• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Perspektif Hukum Islam Terhadap Faktor-Faktor Foto Prewedding

Pernikahan merupakan hal yang sakral yang dilakukan oleh manusia.

Sebagai satu-satunya cara yang dibenarkan oleh agama untuk menyalurkan kebutuhan seksual secara legal. Dengan demikian pernikahan tidak boleh dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena akan mengundang kecurigaan masyarakat, bahkan akan memicu timbulnya fitnah. Oleh sebab itu, pernikahan harus dipersaksikan oleh masyarakat lain. Sebagaimana Rasulullah memberikan arahan kepada umat Islam untuk memberitahukan kepada masyarakat luas akan diadakannya pernikahan.84 Hal ini menjadi salah satu faktor internal calon pengantin melakukan foto prewedding yang dimasukkan kedalam undangan dan diberikan kepada masyarakat luas. Sehingga dalam pandangan Islam faktor internal tidak mempengaruhi masyarakat Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam.

Sedangkan faktor ekstenal mempengaruhi masyarakat Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji, karena dalam melakukan sesi foto prewedding lebih sering memunculkan adegan mesra seperti berpandang-pandangan, berpegangan tangan, merangkul dan sebagainya. Hal tersebut sama saja

84Enizar, Pembentukan Keluarga, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), 89.

dengan berzina karena dilakukan kepada seorang laki-laki dan perempuan yang belum sah menjadi suami istri. Sebagaimana dalam QS. Al- Isra ayat 32:

 

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.”

Allah berfirman, Dia melarang hamba-Nya berbuat zina dan mendekatinya serta melakukan faktor-faktor dan aspek-aspek yang menghantarkan kepada perbuatan zina. “Dan janganlah kamu mendekati zina.

Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.” Yakni, suatu perbuatan doa besar, “Dan suatu jalan yang buruk”. “yakni, merupakan seburuk-buruknya jalan dan karakter.

Adapun faktor tradisi (kebiasaan) sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dan tidak bertentangan dengan suatu nash, tidak menghilangkan suatu maslahat dan tidak mendatangkan suatu mafsadat. Tradisi (kebiasaan) yang dikemukakan para ulama memampakkan adanya unsur kelebihan yang ada pada adat menurut umum yaitu unsur kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebiakan menurut ukuran syara‟, dalam arti tidak bertentangan dengan hukum syara‟. Sedangkan tradisi yang ada di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji seperti foto prewedding dilakukan sebelum melangsungkan pernikahan terkadang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam.85

85Amir Mu‟allim, “Adat Kebiasaan dan Kedudukannya Dalam Perkembangan Hukum Islam di Indonesia” Al-Mawarld edisi IV , 21.

Mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, berdasarkan penelitian para ulama usul fikih, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan. Kelima pokok tersebut adalah menjaga agama (hifz ad-din), menjaga jiwa (hifz an-nafs), menjaga harta (hifz al-aql), menjaga keturunan (hifz an-nasl), dan menjaga harta (hifz al-mal). Sebagaimana faktor calon pengantin melakukan foto preweding masuk dalam Maqashid As-Syariah, salah satunya keturunan.

Selanjutnya kehormatan (status) yang ada di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji dijadikan ajang persaingan dalam melakukan foto prewedding, agar kelihatan bahwa dirinya lebih berkecukupan, sehingga hal tersebut menjadi bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam. Sedangkan dalam Maqashid As-Syariah menjaga keturunan (hifz an-nasl) sebagai alasan diwajibkannya memperbaiki kualitas keturunan, membina sikap mental generasi penerus agar terjalin rasa persahabatan diantara sesama umat manusia, dan diharamkannya zina serta perkawinan sedarah. Allah Swt mensyifatkan zina sebagai suatu kekejian dan jalan yang buruk.86

Konsep hukum Islam tentang pergaulan diantaranya pandangan, memandang hanya diperbolahkan untuk kemaslahatan kepentingan untuk kebaikan yang sudah jelas. Namun menjadi haram jika menimbulkan kerusakan.87 Islam mengharamkan wanita mengenakan pakaian yang dapat menunjukkan dan mengungkapkan tubuh yang ada baliknya karena tipis. Begitu pula pakaian yang menunjukkan lekak-lekuk bagian tubuh, khususnya bagian-bagian yang sensitif

86Atiqi Chollisni, Kiki Damayanti, “Analisis Maqashid Al-Syariah Dalam Keputusan Konsumen Memilih Hunian Islam Pada Perumahan Villa Ilhami Tanggerang” vol. 7 Np,1, (STES:

Tanggerang, 2016), 51.

87Haya binti Mubarok Al-barik, Wanita Muslimah, cetakan ke-5, (Jakarta : Darul Falah, 2003), 151.

mendatangkan fitnah, seperti payuudara, paha, pinggang, dan sebagainya.

Sementara seorang laki-laki dan perempuan Seorang laki-laki diharamkan untuk berpergian dengan seorang perempuan sebelum akad nikah dilaksanakan karena keduanya belum dihalalkan secara syara‟ sehingga hubungan keduanya belum sah. Jika tidak ditemani oleh mahramnya ditakutkan akan terjadi sesuatu yang tidak diperblehkan.88

Pada prinsipnya foto prewedding yang dilakukan di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji saling berkaitan dalam konsep pergaulan hukum Islam. Sebagaimana foto prewedding diperbolehkan jika dalam proses pelaksanaannya dapat dihindari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, tidak mengandung unsur perbuatan mungkar. Hal ini bisa ditempuh, misalnya dengan cara kedua calon mempelai melakukan pengambilan foto secara berpisah, dan juga dipajang atau dipasang secara terpisah, atau pengambilan gambar dilakukan setelah akad nikah, sebelum resepsi pernikahan, yang berarti keduanya sudah halal. Namun, foto prewedding diharamkan apabila dalam melaksakan foto prewedding terdapat ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan), khalwat (berduaan), kasyaful aurat (membuka aurat).

Foto prewedding yang dilakukan di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji dapat dikatan sebagai „urf, dikarenakan tradisi foto prewedding

dilakukan secara turun temurun dan berulang-ulang kali dan dijadikan sebagai kebiasaan sampai sekarang.89 Melihat tradisi foto prewedding yang dilakukan di

88Agusina Dwi Cahyati, “Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam”(Metro:

IAIN Metro, 2018), 82.

89 Sucipto, “ „Urf Sebagai Metode dan Sumber Penemuan Hukum Islam”, Jurnal Asas (IAIN Raden Intan Lampung), Vol. 7 No.1/Januari 2015, 28.

Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji, peneliti menilai bahwa di satu sisi mereka tetap berpegang teguh pada kaidah-kaidah Islam yaitu tetap menjaga jarak, tidak berpandang-pandangan dan lain-lain, dalam kaidah fiqh berbunyi ( ةدعلا

ةمكحم) dijelaskan sesungguhnya Islam memandang adat bisa dijadikan sebagai hukum. Oleh karena itu, ketetapan hukum dibuat sesuai dengan apa yang

ditetapkan adat sepanjang adat tersebut tidak bertentangan dengan nash.

Hukum tak tertulis dari kebiasaan dan tradisi lokal semuanya dikenal dengan „urf, „urf merupakan hasil dari kebiasaan yang telah berjalan baik yang secara sengaja dipertahankan maupun hasil dari penyesuaian terhadap keadaaan secara tak disadari, sesuatu yang dikatakan „urf tidak dilihat dari sisi berulang kalimya suatu perbuatan dilakukan tetapi lebih dilihat dari sisi bahwa perbuatan itu telah dikenal, diakui dan diterima orang banyak.90

Dilihat dari segi keabsahan dalam pandangan syara‟, „urf dibagi menjadi dua:

1. „Urf sahih ialah suatu kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam masyarkat dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam sera kebiasaan itu tidak menghalalkan yang hram atau sebaliknya.

2. „Urf fasid adalah suatu kebiasaan yang telah berjalan dalam masyarakat, tetapi kebiasaan itu bertentangan dengan ajaran Islam atau menghalalkan yang haram dan sebaliknya, seperti

90 Musnad Rozin, Ushul Fiqh 1, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2015), 165-166.

perbuatan mungkar yang telah menjadi tradisi pada sebagian masyarakat.91

Lebih tepatnya foto prewedding yang dilakukan di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji dapat dikatakan „urf sahih, karena dalam melakukan foto prewedding calon pengantin mengedepankan kaidah-kaidah Islam. Selain itu juga sebagain calon pengantin ada yang tidak mengedepankan kaidah-kaidah Islam, sehingga dalam pengambilan foto prewedding memunculkan nilai negatif seperti beradegan mesra, berpandang-pandangan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa foto prewedding yang dilakukan di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji tidak termasuk ke dalam hukum Islam tetapi masuk dalam „urf. Foto prewedding dianggap baik oleh masyarakat di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji karena sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas, mengabadikan moment, tradisi. Namun ada satu faktor foto prewedding yang mengarah ke arah menyombongkan diri yaitu kehormatan (status), masyarakat melakukan foto prewedding dengan terbaik mungkin agar dapat dipandang lebih dari pada yang lain. akan tetapi bagi masyarakat Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji foto prewedding yang dilakukan tidak terdapat kemudharatan melainkann hanya berniat untuk mengabadikan moment pernikahan.

91 Ibid, 166-167.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya maka pada bab ini peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa faktor yang menjadi dominan calon pengantin melakukan foto prewedding di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji sebagai berikut: Faktor Internal yaitu: a.)Sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas. b.) Mengabadikan moment, merupakan keinginan yang selalu ada pada setiap individu. Sedangkan Faktor Eksternal yaitu: a.) Tradisi, masyarakat menjadikan foto prewedding suatu keharusan yang dilakukan sebelum pernikahan. b.)Lingkungan masyarakat, menjadikan foto prewedding sebagai referensi di Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. c.)Kehormatan (status), masyarakat yang merasa berkecukupan akan melakukan foto prewedding yang terbaik.

Sedangkan dalam pandangan hukum Islam foto prewedding tidak mutlak haram, melainkan ada peluang untuk diperbolehkan jika dalam proses pelaksanaannya dapat dihindari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, tidak mengandung unsur perbuatan mungkar. Akan tetapi, dalam pelaksanaan foto prewedding tersebut dapat memunculkan penilaian negatif dari masyarakat, maka foto prewedding tersebut dilarang, meskipun dilaksanakan sesudah akad nikah.

B. Saran

Kepada khususnya masyarakat Desa Simpang Pematang Kabupaten Mesuji terutama yang menganut agama Islam, untuk lebih berhati-hati dalam mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini. Terutama kepada calon pengantin yang akan melakukan foto prewedding sebaiknya dilakukan setelah akad nikah, karena calon pengantin bisa lebih bebas dalam berpose karena sudah sah menjadi suami istri. Apabila pengambilan foto prewedding tetap dilakukan sebelum akad nikah, untuk fotografer agar dapat memberi arahan dalam berpose calon pengantin harus menjaga jarak dan menggunakan pakaian sesuai dengan syariat Islam.Alangkah lebih baik saat menuju lokasi pemotretan didampingi dengan mahrom, agar tidak mendorong untuk melakukan perbuatan yang tidak diinginkan.

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, cetakan ke-3 (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003)

Adindha Putri Arifianing Kasih, Pandangan Masyarakat Terhadap Foto Prewedding Dalam Undangan Pernikahan Perspektif Hukum Islam, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2019),

Agustina Dwi Cahyati, Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam, (Metro: IAIN Metro, 2018)

Ahmad Zahro, Fiqih Kontemporer, cetakan ke-3 (Jakarta: Maf Media Kreativa, 2017),

Alfiani Eka Nurlaili, Tinjauan Urf Terhadap Praktik Khitbah Perempuan (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2020), 44.

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqh, (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2014), 74-75.

Andik Hermawan, Foto Prewedding Dalam Prespektif Santri Pondok Pesantren Al-ishlah Bandar Kidul Mojoroto Kota Kediri, STAIN Kediri

Beni Ahmad Saebani, Fikih Munakahat( Bandung: Pustaka Setia, 2018), 16.

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munahakat, cetakan ke-8, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018)

Bpk Mubasysyirin,S.Ag,Wawancara kepada kepala KUA, Kecamatan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji, pada tanggal 19 November 2020, pkl 10.30.

Calon pengantin: kamus. 2012. Pada KBBI daring. Diambil 16 Nov 2020, dari https://kbbi.web.id/pengantin.html

Dahlan, Fikih Munakahat, cetakan ke-1, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), 10.

Dian Prita Devi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Foto Prewedding, (Jember: IAIN Jember, 2015).

Enizar, Pembentukan Keluarga, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2015)

Haya binti Mubarok Al-barik, Wanita Muslimah, cetakan ke-5, (Jakarta : Darul Falah, 2003)

http: //kbbi.web.id/faktor diakses 19 September 2020 pukul: 20.39

Huzaemah T. Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer; (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2001).

Irfan Helmi, “Budaya Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam”

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2016),

Irfan Helmi, Budaya Foto Prewedding Dalam Pandangan Hukum Islam, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2016).

Iwan Hermawan, Ushul Fiqh Metode Kajian Hukum Islam (Kuningan: Hidayatul Qur‟an, 2019),

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif

Liza Zakaria, Fitri Liza Aryamega, Fekum Ariesbowo W, “Let‟s Get Married”, cetakan ke-1, ( Jakarta: Penebar Plus‟, 2007)

Mansur, Hukum dan Etika Pernikahan dalam Islam, cetakan ke-1,( Malang : UB press, 2007)

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) Mardlis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus,2012)

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2011), Muhammad Syaikul Fikry, Tinjauan Fikih Empat Mazhab Terhadap Kebolehan

Perkawinan Janda Hamil Dalam Menetapkan

Nomor:0238/Pdt.P/2016/PA.TA, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Surabaya), Rizem Aizid, Fiqh Keluarga Terlengkap, cetakan ke-1, (Yogyakarta: Laksana,

2008)

Sharif Hidayah, Foto Prewedding Dalam Perspektif Ulama Palangkaraya, (Palangka Raya: IAIN Palangka Raya), Vol.8, No. 1 Juni 2018

Sucipto, “ „Urf Sebagai Metode dan Sumber Penemuan Hukum Islam”, Jurnal Asas (IAIN Raden Intan Lampung), Vol. 7 No.1/Januari 2015

Sudarto, “Ilmu Fikih”, cetakan ke-1, ( Yogyakarta : DEEPUBLISH, 2018)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, Cet Ke-24, 2016)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2014)

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 2002) Yusuf Qaradhawi, Fiqih Wanita, ( Bandung: Jabal, 2014)

FOTO DOKUMENTASI

Foto 1. Tokoh masyarakat bapak Mat Akib

Foto 2. Tokoh agama Bapak Sulaiman

Foto 3. Pemuda Egi Prayogo

Foto 4. Orang Tua Ibu Rupiah

Foto 5. Orang Tua Calon Pengantin Bapak Paimin

Foto 6. Orang Tua Calon Pengantin Ibu Suwarti

Foto 7. Calon Penagntin LM

Foto 8. Calon Pengantin N

Foto 9. Calon Pengantin N

Foto 10. Calon Pengantin AD

RIWAYAT HIDUP

Ika Isnaini, dilahirkan di Simpang Pematang tanggal 22 Desember 1997, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sukisno dan Ibu Supiati.

Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 1 Simpang Pematang, kemudian melanjutkan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Seri Tanjung Mesuji dan selesai pada tahun 2013. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA TMI Roudlatul Qur‟an Metro selesai pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Agama Islam Negeri Metro di Fakultas Syariah Jurusan Ahwal Syakhsiyyah dan selama perkuliahan mengikuti organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.