• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.6 Non Performing Loan

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa “Rasio Non Performing Loan yang disebut Rasio Non Performing Loan adalah “rasio antara jumlah Total Kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap Total Kredit”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Non Performing Loan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Kredit Bermasalah

Total Kredit Disalurkan x 100

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2015 bahwa kualitas kredit ditetapkan sebagai berikut :

1. Lancar yang berarti pembayaran nasabah tepat waktu

2. Dalam perhatian khusus yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah sampai dengan 90 hari.

3. Kurang Lancar yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 90 sampai dengan 120 hari.

4. Diragukan yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 120 sampai dengan 180 hari.

5. Macet yang berarti terdapat tunggakan pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 180 hari.

Non Performing Loan merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Non Performing Loan mencerminkan resiko kredit, semakin kecil Non Performing Loan semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit. Kenaikan Non Performing Loan mengakibatkan laba menurun sehingga Return On Assets menjadi semakin kecil. Dengan kata lain semakin tinggi Non Performing Loan maka kinerja bank menurun dan sebaliknya.

2.1.7 Loan to Funding Ratio (LFR)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa:“

penyebutan Loan to Deposit Ratio (LDR) berubah menjadi Loan to Funding Ratio (LFR). Loan to Funding Ratio dihitung dari perbandingan antara total kredit dengan dana pihak ketiga. Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Loan to Funding Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Kredit

Dana Pihak Ketiga x 100

Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Loan to Funding Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank dan surat-surat berharga dalam Rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan. Begitu pentingnya arti angka Loan to Funding Ratio, maka pemberlakuannya pada setiap bank harus diseragamkan jangan sampai ada pengecualian perhitungan Loan to Funding Ratio di antara perbankan. Loan to Funding Ratio adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.

2.1.8 Giro Wajib Minimum (GWM)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013 bahwa “Giro Wajib Minimum adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase

tertentu dari Dana Pihak Ketiga”. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Giro Wajib Minimum dapat dirumuskan sebagai berikut :

Giro ajib Minimum Giro Pada BI

Dana Pihak Ketiga x 100

Bank wajib memenuhi Giro Wajib Minimum dalam Rupiah. Giro Wajib Minimum dalam Rupiah Giro Wajib Minimum primer, Giro Wajib Minimum sekunder, dan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit ratio. Pemenuhan Giro Wajib Minimum dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut:

1. Giro Wajib Minimum primer dalam rupiah sebesar 8% (delapan persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.

2. Giro Wajib Minimum sekunder dalam rupiah sebesar 4% (empat persen) dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah.

3. Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio dalam rupiah sebesar hasil perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter disinsentif atas dengan selisih antara Loan to Deposit Ratio bank dan Loan to Funding Ratio target dengan memperhatikan selisih antara KPMM bank dan KPMM insentif.

Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah kepada bank yang melakukan merger atau konsolidasi. Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak merger atau konsolidasi berlaku efektif. Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum dalam Rupiah tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan

Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia merupakan salah satu alat likuid bank yang tergolong aset yang tidak menghasilkan tetapi harus dijaga dan dipelihara oleh manajemen bank untuk memantau kecukupannya. Giro Wajib Minimum atau likuiditas wajib minimum merupakan cadangan primer yang digunakan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan dana oleh nasabah perbankan yang muncul secara tiba-tiba sehingga kepercayaan nasabah akan terus meningkat dan kegiatan operasional bank akan berjalan dengan baik.

2.1.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015 bahwa “Dana Pihak Ketiga adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam upiah dan valuta asing”.

Pada umumnya Bank menghimpun Dana Pihak Ketiga melalui produk simpanan yang meliputi:

1. Tabungan (Saving deposits) merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh pihak bank. Penarikannya dapat dilakukan dengan ATM atau buku tabungan.

2. Giro (Demand deposits) merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan surat perintah pembayaran seperti cek dan bilyet giro.

3. Deposito (Time deposits) merupakan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.

Pertumbuhan dana pihak ketiga diukur dari perbandingan selisih total Dana Pihak Ketiga pada satu bulan tertentu dengan total Dana Pihak Ketiga bulan sebelumnya yang dimiliki bank. Rasio Dana Pihak Ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

(t) – Dana Pihak Ketiga(t 1)

Dana Pihak Ketiga (t 1) x 100

Selain Dana Pihak Ketiga, dana yang dihimpun oleh bank dapat bersumber dari modal sendiri dan pinjaman. Dana dari modal sendiri merupakan sumber dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank, baik dana yang berasal dari para pemegang saham atau pemilik saham bank. Dana dari pinjaman merupakan dana yang berasal dari lembaga keuangan lainnya yang dapat berupa call money, pinjaman antar bank dan kredit likuiditas dari Bank Indonesia. Namun, Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% hingga 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Menurut Kasmir (2004), “dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana tersebut sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit”. Kredit diberikan kepada para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian yang dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank. Semakin tinggi

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. Dengan Dana Pihak Ketiga yang tinggi maka akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat yang akan meningkatkan kesempatan bank untuk mendapatkan laba melalui pendapatan bunga dari kredit yang disalurkannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini menggunakan Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk menjadi variabel moderating dengan alasan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat mempengaruhi variabel independen terhadap variabel dependen. Karena variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

2.2 Review Peneliti Terdahulu.

Penelitian mengenai rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perbankan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian tersebut adalah:

Prasnanugraha (2007) menguji pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap kinerja keuangan Bank Umum pada tahun 2005 yang diproksikan dengan Return On Assets menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel sebanyak 131 bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Return

On Assets (ROA). Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Assets (ROA). Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial.

Hasil penelitian Eng (2013) menunjukkan bahwa Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Net Interest Margin secara parsial berpengaruh signifikan dan secara positif mendorong peningkatan Return On Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap laba bank tidak didukung oleh hasil penelitian. Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets, namun pengaruhnya adalah negatif. Dugaan bahwa Non Performing Loan bisa membebani laba perbankan didukung oleh fakta pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan Non Performing Loan mempunyai pengaruh yang signifikan dan apabila tidak dikelola dengan hati-hati bisa mengurangi Return On Assets. Capital Adequacy Ratio (CAR) pada penelitian ini secara statistik ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets.

Rahman (2013) menyatakan Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. CAR, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Mahardian (2008) menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional,

Non Performing Loan, Net Interest Margin dan Loan to Deposit Ratio terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan Return On Assets menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan sampel sebanyak 24 bank yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode Juni 2002-Juni 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Dan Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets. Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Assets tidak signifikan. Yudiartini (2016) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performance Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh negatif terhadap Return On Assets. Sudiyatno (2010) menguji pengaruh Dana Pihak Ketiga, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Assets sebagai proksi dari kinerja keuangan Bank menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan Persamaan Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) dengan sampel sebanyak 5 Bank yang Go Public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets. Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana (2012) Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit

Ratio, dan Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Assets. Sedangkan Net Interest Margin, Non Performing Loan, dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Assets. Dari keenam variabel bebas atau independen diatas yang hipotesisnya ditolak yaitu Loan to Deposit Ratio. Penelitian Rahman (2013) menyatakan Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets.

Berdasarkan penelitian Mulatsih (2014) Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio, Return On Equity memiliki pengaruh yang positif terhadap Return On Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Non Performing memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return On Assets. Yudiartini (2016) menyatakan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh terhadap Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Penelitian Hapsari dan Prasetiono (2011) menyatakan Loan to Deposit Ratio, Giro Wajib Minimum, Rasio konsentrasi berpengaruh yang positif terhadap Return On Assets. Sedangkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki

pengaruh yang negatif terhadap Return On Assets. Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Hasil penelitian Sugiartono (2012) menyatakan Non Performing Loan, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin berpengaruh terhadap Return On Assets. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.

Hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Prasnanu berpengaruh secara parsial terhadap Return On Assets.

Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh secara parsial.

Net Interest Margin , Loan to Deposit Ratio, Non Performing

3 Rahman

, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial

1. Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh to Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Loan to Deposit Ratio secara parsial tidak berpengaruh Ratio, Net Interest Margin, dan Loan to Deposit Ratio

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets.

Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Assets tidak signifikan.

7 Yudiarti

Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan dan Loan To Deposit Ratio secara parsial Deposit Ratio, Return On Equity berpengaruh yang positif

Loan to Deposit Ratio, Giro Wajib Minimum, Rasio

Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan tidak berpengaruh terhadap Return On Assets

10 Sugiarto Ratio, Loan to Deposit Ratio, Giro Wajib Minimum tidak berpengaruh terhadap Return Return On Assets Dan ROC

12 Aymen

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep didasarkan pada latar belakang dengan didukung landasan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu tentang pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (X1), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2), Net Interest Margin (X3), Non Perfoming Loan (X4), Loan to Funding Ratio (X5), Giro Wajib Minimum (X6) dan Dana Pihak ketiga (Z) terhadap Kinerja Keuangan (Y) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan skema kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

(Z)

Return On Assets

(Y) Beban Operasional

terhadap Pendapatan Operasional

(X2)

Capital Adequacy Ratio (X1)

Net Interest Margin (X3)

Non Performing Loan (X4)

Loan to Funding Ratio (X5)

Giro Wajib Minimum (X6)

Berikut ini justifikasi antar variabel :

1. Variabel Return On Assets digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin tinggi Return On Assets menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya Return On Assets dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan.

2. Variabel Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba bank yang akan berdampak kepada peningkatan dalam Return On Assets. Hal ini didukung peneliti sebelumnya Rahman (2013), Sudiyatno (2010), Mahardian (2008), Mulatsih (2014), Yudiartini (2016) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio secara statistik berpengaruh terhadap Return On Assets.

3. Variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Semakin rendah nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, semakin baik bank tersebut dalam memaksimalkan laba atas beban yang terjadi, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba bank yang akan berdampak kepada peningkatan dalam Return On Assets. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian

Prasnanugraha (2007), Sudiyatno (2010), Rusdiana (2012), Mahardian (2008), Mulatsih (2014) dan Hapsari dan Prasetiono (2011) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian mereka Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional secara statistik berpengaruh terhadap Return On Assets .

4. Variabel Net Interest Margin digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit untuk meningkatkan kualitas kredit. Dengan kualitas kredit yang bagus dapat meningkatkan pendapatan bunga bersih sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap laba bank. Pendapatan bunga bersih yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya laba sebelum pajak sehingga Return On Assets pun bertambah. Hal tersebut diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rahman (2013), Rusdiana (2012), Mahardian (2008), Mulatsih (2014) dan Sugiartono (2012) yang menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian Net Interest Margin berpengaruh terhadap Return On Assets.

5. Variabel Non Performing Loan merupakan rasio yang digunakan bank untuk mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Non Performing Loan merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Non Performing Loan yang tinggi akan memperbesar biaya, baik biaya percadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya dan berpotensi

terhadap kerugian bank sehingga Return On Assets pun menurun. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Prasnanugraha (2007), Eng (2013), Rahman (2013), Rusdiana (2012), Mahardian (2008), Mulatsih (2014) dan Yudiartini (2016) menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return On Assets.

6. Variabel Loan to Funding Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Standar Loan to Funding Ratio yang baik adalah 85% sampai dengan 110%. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit sehingga Return On Assets pun bertambah. Logika teori tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Eng (2013), Rahman (2013), Mahardian (2008), Mahardian (2008), Mulatsih (2014), Yudiartini (2016) dan Hapsari dan Prasetiono (2011) menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian mereka Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap Return On Assets.

7. Variabel Giro Wajib Minimum merupakan rasio dalam mengukur kemampuan bank untuk menyisihkan Dana Pihak Ketiga berupa rekening giro pada Bank Indonesia. Giro Wajib Minimum merupakan tingkat likuiditas yang dijamin oleh bank sentral (Bank Indonesia)yang ditunjukkan dengan besarnya giro yang disetorkan

oleh bank kepada BI. Semakin tinggi Giro Wajib Minimum maka semakin besar likuiditas bank dijamin oleh Bank Indonesia sehingga jika terjadi kesulitan likuiditas bank tersebut dapat menjamin langsung kepada Bank Indonesia. Giro Wajib Minimum yang disisihkan oleh perbankan pada Bank Indonesia akan memperoleh bunga dari bank Indonesia dan berdampak kepada pertambahan pendapatan perbankan sehingga Return On Assets pun bertambah. Logika teori tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hapsari dan Prasetiono (2011) yang menyatakan bahwa Giro Wajib Minimum berpengaruh positif terhadap Return On Assets.

8. Variabel Dana Pihak Ketiga adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam Rupiah dan valuta asing.

Semakin tinggi Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh suatu bank menunjukkan semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. Dengan Dana Pihak Ketiga yang tinggi maka akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat dan akan meningkatkan kesempatan bank untuk mendapatkan laba melalui pendapatan bunga dari kredit yang disalurkannya.

3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka

konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets baik secara simultan dan parsial pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan antara rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum dengan kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausalitas yang berguna

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausalitas yang berguna