• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia namun masih banyak muslim memilih bank konvensional dibanding bank syariah. Jumlah bank syariah di Indonesia berjumlah 13 bank sementara bank konvensional mencapai puluhan. Market penetraration bank syariah berdasarkan asset masih sangat kecil dibandingkan dengan total asset perbankan Nasional, sementara disisi lain jumlah penduduk Muslim Indonesia mayoritas mencapai 88, 2% dan tingkat unbanked masih besar 64% . Hal ini merupakan peluang besar untuk bisnis keuangan syariah di Indonesia.

Keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Hukum Islam syariah ini mengenai larangan untuk meminjamkan atau memungut pungutan pinjaman (riba) serta larangan berinvestasi pada usaha-usaha yang tergolong haram.1

Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan oleh lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penunjang lainnya. Sistem keuangan memainkan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan perekonomian suatu negara secara berkelanjutan dan seimbang. Sistem keuangan berfungsi sebagai fasilitator perdagangan domestik dan internasional, mobilisasi

1 Eka Dyah Setyaningsih, “Analisis SWOT Implementasi Financial Technology Syariah pada PT Telkom Indonesia” dalam Syiar Iqtishadi, Vol. 2 No. 2, 2018 h. 73-74.

2

simpananmenjadi berbagai instrumen investasi dan menjadi perantara antara penabung dengan Pemberi Pinjaman. Stabilitas dan pengembangan sistem keuangan sangat penting agar masyarakat meyakini bahwa sistem keuangan Indonesia aman, stabil, dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa keuangan. 2 Keberadaan fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman. Proses transaksi keuangan ini meliputi pembayaran, peminjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham.3

Industri financial technology(Fintech) di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari peningkatan jumlah startup, total investasi yang masuk di sektor tersebut, serta tingkat penggunaan solusi fintech dalam masyarakat sepanjang tahun 2018. Perkembangan teknologi finansial (financial technology/fintech) di Indonesia dinilai mampu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga Rp 25,97 triliun per tahun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, keberadaan fintech juga telah mendongkrak peningkatan konsumsi rumah tangga hingga Rp 8,94 triliun per tahun (Investor Daily, 2018). Bahkan fintech peer to peer atau P2P lending yang terus tumbuh mampu mendukung penyerapan tenaga kerja sebanyak 215.433 orang. Penyerapan tenaga kerja tersebut tidak hanya dari sektor-sektor tersier namun juga sektor primer, seperti pertanian yang mengalami penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sekitar 9.000 orang.4

2 Djoni S. Gazali, et.al. Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 41

3 Berry A. Harahap, et.al, “Perkembangan Financial Technology terkait Central Bank Digital Currency (CBDC) terhadap Transmisi Kebijakan Moneter dan Makroekonomi”, dalam Course Hero Vol. 2 No. 2, 2017, h. 2

4 Siti Asriah Immawati, “Minat Mayarakat Bertransaksi Menggunakan Financial Tekhnologi di Kota Tangerang”, Jurnal, (Tangerang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMT, 2019), h. 2. t.d.

Kemunculan perusahaan-perusahaan keuangan dalam bidang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi (peer-to-peer atau P2P lending) yang semakin mendapatkan perhatian publik dan regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Dalam POJK tersebut mengatur tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi atau bisa disebut dengan pinjam meminjam uang secara peer to peer. Layanan ini merupakan suatu terobosan dimana banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan (unbanked people) akan tetapi sudah melek akan teknologi. Layanan Fintech berbasis P2P Lending menjadi salah satu solusi terbatasnya akses layanan keuangan di tanah air dan mewujudkan inklusi keuangan melalui sinerginya dengan institusi-institusi keuangan dan perusahaan-perusahaan teknologi lainnya.5

Kemunculan financial technology sebagai sebuah kemudahan dalam financial access sangat dibutuhkan oleh masyarakat di era digital saat ini.6 Bank Syariah sebagai lembaga keuangan berbasis hukum islam, turut mengoptimalkan peranan financial technology sebagai kemudahaan financial

5 http://nasional.kompas.com/read/2016/11/26/060000226/.p2p.lending.sebagai.wujud.

baru.inklusi.keuangan, diakses pada tanggal 05 Desember 2019, Pukul 06.06 WIB.

6 Fahmi Firdaus et.al, “Ketegasan Regulasi Laporan Ketaatan Syariah dalam Optimalisasi Financial Technology Lembaga Keuangan Syariah”, Perisai, Vol. 1 No. 3, 2017, h. 245.

4

acces yang tidak melanggar aturan hukum islam, sebagaimana tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman:7

Artinya:

“...Allah mengkhendaki kemudahan Bagimu, dan tidak mengkhendaki kesukaran Bagimu.”

Didukung oleh sifat masyarakat Indonesia yang konsumtif, termasuk mengenai tekhnologi, maka inovasi perkembangan uang digital di Indonesia akan cepat berkembang. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyatakan bahwa kehadiran fintech meambawa ancaman sekaligus peluang bagi industri perbankan. FinTech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan. Masyarakat bias mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan perbulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Bahkan di Atur Duit ,Anda juga menghitung simulasi cicilan perbulan sesuai jumlah pinjaman yang di ajukan. Jadi, FinTech dapat meringankan persoalan finansial Anda.

Secara khusus, keberadaan FinTech membantu masyarakat dalam membuatkeputusan keuangan. Saat ini pun, FinTech jadi salah satu sarana

7 Departemen Agama, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2007), h. 45

meningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena produk online saat ini makin digemari publik.8

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam UU Nomor 21 Tahun 2011 menyiapkan sejumlah regulasi untuk mengatur dan mengawasi perkembangan jenis usaha sektor jasa keuangan yang menggunakan kemajuan teknologi atau disebut Financial Technology (fintech). Bahkan lembaga ini sudah membentuk “Tim Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan Keuangan” yang terdiri dari gabungan sejumlah satuan kerja di OJK untuk mengkaji dan mempelajari perkembangan fintech dan menyiapkan peraturan, serta strategi pengembangannya.

“OJK secara intensif terus mempelajari perkembangan fenomena fintech ini, agar OJK dapat mengawal evolusi ekonomi ini supaya mampu mendukung perkembangan industri jasa keuangan ke depan dan terus menjamin perlindungan konsumen,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto, di Jakarta. Kehadiran fintech, bagi OJK sebagai otoritas di industri jasa keuangan merupakan peluang untuk terus meningkatkan perkembangan sektor jasa keuangan termasuk mendorong program inklusi keuangan.9

Data OJK per November 2019 terdapat 164 fintech yang telah terdaftar/berizin di OJK yang terdiri dari 152 penyelenggara bisnis konvensional dan 12 penyelenggara bisnis syariah. Hingga November 2019,

8 Sesi Lia Novrianti, “Peran Financial Technology dalam Peningkatan Potensial Daerah untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Khatolik Indonesia Atma Jaya, 2011), h. 9 t.d.

9 www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Arahkan-Fintech-Lending-Kembangkan-UMKM.aspx, diakses pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 19.00

6

akumulasi jumlah pinjaman daring sebesar Rp74,54 triliun dengan jumlah outstanding pinjaman sebesar Rp 12,18 triliun meningkat 141,44% ytd.

Sementara itu rekening pemberi pinjaman sebanyak 591.662 entitas dan penerima pinjaman 17.244.998 entitas.10

Pengembangan teknologi keuangan dan ekonomi syariah menjadi pusat perhatian Indonesia saat ini. Bank Indonesia memandang bahwa penerapan teknologi keuangan dalam skema syariah perlu mengacu pada fokus pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu penguatan institusi infrastruktur syariah fintech, penerapan fintech yang efisien dan efektif, dan penyebaran aktor fintech ke lembaga keuangan syariah di Indonesia serta peningkatan pemahaman masyarakat.11

Dari info terbaru yang dikeluarkan di website BI tersebut dapat kita ketahui bahwa terdapat peluang sekaligus tantangan perkembangan fintech syariah di Indonesia mengingat jumlah muslim di Indonesia mendominasi jumlah penduduk di Indonesia bahkan lebih dari 90%. Oleh karena itu penulis terpanggil hati untuk meneliti tentang “Analisis SWOT terhadap Pengembangan Strategi Bisnis Perusahaan FinTech Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada PT Ammana Fintek Syariah)”

10 https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan

statistik/fintech/Documents/Perkembangan%20Fintech%20Lending%20Periode%20Juni%202019 .pdf, Diakses pada tanggal 20 Januari 2019 pukul 19.00 wib

11 www.bi.go.id/en/ruang-media/info-terbaru/Pages/Potensi-Teknologi-Finansial-dalam-Pengembangan-Ekonomi-Syariah.aspx, diakses pada tanggal 15 Oktober 2019 pukul 19.00 wib

B. Fokus dan Subfokus Masalah

Agar pembahasan fintech syariah tidak melebar kemana-mana, maka penulis akan memberikan fokus dan subfokus dalam penelitian ini, yaitu:

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan PT. Ammana Fintek Syariah dalam pengembangan strategi bisnis perusahaan.

2. Subfokus Penelitian

a. Pengembangan Strategi Bisnis Peer to Peer Lending pada PT.

Ammana Fintek Syariah

b. Strategi perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang bisnis C. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, dapatlah ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini, “Bagaimanakah pengembangan strategi bisnis peer to peer lending di PT Ammana Fintek Syariah?”

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan seputar finansial teknologi syariah dan menyumbangkan bangunan khazanah pengembangan ilmu pengetahuan, yang bermanfaat kepada kita semua.

8

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai pengembangan strategi bisnis. Serta penulisan ini juga dapat menambah literatur mengenai fintech syariah, supaya penulis bisa mengetahui perkembangan fintech syariah di Indonesia.

2. Bagi Perusahaan Fintech

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat berguna dalam meningkatkan dan mengembangkan produk-produk dan layanan fintech syariah fokusnya peer to peer lending (P2P) sebagai salah satu sistem pembiayaan syariah untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

3. Bagi Fakultas Agama Islam - UMJ

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur penelitian skripsi berikutnya yang berkaitan tentang fintech di FAI-UMJ.

4. Bagi Masyarakat

Penulisan ini diharapan dapat berguna sebagai bahan bacaan dan literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah memahami proses dan alur pemikiran dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, mengapa topik ini yang menjadi pilihan penulis, fokus dan subfokus masalah, rumusan masalah, kegunaan penelitian baik untuk Ammana, untuk penulis pribadi, dan pihak akademik serta mahasiswa perbankan syariah pada umumnya, serta sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang tinjauan pustaka yang berisikan tentang deskripsi konseptual fokus dan subfokus penelitian, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir.

Bab 3 Metodelogi Penelitian, bab ini berisikan tentang tempat dan waktu penelitian, metode dan sifat penelitian, sumber pengumpulan data, tekhnik pengumpulan data, dan tehnik analisa data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang gambaran umum latar belakang penelitian, temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

Bab 5 Penutup, bab ini merupakan kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian serta saran yang dapat penulis berikan kepada lembaga keuangan Ammana syariah.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus 1. Pengembangan Strategi Bisnis

a. Pengertian

Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan ke depan, motivasi dan kreativitas. Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap pengusaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar.12

Perusahaan atau Usaha Kecil dan Menengah harus harus memiliki perencanaan strategis. Pemimpin perusahaan harus berusaha mencari ksesuaian antara kekuatan-kekuatan internal dan kekuauatn-kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar.

Kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati persaingan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-srtategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan

12 Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis Dalam Era-Globalisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 66.

strategis adalah agar perusahaa dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantiipasi lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing.13

b. Metode Pengembangan Strategi Bisnis 1) Segmenting

Segmentasi pasar adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompokkelompokkan konsumen ke dalam kotakkotak yang lebih homogen. Segmentasi pasar juga dapat diartikan sebagai usaha untuk membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok yang dapat dibedakan satu sama lain dalam hal kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin akan memerlukan produk-produk dan strategi pemasaran tertentu untuk menjangkaunya.14

Pada dasarnya segmentasi pasar merupakan suatu strategi yang didasarkan pada falsafah manajemen pemasaran yang berorientasi pada konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah, dan sumber daya perusahaan di bidang pemasaran

13 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis cara perhitungan bobot Rating, dan OCAI, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 2-3

14 Hari Wijaya dan Hani Sirine, “Strategi Segmenting, Targeting, Positioning serta Strategi Harga pada Perusahaan Kecap Blekok di Cilacap”, dalam Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, Vol. 01 No. 3, 2016, h. 178.

12

dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Tujuan dari segmentasi pasar adalah untuk menghemat usaha-usaha pemasaran dengan menitik beratkan kepada pembeli yang berminat tinggi untuk membeli. Selain itu segmentasi dilakukan untuk menghubungkan antara kebutuhan dengan tindakan.15

Tidak ada cara tunggal untuk membuat segmen pasar. Seorang pemasar harus mencoba variabel segmentasi yang berbeda, sendiri atau dalam kombinasi, mencari cara terbaik untuk memandang struktur pasar. Terdapat empat variabel utama yang mungkin dipergunakan dalam mensegmentasi pasar konsumen yaitu:16

a) Segmentasi geografik

Segmentasi geografik membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografik seperti negara, regional, negara bagian, kota atau kompleks perumahan. Sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau beberapa wilayah geografik ini, atau beroperasi di semua wilayah, tetapi lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan keinginan yang dijumpai.

15 Hari Wijaya dan Hani Sirine, ibid., h. 178

16 Hari Wijaya dan Hani Sirine, ibid., h. 179

b) Segmentasi demografik

Segmentasi demografik membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti umur, jenis kelamin, besar keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Faktor-faktor demografik merupakan dasar paling populer untuk membuat segmentasi kelompok pelanggan. Salah satu alasan adalah kebutuhan konsumen, keinginan dan tingkat penggunaan seringkali amat dekat dengan variabel demografik.

Alasan lain adalah variabel demografik lebih mudah diukur ketimbang tipe variabel yang lain.

c) Segmentasi psikografik

Segmentasi psikografik membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik sosial, gaya hidup atau kepribadian. Orang yang berada dalam kelompok demografik yang sama dapat saja mempunyai ciri psikografik berbeda.

d) Segmentasi tingkah laku

Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.

14

2) Targeting

Targeting adalah proses pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi pemasaran pada sebuah negara, propinsi, atau sekelompok orang yang memiliki potensi untuk memberikan respon. Target pasar dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Ada lima faktor yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan target pasar yaitu:

a) Ukuran segmen

Perkiraan besarnya/ ukuran segmen yang akan dituju merupakan faktor penting untuk memutuskan apakah segmen pasar tersebut cukup berharga untuk ditindak lanjuti. perusahaan yang besar akan memilih segmen dengan volume penjualan besar dan menghindari segmen kecil dan sebaliknya.

b) Pertumbuhan segmen

Walaupun ukuran segmen saat ini kecil bukan tidak mungkin akan berkembang atau diharapkan dapat berkembang untuk masa mendatang.

c) Biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai segmen tersebut. Suatu segmen yang tidak cocok dengan kegiatan pemasaran perusahaan seharusnya tidak "dikejar".

d) Kesesuaian dengan tujuan dan sumbersumber/

kemampuan perusahaan Target yang dituju haruslah sesuai dengan tujuan dan sumber-sumber/

kemampuan yang dimiliki perusahaan.

e) Posisi persaingan Suatu segmen mungkin mempunyai ukuran dan pertumbuhan yang baik tetapi mempunyai potensi lemah dalam hal laba. Lebih sedikit persaingan lebih aktratif/ menariklah segmen tersebut untuk dimasuki.

3) Positioning

Penempatan produk (positioning) mencakup kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci. Pada hakekatnya penempatan produk adalah tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Kotler menjelaskan beberapa cara product positioning yang dapat dilakukan pemasar dalam memasarkan produk kepada konsumen yang dituju, antara lain:17

a) Penentuan posisi menurut atribut Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan menonjolkan atribut produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti ukuran, lama keberadaannya, dan

17 Hari Wijaya dan Hani Sirine, ibid., h. 180-181.

16

seterusnya. Misalnya Disneyland dapat mengiklankan din sebagai taman hiburan terbesar di dunia.

b) Penentuan posisi menurut manfaat Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu.

c) Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan Seperangkat nilai-nilai penggunaan atau penerapan inilah yang digunakan sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya, misal: Japanese Deer Park memposisikan diri untuk wisatawan yang hanya ingin memperoleh hiburan singkat.

d) Penentuan posisi menurut pemakai Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan pada sebuah atau lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Misalnya Magic Mountain dapat mengiklankan diri sebagai taman hiburan untuk „pencari tantangan‟.

e) Penentuan posisi menurut pesaing Disini produk secara keseluruhan menonjolkan nama mereknya secara utuh dan diposisiskan lebih baik daripada pesaing. Misalnya: Lion Country Safari dapat beriklan memilk lebih banyak macam binatang jika dibandingkan dengan Japanese Deer Park.

f) Penentuan posisi menurut kategori produk Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk.

g) Penentuan posisi harga atau kualitas Disini produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik.

Misalnya Busch Gardens dapat memposisikan din sebagai nilai terbaik untuk harga.

c. Model Pengembangan Strategi Bisnis

Model Matriks SWOT, matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan berupa Srtategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang dihasilkan minimal 4 buah strategi sebagai hasil dari analisis matriks SWOT.

18

Tabel 3.1 Gambaran dari Matriks SWOT18 EFAS

OPPORTUNITY STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan faktor peluang

1. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (Strength) dan faktor eksternal (Opportunity), strategi ini dibuat berdasarkan pemikiran para eksekutif perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST (Strength- Threat)

18 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT : teknik membedah kasus bisnis cara perhitungan bobot, Rating, dan OCAI, ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 83.

Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (Strength) dan faktor eksternal (Threat), strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi segala ancaman dari luar.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (Weakness) dan faktor eksternal (Opportunity), strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengurangi kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Strategi WT (Weakness- Threat)

Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (Weakness) dan faktor eksternal (Threat), strategi ini didasarkan pada aktivitas yang sifatnya defenisive dan berusaha menghindari kemungkinan adanya ancaman dari luar untuk mengurangi kelemahan perusahaan.

2. Analisis SWOT

a. Pengertian Analisis SWOT

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strenghts dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan

20

antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses).19 Jadi Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang memandingkan antara faktor eksternal dari peluang dan ancaman dengan faktor internal perusahaan yaitu kekuatan dan kelemahan.

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal Strengths dan weakness, serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu perusahaan. Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi perusahaan/istitusi melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.20 Teknik SWOT ini adalah produk dan jasa dari Albert Humphrey, melalui proyeknya di Stanford University Tahun 1960 dan 1970-an Ia menganalisis data dari majalah Fortune 500.21

19 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT : teknik membedah kasus bisnis cara perhitungan bobot, Rating, dan OCAI, ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 20.

20 Marimin. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. (Jakarta : PT Grasindo). hlm. 58

21 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik untuk organisasi publik dan organisasi nonport, (Jakarta : PT Grasindo), hlm. 175

SWOT merupakan upaya yang dilakukan dalam

SWOT merupakan upaya yang dilakukan dalam

Dokumen terkait