tidak langsung 233 449 437 413 773 009 427 058 097 418 063 342 416 124 330 3. Bangkitan ekonomi total 827 445 922 1 232 351.865 1 310 902 616 1 227 941 172 1 186 391 528 4. Bangkitan ekonomi total per bulan 68 953 827 102 695.989 109 241 885 102 328 431 98 865 961

Sebagian besar transaksi dan bangkitan ekonomi tersebut ditransaksikan secara lokal di lokasi tersebut, khususnya Kelurahan P. Panggang. Namun terdapat beberapa transaksi yang tidak ditransaksikan secara lokal, sehingga transaksi tersebut terbawa keluar sesuai dengan asal input yang digunakan. Hal ini merupakan kebocoran ekonomi (economic leakage). Kebocoran ekonomi yang terjadi berasal dari pembelian juvenil dan pembelian bahan bakar minyak baik untuk kegiatan pengawasan maupun wisata. Bangkitan ekonomi total dikurangi dengan kebocoran ekonomi merupakan nilai ekonomi yang ditransaksikan secara lokal. Hal ini menunjukan perputaran ekonomi yang dinikmati oleh masyarakat lokal. Besaran nilai bangkitan ekonomi dan transaksi lokal dapat dilihat dalam tabel 4.26.

Berdasarkan Tabel 4.26 terlihat bahwa bangkitan ekonomi yang ditransaksikan pada perekonomian lokal lebih besar dibandingkan dengan dengan yang terbawa keluar sebagai kebocoran ekonomi. Hal ini bisa dipahami, wilayah sea ranching yang merupakan wilayah kepulauan sehingga secara umum transaksi dilakukan antar masyarakat setempat.

Tabel 4.26 Bangkitan ekonomi, kebocoran ekonomi, dan transaksi lokal kegiatan sea ranching

No. Uraian Tahun

1 2 3 4 5 1. Bangkitan ekonomi total (Rupiah) 768 979 255 1 136 685 198 1 215 235 949 1 132 274 506 1 090 724 861 2. Biaya Untuk Pembelian Juvenil (rupiah) 120 799 111 101 903 987 132 496 901 120 799 111 101 903 987 3. BBM Untuk Pengawasan (rupiah) 6 215 904 6 215 904 6 215 904 6 215 904 6 215 904 4. BBM untuk wisata pancing (rupiah) 285 000 854 301 1 197 000 969 000 912 000 5. BBM untuk wista Snorkling (rupiah) 3 733 500 6 384 000 6 384 000 6 384 000 6 384 000 6. Kebocoran ekonomi (rupiah) 131 033 515 115 358 192 146 293 805 134 368 015 115 415 891 7. Transaksi lokal (rupiah) 456 896 303 697 153 997 731 484 047 669 443 148 648 784 639 8. Transaksi lokal per

bulan (rupiah) 38 074 691 58 096 166 60 957 003 55 786 929 54 065 386 9. Proporsi transaksi

lokal dari bangkitan ekonomi total (%)

77.71 85.80 83.33 83.28 84.90

4.7 Simpulan

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa manfaat ekonomi kegiatan sea-ranching berupa nilai manfaat yang secara langsung diperoleh dari transkasi dalam sistem sea ranching dan manfaat yang diperoleh dalam transaksi ikutan dari kegiatan sea ranching. Dari sisi transaksi langsung dalam sistem sea ranching. peran penerimaan dari kegiatan wisata berbasis sistem sea ranching mempunyai kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan dari penjualan ikan. Namun demikian dari sisi unit sistem, kegiatan wisata tersebut merupakan kegiatan sekunder dari kegiatan sea ranching. Sehingga kegiatan sea ranching dalam sistem lepas-tumbuh-tangkap tetap vital bagi keseluruhan sistem sea-ranching.

Mengingat sistem sea ranching merupakan sistem berbasis lepas-tumbuh- tangkap berbasis alam, maka pembatasan akses nelayan pada sumberdaya menjadi penting. Salah satunya adalah menjadikan wilayah sea ranching menjadi wilayah demarcated area. Pada faktanya kegiatan untuk menjadi wilayah tersebut sebagai demarcated area akan membutuhkan biaya tambahan untuk mengawasi wilayah tersebut. Kegiatan sea ranching juga membutuhkan pembinaan kelompok agar kegiatan tersebut menjadi lebih kuat. Pembinaan kelompok ini sekaligus menjadi tempat untuk mendapatkan informasi baik setiap anggota. Akumulasi dari biaya- biaya tambahan selain biaya untuk pembelian juvenil yang dikeluarkan untuk kegiatan menjamin berjalannya sea ranching merupakan biaya transaksi.

Komponen biaya transaksi mencakup biaya-biaya untuk mendapatkan informasi, monitoring, pelatihan, resolusi konflik, menghadiri pertemuan, pengambilan keputusan dan penegakan dan penagwasan. Hasil analisis menunjukan bahwa komponen biaya transaksi terbesar adalah biaya penegakan dan pengawasan (29.57%) dan biaya mendapatkan informasi (24.59%). Hal ini bisa dipahami karena rejim pemanfaatan sumberdaya di luar sistem sea ranching

adalah akses terbuka dan kelompok sea-ranching merupakan gabungan dari individu nelayan yang satu sama lain cenderung untuk bersaing dalam rejim akses terbuka.

Penerimaan sea ranching mencakup penerimaan hasil penjualan ikan dan penerimaan rekreasional. Hasil analisis menunjukan bahwa penerimaan dari aktivitas rekreasional mempunyai peran yang sangat penting (70.56% sampai 85.01%) bagi seluruh penerimaan. Namun demikian. karena kegiatan wisata ini merupakan kegiatan sekunder dari sea ranching. maka kegiatan sea ranching merupakan kegiatan yang lebih esensial.

Bangkitan ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan sea ranching sebagian besar diperoleh dari bangkitan ekonomi langsung (70.06% sampai 76.46%) dari aktivitas dalam sistem sea ranching. Kebocoran ekonomi dari bangkitan ekonomi sea ranching berkisar dari 10.15% sampai 17.06%. Artinya sebagian besar bangkitan ekonomi yang terjadi dinikmati dan berdampak pada ekonomi lokal yang bervariasi dari Rp456 000 000 juta sampai Rp731 000 000 juta per tahun. atau Rp30 010 000 juta sampai Rp60 950 000 juta per bulan. Hasil analisis baik dari sisi penerimaan. biaya maupun nilai bangkitan ekonomi menujukan bahwa sea-ranching berdampak positip bagi perekonomian masyarakat lokal. Sehingga layak untuk dikembangkan.

5

ANALISIS KELEMBAGAAN MODEL SEA-RANCHING