PEDOMAN WAWANCARA
DETERMINAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR RIAU TAHUN 2016
A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER)
Nama :
Umur : Tahun
Status kepegawaian :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :
Lama kerja :
B. Pertanyaan
1. Menurut dokter, Apa guna / manfaat rekam medis itu di isi secara
lengkap?
2. Dalam menangani pasien, apakah hasil atau langkah-langkah yang
dokter lakukan itu dituliskan keseluruhanya di dalam rekam medis?
3. Menurut dokter peranan dokter sampai dimana dalam melengkapi
dokumen rekam medis?
4. Menurut dokter item-item apa sajakah yang terpenting dari berkas
dokumen rekam medis pasien rawat inap ?
5. Menurut dokter mengisi nama dan nomor rekam medis itu kewajiban
siapa?
6. Apakah dokter selama ini pernah tidak mengisi secara lengkap berkas
rekam medis?
7. Apakah pendapat dokter mengenai anamnese pasien rawat inap?
Menurut dokter mengapa masih ada item anamnese tidak terisi?
8. Menurut dokter mengapa pengisian hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang medik harus pasien rawat inap diisi?
9. Apakah dokter mengetahui mengapa item diagnosa tidak terisi secara
lengkap?
10.Menurut dokter apa yang menyebabkan item catatan pengobatan atau
tindakan tidak terisi lengkap?
11.Apakah dokter wajib mengisi informed consent atau persetujuan
tindakan pasien rawat inap pada rekam medis?
12.Menurut dokter mengapa hasil pengobatan atau catatan observasi
klinis rekam medis pasien rawat inap tidak lengkap?
13.Menurut dokter mengapa pengisisan ringkasan pulang masih tidak
terisi lengkap?
14.Apakah dokter mengisi nama dan tanda tangan segera setelah tindakan
pada rekam medis?
15.Apakah hambatan dokter tidak mengisi sepenuhnya pada saat dokter
melayani pasien?
16.Bagaimana menurut dokter tentang rekam medis yang meningkatkan
mutu di rumah sakit?
17.Bagaimana pendapat dokter tentang jumlah pasien yang dokter layani
per hari?
18.Apa yang dokter lakukan, bila dokter harus tetap mengisi rekam medis
sementara waktu dokter terbatas?
19.Berapa banyak waktu kerja dokter dalam melayani pasien tiap harinya
?
20.Adakah kepala ruangan atau perawatmengingatkan dokter dalam
pengisian rekam medis jika ditemukan berkas yang tidak lengkap?
21.Pernahkan diingatkan untuk mengisi dokumen rekam medis tidak
lengkap baik secara lisan atau tulisan?.
22.Menurut dokter sudah berjalankah monitoring terkait rekam medis
PEDOMAN WAWANCARA
DETERMINAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR RIAU TAHUN 2016
A. IDENTITAS INFORMAN (PERAWAT)
Nama :
Umur : Tahun
Status kepegawaian :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Masa kerja :
B. PERTANYAAN
1. Apakah Bapak/ibu mengetahui manfaat rekam medis terkait dengan?
2. Bagaimana Bapak/ibu tentang rekam medis yang meningkatkan mutu di
rumah sakit?
3. Bagaimana menurut pendapat Ibu/ Bapak mengenai jumlah pasien tiap
harinya?
4. Menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi hambatan kelengkapan pengisian
rekam medis?
5. Apakah Bapak/ibu selalumengingatkan dokter dalam pengisian rekam
medis? Dengan cara apa biasanya?
6. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan komunikasi dengan dokter terkait
rekam medis tersebut? Komunikasi yang dimaksud mengingatkan dokter
apabila dokter lupa mengisi rekam medis?
7. Menurut Bapak/Ibu, mengapa dokter sering tidak mengisi rekam medis?
8. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah pasien perharinya saat ini?
9. Bagaimana menurut Bapak/Ibujam kerja dalam melayani pasien tiap
harinya ? apakah berlebih sehingga menjadi beban?
10.Pada dasarnya, pengisian rekam medis merupakan tanggung jawab
seorang dokter, Apakah Bapak/ibu pernah di perintahkan dokter untuk
mengisi rekam medis?
Tidak Tetap Tetap
11. Apakah Bapak/ibu pernah berinisiatif untuk mengisi rekam medis yang
tidak di isi oleh dokter?
12.Sepengetahuan Bapak/ibu adakah kebijakan yang dibuat oleh pihak
manajemen rumah sakit dalam penyelenggaraan pengisian rekam medis ?
13.Menurut dokter sudah berjalankah monitoring terkait rekam medis oleh
PEDOMAN WAWANCARA
DETERMINAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR RIAU TAHUN 2016
A. IDENTITAS INFORMAN (KEPALA BAGIAN REKAM MEDIS)
Nama :
Umur : Tahun
Status kepegawaian :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Masa kerja :
Pendidikan :
B.PERTANYAAN
1.Menurut ibu apa itu Rekam medis?
2.Menurut ibu apa manfaat Rekam medis terkait dengan ?
3. Apakah yg ibu lakukan jika dalam pengisian rekam medis ditemukan tidak lengkap?
4. Apakah Bapak/ibu pernah mengingatkan dokter,perawat dalam pengisian rekam medis?
5. Apakah ibu pada saat mengelolah ada menanyakan kepada dokter terlebih dahulu?
6. Apakah setelah Bapak/Ibu menemukan adanya ketidaklengkapan, lalu melaporkan hasil temuan Ibu?
7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu waktu kerja dalam mengolah rekam medis?
8. Apakah waktu kerja Bapak/Ibu perharinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya ?
9. Sepengetahuan Bapak/ibu adakah kebijakan yang dibuat oleh pihak manajemen rumah sakit dalam penyelenggaraan pengisian rekam medis ?
10.Apakah pernah dibuat sanksi terhadap dokter atau petugas kesehatan lainya jika di temui ketidaklengkapan rekam medis?
Tidak Tetap Tetap
PEDOMAN WAWANCARA
DETERMINAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR RIAU TAHUN 2016
A. IDENTITAS INFORMAN (Manajemen Rumah Sakit)
Nama :
Umur : Tahun
Status kepegawaian :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Masa kerja :
B. PERTANYAAN
1. Apakah yang dilakuan pihak manajemen jika pengisian rekam medis
pasien rawat inap tidak diisi dengan lengkap?
2. Apakah ada dilakukan monitoring terhadap pengisian rekam medis ?
3. Apakah ada dilakukan sosialisasi dalam penyelenggaraan rekam
medis?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memperbaiki bentuk dan cara
pengelolaan rekam medis?
5. Bagaimana kebijakan manajemen rumah sakit yang dilakukan selama
ini sebagai upaya untuk meningkatkan kelengkapan rekam medis?
6. Apakah pernah dibuat sanksi terhadap dokter atau petugas kesehatan
lainya jika di temui ketidaklengkapan rekam medis?
Tidak Tetap Tetap
Gambar 3. Rekam Medis Ringkasan Masuk dan Keluar Yang Tidak Lengkap
Gambar 5. Rekam Medis Nama dan Tanda Tangan Yang Tidak Lengkap
Sebagai
berdasarkan
Aspek Fisik banyak semenjak BPJS
Pertanyaan Informan 9
Apakah ibu mengetahui apa manfaat rekam medis ?
Berisikan data pasien, tindakan yang dilakukan , bisa mengambil kebijakan , diolah menghitung BOR,LOS, TOI,BTO, berkas yang berisikan catatan pasien , riwayat perjalanan pasien.
Apakah tugas ibu dalam pengelolaan rekam medis ditemukan tidak lengkap?
Jika ada banyak waktu biasanya mengecek ulang setiap rekam medis yang dikembalikan keruangan jika tidak lengkap tentunya akan dikembalikam ke ruangannya lagi. Nanti petugas kesehatan yang diruang inap akan jemput berkas setelah diberitahu. Pengembalian rekam medis yang sudah diisi kembali ke ruang rekam medis biasanya lebih dari dua hari.
Apakah pernah ibu mengingatkan dokter,perawat dalam pengisian rekam medis?
Mengingatkan selalu. Ketika rapat kepala ruangannya di beri arahan tentang kelengkapan rekam medis. Terkadang sudah diingatkan masih terdapat juga ketidaklengkapan berkas rekam medis. sebaiknya harus lebih optimal dalam hal ini.
Apakah ibu pada saat mengelolah ada menanyakan kepada dokter ?
Kalau masalah itu jarang dilakukan.
Apakah setelah ibu menemukan adanya ketidaklengkapan , lalu melaporkan hasil temuan ibu?
Jika ditemukan tidak lengkap, biasanya dilaporkan di rapat
triwulan. namun tidak juga ada perubahan selama ini terhadap
tenaga kesehatan.
Sepengetahuan ibu adakah kebijakan yang dibuat oleh pihak manajemen rumah sakit
Sejauh ini masih belum ada. Sebaiknya harus dilakukan
Wawanc ara
Mendalam
Kelemahannya nanti terlihat saat akreditasi yang akan
Pertanyaan Informan 10 Apakah yang dilakukan pihak manajemen jika
pengisian rekam medis pasien rawat inap tidak diisi
dengan lengkap?
Rekam medis jika tidak lengkap akan dikembalikan dan
dilengkapi.
Apakah ada dilakukan monitoring terhadap pengisian
rekam medis?
Monitoring dalam penyelenggaraan rekam medis ini
tidak ada secara tertentu, sesuai kebutuhan saja.
Apakah ada dilakukan sosialisasi ataupun pelatihan
dalam penyelenggaraan rekam medis?
Sosialisasi hanya dilakukan ketika ada perubahan
mengenai hal ini. Saat ini mengupayakan pelatihan
terhadap tenaga kesehatan
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
bentuk dan cara pengelolaan rekam medis?
Pihak managemen mengupayakan memperbaiki sistem
dan formatnya.
Bagaimana kebijakan manajamen rumah sakit yang
dilakukan selama ini sebagai upaya untuk
mengingatkan kelengkapan rekam medis?
Mengusahakan untuk meningkatkan kinerja dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainya dalam rapat rutin
sebagai bentuk pembinaan, evaluasi dengan memotivasi
kembali untuk melengkapi berkas rekam medis.
Apakah ada sanksi tegas terhadap petugas kesehatan
jika ditemukannya ketidaklengkapan berkas rekam
medis?
Sejauh ini tidak ada sanksi yang khusus terhadap tidak
lengkapnya reka medis namun nanti akan tidak
Lembar Pengisian Kelengkpan Berkas Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
No Item Sesuai Permenkes 269 Tahun 2008
Lengkap Tidak Lengkap
1 Tanggal Masuk
2 Waktu Masuk
3 Anamnase
4 Pemeriksaan Fisik
5 Diagnosa
6 Pengobatan/Tindakan 7 Persetujuan Tindakan 8 Catatan Observasi 9 Ringkasan Pulang 10 Nama dan Tanda Tangan
Beri tanda centang pada kolom pengisian lengkap atau tidak lengkap
Dokumentasi Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bngkinang Gambar 1. Ruangan Rekam Medis
DAFTAR PUSTAKA
Amein,F.2003.Aspek Rekam Medis Dalam Mendukung Penyelidikan Malpraktek.Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III
Anggraini, S.2007. Hubungan Motivasi dan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen Saragih Pematang Siantar, Medan: Tesis PS AKK Sps USU.
Cahyanti, 2011. Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Lembar Resume Medis Pasien Rawat Inap Di Rs Bhayangkara Polda DIY.,Yogyakarta: Karya Tulis IlmiahUGM.
Cangara, H. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : Rajawali Pers
Depkes RI.2006.Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II. Jakarta : Direktorat Pelayanan Medik Departemen kesehatan R.I.
_____.2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Pelayanan Medik Departemen kesehatan R.I.
_____.1991.Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor 78/Yanmed/RS.Umdik/YMU/I/1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis /Medical Records di Rumah Sakit.Jakarta.
_____.1999.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.Jakarta.
_____.2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.129/Menkes SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.
______.2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2008, tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di lingkungan Dsepartemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Jakarta.
Devito, A.J. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta : Karisma Publishing.
Effendy, O.U.2004.Dinamika komunikasi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gafur,KM. 2003. Pentingnya Peningkatan Profesionalisme Rekam Medis Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III
Guwandi J. 1991. Dokter dan Rumah sakit. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
Hanafiah , MJ dan Amir,A., 2008. Etika Kedokteran & Hukum kesehatan Ed,4, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hatta,G.2003.Peranan Rekam Medis Dalam Tanggung Gugat Praktek Professional Tenaga Kesehatan. Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam kongres & Rakernas I-III
Hatta,G.2010. Pedoman Manajemen Kesehatan Disarana Pelayanan Kesehatan Edisi Revisi III. Jakarta: Universitas Indonesia.
Konsil Kedokteran Indonesia.2007.Manual Rekam Medis
Lihawa C dan Mansur M. 2015 .Faktor-faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medis Dokter di Ruang Rawat Inap RSI UnismaMalang. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Maharani W dan Setyowati M. 2015. Tinjauan Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (Bkpm) Semarang. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Maranatha,W. 2016. Analisis Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi FKM USU.
Mawarni D dan Wulandari RD. 2013. Identifikasi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan . Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia.
Miles, M.B dan Huberman, A.M. 2014. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Muninjaya ., 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2.Jakarta:EGC
Muslihatun W.N., 2009. Dokumen kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Moekijat. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV. Mandar Maju
___________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Penerbit PT RINEKA CIPTA.
Pamungkas, T. W., Marwati, T., Salikhah.,2010. Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 269/MenKes/Per/III/2008, Tentang Rekam Medis/Medical Record. Jakarta : Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang komte medik di rumah sakit. Jakarta: Depkes RI.
Rahaminta, S. (2012). Pengalaman perawat berkolaborasi dengan dokter di ruang ICU. Jurnal Nursing Studies.
Ria Yudha Permata Ratmanasuci, 2008. Analisis kelengkapan pengisian dokumen rekam medis rawat inap di RSUD kota semarang. Skripsi FKM Undip.
Rustiyanto E.,2009. Etika Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan.Yogyakarta: Graha ilmu.
Sampurna, B . 2014.Aspek Etik dan Hukum Manajemen Informasi Kesehatan. Jakarta: UI-Press
Sugiyanto,Z. 2005. Analisis Prilaku Dokter Dalam Mengisi Kelengkapan Data Rekam Medis Lembar Resume Rawat Inap Di RS Ungaran.Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro.
Sugiyono,. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Supriyanto, S. Dan Damayanti,N.A. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Universitas Airlangga Surabaya.
United Nations Development Program., 2002. Handbook on Monitoring and Evaluating for Results. New York : Evaluation Office.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan dan mendeskripsikan
determinan kelengkapan rekam medis rawat inap di RSUD Bangkinang.Dalam
penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya , menganalisis,
memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti menjadi lebih jelas dan
bermakna (Sugiyono,2010)
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Kabupaten Kampar Riau dengan mempertimbangkan bahwa rendahnya
kelengkapan pengisian berkas rekam medis terutama di rawat inap.
3.2.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Bulan April sampai dengan
3.3 Informan
Pengambilan informan berdasarkan pertimbangan tertentu dengan teknik
purposive, yakni teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Beberapa Informan tersebut adalah (1 orang) Kepala Ruangan Rekam Medis, (6
orang) dokter terdiri dari (1 orang ) Dokter penyakit dalam, (1 orang) dokter
Spesialis Obgyn, (1 orang) Dokter Spesialis Anak ,(1 orang) Dokter spesialis
Bedah (1 orang) , Dokter spesialis Syaraf (1 orang) , Dokter Spesialis Paru di
RSUD Bangkinang,(2 orang) Perawat dan (1 orang) Manajamen RSUD
Bangkinang Kabupaten Kampar Riau.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber yaitu :
1. Data Primer
Metodepengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan
berpedoman dengan instrumen yang telah dipersiapkan terlebih dahuluuntuk
mengetahui determinan kelengkapan rekam medis.
2. Data Sekunder
Untuk melengkapi data hasil wawancara mendalam maka peneliti juga
mengumpulkan data-data dan dokumen mengenai kelengkapan rekam medis di
3.4.2 Instrumen Penelitian
Sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth Interview) peneliti
menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu
berupa voice recorder, notes, dan alat tulis.
3.5 Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah pemahaman tenaga kesehatan tentang rekam medis.
a. Manfaat rekam medis adalah kemampuan informan dalam menjawab apa
kegunaan rekam medis yang disusun berdasarkan pedoman wawancara sesuai
profesi petugas kesehatan di RSUD Bangkinang.
b. Rekam medis sebagai peningkatan mutu adalah kemampuan informan dalam
menjawab rekam medis sebagai peningkatan mutu di RSUD Bangkinang.
2. Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi yang harus diselesaikan petugas kesehatan.
a. Aspek fisik merupakan jumlah pasien yang harus dirawat dibandingkan
jumlah tenaga kesehatan.
b. Aspek waktu kerja merupakan jumlah waktu efektif melakukan pekerjaan
setiap harinya.
3. Komunikasi Interpersonal adalah percakapan yang terjadi kontak langsung dalam bentuk tindakan sehingga menimbulkan kenyamanan dalam berinteraksi
dengan pasien dalam memberikan pelayanan terkait dalam pengisian rekam
medis.
4. Monitoring adalah pengawasan dan tindakan suatu program selama
pelaksanaan rekam medis yang berdasarkan pedoman yang digunakan dalam
penyelenggaraan rekam medis di RSUD Bangkinang.
5. Kelengkapan rekam medis adalah kesempurnaan pengisian formulir dari item
rekam medis yang harus diisi dokter terkait data-data pasien pada saat
pelayanan rawat inap di RSUD Bangkinang.
3.6 Triangulasi Data
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber untuk mendapatkan
data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi
sumber digunakan untuk pengecekan data tentang keabsahannya, membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen dengan memanfaatkan berbagai
sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan.Dalam hal ini penulis
membandingkan data hasil observasi dengan data hasilwawancara, dan juga
membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya. Triangulasi metode
dilakukan dengan membandingkan informasi wawancara mendalam dengan hasil
pengamatan foto dokumentasi di lokasi penelitian (Sugiyono, 2010).
3.7 Metode Analisis Data
Model analisa data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan
Miles and Huberman (2014), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
Komponen analisis data menurut Miles and Huberman :
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “ kasar “ yang muncul dari
catatan – catatan tertulis di lapangan. Dan reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk matriks,
grafik, jaringan dan bagan.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal yang didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama
menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali. Makna-
makna yang muncul dari data harus diuji kebenenaranya, kekokohanya, dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Perkembangan RSUD Bangkinang
Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang adalah Rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar yang berdiri sejak Pemerintahan Hindia
Belanda dan di resmikan menjadi Rumah Sakit milik Pemerintah pada tahun
1979, memiliki letak yang strategis di pinggir jalan raya Riau-Sumatera Barat dan
Sumatera Utara. Sejak tahun 1981 RSUD Bangkinang hanya tergolong rumah
sakit tipe D. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelayanan maka pada
tanggal 05 juni 1996 , berdasarkan SK Menkes Nomor : 551/Menkes/SK/VI/1996
tentang Peningkatan Kelas RSUD Bangkinang Milik Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kampar, maka RSUD Bangkinang diakui sebagai rumah sakit
yang tergolong tipe C, dan pada tanggal 19 desember 2011 RSUD Bangkinang
menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan surat keputusan Bupati
Kampar Nomor; 060/ORG/303/2011/ tentang penetapan Rumah Sakit Umum
Daerah Bangkinang sebagai satuan kerja perangkat daerah kabupaten kampar
yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) secara penuh.
4.1.2 Lokasi RSUD Bangkinang
RSUD Bangkinang terletak di jalan Lingkar, Bangkinang-Batu
4.1.3 Visi dan Misi RSUD Bangkinang 1. Visi
Visi RSUD Bangkinang adalah Terwujudnya BLUD ( Badan Layanan
Umum Daerah) Rumah Sakit Umum Bangkinang yang moderen,
professional dan menyenangkan
2. Misi
a. Meningkatkan kopetensi sumber daya manusia pada semua Lini
pelayanan kesehatan perorangan yang profesional, santun dan
meningkatkan daya saing di Provinsi Riau.
b. Mengembangkan pembangunan gedung Rumah sakit sesuai master plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta penegmbangan fasilitas umum agar mampu memberikan rasa aman
dan nyaman, serta menyenangkan pelanggan.
c. Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi
melalui sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
d. Mengembangkan pelayanan unggulan sesuai dengan tuntutan
lingkungan dan perkembangan penyakit di Kabupaten Kampar.
e. Mendukung terhadap pelayanan kesehatan perorangan agar mampu
meningkatkan produktifitas sumber daya manusia.
4.1.4 Struktur Organisasi RSUD Bangkinang Struktur Organisasi RSUD Bangkinang terdiri dari :
A. Direktur
1. Kepala Bagian Administrasi Umum dengan 3 (tiga) Kepala Sub
a. Sub Bagian Umum, Hukum, Informasi dan Kemitraan
b. Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga
c. Sub Bagian Perencanaan Anggaran
2. Kepala Bidang Pelayanan dengan 2 kepala seksi yaitu :
a. Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Penunjang Medik
b. Kepala Seksi Keperawatan
3. Kepala Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pendidikan dengan
(dua) Kepala seksi yaitu :
a. Kepala Seksi Administrasi dan Pembinaan SDM
b. Kepala Seksi Pendidikan , Pelatihan dan Peningkatan kompetensi
SDM
4. Bidang keuangan dengan 2 (dua) Kepala seksi yaitu :
a. Kepala Seksi Perbendahaaan dan Verifikasi
b. Kepala Seksi Akuntansi
5. Kelompok jabatan fungsional yaitu :
a. Kepala instansi
b. Kepala Ruangan
c. Komite Medis
d. Kelompok staff medis (KSM)
e. Komite keperawatan
f. Komite-komite lainya : PPI, K3 RS , dll
4.1.5 Data ketenagaan Pegawai RSUD Bangkinang
Jumlah tenaga di RSUD Bangkinang sebanyak 353 orang dengan
perincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Klasifikasi Ketenaga Kesehatan RSUD Bangkinang
No Bagian PNS Non PNS Jumlah Sumber Bagian Kepegawaian RSUD Bangkinang Tahun 2016
Catatan :
Jumlah Dokter Spesialis Dasar yaitu
1. Dokter spesialis Penyakit dalam : 4 orang
2. Dokter spesialis Kebidanan : 2 orang
3. Dokter spesialis Bedah : 2 orang
4. Dokter spesialis Anak : 3 orang
Pelayanan Medik Spesialis Lain
5. Dokter spesialis Syaraf : 1 orang
6. Dokter spesialis Paru : 2 orang
4.1.6 Instalasi Rawat Inap
Tabel 4.2 Klasifikasi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur RSUD Bangkinang
Sumber Instalasi Rekam Medis RSUD Bangkinang Tahun 2016
4.1.7 Visi , Misi ,Tujuan dan Falsafah Bagian Rekam Medis RSUD Bangkinang
1. Visi
Mewujudkan Rekam Medis Dan Pelaporan Rumah Sakit Umum
Bangkinang Sebagai Sentral Informasi Pengolahan Data Yang Tepat dan
2. Misi
Melaksanakan Pelayanan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Yang
Memuaskan
3. Tujuan
Mampu memberikan informasi yang lengkap, cermat, serta siap disajikan saat diperlukan
Memproses dan menangani informasi yang tercatat seefektif mungkin
Memberikan pelayanan semaksimal mungkin dalam hal rekam medis
kepada pasien
4. Falsafah
Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan medis
yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainya kepada pasien.
Bagian perencanaan dan rekam medis dipimpin oleh bagian yang
bertanggungjawab kepada wakil direktur bidang umum dan keuangan. Bagian
rekam medis dikepalai oleh seorang perekam medis dan informatika kesehatan
(DIII) yang telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan
penyelenggaraan rekam medis dan di bantu oleh 14 orang petugas rekam medis.
Jumlah Petugas Rekam Medis sebanyak 7 orang dengan status Non PNS.
4.1.6 Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSUD Bangkinang Dalampencatatan rekam medis yang lengkap tidak terlepas dari
penyelenggaraan rekam medis. Alur rekam medis rawat inap di RSUD
Tidak
Lengkap
Gambar 4.1 Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSUD Bangkinang
Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap
Sudah ada No. RM No. RM TIDAK
YA
UNIT RAWAT INAP
Kantor Rekam Medis DIRUJUK
Copy Lembaran Resume Keluar di kirim ke Rs rujukan
POLIKLINIK
Berobat Jalan
Rawatan Ulang
Pendidikan
Penelitian
Keperluan Lain
Dilengka pi
Periksa Kelengkapan
Pencatatan dan File Komputer
4.2 Kelengkapan Pengisian Rekam Medis
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kelengkapan Masing-Masing 10 Berkas Rekam Medis oleh Dokter Spesialis pada Pasien Rawat Inap di RSUD BangkinangTahun 2016
Keterangan : L = Lengkap
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengisian berkas rekam
medis oleh Dokter Spesialis masih di temukan ketidaklengkapan rekam medis.
Dari seluruh dokter Spesialis maka dapat disimpulkan dokter Spesialis penyakit
masing- masing ketidaklengkapan pada umumnya terletak pada item waktu
masuk, Anamnese,pemeriksaan fisik , ringkasan pulang dan nama&tanda tangan
dokter. Ketidaklengkapan ini berbeda jika dibandingkan dengan dokter spesialis
Syarat dan dokter Spesialis Paru yang memiliki angka kelengkapan berkas rekam
medis yang cukup tinggi. Hasil wawancara dengan perawat yang menyatakan
bahwa dokter Spesialis Syarat dan Dokter Spesialis Paru memang berbeda dengan
dokter spesialis dasar lainya. Oleh karena itu terdapat perbedaan pengisian rekam
medis antara dokter pelayanan medik spesialis dasar dengan spesialis lain.
4.3 Karakteristik Informan
Pada penelitian ini dilakukan indepth interview hanya terhadap 10 informan yaitu 6 Dokter Spesialis , 2 informan Perawat , 1 informan Kepala
Rekam Medis, 1 informan Manajemen Rumah Sakit.
Tabel 4.4Distribusi Karakteristik Informan No.
Informan
Jabatan Pendidikan Jenis kelamin
Perempuan 39 tahun PNS Tetap
5 Dokter Spesialis
Syaraf
Spesialis Syaraf
Perempuan 40Tahun PNS Tetap
6 Dokter
Tabel 4.4 memperlihatkan karakteristik tenaga kesehatan sebagai informan
Penelitian sebanyak 10 informan terdiri dari 6 orang perempuan dan 4 orang
laki-laki, berkisar dari umur 38 sampai 45 dengan latar belakang pendidikan
Dokter Spesialis, D3 perawat serta lama bekerja sekitar 6 tahun sampai 12 tahun.
4.4 Hasil Wawancara Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis
Adapun hasil yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap
informan terkait dengan determinan pengisian rekam medis rawat inap di RSUD
Bangkinang Tahun 2016
4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Pengisian Tanggal dan Waktu Masuk yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit dalam
oleh waktu yang sangat terbatas sehingga dokter tidak memiliki waktu untuk
mengisi tanggal dan waktu masuk, seperti dikatakanya sebagai berikut :
“ Tanggal dan waktu masuk tidak saya yang mengisinya. Itu bagian pendaftaran rawat inap ya biasanya atau perawat yang mengisinya, keterbatasan waktu yang membuat saya tidak terlalu memperhatikan kelengkapanya lagi“
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Anak dan dokter
spesialis Bedah menunjukkan bahwa pengisian tanggal dan waktu masuk bukan
dokter yang mengisi karena dokter merasa bahwa seorang dokter mengisi
item-item berkas rekam medis itu berhubungan dengan medis-medis saja, seperti yang
dikatakan sebagai berikut:
“Oh .. kalau masalah itu yaaa bukan saya yang mengisinya,, karena menurut saya pengisian berkas rekam medis ini yang penting-penting saja seperti yang berhubungan dengan medis, kalau itu kan bisa yang lain yang mengisi, kan dokter memberi pelayanan yang cepat dan tepat ya kan “
Menurut wawancara dengan dokter spesialis lain menunjukkan bahwa
pengisian tanggal dan waktu masuk tersebut memang menjadi tanggung jawab
dokter sehingga harus diisi dengan lengkap dan akan bekerja sama dengan
perawat, seperti dikatakan sebagai berikut :
“ Sebenarnya tanggal dan waktu masuk itu tanggung jawab dokter tapi biasanya dibantu oleh petugas kesehatan lain, dan saya tidak memperhatikan atau mengecek kembali karena menurut saya sudah lengkap”
Berdasarkan pernyataan diatas seluruh informan menyatakan bahwa
pengisian tanggal masuk dan waktu masuk dilakukan oleh petugas pendaftaran
rawat inap sehingga dokter tidak melihat atau memeriksa kembali pada
kelengkapan tanggal dan waktu masuk disebabkan anggapan dokter telah di
itu tanggung jawab mereka untuk memeriksa kembali tanggal dan waktu masuk
yang ada di rekam medis namun hal ini tidak bisa dilakukan karena keterbatasan
waktu dan kesibukan. Dan sebagian dokter beranggapan bahwa bukan tugas
seorang dokter, pengisian hanya pada yang medis saja.
4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Pengisian Anamnese yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Dalam , dokter spesialis
Anak dan spesialis Obgyn menunjukkan bahwa ketidaklengkapan pengisian
anamnese disebabkan saat pasien yang datang ke rumah sakit dalam keadaan
darurat atau tidak sadarkan diri sehingga mempersulit dokter dalam mengisi
lengkap anamnese, seperti yang dikatakan sebagai berikut :
“ Di isi jika bisa ditanyai tapi biasanya pasien yang kritis atau tidak sadarkan diri sulit untuk ditanyai, sehingga tidak bisa mengisinya tapi nanti akan diberikan perawat ruang rawat inap jika masih kosong karena kan dokter harus lebih mementingkan pelayanan dengan cepat serta pengobatan tepat “
Menurut hasil wawancara dengan responden 4 yaitu dokter bedah
menunjukkan bahwa ketidaklengkapan pengisian anamnese dikarenakan tidak
mengecek kembali oleh petugas kesehatan lainya sehingga tidak sengaja
terlewatkan oleh dokter. Dan kerjasama yang belum optimal antara sesama tenaga
kesehatan, seperti yang dikatakan sebagai berikut :
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Syaraf dan dokter
spesialis Paru menunjukkan bahwa pengisian pada anamnese hanya kesulitan
pada saat pasien tersebut sulit untuk ditanya namun hal itu tidak menjadi
penghalang karena dokter selalu berusaha memaksimalkan dalam pengisian
anamnese karena pengetahuan dokter akan pentingnya anamnese cukup baik dapat
dilihat dari yang dikatakan sebagai berikut:
“ Ya saya mengisinya kalaupun tidak terisi biasanya dikarenakan pasien sulit untuk ditanyai , tapi itu tidak menjadi alasan untuk tidak mengisi anamnese karena item ini merupakan hal yang utama dalam mempertegas alasan dalam pengobatan medis dan saya selalu mengusahakan dalam pengisian anamnese”
Berdasarkan pernyataan diatas yang diketahui informan bahwa pernyataan
anamnase tidak tercatat dengan lengkap karena laporan pasien, keluarga atau yang
mengantar pasien datang ke rumah sakit kurang jelas memberikan informasi dan
dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk ditanya karena
pasien dalam keadaan tidak sadar dan juga disebabkan petugas kesehatan lainya
tidak memeriksa kembali rekam medis yang telah di isi oleh dokter.
Dokter menjelaskan petugas medis lainya harus mengecek kelengkapan
berkas karena dokter lebih terfokus pada pelayanan dan pengobatan dengan cepat
sehingga masih terdapat anamnese pasien yang kosong.
4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Pemeriksaan Fisik yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam dan
Bedah menunjukan bahwa pengetahuan tentang manfaat pada pemeriksaan fisik
sudah baik namun dokter menjelaskan bahwa ketidaklengkapan pengisian
banyak sehingga tidak terlalu mementingkan item ini dengan lengkap , dokter
juga beranggapan bahwa lebih mengutamakan yang penting saja pada pengisian
rekam medis , seperti dikatanya sebagai berikut :
“ Ya untuk mengetahui perkembangan pasien, item ini sebenarnya penting karna berpengaruh terhadap pengobatan yang diberikan. Biasanya jika tidak terisi karena dokter memiliki keterbatasan waktu, pasien terlalu banyak dan lembar rekam medis yang harus diisi sehingga sayalebih mengutamakan yang penting saja”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Obgyn menunjukkan
bahwa ketidaklengkapan pengisian pemeriksaan fisik disebakan banyaknya pasien
yang membuat dokter tidak mementingkan pengisian pemeriksaan fisik dengan
secara detail sehingga masih ditemukan ketidaklengkapan tersebut. Penyebab lain
dokter mengatakan masih kurang keaktifan dalam pengawasan rekam medis
seperti yang dikatakan sebagai berikut :
“Terkadang tidak terlalu detail karena banyaknya pasien dan sebenarnya kurang keaktifan dalam pengawasan rekam meds padahalkan rekam medis sangat penting ya kan”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Anak menunjukkan
bahwa ketidaklengkapan pengisian pemeriksaan fisik disebabkan tingginya beban
kerja sehingga dokter tidak bisa mengisi secara lengkap item pemeriksaan fisik di
rawat inap sesuai dikatanya sebagai berikut :
“Pemeriksaan fisik merupakan item yang harus diisi juga namun karna beban kerja yang terlalu tinggi sering terlupakan ataupun terlewatkan”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Syaraf dan dokter
spesialis Paru menunjukkan bahwa pengetahuan dokter terhadap item
pemeriksaan fisik tersebut dan apabila masih juga ditemukan ketidaklengkapan
dokter mengakui bahwa masih kurang pengawasan dan ketegasan dari rumah
sakit, seperti dikatakanya sebagai berikut :
“Untuk pemeriksaan fisik ini agar pasien diberikan pengobatan yang tepat. Selain itu agar mengetahui kondisi fisik pasien karna mempengaruhi kesembuhan pasien dan untuk menunjang diagnosa pasien dan jika masih ada ditemukan tidak lengkap terletak pada pengawasan dan ketegasan dari pihak rumah sakit”
Berdasarkan penyataan diatas dapat diketahui bahwa informan memiliki
pengetahuan yang cukup baik mengenai pemeriksaan fisik tersebut namun pada
hasil observasi masih terdapatnya ketidaklengkapan pada item pemeriksaan fisik.
Dari pernyataan informan ketidaklengkapan item pemeriksaan fisik. Alasan
ketidak lengkapan item pemeriksaan fisik ini dikarenakan waktu dokter yang
terbatas, beban kerja yang tinggi dan kurang aktif dalam mengingatkan dokter
sehingga tidak disiplin dalam mengisi rekam medis khususnya pemeriksaan dan
penunjang medik. Dan sebagian dokter beranggapan bahwa masih kurang
pengawasan dan ketegasan dari rumah sakit terhadap kelengkapan rekam medis.
4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Pengisian Diagnosa yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam
menunjukan bahwa dokter mengetahui akan pentingnya item diagnosa ini namun
waktu yang terbatas disebabkan pasien yang banyak menuntut dokter harus
memberi pelayanan dengan baik. Pasien tidak hanya pada rawat inap, melainkan
rawat jalan yang tiap harinya memiliki pasien yang banyak sehingga dokter
sehingga mempersulit untuk dilengkapi kembali, seperti yang dikatakanya sebagai
berikut :
“Ya kalau item diagnosa ini seharusnya tidak boleh tidak terisi, ini disebabkan pasien saya terlalu banyak sementara waktu tidak banyak lagi untuk pasien yang lain. Belum lagi pasien di poli menunggu saya, dan berkas rekam medis pun sudah terdistribusi ke bagian lain.Biasanya saat diruangan saya diingatkan dan kalau saya memiliki waktu banyak saya isi atau langsung membawa pulang”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Obgyn menunjukan
bahwa dokter tidak selalu mengkosongkan item diagnosa karena pasien saat ini
meningkat dan dokter juga menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk lebih
memastikan diagnosa yang lebih jelas, seperti dikatakanya sebgi berikut :
“Ketidakterisian di item diagnosa tidak sering, ya mungkin ada beberapa status pasien yang tidak terisi bagian diagnosa karena pasien saat sekarang sangat meningkat dan harus memberikan pelayanan ke pasien yang lain , dokter masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan diagnosis yang lebih spesifik”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis lainya menujukkan
bahwa penyebab ketidakterisian diagnosa karena dokter tidak punya banyak
waktu untuk mengisinya karena pada umumnya dokter beranggapan bahwa pasien
telah lama menunggu dan berupaya memberikan pelayanan yang cepat sehingga
terburu-buru, seperti yang dikatanya sebagai berikut :
Berdasarkan pernyataan di atas informan menyatakan bahwa informan
selalu mengisi item diagnosa , ketidaklengkapan item diagnosa pada berkas rekam
medis disebabkan oleh beberapa faktor seperti pasien yang terlalu banyak
menunggu, waktu yang tidak banyak, memakan waktu yang banyak jika
dilengkapi saat itu juga, dan kurangnya kerja sama antara dokter , perawat dan
petugas kesehatan lainya dan selama ini dokter lebih mengutamakan pelayanan
yang cepat dan dokter masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk
lebih mengetahui diagnosis yang lebih spesifik. Dokter juga mengatakan bahwa
akan diisi ketika perawat mengingatkan untuk pencatatan rekam medis walaupun
tidak terisi saat itu, rekam medis dibawa pulang dan masih kurang pengawasanya
terkait pengisia berkas rekam medis.
4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Mengisi Catatan Pengobatan/Tindakan yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam dan
dokter spesialis Anak menunjukkan bahwa pengetahuan dokter terkait dengan
pengisian catatan pengobatan tindakan sudah dapat dikatakan baik namun hal ini
belum berpengaruh besar terhadap pengisian pada catatan pengobatan pada pasien
rawat inap, seperti dikatakanya sebagai berikut :
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Obgyn dan dokter
spesialis Bedah menunjukkan bahwa pengetahuan terhadap keharusan dokter
dalam pengisian catatan pengobatan sudah baik, karena dokter menganggap jika
tidak ada pengobatan yang jelas kepada pasien maka tidak adanya bukti di
kemudian hari jika ada sesuatu yang terjadi pada pasien sehingga menghindari
tuntutan malpraktik, namun ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis ini
dikarenakan tidak sengaja melewatkan dalam pengisian berkas rekam medis,
seperti yang dikatakannya sebagai berikut :
“ Ya harus diisi item pengobatan ini agar ada bukti yang jelas ya. jika kemudian hari ada terjadi sesuatu pada pasien sehingga bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Ya contohnya tuntutan malpraktik, dan bisa jadi saat itu terlewatkan pada item ini saat mengisi berkas rekam medis”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Syaraf dan dokter
spesialis Paru menunjukkan bahwa dokter menekankan bahwa sudah mengetahui
manfaat dan kegunaan pada pengisian catatan pengobatan/tindakan sehingga
dokter harus mengisi item ini dengan lengkap. Dan jika tidak terisi dokter merasa
tidak sengaja terlewatkan sehingga masih terdapat ketidakterisian pada
pengobatan tersebut. Dalam hal ini harus memiliki teguran dari pihak yang
bersangkutan terhadap rekam medis, seperti dikatanya sebagai berikut :
“Pengisian catatan dalam pengobatan ini dibutuhkan untuk mengetahui obat-obat apa saja yang telah diberikan dan tindakan kita untuk mengetahui tindakan pengobatan, jadi harus di isi ya. Dan ini masih membutuhkan teguran oleh petugas kesehatan yang lainnyasebab terkadang juga tidak sengaja terlewatkan”
Berdasarkan Pernyataan di atas informan mengetahui harus mengisi
informan yang sudah baik akan pentingnya item ini namun dari hasil observasi
masih terdapat item yang tidak terisi dan hasil wawancara menunjukkan sebab
ketidaklengkapan rekam medis dikarenakan kesibukan dokter , mengejar waktu
untuk memberikan pelayanan, dan masih kurang keaktifan komunikasi perawat
dengan dokter sehingga masih ada alasan yang mengatakan terlewatkan ataupun
terlupakan dalam mengisi item pengobatan ini.
4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Informed Consent/ Persetujuan Tindakan yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan seluruh dokter spesialis menunjukkan
bahwa pengisian persetujuan tindakan merupakan suatu keharusan seorang dokter
dalam melakukan tindakan kepada pasien. Karena dokter tidak menginginkan
tuntutan dari pasien jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Hal ini akan
merugikan dokter dan juga pasien itu sendiri jika melakukan tindakan tanpa
persetujuan dari pasien atau keluargga pasien, seperti yang dikatakan dokter
sebagai berikut :
“ Ya wajib dan harus di isi,.... karena dokter tidak akan bisa melakukan tindakan sebelum adanya persetujuan dari pasien. Yaah tentunya ini agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak ada tuntutan dari pasien”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa informan
memiliki pengetahuan yang baik dari manfaat persetujuan tindakan dilakukan
karena persetujuan tindakan ini memiliki makna medikolegal dan prasyarat wajib
kedepannya. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap
berkas rekam medis tahun 2016 bahwa lembar informed consent terisi lengkap.
4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Catatan Observasi Klinis yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit dalam dan
Obgyn menunjukkan bahwa dokter selalu mengisi item catatan observasi klinis
namun jika tidak memiliki waktu untuk mengisi , dokter menugaskan kepada
perawat untuk mengisi item ini. Karena dokter mengejar pasien yang lainya
sehingga dokter beranggapan nanti akan diisinya kembali atau dibawa pulang.
Seperti dikatakan sebagai berikut :
“Saya selalu mengisinya, tidak terisi itu terkadang dikarenakan banyaknya yang mau diisi jadi perawat yang membantu untuk mengisinya. Ya karena mengejar pasien yang lain jadi saya terburu-buru. Jadi yang penting-penting saja yang diisi... kan ini gunanya untuk melihat perkembangan penyakit pasien.”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Anak menunjukkan
bahwa dokter merasa kelelahan dengan harus mengisi lengkap item ini, hal ini lah
yang menyebabkan ketidakterisian item ini. Solusi jika tidak terisi item ini dokter
selalu membawa berkas tersebut pulang kerumah, seperti yang dikatanya sebagai
berikut :
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis bedah menunjukkan
bahwa dokter mengakui bahwa pengisian rekam medis memang tanggung jawab
seorang dokter namun tidak sepenuhnya dokter mengisi seluruh item tanpa ada
bantuan atau kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rekam medis tersebut.
Penyebab lain dokter dirumah sakit umum daerah bangkinang tidak banyak
sehingga tidak sesuai dengan pasien yang meningkat saat ini. Seperti yang
dikatakanya sebagai berikut :
“Iyaa..,ini memang tanggung jawab dokter tapi harus juga meningkatkan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain, waktu saya sangat terbatas karena dokter dirumah sakit ini tidak banyak.”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Syaraf dan dokter
spesialis Paru menunjukkan bahwa kedua dokter ini selalu mengisinya dengan
lengkap jika masih ada ditemukan tidak lengkap, maka item tersebut terlewatkan
oleh dokter. Dalam ketidaklengkapan pengisian item ini dokter mengatakan
kedisiplinan seorang dokter yang kurang dan saat ini belum adanya sanksi tegas
yang diberikan selama ini. Seperti dikatakan sebagi berikut :
“Iya saya isi jika tidak terlupakan. Seharusnya juga ada diingatkan perawat kalau masalah tidak terisi pada perkembangan penyakit pasien. Kemungkinan lebih kedisiplinannya yang masih kurang dan juga belum adanya sanksi diberikan selama ini. Item ini di isi supaya mengetahui perkembangan penyakit pasien. Dan akan selalu berusaha mengisinya kalau masih ada yang tidak terisi mungking terlewatkan oleh saya.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa alasan
ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis dikarenakan waktu yang tidak
cukup untuk mengisinya, banyaknya yang harus diisi, kurangnya kerjasama antara
yang masih rendah dan belum ada selama ini sanksi yang jelas terhadap
kelengkapan rekam medis. Oleh karena itu dapat disimpulkam item observasi
klinis sejalan dengan observasi yang peneliti lakukan terhadap item obserasi klinis
yang belum terisi dengan lengkap.
4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Ringkasan Pulang/Resume Medis yang terdapat Dalam Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit dalam, dokter
spesilais Syaraf dan dokter spesialis Paru menunjukkan bahwa ketidakterisian
item ringkasan pulang disebakan pasien yang pulang atau meninggal dokter tidak
berada dirumah sakit sehingga dokter tidak bisa melengkapi ringkasan pulang ,
apalagi pasien yang pulang paksa atau atas permintaan sendir. Dokter tidak bisa
mengisinya dalam keadaan tersebut, seperti yang dikatakan sebagai berikut :
“Biasanya pasien pulang atau meninggal saya tidak berada di rumah sakit, apalagi pasien pulang pada malam hari tentu saya tidak bisa mengisinya..., Saya mengusahakan selalu mengisinya, tapi kalau pasien pulang paksa atau atas permintaan sendiri ya kemungkinan tidak terisi. “
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Obgyn dan dokter
spesialis Bedah menunjukkan bahwa dokter tidak memiliki waktu banyak, karena
dokter juga memiliki pekerjaan diluar Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang.
Hal ini menjadi suatu beban dokter karena tidak bekerja secara optimal karena
banyaknya pekerjaan yang menuntut dokter untuk mengerjakan semua tanggung
“Kalau tidak terisi biasanya saya tidak punya waktu saat itu juga, karena saya juga mengejar di rumah sakit swasta lainya jadi kadang bawa pulang saja rekam medisnya“
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Anak menunjukkan
bahwa dokter tidak mengisi secara keseluruhan pada item ini, hal ini disebabkan
masih banyak pasien yang menunggu dokter sehingga dokter memberikan
pelayanan yang lebih cepat dan masih kurangnya dokter pada Rumah Sakit
Umum Daerah Bangkinang, seperti dikatannya sebagai berikut :
“Kalau saya isi saat itu juga tidak bisa di buru-buru masih banyak pasien yang menunggu. Dokter disini juga tidak terlalu banyak.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui
ketidaklengkapan pengisian ringkasan pulang karena pasien yang pulang pada
saat dokter tidak ada visit dan juga tidak ada dirumah sakit. Pasien yang pulang
paksa atau pulang atas kemauan sendiri dan kesibukan dokter yang juga bekerja di
rumah sakit swasta sehingga berkas rekam medis tidak terisi dengan lengkap.
Dokter menjelaskan tidak bisa dalam pengisian item ringkasan pulang di
buru-buru karena harus melanjutkan pelayanan terhadap pasien yang lain.
4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Mengisi Nama dan Tanda Tangan Dokter yang Merawat pada Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Dalam dan dokter
spesialis Anak menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai pengisian nama dan
item ini berguna dalam tanggung jawab seorang dokter terhadap pasien. Namun
dokter merasa hanya tanda tangan saja yang penting untuk di isi , nama dokter
yang merawat akan diisi perawat jika tidak di isi dokter,seperti yang dikatakan
sebagai berikut :
“Nama dan tanda tangan sangat penting agar bisa mengetahui dokter siapa yang bertanggung jawab atas pasien tersebut. Kalau terlupakan nanti terkadang-kadang saya diingatkan perawat. Kalau masalah nama nanti petugas kesehatan lainya mengisinya . perawat biasanya sudah mengenal tanda tangan dokter, saya tidak punya banyak waktu”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Bedah menunjukkan
bahwa dokter hanya mengisi tanda tangan yang penting-penting saja, seperti pada
lembar persetujuan tindakan, kalau masalah nama tidak sepenuhnya terlengkapi
karena dokter menganggap pada lembaran sebelumnya sudah tertera nama
maupun tanda tangan dokter, seperti dikatakan sebagai berikut :
“T idak, terlalu banyak yang ditanda tangani, bagian yang penting-penting saja seperti lembar persetujuan tindakan untuk pasien bedah. Seharusnya dokter semua punya stempel nama sehingga tidak ada kelupaan untuk mengisi item ini. “
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis obgyn menunjukan
bahwa jika dokter tidak memiliki waktu yang banyak setelah melalukan tindakan
terhadap pasien , pengisian nama dan tanda tangan jika kembali ke dokter akan
dilengkapi dan membawa pulang berkas rekam medis tersebut, seperti
“Ya diisi , kadang tidak terisi ketika saat setelah melakukan tindakan, kalau kembali lagi ke saya ya nanti saya tulis kalau tidak sibuk atau membawa pulang berkas rekam medisnya.”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis Syaraf dan dokter
spesialis Paru menunjukkan bahwa kedua dokter ini selalu mengusahakan
pengisian item ini, karena dokter mengetahui bahwa item ini merupakan tanggung
jawab dokter terhadap pasien sehingga dokter mematuhi/melaksanakan tindakan
sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), seperti dikatakan sebagai berikut :
“Saya mengisi nama dan tanda tangan karna sangat penting agar mengetahui dokter yang bertanggung jawab sama pasien, wajib diisi dengan SOP yang sedang berlaku. Namun mungkin kurang menjalankannya karena setiap dokter beda-beda, ada yang mematuhinya tindakan sesuai SOP. Dan belum ada sanksi yang tegas”
Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa ketidaklengkapan item ini
dikarenakan tidak terlalu dianggap permasalahan karena dilembar sebelumnya
juga sudah ada nama dan tanda tangan dan terburu-buru mengejar pasien yang
lainnya sehingga item ini terlewatkan begitu saja, kesibukan dokter hanya
menandatangani tidak terdapat nama, dan selama ini hanya petugas kesehatan lain
mengisinya. Saat peneliti melakukan observasi terhadap berkas rekam medis
masih terdapat item nama dan tanda tangan dokter tidak terisi selama ini selalu
melibatkan petugas rekam medis dan juga perawat. Dapat disimpulkan bahwa
dokter harus menyesuaikan dengan UU Praktik Kedokteran dengan
membubuhkan nama dan tanda tangan di resume medis tersebut.Karena
persentase pengisian resume medis yang rendah ini dapat mempengaruhi mutu
4.4.10 Pertanyaan Informan tentang Manfaat Rekam Medis di RSUD Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan seluruh dokter spesialis menunjukkan
bahwa pengetahuan secara keseluruhan manfaat dari rekam medis masih kurang ,
karena dokter hanya mampu menjawab manfaat rekam medis sebagai informasi
pasien dan administrasi disuatu rumah sakit, seperti yang dikatakan sebagai
berikut :
“ yaaa,, tahu. Untuk mengetahui riwayat penyakit pasien, memudahkan pendataan saat pelaporan... tanda bukti tulis pasien, identitas pasien, karena doktertidak bisa mengingat secara detail saat meriksa pasien, jadi harus diisi secara lengkap”
Daripenyataan di atas dapat diketahui bahwa informan mengetahui apa itu
manfaat rekam medis, berdasarkan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa
manfaat rekam medis merupakan bukti tulis, riwayat pasien,informasi bagi rumah
sakit, legalitas dan pencatatan tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Dari
wawancara dengan informan tidak ada yang mengaitkan secara khusus manfaat
dari rekam medis yaitu ALFRED . Informan belum mengaitkan dengan aspek
administrasi yang mana adanya nilai yang menyangkut tindakan- tindakan
bersadarakan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis, aspek
keuangan sebagai klaim pembayaran,aspek pendidikan dan aspek penelitian yang
merupakan manfaat dari rekam medis. Dapat disimpulkan bahwa informaan masih
kurangnya mengetahui manfaat dari rekam medis secara kompleks.
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam
menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai rekam medis sebagai informasi dan
meningkatkan mutu rumah sakit masih kurang karena pernyataan dokter terkait
kriteria mutu pada rumah sakit tidak mampu menjawab rekam medis dikatakan
bermutu apabila sesuai kriterianya yaitu akurat, terpercaya dan penyajian tepat
waktu, sesuai yang dikatakan sebagai berikut :
“Iya akan meningkatkan kualitas di rumah sakit tentunya rekam medis itu. Mutu rumah sakit terletak pada tertibnya administrasi seperti berkas rekam medis. memang harus butu pengawasan yang lebih tegas terhadap rekam medis ini. Karena berkas rekam medis salah satu upaya meningkatkan kualitas di suatu rumah sakit apabila diperhatikan dengan baik”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis syaraf menunjukkan
bahwa rekam medis akan meningkatkan mutu rumah sakit apabila semua berkas
rekam medis tersebut terisi lengkap. Dalam akreditasi nanti akan berpengaruh
besar terhadap penilaian di rumah sakit.
“Ya, tentu saja meningkatkan mutu rumah sakit,apabila rekam medis ini diisi dengan lengkap ya kan, karena ini juga akan mempengaruhi nilai saat akreditasi nantinya, jadi kan harus di isi secara lengkap ya kan dan juga tepat pada waktunya. Ya walaupun begitu masih saja dokter tidak maksimal dalam pengisian berkas rekam medis, penyebab lain yang tidak bisa melakukan kelengkapan dokter kebanyakan sibuk dengan pasienya tapi hal ini sangat membutuhkan kerja sama ya kan dan seluruh pihak yang dirumah sakit agar meningkatkan mutu di rumah sakit ini”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis lainya menunjukkan
bahwa dokter hanya bisa menjelaskan memang benar rekam medis memberikan
kualitas dirumah sakit tanpa menjelaskan lebih detail.
Berdasarkan pernyataan diatas pengetahuan informan mengenai rekam
medis sebagai peningkatan mutu di rumah sakit tidak seluruh dokter yang
mengetahui kapan dan bagaimana rekam medis bermutu hanya beberapa informan
menjelaskan bahwa kelengkapan dan akurat rekam medis akan mempengaruhi
mutu di rumah sakit. Hanya beberapa informan yang menjelaskan bahwa rekam
medis merupakan peningkatan mutu apabila tersedianya data informasi yang
lengkap dan akurat. Dapat disimpulkan tidak semua informan yang mengetahui
bahwa syarat rekam medis dikatakan bermutu.
4.4.12 Pertanyaan Informan tentang Beban Kerja berdasarkan Aspek Fisik Rekam Medis di RSUD Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam dan
dokter spesialis Anak menunjukkan bahwa pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang sangat meningkat, hal ini semenjak adanya BPJS kesehatan ( Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan).Banyaknya pasien yang membuat
dokter tidak bisa memperhatikan dan melengkapi berkas rekam medis. karena
pasien yang dilayani dokter tidak hanya pasien rawat inap melainkan rawat jalan,
seperti dikatakan sebagai berikut :
“Dalam perharinya yaah banyak semenjak BPJS ini, dan belum lagi pasien yang di poli banyak karena saya juga tidak melayani rawat inap saja melainkan poli juga harus saya kejar.Karena sudah mengantri lama, nanti protes karena tidak sabar menunggu ”
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialislainnya menunjukkan
bahwa beban kerja dilihat dari jumlah pasien tiap harinya tidak terdapat
dokter tidak mementingkan berkas rekam medis melainkan dokter lebih fokus
pada pelayanan terhadap pasien, seperti dikatakan sebagai berikut :
“Ya pasien terlalu banyak dan tidak terdapat kesesuaian banyaknya petugas kesehatan. Jadi terkadang itu menjadi beban juga karena saya harus melayani pasien,sehingga kurang memerhatikan pengisian rekam medis”
Berdasarkan pernyataan diatas pengetahuan informan mengenai beban
kerja tenaga kesehatan dilihat dari aspek fisik yang berupa jumlah pasien dalam
seharinya dan kesesuaian sumber daya manusianya yaitu tenaga kesehatan yang
menjadi suatu beban kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut. Dilihat dari hasil
wawancara dengan informan bahwa hampir seluruh informan mengatakan bahwa
jumlah pasien dalam perharinya membuat petugas kesehatan tidak mengatasi
kelengkapan rekam medis karena lebih mementingkan pasien tersebut. Sebagian
besar dokter bekerja di rumah sakit swasta dan klinik pribadi sebab inilah yang
menjadikan dokter terburu-buru memberikan pelayana terhadap pasien yang lain.
4.4.13 Pertanyaan Informan tentang Beban Kerja berdasarkan Aspek Waktu Kerja Rekam Medis di RSUD Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan seluruh dokter spesialis menunjukkan
bahwa jam kerja dokter perhari di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang tidak
lebih dari yang telah di tetapkan. Dokter melayani pasien rawat inap dan juga poli,
dapat dikatakan jam kerja dokter tidak berpengaruh besar terhadap kelengkapan
berkas rekam medis tapi pada umumnya dokter tidak hanya bekerja di RSUD
Bangkinang melainkan di rumah sakit swasta dan klinik pribadi sehingga inilah
yang menyebabkan dokter terburu-buru mengejar pekerjaan yang lain, seperti
“Ya.. Jam kerja saya untuk di rumah sakit ini tidak lebih dari 8 jam biasanya. Biasanya setelah visite , Saya juga harus mengejar pasien yang di poli sudah mngantri lama dan kemudian di rumah sakit swasta sudah memanggil saya”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan , bahwa sebagian besar
informan jika dilihat dari waktu kerjanya dalam perhari di Rumah Sakit Umum
Bangkinang tidak lebih dari 8 jam/hari. Selebihnya jam kerja dokter digunakan
untuk bekerja di rumah sakit swasta dan klinik pribadinya. Dokter menjelaskan
bahwa setelah melakukan visite kemudian langsung mengejar pasien yang ada di
poli. Setelah dari poli langsung menerima panggilan dari rumah sakit swasta
ataupun klinik pribadi. Seluruh informan memiliki pekerjaan yang diluar Rumah
Sakit Umum Bangkinang.
Dapat disimpulkan bahwa beban kerja dokter jika dilihat dari jam kerja di
Rumah Sakit Umum Bangkinang tidak lebih dari standar yang di tetapkan yaitu
tidak lebih dari 8 jam. Namun masih saja ditemukan ketidaklengkapan berkas
rekam medis pasien rawat inap. Hal ini disebabkan dokter tidak punya banyak
waktu untuk melengkapi walaupun jam kerja dokter tidak melebihi yang telah di
tetapkan. Dan dalam pernyatan dokter yang harus mengejar pasien di luar Rumah
Sakit ini membuat terburu-buru tentunya akan mempengaruhi kelengkapan berkas
rekam medis .
4.4.14 Pertanyaan Informan tentang Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Dokter di RSUD Bangkinang
Menurut hasil wawancara dengan dokter spesialis penyakit Dalam, dokter
spesialis Obgyn, dokter spesialis Anak menunjukkan bahwa komunikasi perawat