• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOA DAN KARYA PELAYANAN DALAM HIDUP RELIGIUS

A. Doa dalam Hidup Religius

3. Bentuk-Bentuk Doa

Bentuk-bentuk doa dapat dilihat dari subyek dan cara mendoakannya. Bentuk doa dilihat dari cara mendoakannya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu; doa lisan, doa renung, dan doa batin.

a. Doa Lisan

Doa lisan merupakan ungkapan spontan yang diungkapkan, sama seperti Yesus mengajar para murid-Nya tentang doa yang hendak disampaikan kepada Bapa. Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan doa lisan yang bermakna dan menyentuh hati para murid ketika Dia mendoakannya. Doa itu ialah Doa Bapa Kami (KGK, 1995:2701). Dalam doa-Nya, Yesus menggunakan sebutan Bapa untuk menyapa Allah. Jika dilihat dari latar belakang doa dan hidup Yesus, sebutan ini mengungkapkan hubungan dan kedekatan Yesus dengan Bapa-Nya. Dengan meniru tindakan Yesus, yaitu dengan menyebut Allah sebagai Bapa, manusia dapat sepenuhnya menggantungkan dirinya pada kuasa Allah. Tujuan Yesus dalam mengajarkan para murid dengan menyebut Allah sebagai Bapa ialah untuk mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang intim dengan Allah, yang telah dirusak oleh Adam.

Selain doa Bapa kami, terdapat beberapa contoh doa lisan yang lain atau doa berumus yang bisa digunakan untuk berdoa, yaitu; doa rosario, mazmur dan doa-doa yang terdapat dalam doa pagi, siang dan malam. Doa lisan merupakan salah satu bentuk doa yang biasa digunakan oleh para religius dalam menjalin relasi dengan Allah. Melalui doa lisan, seorang religius berdoa kepada Allah Bapa dengan kesungguhan hatinya.

b. Doa Renung

Doa renung biasa juga disebut sebagai doa hening. Dasar dari doa renung ialah pencarian kehendak Allah dalam Sabda-Nya. Doa renung atau doa hening bertujuan untuk mengajak kaum religius masuk dalam penyadaran diri dan merasakan campur tangan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Penyadaran tersebut dapat dilakukan dengan merenungkan ayat-ayat Kitab Suci yang cocok atau menyentuh, teks-teks liturgi pada hari yang bersangkutan atau pun memandang ikon/gambar kudus. Doa renung disebut juga dengan meditasi, karena dalam meditasi, si pendoa dibawa masuk dalam keheningan yang sungguh-sungguh supaya benar-benar mampu menemukan dan menjawab apa yang dikehendaki Allah dalam dirinya.

Dalam keheningan, si pendoa diajak untuk bersatu dengan Allah. Dalam artian ini, keheningan batin perlu diperhatikan dan dijaga supaya si pendoa benar-benar bisa menemukan rencana Allah, melepaskan segala keterikatan dan keegoisan yang membuat diri larut dalam khayalan atau pikiran yang mengacau. Harapannya ialah bahwa dalam keheningan, kita dapat berbicara dengan Allah dari hati ke hati. Melalui cara inilah, para religius akan dengan mudah bermeditasi

tentang “misteri Kristus” dalam hidup manusia sejati (KGK; 1995: 2705-2708).

c. Doa Batin

Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus menuliskan, “Doa batin tidak lain dari suatu pergaulan yang sangat ramah, di mana kita sering kali berbicara seorang diri dengan Dia, tentang siapa Dia, dan kita tahu bahwa Ia mencintai kita” (KGK, 1995: 2709). Doa batin bertujuan untuk mencari Dia, "yang jiwaku cintai" (Kid

1:7; 3: 1-4). Kita mencari Dia, karena secara rohani, hati kita rindu kepada-Nya. Kerinduan inilah yang menjadi awal cinta kasih kepada-Nya. Kita mencari Dia dalam iman yang murni, dan dalam iman juga kita dilahirkan dari Dia dan hidup di dalam Dia. Dalam doa batin, seluruh pandangan hidup kita diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan.

Oleh karena menekankan kedekatan dengan Tuhan, maka doa batin, secara langsung membantu religius untuk menemukan campur-tangan Allah dalam hidupnya. Doa batin dapat diibaratkan sebagai doa seorang anak Allah, doa seorang pendosa yang dosanya sudah diampuni dan menghendaki supaya menerima cinta kasih Allah. Melalui doa batin, si pendoa merasa dicintai dan terdorong untuk membalasnya dengan cinta kasih yang lebih besar lagi. Akan tetapi, dia mengetahui bahwa cinta kasih balasannya itu berasal dari Roh Kudus, yang mencurahkannya ke dalam hatinya, karena segala-galanya ialah rahmat Allah. Doa batin berarti penyerahan diri secara rendah hati kepada Bapa Yang penuh cinta, dalam persatuan yang semakin dalam dengan Putera terkasih-Nya. (KGK, 1995: 2712).

Dalam doa batin, yang terpenting ialah mendengarkan Sabda Allah, merenungkan dan memandang Yesus dengan penuh iman dan mencintai-Nya tanpa banyak kata. Santa Teresa dari Avila berkata bahwa yang terpenting dalam doa bukanlah berkata banyak, tetapi mencintai banyak.

Doa batin adalah puncak doa, karena di dalamnya Allah mempersatukan kita dengan kekuatan Roh-Nya, supaya “manusia batin” diperkuat di dalam diri setiap manusia, sehingga Kristus tinggal di dalam hati manusia oleh iman, dan

dalam kasih dibutuhkan Roh Tuhan di dalam batin hingga si pendoa dikuatkan dan diteguhkan menurut kekayaan kemuliaan-Nya, mengijinkan Kristus tinggal dalam hati dan menguasai seluruh bidang kehidupannya, dan memahami serta mengenal kasih Kristus. Oleh karena itulah dalam doa batin tidak dibutuhkan kata-kata yang panjang lebar, melainkan suasana hening untuk merenung (Hetu, 2007:29-31)

Katekismus Gereja Katolik memberikan cara atau langkah untuk masuk dalam doa batin. Adapun langkah itu dijelaskan sebagai berikut: di bawah dorongan Roh Kudus, kita “mengarahkan” hati dan seluruh diri kita, hidup dengan penuh kesadaran dalam kediaman Tuhan, dan menghidupkan iman untuk masuk ke hadirat-Nya yang menantikan kita. Dalam proses ini, kita diajak untuk membuka topeng kita dan mengarahkan kembali hati kepada Tuhan yang telah mencintai kita dan menyerahkan diri kepada-Nya (KGK, 1995:2711 ).