• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadis Itha‘at (Ketaatan)

Dalil lain yang menguatkan Ali bin Abi Thalib sebagai Ulil Amr adalah hadis Itha‘at (ketaatan). Hadis ini diriwayatkan dalam berbagai redaksi. Dzahabi telah meriwayatkannya dalam Al-Mustadrak ‘ala Al-Shahihain2 dan Dzahabi menegas- kannya dalam Talkhish. Redaksi hadis ini adalah demikian:

1 . Syawahid At-Tanzil, jil. 2, hal 190, cet. yayasan Ath-Thaba’ Wa An-Nasyr. 2 . Al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain, jil. 3, hal 121, cet. Dar Al-Ma’rifah,

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

124

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa menaatiku, ia telah menaati Allah. Barang siapa melawanku, ia telah melawan Allah. Barang siapa menaati Ali, ia telah menaati-ku. Dan

barang siapa melawan Ali, ia telah melawan aku.”

Dalam hadis ini, Rasulullah saw. menetapkan bahwa ketaatan kepada Ali sama dengan ketaatan kepada diri beliau. Sebagai- mana ketaatan kepada beliau sama dengan ketaatan kepada Allah swt. Begitu juga sebaliknya, perlawanan terhadap Ali sama dengan perlawanan terhadap Rasulullah saw.. Maka tentunya perlawanan terhadap diri beliau sama dengan perlawanan terhadap Allah swt.

Hadis ini dengan gamblang menunjukkan bahwa kewajiban taat kepada Ali bin Abi Thalib sama dengan kewajiban taat kepada Rasulullah saw. kandungan hadis ini adalah kandungan ayat Ulil Amr yang menunjukkan bahwa ketaatan kepada Ulil Amr adalah ketaatan kepada Rasulullah saw. Maka pada hakikatnya, hadis ini adalah tafsiran ats ayat Ulil Amr; dimana Amirul Mukmin Ali bin Abi Thalib as. adalah Ulil Amr itu sendiri.

Hadis ini juga menunjukkan kemaksuman Ali bin Abi Thalib as. Karena ketaatan berawal dengan perintah; dimana tanpa perintah, ketaatan tidak akan bermakna. Adapun perintah itu sendiri berawal dari kehendak. Dan kehendak ini adalah hasil dari pemahaman akan kemaslahatan.

Berdasarkan hadis, manakala ketaatan kepada Ali as. sama dengan ketaatan kepada Nabi saw., maka perintahnya adalah perintah Nabi saw., kehendaknya adalah kehendak Nabi saw. dan pemahamannya akan maslahat juga pema- haman Nabi saw. akan maslahat itu sendiri. Dan ini tidak lain

AYAT ULIL AMR 125

adalah bukti atas kemaksuman Ali bin Abi Thalib as. itu sendiri.

Hadis

Tsaqalain

Dalil lain yang menunjukkan keselarasan Ulil Amr dengan

Ahlul Bait as. adalah hadis Tsaqalain. Menurut Syi‘ah dan

Ahli Sunnah, hadis ini sahih dan telah diriwayatkan dalam sumber-sumber hadis dengan berbagai sanad dan jalur.

Meskipun hadis ini diriwayatkan dalam berbagai redaksi yang berdekatan, namun pada intinya, ia mengandung dua pokok kalimat, yaitu:

َا ِتَِرْ تِع َو ِ،الله َباَتِك :ِْيَلَقه ثلا ُمُكيِف ٌكِرَتَ ِّنِّا ،اًدَبَا اوُّلِضَت ْنَل اَمِِبِ ْمُتْكهسََتَ ْنِا اَم ، ِتِْيَ ب َلْه

َضْوَْلْا هيَلَع اَدِري ّیتَح اَقَِتَْفَ ي ْنَل اَمُهه ناَو

.

“Sesungguhnya aku tinggalkan dua pusaka berharga; kitab

Allah dan keluargaku Ahlul Baitku. Selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama- lamanya. Dan sesungguhnya kedua-duanya tidak akan berpisah sampai mereka menjumpaiku di telaga Al-Haudh.” 1

Dalam Al-Shawâ‘iq Al-Muhriqah, 2 Ibnu Hajar mengatakan:

Hadis berpegang teguh pada Tsaqalain (Al-Qur’an dan Ahlul

Bait Nabi saw.) diriwayatkan dengan berbagai jalur. Hadis ini diriwayatkan dari lebih dari dua puluh orang sahabat. Sebagian dari hadis itu menjelaskan bahwa saat itu

1 . Sahih Turmudzi, jil. 5, hal. 621-622, cet. Dar Al-Fikr. Musnad Ahmad, jil.

3, hal. 17, 59, dan jil. 5, hal. 181, 189, cet. Dar Shadir, Beirut. Mustadrak

Hakim, jil. 3, hal. 109-110, cet. Dar Al-Ma’rifah, Beirut. Khashaish Al-

Nasa’i, hal. 93, cet. Maktabah Nainawa. Dan bisa merujuk ke sumber-sumber

lainnya seperti “Kitabullah Wa Ahlul Bait Fi Hadis Tsaqalain”. 2 . Ash-Shawaiq Al-Muharraqah, hal. 150, cet. perpustakaan Kairo.

TAFSIR IMAMAH DAN KEMAKSUMAN

126

Rasulullah saw. sedang sakit di Madinah, beliau dikelilingi oleh para sahabat di kamarnya lalu beliau menjelaskan masalah ini. Sebagian lagi mengatakan bahwa hadis ini disabdakan Rasulullah saw. di Ghadir Khum. Sebagian lagi mengatakan bahwa hadis ini disabdakan oleh Rasulullah saw. ketika kembali dari Thaif. Di antara hadis-hadis ini tidak ada pertentangan, karena melihat pentingnya masalah Al-Qur’an dan Ahlul Bait sehingga hadis ini disabdakan di berbagai tempat.

Allamah Bahrani, ulama besar Syi‘ah dalam Ghâyah Al- Marâm1 mengatakan, “Hadis ini diriwayatkan melalui tiga

puluh Sembilan jalur oleh Ahli Sunnah dan delapan puluh

dua jalur oleh Syi‘ah.”

Dalam hadis ini dijelaskan; pertama, ketidaksesatan umat itu bersyarat; yaitu berpegang pada dua hal yang amat berharga; Al-Qur’an dan Ahlul Bait Nabi saw. Dan kedua, apabila umat tidak berpegang pada keduanya atau hanya pada salah satunya, mereka niscaya akan tersesat, karena Ahlul Bait as. dan Al-Qur’an saling berkaitan dan kedua-duanya tidak akan berpisah.

Kedua poin ini dengan gamblang menegaskan bahwa Ahlul Bait as.—yang pelopornya adalah Ali bin Abi Thalib as.—bagaikan Al-Qur’an yang harus dijadikan pegangan oleh umat manusia dan perintah-perintah mereka harus ditaati. Bila dinyatakan bahwa Ahlul Bait tidak akan berpisah dari Al-

Qur’an, ini menunjukkan kemaksuman mereka. Karena kalau saja mereka berbuat salah dan dosa, maka dengan sendirinya telah mereka berpisah dari Al-Qur’an. Sementara

AYAT ULIL AMR 127

berdasarkan hadis Tsaqalain, mereka tidak akan pernah berpisah dari Al-Qur’an.

Pasal Keempat

Hadis-hadis Ulil Amr dalam Sumber Syi‘ah dan Ahli Sunnah

Dalil lain yang menunjukkan relevansi Ulil Amr dengan Ali bin Abi Thalib dan dua belas Imam Maksum as. adalah hadis- hadis yang terdapat dalam sumber-sumber Syi‘ah dan Ahli

Sunnah. Semua hadis itu menafsirkan bahwa Ulil Amr adalah Ali bin Abi Thalib as. dan dua belas Imam Maksum setelah- nya. Di sini kami hanya akan menukilkan beberapa di antaranya: