• Tidak ada hasil yang ditemukan

banyaknya berusaha krras mtnumpas pasukan Muslim Arab yang sedikit jumlahnya. Ketika itu kaum Muslim bergerak memerangi

Dalam dokumen l, Islan di Tengah Pertarungan Tladili (Halaman 118-122)

orang-orang

Arab, antek Rumawi di

Syam,

yang

telah membunuh. utusan Rasulullah saw. kepada penguasa mereka. Dalam pertempuran

itu

pa-sukan Muslim nyaris binasa seandainya Khalid ibn Al-Walid tidak segera

menarik mundur

pasukannya. Sebagaimana telah saya katakatt, pudu bagian

lain buku ini,

sebelum

terjadinya

pertempuran

itu,

pengpasa Ghassan (seorang

Arab

Nasrani

di

Syam) bertanya kepada Al-Harits

ibn 'Amr,

utusan Rasulullah saw.: "Benarkah engkau utusan Muham-mad?" Al-Harits r4enjawab:

"Ya, benar!"

Mendengar jawaban tersebut seketikaitu juga Al-Harits

diikat

lalu dipancung kepalanya.

Manakah

ikatan

nasionalisme Arab yang menyatukan kaum

Mus-lim Arab

dengan orang-orang sebangsa mereka yang beragama Nasrani dan

hidup

di bawah kekuasaa-n Rumawi? Jadi jelaslah, sungguh mengge-likan kalau ada orang yang mengatakan bahwa perjuangan kaum Muslim melawan Rumawi

itu

didorong

oleh

nasionalisme.

Arab!

Nasionalisme apakah yang dimaksud? Marilah

kita

arahkan pandangan

kita

ke

front

Persia, apakah yang

kita

saksikan?

Kita

melihat orang-orang

Arab

di

Iraq ketika itu

menggabungkan

diri

dengan orang-orang Majusi Persia dalam peperangan melawan pasukan Muslim yang

dipimpin

oleh para sahabat-Nabi, padahal Raja

Arab terakhir di Iraq mati

disekap dalam

penjara Persia. Alangkah hina dan rendahnya mereka

itu!

Pertempuran-pertempuran yang berlangsung

di

Walijah dan Alyas,

di

tepi bengawan

Al-Furat

adalah pertempuran paling dahsyat di mana

kaum

Nasrani

Arab

bersama ofang-orang Majusi Persia melancarkan perlawanan terhadap.

kaum Muslim di

bawah

pimpinan Khalid

ibn

Al-Walid.

Betapa

malu

dan jengkelnya perasaan

Khalid ibn

Al-Walid

melihat

orang-orang sebangsanya rela menjadi

kaki

tangan orang-orang Majusi! Setiap ada seoran$ dari merekayangmenyerah atau tertangkap hidup-hidup"

Khalid

selalu

bertanya: "Apakah

kalian

itu

orang Arab?

Kenapa

kalian

membenci sesama orang Arab?

Ataukah kalian itu memang orang 'ajam (bukan Arab)? Kenapa kalian

membenci kebenaran dan keadilan?"

Dengan adanya kenyataan-kenyataan sejarah yang jelas

itu

bagai-mana mungkin orang hendak memalsu sejarah dengan mengatakan,

bah-wa

semua peperangan tersebut

di

atas adalah "perang kemerdekaan nasional", atau "kebangkitan nasionalisme"

di

mana orang-orang Arab

di

Syam dan Iraq bekerja sama dan saling bantu dengan saudara-sauda-ranya

dari

Jazkah Arabia, bahu-membahu berjuang melawan Rumawi dan

Persiail

Pasukan

Muslim

yang

terdiri

atas para sahabat Nabi dan kaum Tabi'in yang keluar meninggalkan Madinah memang benar-benar melaksanakan misi pembebasan, tetapi pembebasan bagi semua bangsa, termasuk bangsa Rumawi, bangsa Persia dan bangsa Arab sendiri; yang telah sekian lamanya

hidup di

bawah penindasan otokrasi raja'raja dan pangeran-pangeran, sehingga mereka kehilangan harga

diri

dan dirampas hak-haknya sebagai manusia. Islam sama sekali bukan ledakan semangat kebangsaan dan

bukan

kecenderungan

ingin

merdeka

dari

campur ta-ngan asing sehagaimana yang

hendak

dikatakan oleh kaum orientalis, misionaris dan pendukung

"Arabisme!"

Islam adalah gerakan

kemanu-sian

universal dan berada

jauh di

atas soal kebangsaan serta tanah air,

Yaitu

gerakan

untuk

menghubungkan seluruh

umat

manusia dengan

Tuhannya; agar umat

manusia mengakui

dan

bersaksi bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan Yang Satu dan hanya kepada-Nya sajalah mereka berdoa dan memohon hidayah; dan agar semua manusia pengfuni lima benua menikmati persamaan derajat,

tidak

bersembah sujud kepada

se-lain Allah dan mengindahkan hukum llahi.

Kalau orang Arab memahami kenyataan itu, beruntunglah mereka.

Jika tidak,

mereka niscaya akan binasa dan

Allah

akan menggantikan mereka dengan

umat lain

yang

lebih baik

dan lebih setia kepada Mu' hammad Rasulullah saw. dan kepada agamanyato

3 UTIF{AD DALAM

ISLA]VI

't:i''l: ,

,, r:tr.::I!tr

.:.l '

""*8to"IlT*o

Terdapat perbedaan besar antara sejar4h Islam, pada awal peitum-buhannya,

dan

sejarah

dua

agama sebelumnya

-

ymrg saya maksud ialah agama Yahudi dan Nasrani. Islam segera melahirkan suatu negaxa

yang mempunyai kedaulatan

dan .keku_asaan maRtap.

Lain

halnya dengan agama Nasrani,

yang

setelah empat abad sejak kelahirannya

laru

ada negara yang melgakuinya sebagai agarha resmi baginya. Agama Yahudi. pada masa pertumbuhannya memang telah mempunyai

kekuat-an

angkatan perang dan.kekuatan

politik,

namun

tak

lama kemudian kehidupan agama

itu

menjadi berantakan dan kesuciannya

pun turut

musnah. Perbedaan besar antara agama Islam dan agama yang lain

itu

memberikan penafsiran bagaimana proses terpeliharanya

Kitab

Suci Al-Quran, dan bagaimana Kitab-Kitab Suci lainnya mengalami peristiwa yang mengakibatkan

' Tiga

belas

tahun

terj adinya perubahan.

lamanya Rasulullah saw. meneima.ayat-ayat suci Al-Quran

Al-Karim di

Makkah.

Ayat

demi

ayat

dan

huruf

demi

huruf

yang beliau sampaikan kepada oiung-orurtg yang beriman

diha-palkan baik-baik di

dalam

hati

mereka. Mereka

pun

mencatat dalam berbagai macam lembaran.

Ketika itu Al-Quran

dikenal

oleh

lawan dan kawan. orang-orang yang beriman memperoleh cahaya terahg dari Al-Qilran dan mereka hidup menurut petunjuknya. Adapun orang-orang

kafir

semakin beringas tgrhadap

Kitab

Suci yang mengecam

,ituhan--tuhan"

mereka, mencela

tradisi buruk

mereka

dan

membangkitkan keheranan mereka. Pada mulanya mereka berusaha' meremeh\annya.

Mereka'berkata: "Kalau kami mau tentu kami dapat

mengatakan

seperti itu. (Al.Quran) itu bukan lnin

hanyalah dingengan-kuno!,,

Demikian itulah

pernyataan mereka sebagaimana

dilukiskan

daram Al-Quran Surah

Al-Anfal,

ayat 31.

Setelah

itu

mereka saling bersepakat menimbulkan kegaduhan dan

hiruk-pikuk bila

mendengar ayat-ayat

suci Al-Quran

sedang dibaca orang. Kesepakatan mereka

itu oleh

Al-Quran (Surah Fushshilat: 26)

dilukiskan

sebagai

berikut: "Dan

orang-orang yang

hafir itu

berkata:

Kodifikasi dapat berarti hal yang berkaitan dengan penyusunan, pengklasifikasian, pro-ses pencatatan, dan pemberian nomor atau lambang mengenai suatu hukum;pengh,odi_

"ikasian merujuk kepadaproses dan cara kodifikasi

*)

126 Al-GhazaliMenjawab

'Janganlah halian .mendengarkan

Al-euran itu,

buatrah hiruh-pihuk terhadapnya agar

kalian dnpat

mengalnhkan (orang-ororg

yong brr-iman)."

sungguh,

itu

saja sudah menunjukkan kekarahan psikologis bagi orang-orang

kafir.

Bayangkanlah, bagaimana

jika

And-a

takut

men-dengarkan pembicaraan

tertentu

karena Anda

khawatir

akan

dikalah-kan

olehnya! Kemudian

turunlah ayat Ar-euran

menantang mereka:

Katakanlah (hai Muhammad): "seumpama manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Quran ini, niscaya semuanya tidak akan sanggup membuat yang serupa dengan Al-Quran. (QS I 7-: 88)

-

_ Tantangan tersebut ditujukan kepada suatu kaum yang mendengar Al-Quran dan memahaminya berdasarkan pengalamannya "sendiri

seita menyadari ketidak-mampuan mereka mengiribangitrya aengan yang sempa.

Di saat Islam

masih dalam keadaan

lemah,'xl-quian tetai memiliki ciri

istimewa yang dikenal oleh semua orang, tidak-meragukan dan tidak mengalami pengurangan maupun penambalian.

Rasulullah

saw. .kemudian

hijrah ke

Madinah.

Di

sana beliau memegang kekuasaan pemerintahan:

Mengadili

kasus-kasus perkara

Dalam dokumen l, Islan di Tengah Pertarungan Tladili (Halaman 118-122)