MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA
D. Makna Doa dalam Karya Pelayanan Para Suster SFD
Doa merupakan sumber atau nafas hidup para SFD. Sebagai sumber hidup, doa mengalirkan rahmat yang dibutuhkan dalam menjalani hidup panggilan. Rahmat ini dapat tampak dalam kesabaran, kepekaan, ketekunan, tanggung-jawab, kesetiaan, cinta kasih dan kebahagiaan para SFD. Sebagai penopang dalam hidup
para suster, doa menjadi hal yang pertama dan utama dari segala kegiatan apa pun yang dilakukan para SFD. Setiap kegiatan selalu diarahkan pada doa sebagaimana diteladankan oleh Yesus Kristus.
Para SFD diharapkan mampu menanggapi rahmat yang diterima melalui Ekaristi demi meningkatkan hidup rohani dan juga pengembangan karya pelayanan mereka. Para SFD mewujudkan rahmat tersebut melalui karya pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang dialami oleh penulis, penulis menemukan sejumlah makna doa yang dihidupi para SFD dalam karya pelayanan:
1. Doa sebagai Penopang dalam Pelayanan Para SFD
Sebagaimana dirumuskan dalam kapitel pada tahun 2013, bagi para SFD, doa disebut sebagai penopang hidup dan dihadirkan dalam setiap pribadi dan peristiwa harian. Oleh karena itu, perlu ada niat dan kemauan yang besar untuk bertekun dan mengutamakan hidup doa (Kapitel 2013: 1). Doa menjadi sarana perjumpaan setiap orang (termasuk para SFD) dengan Allah.
Pengalaman perjumpaan akan kehadiran Allah dalam doa, secara praktis kemudian ditunjukkan dalam pelaksanaan karya pelayanan para suster, seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan sosial dan pastoral. Selain itu, setiap orang (para SFD) perlu berdoa untuk keselamatan saudara-saudarinya dan juga supaya hubungannya dengan Allah melalui putera-Nya terus-menerus terjalin. Dalam doa, setiap orang diharapkan mampu melibatkan Allah dalam pengalaman hidupnya. Doa tidak hanya turut membantu dalam melakukan sesuatu atau membuat keputusan, tetapi juga turut membantu dalam penghayatan suatu makna hidup. St.
Paulus pernah menulis, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol 2: 6-7).
Ayat ini hendak mengingatkan setiap orang yang telah dibabtis supaya tidak lagi hidup menurut kehendaknya sendiri, tetapi hidup dalam iman kepada Yesus Kristus. Kepenuhan Kristus di dalam diri setiap pengikut-Nya merupakan satu-satunya yang dibutuhkan dan tidak dapat digantikan oleh apa pun juga. Demikian juga dengan iman akan Yesus Kristus. Sebagai seorang Kristiani, setiap orang harus melekat dan bersatu dengan-Nya. Iman akan Yesus Kristus akan semakin teguh, semakin kuat, dan semakin mantap apabila seluruh aspek hidupnya digantungkan pada Kristus. Inilah tanda seorang murid Kristus yang sejati, yang mampu mewujud-nyatakan imannya dalam kehidupan dan tindakannya setiap hari.
2. Doa sebagai Sumber Kekuatan bagi Para SFD dalam Berkarya
Bagi setiap orang beriman, doa merupakan sumber kekuatan dalam menjalani hidup. Injil Lukas 6: 12-19 mengisahkan bagaimana Yesus berdoa semalaman kepada Allah sebelum menetapkan dua belas rasul-Nya. Dia memohon petunjuk dari Bapa-Nya dalam memilih para murid yang nantinya akan diserahi tanggung-jawab untuk mewartakan Kabar Gembira tentang Kerajaan Allah. Teladan Yesus ini (berdoa sebelum melakukan sesuatu) memberikan inspirasi kepada setiap orang beriman (para SFD) betapa penting peran sebuah doa.
Sebagai orang beriman, para SFD juga meneladani cara Yesus dalam mengambil keputusan yang tepat, yakni dengan berdoa. Setiap mengambil keputusan misalnya dalam berkaul, menjalankan tugas perutusan yang baru, para SFD selalu diajak untuk merenung, berdoa dan berefleksi untuk memperoleh kekuatan. Injil Lukas menginspirasi para SFD untuk menyadari betapa penting hidup doa, yakni sebagai sarana untuk menimba kekuatan dari Allah dalam mengambil suatu keputusan.
3. Doa sebagai Sumber Cinta Kasih dalam Pelayanan Para SFD
Selain sebagai penopang hidup dan juga sumber kekuatan, para SFD juga menghayati doa sebagai sumber cinta kasih. Hal ini menjadi nyata melalui pengalaman dicintai, mencintai, diterima dan dihargai, baik dalam komunitas maupun lingkungan sekitar. Pengalaman dicintai, diterima dan dihargai merupakan tanda berkat Allah melalui orang-orang yang hidup bersama dengan mereka. Para SFD menyadari kehadiran cinta itu sebagai motivasi untuk tetap hidup di hadirat Allah terutama melalui doa dan Ekaristi.
Penghayatan para SFD akan doa sebagai sumber cinta kasih mendorong mereka untuk senantiasa menjalin relasi dengan Tuhan, secara khusus melalui doa, refleksi, meditasi-kontemplasi, adorasi, rekoleksi dan juga ret-ret tahunan. Relasi yang intim dan terus-menerus dengan Tuhan menjadikan para SFD senantiasa setia dalam panggilan mereka sebagai religius dan mampu membagikan cinta kasih itu kepada sesama. Cinta kasih itu pulalah yang mempersatukan para SFD dalam melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Cinta kasih itu
jugalah yang kemudian menjadi buah dari doa pribadi maupun bersama yang dihidupi para SFD di mana pun mereka berada.
4. Doa sebagai Sumber Persatuan dengan Umat dalam Mewartakan Kerajaan Allah
Para SFD turut menghayati doa sebagai sumber pesatuan dengan umat. Hal ini tampak dalam kehadiran dan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja. Selain bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan, para SFD juga terlibat dalam kegiatan pastoral di paroki maupun di stasi. Mereka juga terlibat dalam kepanitiaan atau seksi-seksi, khususnya pada saat perayaan-perayaan besar dalam Gereja Katolik. Sejak awal, para SFD sudah dibiasakan mengikuti kegiatan lingkungan di mana mereka berdomisili.
Para SFD menerima dan menjalani tugas ini sebagai salah satu bentuk kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan menggereja. Melalui kehadiran dan keterlibatan mereka, mereka tentunya akan semakin mengenal dan mencintai umat Allah. Keterlibatan ini juga turut mempersatukan umat Allah sebagai saudara seiman.
Dalam Kapitel 2013 : 28-34 dituliskan, “Kehadiran para suster di tengah-tengah umat memberi warna kehidupan yang dapat dirasakan oleh banyak orang”. Kehidupan yang dimaksud ialah bahwa kehadiran para SFD dapat mempersatukan umat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberi perhatian dan dukungan kepada mereka melalui karya yang dikelola oleh para suster. Dalam hal ini, para SFD memaknai doa sebagai sumber persatuan, baik dalam komunitas maupun dalam setiap karya yang dikelola.
BAB IV
KATEKESE DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)