• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa sebagai medium berkomunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan berbahasa yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama, bertujuan untuk mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa, yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Karena menulis merupakan keterampilan bawaan, apabila seseorang menginginkan terampil menulis harus banyak berlatih dengan tekun dan harus dilakukan secara terus-menerus.

Dari uraian yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis. Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri. Sehingga dapat mengetahui sampai di mana pengetahuan tentang suatu topik. Dalam

2

mengembangkan topik harus mengetahui bagaimana cara berpikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar (Akhadiah dkk 1988:1).

Menurut Akhadiah (1998:1-3) menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan itu merupakan isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan yang merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia. Komunikasi tersebut biasanya menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati cara pemakaiannya.

Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah kemampuan berbahasa paling akhir dikuasai. Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan menulis yang menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri (Nurgiyantoro 2001:296).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa kegiatan menulis adalah sebuah aktivitas yang harus dimiliki oleh semua orang atau siswa. Hal ini bertujuan supaya siswa dengan mudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sebaliknya siswa yang tidak mempunyai keterampilan menulis, kemungkinan besar akan menghadapi kendala dalam berkomunikasi. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan/mengekspresikan gagasan/pendapat, pemikiran, dan

3

perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.

Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para siswa setiap harinya. Namun, pada kenyataannya banyak siswa yang mengeluh jika kegiatan belajar sampai pada pokok pembelajaran menulis. Banyak siswa yang merasa belum mampu menyusun dan menggunakan kalimat dengan struktur yang baik dan benar. Banyak siswa juga belum bisa menuangkan gagasan dalam bahasa tulis yang baik, keadaan ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran menulis di kelas. Siswa dapat belajar dengan baik jika berada dalam kondisi yang ideal dengan kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan dari orang tua, teman, dan masyarakat sekitar. Bila hal itu terus berlanjut, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat erat dalam diri siswa.

Dari uraian yang telah dikemukakan, untuk mendapatkan keterampilan menulis tidak hanya mempelajari pengetahuan tentang tata bahasa dan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis. Hal ini dikarenakan bahwa dalam kemampuan menulis, siswa harus benar-benar mengusai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi karangan.

Pembelajaran keterampilan menulis diharapkan dapat mencapai standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Standar kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran menulis adalah siswa mampu menulis pengalaman, pikiran, dan

4

perasaan pada buku harian dengan memperhatikan cara pangungkupan dengan bahasa yang baik dan benar. Adapun menulis buku harian adalah salah satu kompetensi dasar yang ada dalam pembelajaran menulis.

Efisiensi dan efektivitas yang tinggi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka pencapaian efektivitas yang tinggi suatu KBM, para pengajar utama dituntut untuk selalu aktif dan dinamis, sehingga dapat menyesuaikan diri dan kondisi lingkaran belajar.

Berdasarkan pengamatan melalui efektivitas interaksi guru dan siswa dalam KBM, kebanyakan para guru lebih condong menggunakan metode ceramah sebagai metode yang dipergunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Hal ini terjadi dengan alasan metode ini mudah untuk digunakan dan memerlukan persiapan yang relatif singkat dan sederhana. Tetapi di sisi lain metode ini juga banyak memiliki kelemahan, diantaranya adalah metode ini dapat menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada siswa. Sehingga siswa cenderung mengurangi keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan memunculkan rasa malas pada siswa untuk belajar. Hal ini dikarenakan kebanyakan pembelajaran di kelas cenderung teoretis dan tidak terkait dengan lingkungan tempat anak itu berada.

Lemahnya keterampilan menulis siswa juga tidak terlepas dari faktor guru. Pengajaran yang bersifat satu arah artinya guru aktif berceramah sedangkan siswa hanya peserta yang pasif masih sering dijumpai dalam pembelajaran di sekolah.

5

Selain itu, guru juga kurang kreatif menyuruh siswa untuk berlatih menulis di rumah, misalnya pengalaman pribadi siswa yang ditulis dalam buku harian.

Menulis buku harian sangat baik untuk dilakukan. Di dalam buku harian kita dapat mengenali siapa diri kita sebenarnya. Hal ini akan menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang yang biasa menulis, tapi lain halnya dengan seseorang yang tidak terbiasa. Bagi mereka yang tidak terbiasa menulis akan merasa sulit mengungkapkan segala pengalaman, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki.

Sebuah buku harian mencatat kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran yang benar, tidak menyimpang dengan dibesar-besarkan dan harus lengkap tanpa meringkas-ringkas apa yang ada. Kenyataannya, ini harus merupakan catatan yang terus terang dan terbuka tanpa sesuatu yang disembunyikan dan dihilang-hilangkan dari konteksnya. Catatan seperti itu membuat mudah bagi orang untuk melihat kedalam dirinya dengan kejujuran yang mutlak, dimana penilaian kondisi atas diri sendiri menjadi sederhana dan mudah, seseorang juga dapat perlahan-lahan mulai menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya tanpa merasa malu atau bersalah. Bersamaan dengan itu, orang mampu untuk melakukan tindakan perbaikan melalui metode yang sudah tersedia.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia, kemampuan siswa kelas VII E SMP Negeri 30 Semarang, dalam menulis buku harian masih kurang bahkan ada yang belum tahu bagaimana cara menulis buku harian. Hal ini terjadi karena guru hanya memberikan materi pembelajaran menulis buku harian saja

6

tidak disertai dengan memberikan contoh-contoh buku harian, sehingga ketika siswa disuruh menulis buku harian siswa benar-benar kesulitan. Selain itu dalam menulis, pilihan kata yang digunakan oleh siswa kurang bervariasi. Hal ini terbukti bahwa siswa sering mengulang-ulang kata yang sama pada kalimat/paragraf berikutnya. Dalam penggunaan ejaan dan tanda bacanya masih kurang tepat, kalimat yang dibuat siswa kurang padu (dalam hal ini ada kaitannya dengan kohesi dan koherensi), dan bahasa yang digunakan kurang tepat, sehingga hasil karangannya kurang menarik untuk dibaca. Oleh karena itu, dengan melihat kenyataan tersebut maka pembelajaran keterampilan menulis buku harian pada siswa kelas VII E SMP Negeri 30 Semarang, perlu dilakukan peningkatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis buku harian.

Selain fenomena di atas, siswa kelas VII E SMP Negeri 30 Semarang, tidak terbiasa menulis buku harian sehingga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman, perasaan maupun pemikiran yang dimiliki. Hal ini terjadi dikarenakan guru tidak pernah memberikan contoh model buku harian, sehingga siswa belum mengetahui gambaran yang jelas mengenai bentuk dan isi buku harian itu seperti apa.

Menurut guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII, kelas VII E siswa-siswanya banyak yang pintar, tetapi masih banyak yang sulit diajak untuk berdiskusi. Siswa bisa diajak berdiskusi tetapi dilatar belakangi oleh rasa takut kepada guru yang mengajar bahasa Indonesia, karena siswa beranggapan guru bahasa Indonesia tersebut sangat galak. Siswa kelas VII E masih kurang aktif dalam

7

pembelajaran atau dapat dikatakan kelas tersebut pasif, sehingga guru yang mengajar di kelas harus pandai-pandai memilih strategi yang sesuai agar siswa di kelas tersebut menjadi aktif.

Pembelajaran keterampilan menulis buku harian memang tidak mudah, apalagi yang diajar adalah siswa SMP kelas VII, yang pada dasarnya baru beralih dari bangku sekolah dasar, sehingga kosa kata yang dimilikinya pun masih sedikit. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis siswa SMP kelas VII diperlukan suatu metode dan teknik pembelajaran yang tepat. Metode dan teknik itu adalah metode pembelajaran langsung (direct method instruction) dan teknik

modeling. Dengan metode dan teknik ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa.

Mengingat sifat ini penting sekali bagi guru untuk mempersiapkan situasi pembelajarannya harus matang. Harus yakin benar bahwa siswa memahami tugas yang diberikan harus bahan yang dijadikan stimulus. Serta bisa melakukan

brainstorming dengan menulis data-datanya pada kertas. Pada proses ini guru

memperoleh dari siswa kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang berguna untuk langkah berikutnya. Langkah ini sangat berguna bagi siswa yang tidak terbiasa menulis buku harian dan sulit untuk mengungkapkan pikirannya yang akan dituangkan kedalam bentuk tulisan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis buku harian siswa kelas VII E SMP Negeri 30 Semarang, diperlukan suatu metode pembelajaran yang

8

tepat. Metode pembelajaran itu adalah metode pembelajaran langsung (direct method

instruction) dan teknik modeling. Metode pembelajaran bertujaan supaya siswa dapat

berinteraksi langsung dengan guru dan diberi contoh dari buku harian, sehingga siswa mengetahui bagaimana bentuk dan jenis penulisan buku harian yang baik. Dengan metode dan teknik pembelajaran ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Pendekatan dan strategi pembelajaran juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Strategi atau cara-cara yang akan digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan

selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Hamzah 2001:3).