• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEFORE KUWAIT, I WAS A CAR CLEANER

Dalam dokumen KISAH SUKSES INDONESIAN NURSES DARI 5 BENUA (Halaman 189-195)

by Daeng Mappasang

S

ejak pertama kali join di forum INT ini saya langsung tertarik, forum yang begitu fantastic bisa menginspirasi saya yang saat ini stay dan bekerja nun jauh dari negri tercinta demi segenggam berlian.

Berkat forum ini hari-hari saya penuh dengan warna, sekaligus bangga sebagai perawat, di mana di group ini ternyata tempat bernaungnya rekan-rekan seprofesi yang hebat.

Saya yakin, siapapun yang join di group ini akan mengacungkan 10 thumbs untuk forum ini. Saking tertariknya, di tempat kerja pun, saya sempatkan untuk mengintip INT ini sekedar untuk mencari, info, cerita, serta hal-hal yang baru di posting. Content nya begitu menarik!

Apalagi jika menyimak dari dekat tentang dari kisah nyata, sukses rekan-rekan seprofesi yang dimuat! Wow……seakan-akan saya ikut hanyut dalam alur ceritanya!

Dari dulu sebenarnya ingin membagi sepenggal kisah ini, sebagai seorang perawat. Namun rasa percaya diri untuk menulis belum begitu mantap. Saya bukanlah jurnalis yg setiap tulisannya enak untuk di baca dan saya bukanlah penulis seperti bapak Syaifoel Hardy, yg setiap tulisannya membuat pembacanya terlena dan asyik.

Semasa di bangku SMA pelajaran bahasa Indonesia paling tidak saya suka. Apalagi di suruh mengarang! Terlebih jika disuruh menagarang! Tidak tahu, harus memulai dari dari mana dan berakhir di mana. Mending fisika or matematika. They are my favorit subjects!

Yet, it is different now!

Sahabat Nurses...

Seiring dengan berkembangnya forum INT, salah satu yang menandainya adalah mulai meningkatnya jumlah pengunjung. Banyaknya sahabat yang bergabung. Terlebih lagi

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 173 dengan adanya wara-wiri dari pak ketua sekaligus pendiri forum ini yang mengundang seluruh sahabat nurses untuk menyumbangkan kisah suksesnya di group ini demi kemajuan perawat Indonesia di masa mendatang.

Tangan ini jadi gatal! Emosi saya tergerak untuk turut melangkah! Minat untuk menorehkan sepenggal kisah saya sebagai perawat yg saat ini bekerja di Middle East, tak lagi mampu saya bending.

Well……..!!! Perkenankan saya untuk memulainya!

Panggil saja Daeng. Itulah nama panggilan saya! Dilihat dari nama, pasti sahabat sudah bisa menebak asal muasal saya!

Yeah…..

Berasal dari Indonesia bagian timur, tepatnya di Makassar. Anak bungsu dari 4 bersaudara. Dilahirkan dari keluaraga berkecukupan! Maksud saya, cukup lama menanggung cemo’ohan dari kerabat yang pesimis terhadap orangtua saya yang keuh-keuh, menyekolahkan anaknya sampai kejenjang akademik. Orangtua kami, dalam pandangan saya, cukup menanggung beban hidup yang berat di kala itu.

Alhamdulillah, kebutuhan kami tertopang. Ayah seorang insinyur pertanian plus peternakan yang mempunyai sepetak sawah dan beberapa ekor ternak. Sedangkan Ibu, manager sekaligus akuntan. Ibu lah yang memenage keuangan keluarga kami sehingga alhamdulillah kami tidak mempunya hutang sepeserpun sampai anak-anaknya tamat dari bangku kuliah.

Sahabat Nurses...

Saya semua tidak tahu, mengapa harus memilih profesi ini. Namun menjadi perawat adalah cita-cita. Bisa jadi, menjadi perawat hal yang paling menjanjikan dimasa depan setamat kuliah gampang mendapatkan pekerjaan merupakan faktor pendorong terkuat. Tidak lain,

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 174 tujuan saya untuk meringankan beban ekonomi orang tua saat itu, merupakan pendorong terkuat kedua.

Bercermin dari seorang tetangga rumah yg berprofesi sebagi mantri desa, ikut berperan dalam mempengaruhi karir dan masa depan saya. Kala itu dia termasuk orang yang sukses untuk ukuran orang desa. Dia memiliki mobil juga rumah yang bagus membuat saya ingin mengikuti jejaknya. Membuat saya terbuai untuk menekuni profesi yang sama! Sebuah obsesi yang wajar menurut saya.

July 1997, lulus dari bangkku SMA awal saya mencoba peruntungan di AKPER negeri, dengan harapan biaya masuknya murah, dibanding swasta. Sayangnya, di hari pengumuman hasil test, dewi fortuna belum berpihak ke saya. Di papan pengumuman, tertulis: Maaf, anda belum beruntung, try the next year!

Saya sadar, berat menerima kenyataan pahit ini. Tapi, tidak patah semangat! Segera saya coba rengkuh lain haluan. Melamar di Akper swasta.

Alhamdulillah nama si Daeng tercantum di papan pengumuman! Di halaman terakhir pun, alias persis di atas nama-nama yang ada dalam daftar cadangan, no problem! It ss ok! Yang penting lulus! Saya mencoba menghibur diri!

Selama kurang lebih 3 thaun 2 bulan, menuntut ilmu di bangku kuliah dengan menghadapi banyak suka dan duka. Sebagaimana yang dialami oleh sebagian besar rekan-rekan seprofesi, sekolah jurusan seperti keperawatan ini sungguh unik. Walaupun status sebagai mahasiswa, akan tetapi tuntutannya tugas dan tanggungjawabnya, terkadang, di luar scope of work. Interaksi dengan bukan hanya dosen. Namun juga pasien, keluarga, sesame health care professionals, hingga hubungan dengan mahasiswa sejurusan dari kampus lain. Semuanya turut mewarnai perjalanan kehidupan kampus kami. Semuanya menjadi penghias suka dan duka selama kuliah di sana!

Saya di nyatakan lulus dengan meraih peringkat 80 besar dari 81 peserta wisudah alhamdulilah. Dalam hati saya berkata: “Prestasi kayak apa yang sudah kamu raih?”

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 175 Antara senyum dan malu, saya berusaha untuk tidak peduli dengan bisikan hati ini. Toh, life masih goes on!

Selesai kuliah, ijazah sudah di tangan. Perkiraan semula tentang pekerjaan, ternyata amat beda dengan keadaan yang sebenarnya. Mendapatkan pekerjaan, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Saya harus kerja keras. Saya gak punya nilai jual yg siap dilaunching. Ibarat pakaian, saya bukanlah sekelas Lacoste, Zara, gGp, ataupun Mango, yang siap jadi. Saya tidak lebih seperti product of China, dengan kualitas asal-asalan. Sekali masuk mesin cuci besoknya langsung luntur.

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 176 Laksana mobil, saya merasa sangat tidak sejajar dengan Lexus, Maserati, Chayyene, Hummer atapun mobil mewah lainnya. Saya merasa seperti Proton, yang setahun di pakai, pedagang besi tuapun gak sudi untuk menimbangnya!

Hampir semua rumah sakit se-Makassar kudatangi dan kulayangkan lamaran, namun dengan halus mereka menolak ,dengan alasan tidak ada lowongan.

Lagi-lagi, keberuntungan belum berpihak ke Daeng (sabarko hati meranako jantung). Bulan demi bulan saya lalui dengan memanjatkan doa kepada Sang Khalik disetiap shalat ini. Dengan memohon agar urusan dunia di mudahkan.

Rupanya Allah SWT Yang Maha Mendengar, mengabulkan pinta hambaNya. Saya keterima juga di salah satu rumah sakit pemerintah. Berkat bantuan IHTP (International Health Care Training Profesional) kalo gak salah, dengan syarat dan ketentuan tidak mengharapakan gaji sepeserpun alias sukraela. Sebuah criteria yang saya dipaksa untuk mengerti! Suka dan rela untuk menjalankan tugas mulia, demi mencari pengalaman kerja yg di persiapakan kerja di overseas.

Pada bulan-bulan pertama masuk kerja, saya enjoy dengan pekerjaan ini. Alhamdulillah, ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah bisa diaplikasikan langsung. Betapa leganya hati ini ketika saya bukan lagi di anggap sebagai mahasiswa praktik, namun sebagai pegawai di rumah sakit itu. Meski banyak yang tahu, tidak mendapat upah!

Meski demikian, siapa nyangka, bahwa saya enjoy saja! Kenikmatan ini bertambah, saat ada tetangga kampung yang masuk rumah sakit di rawat dan mengenal saya yang anaknya bapak ini, yang kerjanya sebagai insinyur peternakan dan pertanian yang tak berijazah. Sungguh, suatu kebanggaan tersendiri bagi saya waktu itu.

Masih tersimpan rapih di file memori otak saya, tatkala menerima amplop dari Kepala Ruangan, di awal bulan kedua, berisi uang sebesar Rp15.000,00. Waktu itu, jumlah ini sudah ‘wah’! Bukan gaji! Namun bonus dari apotek.

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 177 Sahabat Nurses...

Hidup di kota besar seperti Makassar bukanlah hal yang mudah! Semua serba fulus! Sementara saya, tidak mau lagi bergantung pada orangtua.

Saya harus bergantung pada gantungan saya sendiri. Guna menopang segala kebutuhan hidup, saya bekerja part time di dokter praktik.

Merangkap sebagai pekerja, sekali-kali saya harus menyuci mobilnya. Semua terpaksa harus saya jalankan. Dengan tetap kerja di rumah sakit. Saya berpikir, toh mungkin ini akan bersifat sementara!

Alhamdulilah saya di beri kemudahan dalam hal ini. Semua itu saya jalani dengan penuh iklhas dan kesabaran hati. Dengan harapan, suatu hari nanti, insyaallah pasti ada hikmahnya.

Dua tahun satu bulan kerja di rumah sakit plus kerja di dokter praktek, selama itu pula saya mengikuti dua kali ikut test PNS gagal!

Saya tidak pernah pesimis! Sebaliknya, tetap memiliki rasa optimism tinggi! Saya yakin dan percaya, Allah Swt punya rencana lain yang lebih indah untuk hambanya ini.

Di di awal 2003, saya mencoba peruntungan keluar negeri dengan tujuan negara Kuwait. Siapa pernah sangka? Jika Allah SWT sudah menghendaki akan berada di mana hambaNya nanti, maka tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menolak!

Ya……..saya bernafas lega! Lega sekali, kala mengetahui bahwa saya langsung keterima tanpa bantuan siapa-siapa kecuali dariNya!

Kuwait…..subhanallah……saya tidak pernah memimpikan negeri kaya minyak ini bakal merasakan jejak kaki saya. Untuk hidup, tinggal dan bekerja di dalamnya. Negeri yang turut mewarnai rangkaian perjalanan kehidupan profesi ini dengan liku-liku tersendiri yang unik.

Before Kuwait, I was a Car Cleaner | 178 Mungkin tidak sekarang. Insyaallah, suatu hari nanti, saya ingin berbagai lagi. Bahwa Daeng masih menyimpan segenggam kisah lagi, yang semoga membawa hikmah!

Akhirnya, hanya satu yang ingin saya garis-bawahi sebagai pesan kepada yunior saya, khususnya yang berada di bagian timur Indonesia sana. Bahwa sebenarnya, hidup kita sarat akan tantangan. Pada saat yang bersamaan, penuh juga tawaran!

Dari gurun yang mulai dingin di bulan Desember ini, terimalah salam jabat erat saya: Enjoy Nursing!

Dalam dokumen KISAH SUKSES INDONESIAN NURSES DARI 5 BENUA (Halaman 189-195)