• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Konsep Hukum Islam Tentang Pergaulan

4. Berpergian Tanpa Didampingi Mahram

Penjajah barat telah membuat masyarakat kita menjadi tuli terhadap peraturan Allah dan Rasul-Nya.Orang-orang seperti ini yang kebanyakan para pemimpin, memaksa kita untuk memberikan kebebasan terhadap wanita untuk menyatakan diri, mengembangkan kerpribadiannya, menikmati hidupnya, dan kefiminimannya. Mereka ingin mereka bergaul dengan beberapa pria secara bebas,bergaul dekat dimana wanita bisa bersama-sama dengan beberapa pria dan berdua-duaan, berjalan bersama para pria.23

Wanita tidak boleh berpergian dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Jika tidak ada mahramnya atau ada tapi tidak mau pergi bersamanya maka ia boleh dibayar dari harta wanita itu (sebagai bayaran pergi bersamanya). Apabila tidak ada yang mendampingi wanita tersebut hendaknya tetap menetap dirumah.Wanita dilarang berpergian kecuali ditemani bersama mahramnya yang menjaganya dari gangguan-gangguan orang jahat dan orang-orang fasik.

Seorang laki-laki diharamkan untuk berpergian dengan seorang perempuan sebelum akad nikah dilaksanakan karena keduanya belum dihalalkan secara syara‟ sehingga hubungan keduanya belum sah.Jika tidak ditemani oleh mahramnya ditakutkan akan terjadi sesuatu yang tidak diperblehkan.24

23Yusuf Qaradhawi, Fiqih Wanita, ( Bandung: Jabal, 2014), 106.

24Agusina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam”(Metro:

IAIN Metro, 2018), 82.

Seorang laki-laki dan perempuan hendaklah untuk tidak berpergian tanpa ditemani oleh mahramnya, karena dikhwatirkan akan mendorong keduanya untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.

5. Konsep Hukum Islam tentang Foto Prewedding

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara mengatakan bahwa hukum melakukan foto prewedding adalah haram. Prof. Dr.

Abdullah, MA. Menjelaskan bahwa foto prewedding yang dimaksud adalah foto mesra calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan yang dilakukan sebelum akad nikah.Foto prewedding diharamkan karena saat pengambilan foto belum ada ikatan sebagai suami istri.25

Berdasarkan penjelasan lain terkait bahwasannya hukum melakukan foto prewedding adalah haram menurut Fatwa yang dikeluarkan oleh Forum Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur ke 12 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dan hal ini diakui oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Ridwan , yang setuju karena hal ini selaras dengan ajaran Islam.

Pengharaman pembuatan foto prewedding ini setidaknya didasarkan 2 hal yaitu pada pasangan mempelai dan fotografer yang melakukannya.Untuk mempelai diharamkan apabila dalam melaksakan

25Ibid, 39.

foto prewedding terdapat ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan), khalwat (berduaan), kasyaful aurat (membuka aurat).26

Seluruh Ulama ahli fiqih sepakat bahwa hukum foto prewedding itu haram jika terjadi : Iktilath dan Khalwat, persentuhan dengan lawan jenis, tabarruj dan bermesraan. Hukum haram ini tidak hanya berlaku terhadap calon pengantin saja, melainkan fotografer terkena hukum haram karena pada umumnya fotografer melihat dan bahkan menyentuh bagian anggota tubuh calon mempelai wanita untuk menata dandanan dan penampilannya agar tampak lebih indah dan menarik. Atau minimal para fotografer itu rela terhadap tindakan foto prewedding yang merupakan perbuatan terlarang tersebut.

Namun, perbuatan foto prewedding itu tidak mutlak haram, melainkan ada peluang untuk diperbolehkan jika dalam proses pelaksanaannya dapat dihindari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, tidak mengandung unsur perbuatan mungkar. Hal ini bisa ditempuh, misalnya dengan cara kedua calon mempelai melakukan pengambilan foto secara berpisah, dan juga dipajang atau dipasang secara terpisah, atau pengambilan gambar dilakukan setelah akad nikah, sebelum resepsi pernikahan, yang berarti keduanya sudah halal. Walaupun demikian, si perempuan tetap harus berpakaian sopan, Islami, dan tidak ber-tabarruj.

Akan tetapi, jika diyakini foto prewedding tersebut dapat memunculkan

26Adindha Putri Arifianing Kasih, Pandangan Masyarakat Terhadap Foto Prewedding Dalam Undangan Pernikahan Perspektif Hukum Islam (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2019), 6.

penilaian negatif dari masyarakat, maka foto prewedding tersebut dilarang, meskipun dilaksanakan sesudah akad nikah.27

C. Foto Prewedding pada Calon Pengantin 1. Calon Pengantin

a. Pengertian Calon Pengantin

Calon pengantin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang akan melangsungkan perkawinan.28 Pengertian lain calon pengantin adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang akan dan sedang mengajukan permohonan kehendak nikah di Kantor Urusan Agama (KUA).29Pasangan yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum agama maupun Negara dan pasangan tersebut berproses menuju pernikahan disebut sebagai calon pengantin.

Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti pahami bahwa calon pengantin adalah seorang laki-laki dan perempuan yang belum sah menjadi suami istri baik secara agama ataupun negara yang akanmelangsungkan pernikahan.

b. Syarat Menjadi Calon Pengantin

Calon pengantin laki-laki dan perempuan dalam Islam harus memenuhi rukun dan syarat-syarat. Rukun dan syarat keduanya

27Ahmad Zahro, Fiqih Kontemporer, cetakan ke-3 (Jakarta: Maf Media Kreativa, 2017), 243-245.

28 Calon pengantin: kamus, 2012. pada kbbi, diambil 16 Nov 2020, dari https://kbbi.web.id/pengantin.html

29Titin Lestari, “Presepsi Masyarakat Tentang Pengaruh Kursus Calon Pengantin Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”, (IAIN Metro, 2019), 20.

mengandung arti yang berbeda dari segi bahasa. Rukun adalah sesuatu yang berada di dalam hakikat dan merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya, sedangkan syarat adalah sesuatu yang berada diluarnya dan tidak merupakan unsurnya.

Menurut Hanafiah, nikah itu terdiri dari syarat-syarat yang terkadang berhubungan dengan sighat, berhubungan dengan kedua calon mempelai dan berhubungan denan kesaksian. Menurut syafi‟iyyah, syarat perkawinan itu adakalanya menyangkut sighat, wali, calon suami-istri dan juga syuhud (saksi). Berkenaan dengan rukunnya, bagi mereka ada lima, yakni calon suami-istri, wali, dua orang saksi, dan sighat. Selanjutnya menurut Malikiyyah, rukun ada lima, yakni wali, mahar, calon suami-istri dan sighat. Jelaslah para ulama tidak saja berbeda dalam menggunakan kata rukun dan syarat, tetapi berbeda dalam detailnya.Malikiyyah tidak menempatkan saksi sebagai rukun, sedangkan syafi‟iyyah menjadikan dua orang saksi sebagai rukun.30

Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun itu memiliki syarat-syarat tertentu. Yakni:

1.) Calon suami, dengan syarat: beragama Islam, laki-laki, jelas orangnya, dapat memberikan persetujuan dan tidak terdapat halangan perkawinan.

30Ach Puniman, “Hukum Perkawinan Menurut Islam dan Undang-Undang No.1 Thun 1974”, Jurnal Yustitia Vol. 19 (Universitas Wiraraja : 2018), 90.

2.) Calon Istri, dengan syarat: beragama Islam, perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai persetujuannya, dan tidak terdapat halangan perkawinan.

3.) Wali nikah, dengan syarat: laki-laki, dewasa, mempunyai hak perwalian, dan tidak terdapat hak perwalian.

4.) Saksi nikah, dengan syarat: minimal dua orang laki-laki, hadir dalam ijab Kabul, dapat mengerti maksud akad, Islam, dan desawa.

5.) Ijab Qabul, dengan syarat: adanya pernyataan mengawinkan dari wali, adanya pernyataan penerimaan dari calon memepelai pria, memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut, adanya ijab dan qabul bersambungan, antara ijab dan qabul jelas maksudnya, orangnya terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umrah dan majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.31

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)Rukun dan syarat pernikahansebagai berikut:

Rukun Pasal 14 Untuk melaksanakan pernikahan harus ada:

a. Calon suami b. Calon istri

3131Ibid, 91.

c. Wali nikah

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan qabul .

1. Syarat calon suami

a. Pasal 15 ayat 1: sekurang-kurangnya berumur 19 tahun.Untuk kemasalahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.32

b. Pasal 17 ayat 1: adanya keinginan sendiri (tidak dipaksa)

Sebelum berlangsungnya perkawinan pegawai pencatat nikah menanyakan lebih dulu persetujuan calon mempelai dihadapan dua saksi nikah.

c. Pasal 17 ayat 2: bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah satu seorang calon mempelai maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan.33

2. Syarat calon istri

a. Pasal 15 ayat 1: sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.

32Kompilasi Hukum Islam(KHI) (Bandung: VC.Nuansa Aulia, 2017), 5.

33Ibid, 6.

.Untuk kemasalahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.

b. Pasal 16 ayat 2: tidak adanya paksaan.persetujuannya berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.

Menurut mazhab Syafi‟i dalam syarat-syarat calon pengantin tidak terdapat perbedaan.34Mazhab Hanafi yang membolehkan akad dengan paksaan, seluruh ulama mazhab sepakat bahwa akad harus dilakukan secara sukarela dan atas kehendak sendiri.

Sedangkan Syafi‟i dan Hambali menyatakan usia baligh untuk laki-laki dan perempuan adalah lima belas tahun,sedangkan Maliki menetapkan tujuh belas tahun. Sementara itu Hanafi menetapkan usia baligh anak laki-laki adalah delapan belas tahun, sedangkan anak perempuan Sembilan belas tahun.35

Sebagaimana telah diuraikan rukun dan syarat-syarat untuk menjadi seorang calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan harus memenuhi rukun dan syarat-syarat tersebut agar pernikahan sah.

34Muhammad Syaikul Fikry, “Tinjauan Fikih Empat Mazhab Terhadap Kebolehan Perkawinan Janda Hamil Dalam Menetapkan Nomor: 0238/Pdt.P/2016/PA.TA” (Surabaya:UIN Sunan Ampel Surabaya), 32-33.

35 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (Jakarta: Lentera, 2011), 253-255.

2. Foto Prewedding

a. Pengertian Foto Prewedding

Kata foto prewedding berasal dari bahasa Inggris yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti foto, sebelum pernikahan. Akan tetapi hingga saat ini menganggap bahwa foto ini berarti foto disuatu lokasi, dengan konsep serta pakaian yang memang dipersiapkan.

Maraknya kegiatan foto prewedding ini tidak hanya melibatkan calon pengantin namun juga melibatkan fotografer sebagai fasilisator, baik dari peralatan, ide atau konsep yang kemudian hasil dari foto prewedding akan ditampilkan dalam resepsi pernikahan.36

Foto prewedding sudah menjadi life style (gaya hidup) bagi pasangan-pasangan yang akan menikah. Foto hasil prewedding itu digunakan untuk berbagai keperluan pesta pernikahan. Seperti undangan souvenir, hingga sampai dekorasi ruangan.37

Sesi foto prewedding yang dilakukan saat ini sering menampakkan keintiman yang sudah jelas diharamkan untuk kedua calon pengantin, karena saling melihat, menatap dan bersentuhan adalah perbuatan-perbuatan yang mendekati zina.

Foto prewedding sudah menjadi salah satu kebiasaan yang dilakukan calon pengantin sebelum pernikahan. Bahkan hingga saat ini foto prewedding tidak dipermasalahkan.

36Agustina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam” (Metro:

IAIN Metro, 2018),69.

37Adindha Putri Arifianing Kasih, “Pandangan Masyarakat Terhadap Foto Prewedding Dalam Undangan Pernikahan Perspektif Hukum Islam”(Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2019), 5.

b. Tujuan dan Kegunaan Foto Prewedding

Sesi foto prewedding merupakan aktivitas pengambilan gambar yang dilakukan oleh seorang fotografer dan kemudian diserahkan kepada kline dalam wujud file foto, album dan juga frame. Disini merupakan pendapat dari sudut pandang seseorang calon pengantin terhadap foto prewedding .

Sebagaimana telah dijelaskan di atas calon pengantin yaitu seorang laki-laki dan perempuan yang akan melakukan pernikahan dikemudian hari, untuk mengisi waktu kekosongan. Calon pengantin melakukan foto prewedding dengan tujuan dan kegunaan sebagai berikut:

a. Sebagai Media Kenangan

Memberikan kenangan yang sangat berharga bagi calon pengantin, keluarga, dan teman-temannya. Dengan adanya foto-foto tersebut maka pasangan pengantin dan siapapun juga dapat membuka kembali album bersejarah tersebut dan mengenang peristiwa sakral dan membahagiakan dalam hidup tersebut.

b. Sebagai Referensi

Foto prewedding dapat menjadi referensi bagi keluarga atau teman yang hendak melangsungkan pernikahan. Bagi yang akan merencanakan pernikahan dan masih bingung memikirkan konsep pernikahan, model baju pernikahan dan sebagainya, maka foto-foto

tersebut dapat memberikan ide atau konsep yang sama seperti yang mereka lihat di dalam foto prewedding ide dari foto-foto tersebut.38 c. Jenis-jenis Foto Prewedding

1. Tempat Pengambilan FotoPrewedding

Pengambilan foto prewedding biasanya dilakukan 1-2 bulan sebelum hari pernikahan.Tempat pengambilan foto prewedding yang bisa dipilih calon pengantin yaitu outdoor atau indoor. Outdoor, calon pengantin bisa memilih tempat-tempat eksotis yang lokasinya dapat menghasilkan gambar yang unik seperti pantai, taman, puncak, atau hutan.39Indoor, foto prewedding ini dilakukan di dalam studio foto biasanya dengan latar belakang kain abstrak atau walpapper dinding.40

2. Pose Saat Pengambilan Foto Prewedding

Pose diartikan sebagai suatu sikap, gaya atau cara yang diambil atau dilakukan oleh seorang model (duduk atau berdiri) ketika sedang melakukan pemoteratan. Pada bagian prewedding, konsep yang umumnya dimunculkan adalah “gaya sikap badan (pose) pasangan laki-laki dan perempuan dalam sebuah bagian foto”.Konsep ini digambarkan dalam momen-momen romantis yang direkayasa memulai kosep yang kreatif.41

Ada beberapa contoh pose saat pemotretan prewedding yaitu:

38Andik Hermawan, “Foto Prewedding Dalam Prespektif Santri Pondok Pesantren Al-ishlah Bandar Kidul Mojoroto Kota Kediri” (STAIN Kediri), 101.

39 Liza Zakaria, Fitri Liza Aryamega, Fekum Ariesbowo W, Let‟s Get Married, cetakan ke-1, ( Jakarta: Penebar Plus‟, 2007), 62.

40Ibid, 111.

41Agustina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam” (Metro:

IAIN Metro, 2018),79.

1.) Pose Foto Prewedding di Taman42

Dalam pengambilan foto prewedding biasanya calon pengantin memanfaatkan taman sebagai objek. Mereka berpose dengan mengespresikan pandangan mata antara calon pengantin laki-laki dan perempuan. Selain itu mereka juga berpose seperti layaknya pangeran dan puteri yang sedang jatuh cinta dengan mengekpresikan pose foto yang mesra seperti berpegangan tangan ataupun berpelukan untuk mendapatkan hasil pose romantis layaknya pengantin yang penuh bahagia.

2.) Pose Foto Prewedding di Pantai

Pantai tidak hanya dijadikan sebagai wisata oleh wisatawan yang berburu keindahan alam, pantai memang sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tempat liburan bersama keluarga maupun rekan kerja. Namun pantai juga dapat dijadikan objek foto prewedding karena keindahannya yang mempesona terlihat dari keindahan air lautnya, pesisir pantai, serta keindahan langit melengkapi suasana yang santai, objek ini dijadikan untuk menunjang pose romantis dengan pasangan namun terkesan elegan dan casual.

42Dewi Sinta, Rana, Aditya, Martin.,Trik Foto Prewedding, (Jakarta: PT.GRASINDO), 14.

3.) Pose Foto Prewedding di Lapangan43

Pemotretan akan berlangsung disebuah lapangan yang terdapat rerumputan. Rerumputan tersebut dijadikan alas oleh mereka dengan berpose duduk saling bersandar antara punggung laki-laki dan perempuan dan pandangan mata searah seakan-akan mereka tidak sabar untuk hidup bersama, foto prewedding ini dilakukan pada siang hari.

Prewedding sebenarnya hanya masalah budaya yang ingin mengabadikan moment indah sebelum pernikahan.Sehingga menjadi kebiasaan melakukan foto sebelum pernikahan berlangsung.Ada yang berupa foto, video, buku dan sebagainya. Maraknya kegiatan fotoprewedding ini melibatkan fotografer sebagai fasilitator, baik dari peralatan, idea tau konsep, dan juga bagaimana display yang akan ditampilkan dalam resepsi pernikahan.

3. Dari Segi Pakaian

Dalam melakukan foto prewedding ada beberapa hal yang harus dipersiapkan termasuk dalam mengenakan pakaian ketika sessi pemotretan prewedding berlangsung, pakaian yang biasa dikenakan anatara lain :

1.) Gaya Kasual

Lawan dari gaya glamor yang mewah adalah konsep kasual. Berbusana dengan konsep kasual seperti

43Erika Fredina, Arief Agung, Adiel Yuwono, “Perancangan Fotografi Pre-Wedding Gaya Dekontruksi” (Surabaya: Universitas Kristen Petra), 6.

mengenakan kemeja dan celana dasar untuk laki-laki, dan mengenakan gaun simple untuk perempuan.

2.) Gaya Glamor

Konsep pakaian yang digunakan oleh pasangan yang akan melakukan sesi pemotretan prewedding yaitu untuk laki-laki mengenakan pakaian seperti jas dan juga celana dasar sementara untuk perempuan wanita mengenakan gaun yang mewah.

3.) Gaya Tradisional

Salah satu konsep pakaian yang digunakan calon pengantin ketika melakukan foto prewedding yaitu mengenakan pakaian adat, biasanya mereka mengenakan pakaian yang sesuai dengan adat mereka sendiri bahkan ada juga yang sengaja tidak sesuai dengan adatnya.Seperti mengenakan pakaian adat Jawa, Lampung, Sunda, Bali dan lain-lain.

4.) Gaya mengenakan pakaian dengan menunjukkan profesi

Adapun dalam sesi pemotretan prewedding calon pengantin juga biasanya mengenakan pakaian yang menunjukan profesinya masing-masing (pekerjaannya) misalnya mengenakan pakaian jas putih yang identik menunjukan bahwa orang tersebut adalah dokter,

mengenakan pakaian seragam polisi/polwan, mengenakan pakian seragam guru, mengenakan pakaian yang menunjukan bahwa dirinya TNI dan lain-lain.44

Pengambilan foto preweddingpakaian yang digunakan oleh pasangan calon pengantin laki-laki dan perempuan disesuaikan dengan tema yang mereka inginkan.

d. Faktor-faktor Calon Pengantin Melakukan Foto Prewedding Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.45Terdapat dua faktor besar yang penyebab terjadinya calon pengantin melakukan foto prewedding, yaitu meliputi faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor internal adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran.Faktor internal ialah faktor yang datang dari diri individu tanpa pengaruh orang lain. sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu, meliputi pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan pengaruh perkembangan zaman.46

1. Faktor Internal

a. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas, dengan adanya komunikasi seorang dapat menyampaikan informasi kepada orang

44Agustina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam” (Metro:

IAIN Metro, 2018),73-74.

45http: //kbbi.web.id/faktor diakses 19 September 2020 pukul: 20.39

46Abu Azmadi, Psikologi Umum, Cetakan ke-3 (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003), 198.

lain. Namun yang melatar belakangi hal tersebut ialah dengan cara calon pengantin melakukan foto prewedding. Sarana informasi juga bertujuan agar tidak menimbulkan fitnah, memberitahukan kepada masyarakat luas bahwasannya akan dilaksankannya pernikahan.47

b. Mengabadikan dan memanfaatkan momen pernikahan, menurut Abraham Maslow menusia adalah binatang yang berkeinginan, yang dalam hal ini berarti selama seseorang masih hidup maka kebutuhan dalam kehidupan seseorang akan terus muncul.

Kebutuhan inilah yang Malow golongkan ke dalam kebutuhan-kebutuhan penghargaan (Estreem Needs) sebagai motif atau pendorong seseorang melakukan foto prewedding. Sebagaimana yang penulis pahami dari teori ini, bahwa kecerendungan manusia lebih senang untuk dipuji dan diberi penghargaan atas apa yang ia perbuat.48

c. Pengalaman ialah sesuatu yang dimiliki oleh setiap orang atas apa yang ia pernah lihat, dengar dan rasakan. Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang berbeda satu dengan yang lain terkait tentang foto prewedding. Terkadang seorang pernah melihat langsung sesi foto prewedding atau melihat hasil foto preweddingyang sudah jadi dalam bentuk undangan.

47Sharif Hidayah, “Foto Prewedding Dalam Perspektif Ulama Palangkaraya” (Palangka Raya: IAIN Palangka Raya), Vol.8, No. 1 Juni 2018, 101

48Andik Hermawan, “Foto Prewedding Dalam Prespektif Santri Pondok Pesantren Al-ishlah Bandar Kidul Mojoroto Kota Kediri,” (STAIN Kediri), 111.

pengalaman tersebutlah yang dapat mempengaruhi pemikiran mereka yang kemudian dijadikan referensi oleh calon pengantin ketika ia akan melakukan foto prewedding.49

d. Kepribadian dapat diartikan bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya, hal tersebut juga berpengaruh terhadap foto prewedding. Calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan tentunya mereka membuat moment-moment tersebut menjadi lebih indah bahkan berkesan untuk individu lainnya, salah satunya dengan cara melakukan pemotretan foto prewedding sebelum pernikahan.50

2. Faktor Eksternal

a.) Trend bisa menjadi segalanya pada zaman modern saat ini. Mulai dari pakaian, tempat wisata, bahkan gaya bahasa pun bisa dijadikan trend. Dimana trend tersebut sudah dikategorikan sesuatu yang harus diikuti oleh masyarakat agar tidak ketinggalan zaman. Sama halnya dengan foto prewedding, sebelum akad nikah calon pengantin melakukan foto prewedding. Era modern ini foto prewedding semakin berkembang, seakan-akan calon pengantin yang akan melakukan pernikahan dianggap ketinggalan zaman jika tidak melakukan foto prewedding sebelum akad nikah.51

49Ibid.

50Sunaryo, Psikologi, Cetakan ke-1, (Jakarta: EGC, 2004), 8.

51Agusina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam” (Metro:

IAIN Metro, 2018), 83.

b.) Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan individu. Begitupun dengan foto prewedding yang semakin berkembang sehingga calon pengantinterpengaruhi untuk melakukan foto prewedding sebelum melakukan pernikahan.

c.) Pendidikan, secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat. Proses dalam pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku indivdu maupun kelompok. Tingkat pendidikan seseorang berbeda-beda secara pengetahuan, dengan demikian bisa dilihat bahwa foto preewedding mereka tentunya ada perbedaan baik dari segi pakaian maupun lokasi.

d.) Agama, sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. Adapun seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama yang luas, tentunya sangat berpengaruh dalam berpakaian ketika melakukan foto prewedding, selain itu mereka juga bisa menentukan bagaimana

cara berpose foto prewedding sesuai dengan syariaat Islam begitupun sebaiknya.

e.) Ekonomi, salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah ingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi. Hal ini akan berpengaruh kepada seseorang yang akan melakukan foto

e.) Ekonomi, salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah ingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi. Hal ini akan berpengaruh kepada seseorang yang akan melakukan foto