• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOA DAN KARYA PELAYANAN DALAM HIDUP RELIGIUS

A. Doa dalam Hidup Religius

4. Ciri-ciri Doa Kristiani

Yesus pernah bersabda kepada para murid-Nya, “Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Dia akan membalasnya kepada-Mu” (Mat 6:6). Melalui perkataan ini, Yesus ingin menyampaikan kepada para pengikut-Nya bagaimana cara berdoa. Yesus menyebutkan sejumlah ‘kriteria’ atau ciri yang hendak dilakukan ketika berdoa. Dalam berdoa dibutuhkan sikap dan kesungguhan hati yang mendalam. Doa orang Kristen hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Doa Kristen selalu bergerak dalam dua lingkup; lingkup obyektif yang berarti masuk dalam hidup Kristus dan lingkup subyektif yang berarti bahwa doa itu digerakkan oleh rahmat-Nya. Dalam hal ini, Roh Kudus sendirilah yang mempertemukan kedua lingkup itu menjadi satu realita hidup. Roh Kudus itu pula yang mengarahkan manusia kepada Allah Bapa. Doa kepada Allah Bapa itu berasal dari Bapa dan menuju kepada Bapa (Ef 1:4-14). Allah Bapa merupakan sumber kehidupan, segala kebaikan sekaligus tujuan akhir dari kerinduan manusia (Darminta, 1982; 21).

Doa kepada Allah Bapa ini juga merupakan suatu bentuk ungkapan syukur sekaligus harapan atas tindakan Allah (Bapa) yang mau menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus Putera-Nya dalam Roh Kudus. Hal ini dihadirkan dan dinyatakan dalam bentuk doa yang dialamatkan kepada Allah Bapa. Doa berarti pengangkatan, penyerahan, pengungkapan hati manusia kepada kehendak Allah, agar manusia mengalami kemerdekaan sebagai anak-anak Allah (Darminta, 1983: 23).

Dalam arti tertentu, doa kepada Allah Bapa merupakan sebuah bentuk sapaan yang intim antara Bapa dengan Anak, yang tidak dapat dipisahkan melainkan suatu kesatuan yang utuh. Berkat Yesus yang menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, kita juga ikut dipersatukan atau diikutsertakan dalam keputeraan-Nya, sehingga setiap orang (Kristen) disebut sebagai anak Allah (Bapa) juga.

b. Doa dalam Nama Yesus

Doa dalam nama Yesus Kristus mengungkapkan kesatuan orang Kristen dengan Yesus Kristus. Wajar bila dalam berdoa, Gereja selalu menyebutkan nama

Yesus. Yesus menghendaki agar doa dalam nama-Nya dilandasi oleh semangat cinta Kasih. Tanpa cinta kasih doa tidaklah bermakna.

Sebagai seorang religius yang mau hidup selaras dengan Kristus, seseorang perlu menekuni apa yang dikehendaki-Nya seperti ditulis dalam Kitab Suci. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Mengikut Yesus berarti menyesuaikan dan menyatukan pilihan hidup religius dengan pilihan-Nya dan menghidupi nilai-nilai yang Ia wariskan. Dalam hal ini, doa dalam nama Yesus mengungkapkan kesatuan orang Kristen dengan Yesus Kristus. Orang-orang Kristen selalu berdoa dengan menyebut nama Yesus Kristus (Kis 7:59; 9:14). Mereka berkumpul dalam nama Yesus dan berdoa dalam nama-Nya. Yesus ada di tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Dengan demikian, sebagai pengikut Kristus, seorang religius perlu menghayati hidup doa sebagai kesatuan iman dengan Yesus Kristus (Darminta, 1982: 20).

c. Doa dengan Pengantaraan Yesus Kristus

Doa Kristen merupakan doa yang dilakukan dalam kesatuan dan persekutuan rohani dengan Kristus. Yesus dilihat tidak hanya sebagai guru doa orang Kristen, tetapi juga pengantara. Doa-doa orang Kristen selalu dihubungkan dengan pribadi Yesus Kristus. Dialah pengantara setiap doa dan permohonan. Doa dengan pengantaraan Kristus ini mengungkapkan terlaksananya rencana keselamatan Allah dalam diri Yesus. Doa ini tumbuh dari kesadaran iman bahwa dengan kekuatan Yesus, keselamatan menjadi nyata dalam hidup manusia (Darminta, 1981: 21). Berdoa dengan perantaraan Yesus Kristus mengungkapkan

kesatuan dengan-Nya. Oleh karena itu, sebagai pengikut Yesus, orang Kristen perlu menyatukan diri dengan Allah melalui Yesus Kristus sebagai penyelamat dunia.

Keberadaan Yesus sebagai pengantara merupakan sebuah amanat yang pernah disampaikan oleh Yesus sendiri. Dia berkata, “Di luar Aku, kamu tak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Ia adalah satu-satunya jalan untuk sampai pada Allah (Yoh 14: 6). Itulah sebabnya, dalam setiap doa termasuk doa-doa dalam perayaan Ekaristi (doa pembuka, persiapan persembahan, sesudah komuni) atau pun doa-doa pribadi lainnya, Yesus disebut sebagai pengantara. Hal ini diungkapkan dengan jelas dalam perumusan, “Kami menghaturkan doa ini dengan pengantaraan Yesus Kristus Juru Selamat kami” (KWI, 2005: 61). Rumusan ini menjelaskan identitas Yesus sebagai pengantara. Yesus bertindak sebagai utusan Bapa yang menyelamatkan manusia dari dosa (KWI, 1996: 196).

d. Doa dalam Roh Kudus

Sebelum Yesus menjalankan penderitaan-Nya, dalam amanat perpisahan bersama dengan para murid-Nya, Ia bersabda, “Namun benar yang kukatakan ini kepadamu; adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu (Yoh 16: 7). Ini berarti bahwa Roh yang akan diutus akan membimbing serta menguatkan para murid-Nya. Perkataan Yesus ini digenapi-Nya pada hari raya Pentakosta, Hari Turunnya Roh Kudus. Para murid yang mula-mula mengalami ketakutan, akhirnya bersukacita karena Roh Kudus

yang dicurahkan atas diri mereka masing-masing, sehingga mereka berani untuk bersaksi tentang kebangkitan Yesus.

Dalam Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8: 26-27) dikatakan; Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita: sebab kita tidak tahu, bagaimana harus berdoa: tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

Orang-orang Kristen termasuk para religus diminta untuk selalu tekun berdoa dalam Roh Kudus, sebab Roh Kudus adalah Roh Kristus dan jiwa dari tubuh mistik-Nya, yaitu Gereja. Roh Kudus membantu untuk menyempurnakan doa yang dipanjatkan kepada Allah. Ia mempersatukan kita dengan Kristus, dan dalam Kristus satu dengan yang lainnya (Jacobs, 1988: 119).

Sebagaimana telah dijelaskan, seorang religius tidak lepas dari doa, sebab dalam doa, orang menerima kekuatan yang tidak pernah habis. Kekuatan itu berasal dari Roh Kudus. Kekuatan bisa bertahan apabila Roh Allah menjadi penggerak di dalamnya. Roh Kudus membimbing seorang religius agar sadar akan hidupnya secara mendalam. Roh Kudus membimbing dan mengajar religius dalam menanti saat terjadinya keselamatan (Darminta, 1983: 22). Oleh karena itu agar sampai pada penghayatan doa, dibutuhkan suatu pengosongan diri dan sikap keterbukaan akan datangnya Roh Kudus dalam dirinya. Dengan demikian, seluruh gerak dan langkah hidup religius selalu diprakarsai oleh Roh Kudus.