• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Determinan kelengkapan Rekam medis

2.3.1 Beban Kerja

Menurut Permendagri No. 12/2008, Beban Kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.

Pengertian beban kerja menurut Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu.Jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif.Secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja.

Menurut Caplan & Sadock (2006)Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu dan sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan kuantitatif. Beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan kuantitatif.

Kelebihan beban kerja secara kuantitatif meliputi:

1. Harus melakukan observasi penderita secara ketat selama jam kerja 2. Terlalu banyak pekerja yang harus dilakukan demi kesehatan dan

3. Beragam jenis pekerjaan yang dilakukan demi kesehatan dan keselamatan penderita.

4. Kontak langsung dokter atau perawat klien secara terus menerus 5. Kurangnya tenaga dokter atau perawat dibanding jumlah penderita.

Sedangkan beban kerja secara kualitatif mencakup:

1. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan.

2. Tuntutan keluarga kesehatan dan keselamatan penderita 3. Tuntutan keluarga untuk kesehatan dan keselamatan penderita. 4. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas. 5. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat. 6. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan klien di ruangan.

7. Menghadapi pasien yang karakteristik tidak berdaya, koma, kondisi terminal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

Untuk memperkirakan beban kerja dokter atau perawat pada sebuah unit pasien tertentu, manajer harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi beban kerja diantaranya :

1. Berapa banyak pasien yang dimaksukkan ke unit perhari, bulan atau tahun

3. Rata-rata pasien menginap

4. Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung akan dibutuhkan oleh masing-masing pasien

5. Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan.

6. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing tindakan perawatan langsung dan tak langsung

Adapun perhitungan beban kerja dilihat dari beberapa aspek : a. Aspek fisik

Beban kerja berdasarkan jumlah pasien yang harus dirawat dan banyaknya petugas kesehatan yang bertugas dalam suatu unit atau ruangan. Tingkatan tergantungnya pasien diklasifikasikan menjadi tiga tingkat yaitu tingkatan tergantung minimal/ringan, tingkatan tergantung parsial/sebagian, dan pasien dengan tingkatan tergantung penuh/total.

Menurut Sugiyanto (2005) Jumlah pasien yang dilayani oleh doktersetiap hari sebagian besar pasien sekitar80%. Semakin besar jumlah pasien seorang dokter tentunya dokumen yang harus diisi juga semakin banyak, sehingga waktu dokter tidak cukup untuk melengkapi semuanya . Sedangkan batas waktu melengkapi berkas rekam medis berdasarkan prosedur tetap maksimal dua hari setelah pasien pulang. Hal ini sesuai dengan hasil kuesoner yang menyatakan penyebab ketidaklengkapan adalah beban kerjadokter .

b. Aspek waktu kerja

Waktu kerja produktif yaitu banyaknya jam kerja produktif dapat dipergunakan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

berdasarkan uraian tugas dan waktu melaksanakan tugas tambahan yang tidak termasuk dalam tugas pokoknya.

Alokasi waktu bekerja menurut Depkes RI, 2006 yakni waktu bekerja normal per-hari yaitu 8 jam/hari (5 hari bekerja), dengan waktu efektif kerja/hari 6,4 jam/hari. Sehingga kesimpulannya waktu efektif bekerja yaitu 80 % dari waktu bekerja 8 jam / hari.

2.3.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.Seseorang dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Pengetahuan yang telah dimiliki tersebut menjadikan seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah untuk segala sesuatu yang diketahui informan tentang manfaat rekam medis dan rekam medis sebagai peningkatan mutu.

a. Pengetahuan tentang Manfaat Rekam Medis

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui karena mempelajarinya atau yang diketahui karena mengalami, melihat dan mendengar.

Seorang petugas medis maupun paramedis perlu mengetahui nilai guna rekam medis. Dalam pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit tahun 2006 juga dikemukakan bahwa kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: aspek administrasi, medis, hukum, keuangan, penelitian, pendidikan dan aspek dokumentasi.

b. Pengetahuan tentang rekam medis sebagai peningkatan mutu

Rekam medis merupakan sumber data yang paling baik dirumah sakit, dan merupakan bukti tertulis dan terekam tentang datamedis pasien dirumah sakit. Meskipun merupakan sumber data yang paling baik dan akurat untuk suatu data pasien di rumah sakit namun banyak kelemahan yang dimiliki oleh rekam medis itu sendiri, dan beberapa kelemahan rekam medis adalah sering tidak adanya beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi pasien, seringnya pengisian rekam medis yang tidak lengkap, tidak tercantumnya persepsi pasien, tidak terisi penatalaksanaan „pelengkap” seperti penjelasan dokter dan perawat, seringkali tidak memuat kunjungan kontrol pasca perawatan inap, dan lain sebagainya.Menurut Gafur (2003) Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat tergantung dari tersedianya data informasi yang akurat, tepercaya dan penyajian yang tepat waktu. Upaya tersebut hanya dapat dilaksanakan apabila faktor manusia sebagai pameran kunci dalam pengelolaan rekam medis dan informasi disiapkan secara seksama dan lebih profesional

Peningkatan mutu dan efektifitas pelayanan medis di sarana kesehatan terletak dalam audit medis yang pada umumnya sumber data yang digunakan adalah rekam medis pasien , baik yang rawat jalan maupun yang rawat inap. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam audit medis yaitu tentang dampaknya

terhadap perilaku para profesional, tanggung jawab manajemen terhadap nilai dari audit medis tersebut, seberapa jauh mempengaruhi beban kerja, rasa akuntabilitas, prospek karier dan moral dan jenis pelatihan yang diperlukan. Aspek legal terpenting dari audit medis adalah penggunaan informasi medis pasien, yang tentu saja terkait dengan kewajiban menyimpan rahasia kedokteran.

Pada Permenkes Republik Indonesia tentang rekam medis disebutkan bahwa salah satu tujuan dari rekam medis adalah riset dan sebagai data dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis. Permenkes juga memberikan peluang pembahasan informasi medis seseorang pasien dikalangan profesi medis untuk tujuan dan pengembangan ilmiah. Dipihak lain, audit medis yang meriview rekam medis dapat saja menemukan kesalahan-kesalahan orang, kesalahan prosedur, kesalahan peralatan dan lain-lain, sehingga dapat menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para para profesional ( dokter, perawat dan profesi kesehatan lain).

Oleh karena itu perlu diingat bahwa audit medis bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan medis dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan dan menghukum seseorang.