• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ibrahim bin Muayid Juwaini1 dalam Farâ’id Al-Samthain2 dan Syeikh Shaduq ibnu Babawaih Qomi dalam Kamâl Al-Dîn3 dari Salim bin Qais meriwayatkan:

1 . Dalam kitab Al-Mu’jam Al-Mukhtash Bi Al-Muhadditsîn, hal. 65, cet. Mak-

tabah Ash-Shiddiq, Thaif, Arab Saudi, Dzahabi mengatakan, “Ibrahim bin Muhammad ... adalah seorang imam besar, ahli hadis, dan guru di atas guru

besar. Ia lahir pada tahun 644 H dan wafat pada tahun 722 H di Khurasan.”

Dalam kitab Ad-Durar Al-Kâminah, jil. 1, hal. 67, Ibnu Hajar mengatakan, “Ia menerima hadis di kota Hilla dan Tabris dan kota-kota lainnya dari para ahli hadis. Ia ahli ilmu hadis, shaleh, wibawa, tampan dan bagus bacaannya.

2 . Farâ’id As-Samthain, jil. 1, hal. 312, cet. Yayasan Mahmudi Li Athabaah

Wa An-Nasyr, Beirut.

Dalam Idah Al-Maknûn, di bagian bawah kitab Kasyf Al-Dhunûn, jil. 4, hal. 182, cet. Dar Al-Fikr, Ismail Basha mengatakan, “Isi kitab Faraid As-

Samthain adalah tentang keutamaan-keutamaan Al-Murtadha (Ali bin Abi Thalib) dan Al-Batul (Sayyidah Fathimah Zahra’) dan Sibthain (Hasan dan Husain) karya Abi Abdillah Ibrahim bin Sa’d Al-Din Muhammad bin Abu Bakar bin Muhammad bin Hamuyah Al-Juwaini, ia selesai menulis buku ini pada tahun 716 H.

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

128

Pada masa kekhalifahan Utsman, aku melihat Ali bin Abi Thalib di masjid. Ketika itu orang-orang sedang berbicara tentang Quraisy dan keutamaan-keutamaannya sebagaimana yang pernah dibicarakan oleh Nabi saw. tentang Qurasiy. Mereka juga berbicara tentang kaum Anshar dan masa lalu- nya yang gemilang serta menyebutkan pujian Allah kepada kaum itu dalam Al-Qur’an. Setiap kelompok menyebutkan

keutamaannya masing-masing.

Dialog ini diikuti lebih dari dua ratus peserta, termasuk Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubair, Miqdad, Abu Dzar, Hasan dan Husain serta Ibnu Abbas.

Pertemuan ini berlangsung dari pagi hingga zuhur. Ali bin Abi Thalib tidak berbicara sedikit pun, sehingga para peserta menghadap kepadanya untuk juga ikut berbicara.

Kemudian beliau berkata, “Masing-masing dari dua kelompok kalian telah menyebutkan keutamaan masing- masing, dan itu benar demikian. Sekarang aku ingin bertanya kepada kalian, wahai Quraisy dan Anshar! Karena siapakah Allah memberikan keutamaan itu kepada kalian? Apakah keutamaan yang kalian miliki ini karena keutamaan diri dan suku serta keluarga kalian sendiri? Ataukah karena ada pihak lain sehingga kalian memiliki keutamaan ini?

Mereka menjawab, “Karena Nabi saw. dan suku beliau

sehingga Allah swt. memberikan keutamaan ini kepada kami!

Ali bin Abi Thalib berkata, “Benar, wahai kelompok

Quraisy dan Anshar! Bukankah kalian tahu bahwa kebaikan dunia dan akhirat yang kalian dapatkan itu karena kami, Ahlul Bait?

Kemudian Ali bin Abi Thalib menyebutkan satu persatu keutamaan Ahlul Bait dan keutamaan dirinya. Dan

AYAT ULIL AMR 129

meminta kepada mereka untuk menjadi saksi dan mereka bersaksi. Di antaranya beliau berkata,

“Demi Allah! Tahukah kalian ketika diturunkan ayat,

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah

Rasul dan Ulil Amr di antara kalian!”1 Begitu juga ayat,

Sesungguhnya pemimpin kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan memberi

zakat dalam keadaan rukuk.”2

Begitu juga ketika diturunkan ayat, “Apakah kamu

mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sementara orang-orang yang berjihad di antara kalian dan orang-orang yang memilih selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman

sebagai teman setia, belum ketahuan? ….”3

Ketika ayat ini diturunkan, orang-orang berkata, “Ya Rasulullah! Apakah ayat ini khusus untuk sebagian orang- orang mukmin ataukah mencakup seluruh mereka? Allah memerintahkan kepada Nabi saw. untuk mengumumkan pemimpin dalam urusan mereka, dan menjelaskan masalah kepemimpinan kepada mereka sebagaimana juga Nabi saw. telah menjelaskan masalah shalat, zakat dan haji. Dan Allah swt. memerintahkan untuk mengangkatku di Ghadir Khum.

“Pada saat itu, Nabi saw. berkhotbah dan bersabda, ‘Wahai umat manusia! Allah telah memberiku risalah yang menyempitkan dadaku. Dan aku berpikir bahwa orang- orang akan mendustakan aku karena risalah ini. Kemudian Allah mengancamku; apakah aku akan menyampaikan risalahku ini atau tidak, dan jika tidak kusampaikan, maka Dia akan menyiksaku.’”

1 . QS. Al-Nisa [4]: 59.

2 . QS, Al-Maidah [5]: 55. 3 . QS Al-Taubah [9]: 16.

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

130

“Kemudian Nabi saw. memerintahkan orang-orang untuk berkumpul dan shalat berjamaah, lalu beliau berkhot-

bah, ‘Wahai manusia! Tahukah kalian bahwa Allah adalah

pemimpinku (pemilik wewenangku) dan aku adalah pemim- pin orang-orang mukmin dan aku lebih berhak atas mereka

daripada diri mereka sendiri?’ Mereka menjawab, ‘Iya, ya Rasulullah!’ Nabi saw. bersabda, ‘Bangunlah, wahai Ali!’ Maka aku pun bangun. Beliau bersabda, ‘Orang yang aku

adalah pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah! Dukunglah orang yang mendukung Ali, dan musuhi- lah orang yang memusuhinya!’”

“Salman berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah! Kepemim-

pinan apakah ini?”

Rasulullah saw. menjawab, ‘Kepemimpinan ini seperti

halnya kepemimpinanku. Barang siapa menganggap aku lebih utama daripada dirinya, maka Ali juga lebih utama

daripada dirinya.’ Kemudian Allah menurunkan ayat ini,

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan

telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat- Ku, dan telah Ku-ridai

Islam itu jadi agamamu”.1

Maka bertakbirlah Nabi saw. dan bersabda, ‘Allahu

Akbar! sempurnalah kenabianku dan agama Allah dengan

Ali sebagai pemimpin sepeninggalku.’”

“Kemudian Abu Bakar dan Umar berdiri dan berkata,

‘Ya Rasulullah! Semua ayat ini khusus mengenai Ali?’ Beliau menjawab, ‘Ya, khusus untuk Ali dan para washiku sampai

Hari Kiamat.’ Lalu mereka bertanya lagi, ‘Ya Rasulullah! Jelaskan tentang mereka kepada kami!’ Beliau menjawab, ‘Ali adalah saudaraku, wakilku, pewarisku, washiku dan

khalifah di tengah umatku serta pemimpin seluruh orang mukmin setelahku. Kemudian anakku; Hasan dan Husain

AYAT ULIL AMR 131

serta sembilan orang dari anak-anak Husain; datang satu per satu setelah yang lainnya. Al-Qur’an bersama mereka, dan mereka bersama Al-Qur’an. Mereka tidak akan berpisah

dari Al-Qur’an, dan Al-Qur’an juga tidak akan berpisah dari

mereka sampai keduanya menghadapku di telaga Kautsar.’”

Kemudian Ali bin Abi Thalib meminta kepada orang- orang yang hadir dan masih ingat peristiwa Ghadir Khum dan mendengar sabda dari Rasulullah ini agar bangun dan bersaksi. Maka mereka berkata, “Ya Allah! Ya, sesungguhnya kami mendengar itu, dan kami bersaksi benar apa yang

engkau katakan.”

Zaid bin Arqam dan Barra’ bin Azib, Salman, Abu Dzar, dan Miqdad bangun dan berkata, “Kami bersaksi dan

masih ingat bahwa Rasulullah saw. pada waktu itu berada di atas mimbar dan engkau di samping beliau lalu beliau

bersabda, “Wahai umat manusia! Allah telah memerintah- kanku untuk mengangkat pemimpin kalian, yaitu orang yang akan memimpin kalian setelahku. Dia adalah washiku dan menggantiku. Allah dalam kitab-Nya telah mewajibkan untuk menaatinya. Ketaatan kepadaku berdampingan dengan ketaatan kepadanya (isyarat kepada ayat Ulil Amr).

“Wahai umat manusia! Allah telah memerintahkan

kalian agar menunaikan shalat, membayar zakat, puasa dan haji. Aku telah menjelaskan semua itu kepada kalian, dan memerintahkan kalian agar mengimani kepemimpinan dan aku menjadikan kalian sebagai saksi bahwa pemimpin kalian adalah orang ini (Ali) dan dua putranya (Hasan dan Husain) dan sembilan orang anak-anak mereka.’ Nabi saw. menyampaikan hal ini sambil menepuk pundak Ali bin Abi

Thalib.”

Hadis yang cukup detail. Kami cukupkan sebatas yang ada hubungannya dengan ayat Ulil Amr. Untuk mendapatkan

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

132

rinciannya, para periset bisa merujuk ke sumber-sumber yang telah disebutkan.