• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Poin Penting

oKalimat terakhir dari hadis di atasyaitu Ya Allah! Mereka

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

56

nisa’, anfus yang tercantum dalam ayat Muba-halah,

karena mereka adalah Ahlul Bait ‘keluarga’ Nabi saw.

oSetiap dari kata abna’, nisa’ dan anfus berbentuk plural dan disandarkan ke kata ganti. Ini melazimkan bahwa Nabi saw. mengajak seluruh anak dan wanita-wanita dari keluarganya serta orang-orang yang sama dengan-nya untuk dibawa ke medan mubahalah. Padahal, dari abna’ hanya Hasan dan Husain, dari nisa’ hanya Fathimah Zahra dan dari anfus hanya Ali bin Abi Thalib as. yang dibawa Nabi Saw. ke sana. Masalah ini, bila disandingkan

dengan ucapan Nabi saw. “Ya Allah! Mereka adalah keluargaku”, menunjukkan bahwa hanya merekalah yang

dapat disebut sebagai Ahlul Bait ‘keluarga’ Nabi saw.,

sedangkan istri-istri beliau sendiri tidak termasuk dari keluarga dalam arti demikian ini.

oKata ahlkeluarga dan Ahlul Bait memiliki arti etimo-logis yang khusus. Selain lima orang tersebut di atas tadi, yang terkadang juga disebut dengan alu ‘aba dan ashhabul kisa, kata itu tidak dapat diterapkan kepada orang lain. Masalah ini dapat difahami dengan baik dari kebanyakan hadis yang menjelaskan ayat Tathhir (Penyucian) dan peristiwa-peristiwa lainnya yang diriwayatkan dari Nabi saw.

Hadis Kedua

Fakhru Razi menukil sebuah riwayat yang terkait dengan ayat Mubahalah:

Diriwayatkan sewaktu Nabi saw. mengajukan argumentasi- nya kepada orang-orang Kristen Najran, sementara mereka

AYAT MUBAHALAH 57

memerintahku bila kalian tidak menerima argumentasi yang

kuajukan, maka aku akan bermubahalah dengan kalian.” Mereka menjawab, “Wahai Abul Qasim! Kami tidak akan

melanjutkan dan akan berpikir ulang, setelah itu kami akan

menemuimu lagi.”

Ketika mereka kembali ke kaumnya, mereka meminta

pendapat dari ‘Aqib; orang yang diikuti dan memiliki pendapat, “Wahai Abdul Masih! Apa pendapatmu dalam masalah ini?” Ia menjawab, “Demi Allah! Wahai orang- orang Kristen, kalian telah mengetahui Muhammad, Nabi yang diutus. Ia membawa keterangan yang benar tentang Isa Al-Masih. Demi Allah! Kaum yang melakukan mubahalah dengan seorang nabi, niscaya mereka akan musnah, termasuk orang tua dan anak-anak mereka. Bila kalian tetap ingin melakukan mubahalah, maka kalian semuanya akan musnah. Oleh karena itu, bila kalian bersikeras agar agama kalian tetap tegak, maka tinggalkan dia dan pulanglah ke kampung halaman!”

Nabi saw. keluar sambil menggendong Husain dan memegang tangan Hasan, sementara Fathimah Zahra ikut serta di sebelah beliau dan Ali bin Abi Thalib a.s. berjalan di

belakang beliau. Nabi saw. berkata, “Jika aku berdoa, kalian

ucapkan amin!”

Pendeta Najran berkata, “Wahai orang-orang Nasrani! Aku sungguh melihat wajah-wajah manusia yang bila berdoa agar sebuah gunung berpindah dari tempatnya, Allah akan mengabulkan doa mereka. Kalian jangan melakukan mubahalah, karena kalian akan binasa dan tidak akan tersisa seorang Kristen pun di muka bumi hingga Hari

Kiamat”.

Maka mereka berkata, “Wahai Abul Qasim! Kami berubah pikiran dan tidak akan bermubahalah denganmu.” Nabi saw. menjawab, “Jika kalian tidak melakukan mubaha-

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

58

lah, jadilah orang Muslim! Kalian akan merasakan keuntu- ngan dan kerugian bersama orang-orang Muslim lainnya”. Namun mereka tidak menerima ajakan Nabi saw. Maka

beliau berkata: “Dengan kondisi seperti ini, perang adalah pilihan terakhir.” Mereka menjawab, “Kami tidak punya kekuatan berperang melawan orang Arab. Kami meng- usulkan untuk berdamai dengan kalian. Jangan perangi kami dan jangan mengubah agama kami! Sebagai gantinya, setiap tahun kami akan mengirimkan dua ribu pakaian; seribu di bulan Safar, seribu di bulan Rajab dan tiga puluh

baju besi biasa.”

Kemudian mereka menyepakati perjanjian damai dengan syarat yang disebutkan. Nabi saw. bersabda: “Demi

Zat yang jiwaku berada di tangannya! Orang-orang Najran berada di ambang kehancuran. Jika mereka melakukan mubahalah, mereka akan berubah menjadi monyet dan babi, dan padang pasir tempat mereka berada itu akan membakar mereka. Dengan cara itu, Allah swt. memusnah- kan Najran dan kaumnya. Bahkan burung-burung yang berada di pohon akan musnah. Dan tidak lebih dari satu tahun, seluruh orang-orang Kristen akan musnah.”

Diriwayatkan, ketika Nabi saw. keluar dengan jubah berwarna hitam, Hasan masuk dalam jubah itu, Husain kemudian menyusul, begitu juga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Zahra. Setelah itu beliau ber-sabda, “Sesungguhnya

Allah hanyalah hendak membersihkan kotoran dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.”1

Mengenai kesahihan hadis ini, Fakhru Razi menegaskan,

“Telah dinyatakan bahwa hadis ini disepakati oleh ulama tafsir dan hadis”.

1 . QS. Al-Ahzab [33]: 33.

AYAT MUBAHALAH 59

Beberapa Poin Penting

o Dalam hadis ini, kehadiran keluarga Nabi saw. digam- barkan demikian, “Rasulullah saw. di bagian depan dalam kondisi menggendong Husain yang masih kecil, dan menggandeng Hasan yang juga masih kecil (sedikit lebih besar dari Husain). Lalu Fathimah Zahra di belakang beliau dan Ali bin Abi Thalib di belakang Fathimah. Kondisi teratur seperti ini sungguh menarik. Demikian juga keteraturan yang ada dalam ayat Muba- halah. Keteraturan ini bisa diamati dari berbagai sisi:

a. Ketertiban kedatangan mereka adalah pengukuhan atas ketertiban yang ada dalam ayat Mubahalah. Yakni pertama abna’ana lalu nisa’ana kemudian anfusana.

b. Mengenai Rasulullah saw. yang menggendong anak kecilnya; Husain dan menggandeng anak kecil lainnya; Hasan, adalah aktualisasi dari kalimat

abna’ana dalam ayat itu.

c. Keberadaan Fathimah Zahra sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok ini dan mendapat pen- jagaan dari depan dan belakang adalah wujud nyata dari kalimat nisa’ana dalam ayat itu.

o Dalam hadis ini, Nabi saw. bersabda kepada keluarga

mulia beliau: “Bila aku berdoa, kalian ucapkan amin!”1

Ini sama dengan ungkapan dalam ayat Mubahalah yang berbunyi, “… nabtahil fanaj’al la’natallâhi ‘ala al-kâdzibîn”

(kita memohon supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta). Mubahalah di sini tidak hanya

1 . Mengucapkan “amin” setelah pembacaan doa adalah meminta kepada

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

60

dikaitkan kepada Nabi saw. saja, tetapi mubahalah dilakukan oleh beliau dalam bentuk doa dan oleh keluarga beliau dalam bentuk ucapan amin sehingga akan menyebabkan kebinasaan dan azab ilahi atas orang-orang pendusta.

o Tampak adanya pengakuan dari utusan Kristen Najran akan keutamaan dan kedudukan Rasulullah saw. dan keluarganya, sehingga pada akhirnya mereka tidak mau bermubahalah setelah betul-betul melihat wajah-wajah di hadapan mereka betapa bersinar dan suci.

Hadis Ketiga

Hadis-hadis ‘Munasyadah Yum Asy-Syura’, yaitu hadis-hadis yang memuat kata-kata kunci seperti abna’ana, nisa’ana dan anfusana, dapat diterapkan kepada Ali bin Abi Thalib, Fathimah Zahra, Hasan dan Husain as.

Dalam hadis ini dijelaskan bahwa Amirul mukmin Ali bin Abi Thalib as. menyebutkan keutamaan-keutamaannya kepada Ashhab Syura (Utsman bin Affan, Abdurrahman bin

Auf, Thalhah, Zubair dan Sa‘ad bin Abi Waqash) ketika

Utsman telah terpilih sebagai khalifah. Ketika Ali as. menyebutkan keutamaannya satu persatu, ia menyumpahi mereka dengan nama Allah dan menuntut mereka agar mengakui keutamaan-keutamaan yang secara personal hanya dimiliki oleh dirinya sendiri.

Dalam hadis ini, Asim bin Dhamrah, Hubairah, Amr bin Watsilah meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib as. bahwa pada hari Syura, ia berkata demikian:

“Demi Allah! Aku akan mengajukan argumentasi yang tidak satu pun dari orang Arab, Quraisy dan Ajam mampu menolak dan mengajukan bantahannya. Demi Allah!

AYAT MUBAHALAH 61

Adakah di antara kalian yang beriman kepada Allah sebelum aku?”Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Selain diriku, adakah di antara kalian yang menjadi saudara Rasulullah saw. ketika beliau menetapkan persaudaran di antara orang-orang mukmin, dan menjadikan aku sebagai saudaranya, dan memposisikan aku di sisinya sebagaimana posisi Harun di sisi Musa, hanya saja aku bukan seorang nabi?” Mereka

menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Selain diriku, adakah di

antara kalian yang disucikan, ketika Rasulullah saw. menutup pintu rumah-rumah kalian ke arah dalam masjid dan membiarkan terbuka pintu rumahku dan aku berada bersamanya di rumahnya dan di masjidnya, sehingga pa-

mannya; Abbas, berdiri dan berkata, ‘Ya Rasulullah! Engkau

menutup pintu-pintu kami dan membiarkan pintu Ali tetap

terbuka?!’ Rasulullah saw. berkata, “Allah-lah yang meme- rintahkan agar aku membiarkan pintunya tetap terbuka dan menutup pintu-pintu kalian.’?!”

Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Adakah di antara kalian

yang lebih dicintai Allah dan Rasulullah saw. daripada aku; ketika Rasulullah saw. mengibarkan bendera pada hari

Khaibar dan bersabda, ‘Akan kuberikan bendera ini kepada

orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya dan di cintai oleh Allah dan rasul-Nya.’ Dan pada peristiwa burung di mana

Rasulullah saw. bersabda, ‘Ya Allah! Datangkanlah orang

yang paling Engkau cintai kepadaku, supaya dia makan

bersamaku.’ Dan setelah doa beliau itu, aku pun datang. Adakah yang mengalami kejadian ini selain diriku?” Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Selain aku, Adakah di

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

62

Nabi mengeluarkan sedekah sampai Allah menasakh

(mengganti) hukum ini?”

Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Selain aku, adakah di

antara kalian yang membunuh orang-orang musyrik Quraisy dan Arab di jalan Allah dan jalan Rasulullah?” Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali melanjutkan, “Demi Allah! Adakah di antara kalian

yang didoakan Rasulullah agar ilmunya bertambah dan telinganya senantiasa tanggap dan sadar, sebagaimana doa

beliau untuk diriku?”

Mereka menjawab, “Tidak ada.”

Ali menuntaskan, “Demi Allah! Adakah di antara kalian

yang lebih dekat kepada Rasulullah saw. secara kekeluargaan daripada aku, dan menjadikannya sebagai diri beliau sendiri, dan anak-anak lakinya sebagai anak-anak laki beliau

sendiri?”

Mereka menjawab, “Tidak ada.”1