• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi internasional, pada tahun 2015 sudah terbentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tersebut. MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi dikawasan asia tenggara dan bagi Indonesia, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Sementara itu, perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks yang memerlukan berbagai penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional. Sektor perbankan yang memiliki posisi sangat strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan perekonomian. Untuk itu dibutuhkan penyempurnaan terhadap penyehatan bank secara individual dan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh.

Upaya penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, bank-bank tersebut dan masyarakat pemakai jasa bank.

Adanya tanggungjawab bersama tersebut dapat menolong memelihara tingkat

kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara penuh dalam perekonomian nasional. Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil, dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa melihat perbedaan sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional. Demikian pula bank perlu memberikan perhatian yang lebih besar dalam meningkatkan kinerja perekonomian di wilayah operasi tiap-tiap kantor.

Pengertian bank dalam PSAK 31 yaitu “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) dan merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara”. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu.

Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau assets lainnya yang dititipkan pada bank.

Peraturan Bank Indonesia nomor 14/14/PBI/2012 mengenai tentang transparansi dan publikasi laporan bank bahwa “ Dalam rangka transparansi kondisi keuangan, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: a) laporan tahunan, b) laporan keuangan publikasi triwulanan, c)laporan keuangan publikasi bulanan, d) laporan keuangan konsolidasi, e) laporan publikasi lain”. Informasi keuangan yang diungkapkan tersebut untuk meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank, maka bank perlu menyediakan informasi kuantitatif dan kualitatif yang tepat waktu, akurat, relevan, dan memadai untuk mempermudah pengguna informasi dalam menilai kondisi keuangan, kinerja, profil risiko, dan penerapan manajemen risiko bank, serta aktivitas bisnis termasuk penetapan tingkat suku bunga. Sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab kepada publik, perbankan dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas tinggi sehingga dapat memberikan informasi yang akurat dan komprehensif bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan mencerminkan kinerja bank secara utuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar dan pedoman akuntansi yang berlaku perlu terus disempurnakan sejalan dengan perkembangan transaksi dan produk keuangan dewasa ini serta harmonisasi dengan standar akuntansi internasional. Laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan usaha harus memiliki kualitas yang baik. Suatu laporan keuangan dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari andal, relevan, dapat diperbandingkan (comparability), dan dapat dipahami (understandability). Untuk mencapai kualitas tersebut, suatu laporan keuangan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).

Pondasi utama dari PABU di Indonesia adalah kerangka dasar (conceptual framework), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan interpretasinya.

Kinerja bank umum berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbit 11 januari 2016 mencatat kredit bank umum masih meningkat 10,19% dari Rp3.448,21 triliun per november 2014 menjadi Rp3.799,75 triliun per november 2015. Sebaliknya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hanya meningkat 7,98%

dari Rp3.889,63 triliun menjadi Rp4.199,87 triliun. Kondisi tersebut disebabkan turunnya daya beli masyarakat terutama menengah kebawah. Tren perkembangan kinerja perbankan secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Kinerja Bank Umum Periode : Desember 2011-Desember 2015

(dalam milliar rupiah)

INDIKATOR 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Bank 120 120 120 119 118

Kantor Bank 14,797 16.625 18.558 30.181 32.963

Capital Adequacy Ratio 16,05 17,43 18,13 19,57 21,39

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

85,42 74,10 74,08 76,29 81,49

Net Interest Margin 5,91 5,49 4,89 4,23 5,39

Non Performing Loan 47,695 50,595 58,279 79,388 100,933

Loan to Funding Ratio 78,77 83,58 89,70 89,42 90,47

Giro Wajib Minimum 23,44 23,78 23,11 23,03 24,62

Return On Assets 3,03 3,11 3,08 2,85 2,32

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

2.784.912 3.225.198 3.663.968 3.070.560 4.413.056

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan tabel Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dapat dilihat bahwa jumlah bank umum dari tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami penurunan 1,6 %. Di sisi lain jumlah kantor bank mengalami peningkatan 122,76

%, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa bank ingin memberikan pelayanan

Namun peningkatan jumlah kantor bank tersebut tidak sejalan dengan penurunan jumlah bank, ini dikarenakan adanya pencabutan ijin usaha bank, pembekuan kegiatan usaha bank dan adanya merger atau akuisisi. Perusahaan perbankan secara umum masih tetap mempertahankan kinerjanya namun rasio Return On Assets dari Desember tahun 2011- Desember tahun 2015 mengalami penurunan 23,43 %, Net Interest Margin mengalami penurunan 8,79 %, diikuti Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional mengalami penurunan 4,60 %, sementara Capital Adequacy Ratio mengalami peningkatan 33,27 %, sedangkan Loan to Funding Ratio mengalami peningkatan 14,85 %, Giro Wajib Minimum mengalami peningkatan 1,18, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga juga mengalami peningkatan 58,46 %.

Untuk penilaian kinerja perbankan yang digunakan dalam penelitian ini menerapkan rasio- rasio keuangan yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank. Penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependen karena Return On Assets dipergunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Return On Assets merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset, semakin besar Return On Assets menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik. Penelitian terhadap pengaruh berbagai rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan yang diproksikan dengan Return On Assets telah dilakukan oleh peneliti lainnya diantaranya adalah Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rahman (2013), Rusdiana (2012), Sudiyatno (2010), Mahardian (2008), Yudiartini (2016), Mulatsih (2014), Sugiartono (2012), Hapsari dan Prasetiono (2011). Seluruh peneliti tersebut mengaplikasikan

analisis regresi berganda pada data rasio keuangan perbankan yang ada di Indonesia. Beberapa rasio keuangan yang digunakan oleh para peneliti terdahulu tersebut terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Giro Wajib Minimum (GWM), Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Rasio Konsentrasi dan Return on Equity (ROE).

Berdasarkan penelitian Rahman (2013), Sudiyatno (2010), Mahardian (2008), Yudiartini (2016) dan Mulatsih (2014) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio secara statistik berpengaruh positif terhadap Return On Assets dan Yudiartini (2016) menunjukkan Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap Return On Assets bertentangan dengan penelitian Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rusdiana (2012), Sugiartono (2012), Hapsari dan Prasetiono (2011), yang mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Hasil penelitian Prasnanugraha (2007), Sudiyatno (2010), Sugiartono (2012) dan Rusdiana (2012) menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional secara statistik berpengaruh positif terhadap Return On Assets dan penelitian Mahardian (2008), Hapsari dan Prasetiono (2011) dan Mulatsih (2014) mengungkapkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap dibanding sedangkan hasil penelitian Sugiartono (2012) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rahman (2013), Rusdiana (2012), Mahardian (2008), Mulatsih (2014), Sugiartono (2012) menunjukkan bahwa Net

Interest Margin berpengaruh positif terhadap Return On Assets sedangkan penelitian Hapsari dan Prasetiono (2011) menunjukkan bahwa Net Interest Margin tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Penelitian yang dilakukan Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rahman (2013), Rusdiana (2012), Sugiartono (2012), Hapsari dan Prasetiono (2011) menunjukkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh positif terhadap Return On Assets sedangkan menurut penelitian Mahardian (2008), Yudiartini (2016) dan Mulatsih (2014) menunjukkan bahwa Non Performing Loan secara statistik berpengaruh negatif terhadap Return On Assets. Hasil penelitian yang dilakukan Eng (2013), Rahman (2013), Mahardian (2008), Mulatsih (2014), Hapsari dan Prasetiono (2011) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Assets dan hasil penelitian Yudiartini (2016) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio secara statistik berpengaruh negatif terhadap Return On Assets sedangkan menurut Prasnanugraha (2007), Rusdiana (2012), Sugiartono (2012), Sudiyatno (2010) bahwa Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.

Penelitian yang dilakukan Sugiartono (2012) menunjukkan bahwa Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.

Penelitian ini mengangkat variabel Dana Pihak Ketiga sebagai variabel moderating untuk melihat dan menganalisis bahwa variabel Dana Pihak Ketiga dapat memperkuat hubungan antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio, Giro Wajib Minimum terhadap Kinerja Keuangan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Prasnanugraha (2007), perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, pemilihan variabel

independen yang digunakan dan penggunaan variabel moderating serta periode penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang menurut penelitian sebelumnya paling berpengaruh terhadap kinerja bank. Variabel-variabel tersebut antara lain yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Loan to Funding Ratio (LFR), Giro Wajib Minimum (GWM). Oleh karena itu perlu diuji kembali konsistensi dari variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank, serta Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel moderating.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Sebagai Variabel Moderating”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets baik secara simultan dan parsial pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan antara rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum dengan kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets baik secara simultan dan parsial pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebagai variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum dengan kinerja

keuangan Perbankan di Indonesia yang diukur dengan Return On Assets.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan, pelatihan khususnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertumbuhan dana pihak ketiga sebagai variabel moderating.

2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi khususnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertumbuhan dana pihak ketiga sebagai variabel moderating.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertumbuhan dana pihak ketiga sebagai variabel moderating.

1.5 Originalitas Penelitian.

Penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya yaitu Prasnanugraha (2007) yang berjudul “Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan

terhadap Kinerja Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Return On Assets (ROA). Secara parsial Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Prasnanugraha (2007) adalah:

1. Variabel independen dalam penelitian Prasnanugraha (2007) adalah Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan dan Loan to Deposit Ratio sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum.

2. Penelitian Prasnanugraha (2007) menggunakan data periode 2005-2007 (3 tahun) sedangkan penelitian ini menggunakan data periode 2011-2015 (5tahun).

3. Penelitian Prasnanugraha (2007) tidak menggunakan variabel moderating sedangkan penelitian ini menggunakan pertumbuhan dana pihak ketiga sebagai variabel moderating.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Prasnanugraha (2007) secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Originalitas Penelitian No Keterangan Peneliti terdahulu Peneliti 1 Variabel

Independen

1. Capital Adequacy Ratio 2. Beban Opersional

terhadap Pendapatan Operasional

3. Net Interest Margin 4. Non Performing Loan 5. Loan to Funding Ratio

1. Capital Adequacy Ratio 2. Beban Opersional

terhadap Pendapatan Operasional

3. Net Interest Margin 4. Non Performing Loan 5. Loan to Funding Ratio 6. Giro Wajib Minimum

2 Variabel Moderating

- Pertumbuhan Dana Pihak

Ketiga 3 Tahun

Penelitian

Tahun 2005-2007 Tahun 2011-2015

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori.

2.1.1 Kinerja Perbankan

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank, bank wajib memelihara dan meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum bahwa “Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor- faktor sebagai berikut: a) profil risiko (Risk Profile), b) good Corporate Governance (GCG), c) rentabilitas (Earnings), d) Permodalan (Capital)”. Dari Peraturan Bank Indonesia tersebut terlihat bahwa rentabilitas adalah salah satu unsur yang terutama dinilai dalam menentukan tingkat kesehatan bank dan salah satu indikator yang umum digunakan dalam pengukuran daya laba perusahaan adalah rasio Return On Assets (ROA). Return On Assets merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Return On Assets menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula Return On Assets, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan

aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rasio Return On Assets dapat dirumuskan sebagai berikut :

aba Sebelum Pajak

ata rata Total Aset x 100

Dalam penelitian ini Return On Assets digunakan sebagai indikator kinerja bank, Return On Assets menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin tinggi Return On Assets menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya Return On Assets dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Nilai Return On Assets yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aset yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai Return On Assets maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan Return On Assets menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba.

Return On Assets adalah rasio keuntungan bersih sebelum pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Return On Assets yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Return On Assets menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Return On Assets digunakan oleh manjemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan Return On Assets memiliki keuntungan yaitu

Return On Assets merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2.1.2 Laporan Keuangan Perbankan

Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 mendefinisikan :

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya dan mendefinisikan bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit”. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Bank mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dana dan penyalur dana dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut jenisnya , bank terdiri dari bank umum dan bank rakyat. Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

14/14/PBI/2012 bahwa: “dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: 1) laporan tahunan, 2) laporan keuangan publikasi triwulanan, 3) laporan keuangan publikasi bulanan, 4) laporan keuangan konsolidasi”. Maka dengan perkembangan terkini standar akuntansi keuangan, perbankan dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan kinerja bank secara utuh

sesuai dengan standar akuntansi internasional dan dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank perlu mengelola resiko kredit antara lain dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset, diperlukan harmonisasi ketentuan mengenai penilaian kualitas aset sehubungan dengan adanya perubahan kondisi keuangan global dan beberapa ketentuan terkait. Aset adalah aset produktif dan non produktif. Aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Aset non produktif adalah aset bank selain aset produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account.

(Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012).

2.1.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal bank sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 adalah

“Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan pelengkap”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa bank harus memiliki modal yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Ada tiga hal alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka butuhkan. Pertama, modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal bank mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum (bank capital

requirement) sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan otoritas moneter.

Capital Adequacy Ratio adalah rasio antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Rasio Capital Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut isiko x 100 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 mengenai penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Bank dengan profil risiko peringkat satu. Dari peraturan Bank Indonesia tersebut bahwa jika Capital Adequacy Ratio suatu bank dibawah 8% maka bank tersebut termasuk bank dengan profil resiko peringkat satu dan tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Padahal kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Dengan Capital Adequacy Ratio yang cukup atau memenuhi kententuan, bank tersebut dapat beroperasi sehingga menghasilkan laba.

Dengan kata lain semakin tinggi Capital Adequacy Ratio semakin baik kinerja suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan Return On Assets.

Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Dalam prakteknya perhitungan Capital Adequacy Ratio yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

2.1.3.1 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Dari peraturan Bank Indonesia, dinyatakan bahwa aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri dari :

1. ATMR untuk risiko kredit.

2. ATMR untuk risiko operasional.

3. ATMR untuk risiko pasar.

Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan ATMR untuk risiko opersional. ATMR untuk risiko pasar hanya wajib diperhitungkan oleh Bank yang memenuhi kriteria tertentu. ATMR dihitung dari

Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit dan ATMR untuk risiko opersional. ATMR untuk risiko pasar hanya wajib diperhitungkan oleh Bank yang memenuhi kriteria tertentu. ATMR dihitung dari