• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELANJA NEGARA APBN 2006, APBN-P 2006 DAN APBN 2007 1)

(dalam triliun rupiah)

Belanja pegawai merupakan salah satu instrumen anggaran yang mempunyai peranan sangat strategis dalam menjaga kelancaran kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam APBN tahun 2007, alokasi anggaran

belanja pegawai ditetapkan sebesar Rp101,2 triliun atau 2,9 persen terhadap PDB. Jumlah ini berarti mengalami peningkatan sebesar Rp22,1 triliun (28,0 persen) bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaran belanja pegawai yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp79,1 triliun (2,5 persen terhadap PDB).

Peningkatan alokasi anggaran belanja pegawai dalam tahun 2007 yang cukup signifikan tersebut terutama berkaitan dengan adanya kebijakan perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan yang dilakukan antara lain melalui penyesuaian gaji pokok aparatur negara dan pensiun pokok bagi pensiunan, pemberian gaji bulan ketigabelas, penyesuaian tunjangan jabatan struktural dan beberapa tunjangan jabatan fungsional, serta perbaikan pelayanan kesehatan kepada aparatur negara dan pensiunan. Di samping itu, peningkatan alokasi anggaran belanja pegawai tahun 2007 tersebut juga berkaitan dengan ditampungnya alokasi anggaran gaji bagi PNS baru yang menjadi beban pemerintah pusat. Berkaitan dengan upaya perbaikan pelayanan kesehatan bagi pegawai negeri dan pensiunan, dalam tahun 2007 dilakukan penyesuaian besarnya iuran pemerintah pusat kepada PT Askes, yang diharapkan dapat membantu menunjang usaha perbaikan pelayanan kesehatan kepada pegawai dan pensiunan. Sementara itu, untuk mengarahkan pendanaan program pensiun

ke arah sistem pay as you go murni, maka dalam

tahun 2007 dilakukan kebijakan penyesuaian

besaran sharing pembayaran pensiun yang

menjadi kewajiban pemerintah dengan tetap mempertimbangkan kemampuan fiskal secara berkelanjutan.

Dari keseluruhan alokasi anggaran belanja pegawai dalam APBN tahun 2007 yang berjumlah sekitar Rp101,2 triliun tersebut, sebesar Rp56,8 triliun atau sekitar 56,1 persen alokasinya digunakan untuk pembayaran gaji dan tunjangan.

Jumlah tersebut berarti meningkat sekitar Rp13,0 triliun dari pagu alokasi belanja gaji dan tunjangan yang dianggarkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp43,7 triliun. Kenaikan anggaran belanja gaji dan tunjangan dalam tahun 2007 tersebut antara lain untuk menampung penyesuaian gaji pokok dan pensiun pokok, pemberian gaji bulan ketigabelas bagi aparatur negara dan penerima pensiun, penyesuaian uang lauk pauk bagi anggota TNI/Polri dari Rp25.000 per orang per hari menjadi Rp30.000 per orang per hari, penyesuaian tunjangan struktural dan beberapa tunjangan fungsional, serta pemberian uang makan bagi PNS sebesar Rp10.000 per orang per hari kerja . Sementara itu, alokasi anggaran untuk honorarium, vakasi dan lain-lain ditetapkan sebesar Rp14,6 triliun atau meningkat Rp3,5 triliun (31,6 persen) dari anggaran yang dialokasikan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp11,1 triliun. Alokasi anggaran tersebut selain untuk menampung belanja pegawai penunjang, juga digunakan untuk menampung anggaran belanja pegawai bagi unit-unit pengguna PNBP pada kementerian/lembaga. Selanjutnya, alokasi anggaran untuk kontribusi sosial dalam tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp29,8 triliun, yang berarti meningkat Rp5,6 triliun (23,1 persen) dari pagu alokasi kontribusi sosial yang dianggarkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp24,2 triliun (0,8 persen terhadap PDB). Sebagian besar dari alokasi anggaran ini akan digunakan untuk pembayaran pensiun melalui PT Taspen sebesar Rp23,2 triliun, yang berarti meningkat Rp4,7 triliun (25,1 persen) bila dibandingkan dengan pagu anggaran pembayaran pensiun yang dialokasikan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp18,6 triliun (0,6 persen terhadap PDB). Peningkatan anggaran kontribusi sosial tahun 2007 yang cukup signifikan tersebut selain dipengaruhi oleh adanya

perubahan sharing pensiun dari semula 82,5

persen beban APBN dan 17,5 persen beban PT Taspen, menjadi 85,5 persen beban APBN dan 14,5 persen beban PT Taspen, juga berkaitan dengan adanya penyesuaian pensiun pokok serta iuran pemerintah pusat melalui program Askes untuk membantu perbaikan pelayanan kesehatan kepada pegawai dan pensiunan.

barang ditetapkan sebesar Rp72,2 triliun (2,0 persen terhadap PDB) atau menyerap sekitar 14,3 persen dari total belanja pemerintah pusat. Jumlah ini, berarti meningkat Rp 16,2 triliun dari pagu alokasi belanja barang yang dianggarkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp56,0 triliun

(1,8 persen terhadap PDB). Peningkatan

alokasi anggaran belanja barang dalam tahun 2007 tersebut diarahkan terutama untuk: (i) mempertahankan fungsi pelayanan publik instansi pemerintah; (ii) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengadaan barang dan jasa, perjalanan dinas, dan pemeliharaan a s e t n e g a r a ; s e r t a ( i i i ) m e n d u k u n g kelancaran penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, baik operasional maupun nonoperasional.

Sementara itu, untuk menunjang pelaksanaan tiga agenda pembangunan dalam RPJM 2004 – 2009, maka sesuai dengan tema pembangunan tahun 2007, yaitu meningkatkan kesempatan kerja dan menanggulangi kemiskinan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat, kebijakan

alokasi belanja modal dalam APBN tahun 2007, akan diarahkan terutama untuk: (i) mempertahankan investasi pemerintah di bidang infrastruktur guna mendukung kegiatan ekonomi nasional, sesuai dengan program pemerintah dalam RKP 2007, dan (ii) mendukung program pembangunan yang berpihak pada pertumbuhan (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro job), dan pengentasan kemiskinan (poverty alleviation). Untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan sesuai dengan arah kebijakan dan tema pembangunan dalam RKP 2007, maka dalam APBN tahun 2007 alokasi anggaran belanja modal, yang merupakan belanja investasi pemerintah, mencapai Rp73,1 triliun, (2,1 persen terhadap PDB). Jumlah ini, berarti meningkat Rp3,3 triliun (4,8 persen) dari pagu alokasi belanja modal yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp69,8 triliun (2,2 persen terhadap PDB). Peningkatan alokasi anggaran belanja modal tahun 2007 tersebut akan dipergunakan antara lain untuk pembangunan sarana dan prasarana dasar guna mendukung agenda pembangunan, terutama untuk

kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi tingkat kemiskinan. Anggaran belanja modal tahun 2007 tersebut, akan dialokasikan untuk membiayai berbagai kegiatan kementerian/ lembaga dalam pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, dan modal fisik lainnya. Selain didukung oleh sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan hibah luar negeri, alokasi anggaran belanja modal dalam APBN tahun 2007 tersebut sebagian besar juga akan bersumber dari dana rupiah murni.

Selanjutnya, untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang timbul atas penarikan utang luar negeri dan penerbitan surat utang negara (SUN) tahun-tahun sebelumnya maupun tahun berjalan, dalam APBN tahun 2007 ditetapkan alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang sebesar Rp85,1 triliun atau 2,4 persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti secara nominal mengalami peningkatan sebesar Rp2,6 triliun (3,1 persen) bila dibandingkan dengan alokasi anggaran pembayaran bunga utang yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp82,5 triliun (2,6

persen terhadap PDB). Peningkatan alokasi

anggaran bagi pembayaran bunga utang dalam tahun 2007 tersebut selain berkaitan dengan kebijakan pengelolaan utang, juga dipengaruhi oleh perubahan stok utang pemerintah.

Dari jumlah tersebut, alokasi anggaran yang ditetapkan untuk pembayaran bunga utang dalam negeri pada APBN tahun 2007 mencapai Rp58,4 triliun atau 1,7 persen terhadap PDB. Jumlah ini berarti meningkat Rp0,2 triliun atau sekitar 0,5 persen dari beban pembayaran bunga utang dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp58,2 triliun atau 1,9 persen terhadap PDB. Pembayaran beban bunga utang dalam negeri tahun 2007 tersebut telah memperhitungkan langkah-langkah kebijakan dalam pengelolaan surat utang negara seperti

kebijakan dalam penukaran surat utang (debt

switching), pembelian kembali surat utang

(buyback) dan penyelesaian 002 dan SU-004 antara Pemerintah dengan Bank Indonesia. Jumlah pembayaran bunga utang dalam negeri dalam tahun 2007 tersebut mencakup

pembayaran bunga obligasi negara dengan

tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 54,8

persen, bunga obligasi negara dengan tingkat

bunga mengambang (variable rate) sebesar 30,6

persen, bunga surat utang kepada Bank Indonesia sebesar 3,9 persen dan biaya bunga lainnya sebesar 10,8 persen.

Sementara itu, alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang luar negeri dalam APBN tahun 2007 ditetapkan mencapai Rp26,7 triliun atau 0,8 persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti mengalami peningkatan sebesar Rp2,4 triliun atau 9,6 persen bila dibandingkan dengan alokasi anggaran pembayarannya dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp24,3 triliun (0,8 persen terhadap PDB) sebagai dampak dari kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri di sisi pembiayaan anggaran. Perkiraan beban pembayaran bunga utang luar negeri dalam APBN tahun 2007 tersebut masing-masing berasal dari bunga pinjaman bilateral sebesar 29,0 persen, pinjaman multilateral sebesar 27,8 persen, fasilitas kredit ekspor sebesar 16,8 persen, dan pinjaman lainnya sekitar 26,4 persen.

Selanjutnya, guna menjaga stabilitas harga barang dan jasa yang berdampak luas bagi masyarakat, serta membantu penduduk

berpenghasilan rendah, dalam APBN tahun

2007 alokasi anggaran untuk subsidi ditetapkan sebesar Rp102,9 triliun atau 2,9 persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti menunjukkan penurunan sebesar Rp4,7 triliun (4,4 persen) dari alokasi anggaran subsidi yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp107,6 triliun (3,5 persen terhadap PDB). Penurunan beban anggaran subsidi dalam APBN tahun 2007 tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya beban subsidi energi dan tidak dialokasikannya beberapa subsidi yang dalam APBN-P 2006 mendapat alokasi . Penyediaan subsidi tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan harga barang-barang (strategis) yang menyangkut kepentingan rakyat banyak agar dapat dijual lebih rendah dari harga pasarnya, sehingga dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat, khususnya kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun demikian, pemanfaatan anggaran subsidi tersebut tetap

harus mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas penyalurannya, antara lain dengan mempertajam sasarannya.

Sebagian besar (sekitar Rp101,3 triliun atau 98,4 persen) dari keseluruhan anggaran subsidi dalam APBN tahun 2007 tersebut akan disalurkan melalui lembaga nonkeuangan, yaitu masing-masing kepada PT Pertamina untuk subsidi BBM sebesar Rp61,8 triliun, PT PLN untuk subsidi listrik sebesar Rp25,8 triliun, Perum Bulog untuk subsidi pangan dan bantuan perawatan beras sebesar Rp6,8 triliun, beberapa BUMN produsen pupuk untuk subsidi pupuk sebesar Rp5,8 triliun, beberapa BUMN dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) di bidang perbenihan sebesar Rp0,1 triliun, serta beberapa BUMN yang menjalankan tugas pelayanan umum (public service obligation atau PSO) sekitar Rp1,0 triliun; sedangkan sisanya, yaitu sekitar Rp1,6 triliun dari total alokasi anggaran untuk subsidi akan disalurkan melalui lembaga keuangan dalam bentuk subsidi bunga kredit program. Anggaran untuk subsidi BBM yang akan dialokasikan melalui PT Pertamina dalam APBN tahun 2007 tersebut mengalami penurunan sebesar Rp2,4 triliun (3,7 persen) bila dibandingkan dengan pagu anggaran subsidi BBM yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp64,2 triliun (2,1 persen terhadap PDB). Penurunan beban anggaran subsidi BBM tahun 2007 tersebut antara lain disebabkan oleh faktor lebih rendahnya asumsi rata-rata harga minyak mentah yang dipakai dalam perhitungan APBN tahun 2007, yaitu US$63,0 per barel, bila dibandingkan dengan asumsi rata-rata harga minyak mentah dalam APBN-P tahun 2006 sebesar US$64,0 per barel.

Perhitungan beban anggaran subsidi BBM tahun 2007 tersebut didasarkan pada pokok-pokok formulasi kebijakan sebagai berikut:

(i) melanjutkan pola subsidi harga dengan

pendekatan PSO, yang telah diterapkan sejak

tahun 2006; (ii) jenis BBM yang disubsidi tetap

tiga jenis, yaitu minyak tanah untuk rumah tangga, serta premium dan minyak solar di SPBU, dengan perkiraan volume konsumsi sekitar 36,9 juta kiloliter setahun lebih rendah dari volume konsumsi dalam asumsi yang dipakai dalam

APBN-P 2006 sebesar 37,9 juta kiloliter setahun;

(iii) harga jual BBM kepada masyarakat tetap mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 55

Tahun 2005; dan (iv) memperhitungkan program

substitusi bahan bakar minyak tanah rumah tangga ke bahan bakar gas (LPG). Dengan pokok-pokok formulasi kebijakan yang akan ditempuh dalam tahun 2007 tersebut, maka diharapkan kebutuhan masyarakat akan BBM dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau, dan program diversifikasi energi dapat dijalankan. Pada subsidi listrik, anggaran yang dialokasikan

kepada PT. PLN dalam APBN tahun 2007

sebesar Rp25,8 triliun didasarkan pada pokok-pokok kebijakan di bidang ketenagalistrikan, sebagai berikut:

(i) melanjutkan pola subsidi konsumen yang

diperluas; (ii) dilakukannya transformasi sebagian

pembangkit listrik, dari yang berbahan baku (input) BBM menjadi gas dan batubara; serta

(iii) perkiraan peningkatan penjualan tenaga listrik berkisar 7 - 8,5 persen dari penjualan tahun 2006, berdasarkan perkiraan pertumbuhan kebutuhan energi.

Selanjutnya, dalam upaya untuk mendukung

program revitalisasi pertanian, pada APBN

tahun 2007 mendatang juga dialokasikan anggaran subsidi bagi sektor pertanian, yang

meliputi: (i) subsidi pangan melalui Perum Bulog,

(ii) subsidi pupuk melalui BUMN produsen pupuk,

dan (iii) subsidi benih melalui BUMN dan UPT perbenihan. Kepada Perum Bulog disalurkan anggaran sebesar Rp6,8 triliun untuk subsidi pangan melalui program beras untuk rakyat miskin (Raskin) sebesar Rp6,5 triliun, dan bantuan perawatan beras sekitar Rp0,3 triliun. Dengan

anggaran subsidi pangan tersebut, program

Raskin diharapkan dapat menjangkau sekitar 15,8 juta rumah tangga miskin, dengan harga jual beras yang lebih rendah dari harga pasarnya. Dengan demikian, rumah tangga miskin tersebut dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhan pangannya, dan pada gilirannya dapat menjaga ketahanan pangan nasional.

Selain subsidi pangan, dalam tahun 2007 juga

dialokasikan subsidi pupuk sebesar Rp5,8

triliun, yang berarti mengalami peningkatan

sekitar Rp1,6 triliun atau lebih tinggi 38,6 persen dari alokasi anggaran subsidi pupuk dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp4,2 triliun. Kenaikan anggaran subsidi pupuk tersebut terutama disebabkan oleh: peningkatan volume pupuk yang disubsidi dari 6,0 juta ton dalam tahun 2006 menjadi sekitar 6,7 juta ton dalam tahun 2007, akibat adanya perluasan cakupan penerima pupuk bersubsidi. Adapun jenis pupuk yang direncanakan disubsidi dalam tahun 2007 adalah pupuk Urea, ZA, SP-36, dan pupuk majemuk (NPK) untuk tanaman pangan, perkebunan dan perikanan rakyat. Alokasi anggaran subsidi pupuk tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga yang relatif lebih murah, dan sekaligus mampu mendukung program ketahanan pangan secara berkesinambungan. Alokasi anggaran subsidi pupuk tersebut akan disalurkan masing-masing untuk PT Pupuk Sriwijaya, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Kujang. Di samping subsidi pangan dan subsidi pupuk seperti diuraikan diatas, dalam rangka mendukung program revitalisasi pertanian, khususnya guna membantu meringankan beban petani dalam melengkapi kebutuhan akan sarana produksi

pertanian di bidang benih, dalam APBN tahun

2007 juga dialokasikan anggaran untuk subsidi benih sebesar Rp0,1 triliun, yang direncanakan pendistribusiannya melalui PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, dan UPT Pusat Departemen Kelautan dan Perikanan. Alokasi anggaran subsidi benih tersebut direncanakan untuk mendukung peningkatan produktifitas pertanian melalui penyediaan benih unggul untuk padi, jagung, kedelai, dan ikan budidaya dengan harga yang terjangkau.

Sementara itu, untuk memberikan kompensasi

finansial kepada BUMN-BUMN yang diberikan tugas untuk menjalankan pelayanan umum (public service obligation,

PSO), seperti penyediaan jasa di daerah tertentu

dan atau dengan tingkat tarif yang relatif lebih murah dari harga pasar (seperti pada angkutan laut dan kereta api kelas ekonomi), dalam APBN tahun 2007 dialokasikan bantuan PSO sekitar Rp1,0 triliun. Jumlah ini, berarti mengalami

penurunan sebesar Rp265,0 miliar atau 21,8 persen lebih rendah dari alokasi anggaran bantuan PSO dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp1,2 triliun. Anggaran tersebut direncanakan dialokasikan masing-masing kepada PT Kereta Api sekitar Rp0,4 triliun untuk penugasan layanan jasa angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi; PT Posindo sekitar Rp0,1 triliun untuk tugas layanan jasa pos di daerah terpencil, dan PT Pelni sekitar Rp0,5 triliun untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang laut kelas ekonomi.

Selanjutnya, untuk membantu meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana dengan bunga yang relatif lebih

rendah, dalam APBN tahun 2007 juga

dialokasikan subsidi bunga kredit program sebesar Rp1,6 triliun. Alokasi anggaran subsidi bunga kredit program tahun 2007 tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1,1 triliun atau 209,3 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan pagu alokasi subsidi bunga kredit program yang dianggarkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp0,5 triliun. Subsidi bunga kredit tersebut diberikan antara lain untuk skim kredit ketahanan pangan (KKP), beberapa skim yang selama ini telah berjalan, seperti kredit program eks-KLBI yang dikelola oleh PT PNM, dan kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPRSh), serta beban

pemerintah atas risk sharing terhadap KKP

yang bermasalah. Selain skim-skim yang telah

berjalan tersebut, dalam APBN tahun 2007 juga

dialokasikan subsidi bunga kredit program untuk usaha bahan bakar nabati (biofuel) sebagai salah satu upaya untuk mendukung program diversifikasi energi. Dari keseluruhan jumlah subsidi bunga kredit program tersebut, direncanakan akan disalurkan melalui lembaga keuangan milik negara sebesar Rp1,5 triliun (melalui BUMN Rp0,2 triliun, BPD Rp0,1 triliun,

skim eks KLBI Rp0,1 triliun, dan program biofuel

Rp1,0 triliun), dan lembaga keuangan swasta Rp0,1 triliun.

Seperti halnya dalam tahun-tahun sebelumnya, pos anggaran belanja hibah, yang disediakan untuk menampung pengeluaran-pengeluaran pemerintah berupa bantuan sukarela yang tidak bersifat mengikat kepada negara-negara lain dan

atau berbagai organisasi internasional, dalam APBN tahun 2007 tidak dialokasikan, terkait belum adanya rencana untuk memberikan bantuan atau sumbangan yang tidak wajib tersebut kepada negara lain atau lembaga internasional.

Dalam APBN tahun 2007, dialokasikan anggaran bantuan sosial sebesar Rp51,4 triliun atau 1,5 persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti mengalami peningkatan sebesar Rp10,4 triliun (25,3 persen) bila dibandingkan pagu alokasi bantuan sosial yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp41,0 triliun (1,3 persen terhadap PDB). Alokasi anggaran bantuan sosial dalam tahun 2007 tersebut

akan digunakan masing-masing untuk: (i) cadangan

dana penanggulangan bencana alam sebesar Rp2,0

triliun; dan (ii) dana bantuan sosial melalui

kementerian/lembaga sebesar Rp49,4 triliun.

Alokasi dana cadangan penanggulangan bencana alam, yang dimaksudkan sebagai langkah antisipasi terhadap keadaan tanggap darurat dan upaya mitigasi bencana

alam, dalam APBN tahun 2007 tersebut, berarti

mengalami penurunan sebesar Rp900 miliar (31,0 persen) bila dibandingkan dengan pagu alokasi dana cadangan bencana alam yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp2,9 triliun. Alokasi anggaran bencana alam tersebut merupakan langkah antisipasi terhadap kebutuhan pendanaan akibat bencana alam yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang akhir-akhir ini tingkat kejadiannya cenderung meningkat.

Sementara itu, anggaran bantuan sosial melalui kementerian/lembaga yang dialokasikan sebesar Rp49,4 triliun dalam APBN tahun 2007, berarti menunjukkan peningkatan sebesar Rp11,3 triliun (29,6 persen) dari pagu alokasi bantuan sosial K/ L yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp38,1 triliun (1,2 persen terhadap

PDB). Peningkatan alokasi bantuan sosial

melalui K/L yang cukup signifikan dalam tahun 2007 tersebut terutama dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan program bantuan kepada masyarakat yang telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir, seperti bantuan operasional sekolah (BOS) dan beasiswa khusus murid (BKM) untuk bidang

pendidikan, serta pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan kelas III rumah sakit pemerintah atau rumah sakit swasta yang ditunjuk. Selain itu, dalam APBN tahun 2007 juga direncanakan alokasi subsidi (bantuan) langsung tunai bersyarat (BTB), sebagai pengembangan dari program subsidi langsung tunai (SLT) yang telah dilaksanakan dalam tahun 2005 dan 2006. Alokasi anggaran untuk program BTB dalam tahun 2007 tersebut direncanakan sekitar Rp3,0 triliun, yang akan dialokasikan terutama untuk bidang pendidikan dan kesehatan, antara lain dengan melakukan uji coba program di beberapa daerah

tertentu sebagai pilot project.

Terakhir, alokasi anggaran belanja lain-lain

dalam APBN tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp18,8 triliun, yang berarti mengalami penurunan Rp23,4 triliun (55,4 persen) dari pagu anggaran belanja lain-lain yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2006 sebesar Rp42,3 triliun. Penurunan alokasi anggaran belanja lain-lain dalam tahun 2007 tersebut terutama disebabkan oleh tidak dialokasikannya lagi anggaran untuk subsidi langsung tunai (SLT) dalam tahun 2007. Anggaran belanja lain-lain dalam APBN tahun 2007 tersebut, direncanakan alokasinya antara

lain untuk menampung: (i) dana cadangan umum

untuk mengantisipasi tidak tercapainya asumsi ekonomi makro dan langkah-langkah kebijakan (policy measures); (ii) dana kegiatan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (reboisasi/

GNRHL); (iii) belanja lembaga pemerintah yang

belum mempunyai bagian anggaran tersendiri, dan atau yang bersifat lintas kementerian/lembaga;

serta (iv) dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi

Daerah Istimewa Yogjakarta dan Jawa Tengah sekitar Rp2,7 triliun. Selanjutnya, untuk melihat rincian anggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis dalam APBN tahun 2007 dapat

dilihat pada Tabel IV.4.

Bela nj a Pem erint a h Pusa t