• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUSTER SFD DALAM KARYA PELAYANAN

B. Usulan Program Katekese

1. Contoh Persiapan Katekese Model SCP

a. Identitas

1) Pelaksana : Sr. Skolastika, SFD

2) Nim : 091124037

3) Tema : Menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan melalui

doa-hening dan pertobatan terus-menerus seturut teladan St. Fransiskus Asisi.

4) Tujuan : Bersama peserta, memahami dan menyadari bahwa

menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan melalui doa-hening serta pertobatan terus-menerus akan dapat semakin mendekatkan diri pada Tuhan dan selalu bersyukur atas kebaikan-Nya dalam hidup sehari-hari.

5) Peserta : Para Suster Fransiskus Dina (SFD) 6) Waktu : 90 Menit.

7) Metode : Cerita, sharing, refleksi pribadi, informasi, gerak dan lagu, game/permainan, Tanya Jawab

8) Model : Shared Christian Praxis (SCP). 9) Sarana : - Teks Injil Markus 1:35-39

- Teks lagu

- Film St. Fransiskus dari Asisi - Laptop & LCD

- Lilin dan Salib

- Stefan Leks (2003). Tafsir Injil Markus, Yogyakarta Kanisius.

- Kisah Ketiga Sahabat, (2000) Riwayat Hidup St. Fransiskus Asisi; terjemahan (Cletus Groenen, OFM) Jakarta SEKAFI

b. Pemikiran Dasar

Kita menyaksikan saat ini, ada begitu banyak peristiwa sosial-ekonomi-politik yang negatif seperti korupsi yang semakin merajalela, perang yang membawa kehancuran dan kematian, persaingan ekonomi yang semakin tinggi dan lain sebagainya. Hal ini membuat manusia semakin tidak peduli dengan orang lain. Hati nurani manusia sudah mulai tertutup oleh keegoisan dan keangkuhan hingga menganggap diri sendiri lebih hebat dibandingkan dengan karya Allah. Waktu untuk bekerja dirasa kurang. Setiap hari manusia berlomba-lomba untuk bekerja demi memperoleh harta duniawi sebanyak mungkin. Kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan tidak ada lagi karena semua waktu digunakan untuk bekerja dan bekerja. Padahal, jika disadari, setiap orang perlu menimba kekuatan dari Tuhan sebagai pemberi kehidupan.

Gejala itu juga terjadi dalam diri para SFD, sehingga kedisiplinan untuk hadir menggunakan waktu berdoa sudah mulai mulai menurun. Kesibukan dan kemapanan dalam pekerjaan menjadi penghalang untuk bertemu dengan Tuhan. Kecenderungan seperti ini bukan saja mengganggu hidup rohani pribadi tetapi akan mengganggu pula hidup persaudaraan bahkan dalam tugas pelayanan sebagai SFD. Padahal, keheningan batin perlu diperhatikan dan dipupuk terus-menerus. Godaan-godaan perlu diwaspadai dan dicari solusinya.

Dalam konstitusi dikatakan bahwa doa adalah cara hidup kita. Doa adalah dasar dan penopang hidup kita, karena dalam keheningan dan doa kita dapat merasakan kehadiran Allah. Sebagai seorang religius doa adalah juga nafas hidup kita.

Yesus selalu mengawali karya-Nya dengan doa. Dalam Injil Markus 1:35-39 dituliskan, “pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”. Dengan bercermin pada Yesus, para SFD yang hidup aktif kontemplatif, perlu memberi waktu untuk menimba kekuatan dari Tuhan melalui doa. Doa mengarahkan kita pada karya keselamatan Allah dalam Gereja-Nya. Doa mendorong karya keselamatan, dan karya mendorong untuk memahami keselamatan itu.

c. Pengembangan Langkah-langkah 1) Pembukaan

Para suster yang terkasih, selamat malam dan selamat berjumpa untuk kita semua. Syukur pada Tuhan karena kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul berbagi pengalaman iman sebagai saudara sepanggilan. Sebagai religius SFD kita dipanggil dan diutus untuk menjadi pewarta kabar gembira kepada semua orang. Di samping kesibukan kita sehari-hari, kita perlu menggali dan menimba kekuatan dari Tuhan, seperti St. Fransiskus Asisi yang mempunyai kerinduan untuk menjalin relasi dengan Yesus. Doa-hening selalu menjiwai seluruh hidupnya. Ia telah meninggalkan harta duniawi demi Yesus yang tersalib. Baginya penyerahan diri Yesus kepada kehendak Bapa-Nya menjadi inspirasi dalam hidupnya untuk mengabdi Tuhan.

Yesus telah memberi contoh untuk kita teladani, bahwa di tengah kesibukannya Ia selalu menyediakan waktu untuk berdoa, bertemu dengan Bapa-Nya. Kiranya model doa dan pelayanan Yesus ini menjadi contoh bagi kita dalam hidup sehari-hari sehingga dalam situasi apapun kita tetap menjalin kesatuan dengan-Nya.

2) Lagu Pembuka: “Ku Bersyukur pada-MuYesus” (teks)

3) Doa Pembuka

Allah Bapa yang mahabaik, Engkau telah membuktikan kasih setia-Mu kepada kami hingga sampai saat ini. Kami bersyukur ya Bapa atas kemurahan dan kebaikan-Mu yang kami rasakan sepanjang hari ini, sehingga saat ini Engkau mengumpulkan kami di tempat ini. Bapa yang mahabaik, pada kesempatan ini datanglah di tengah kami, agar kami mampu mengikuti Putera-Mu seperti yang diteladani St. Fransiskus Asisi yang setia dalam doa dan dalam karya pelayanan. Berilah kami sikap peka terhadap kebutuhan sesama kami dan jadikanlah hati kami menjadi tempat kediaman Putera-Mu agar kami mampu memancarkan kasih yang berasal dari pada-Mu. Dan kuasailah hati, budi dan pikiran kami semua, supaya melalui SCP ini kami semakin dikuatkan satu dengan yang lain. Doa dan harapan ini kami mohonkan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I: Pengungkapkan Pengalaman hidup Faktual

 Pemandu memutar film St. Fransiskus Asisi dan mengajak peserta untuk menyimak film tersebut

 Pemandu meminta satu atau dua orang peserta untuk menceritakan kembali isi dari film St. Fransiskus Asisi secara singkat.

Intisari film St. Fransiskus Asisi (oleh pemandu)

Fransiskus adalah seorang anak bangsawan. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, ibunya Dona Picca. Pada masa mudanya, ia hidup dengan penuh kemewahan karena orang tuanya pedagang kain yang amat kaya. Ia disenangi oleh teman-temannya karena murah hatinya, dan tangannya yang boros. Setiap malam Fransiskus bersama teman-temannya meramaikan jalan-jalan di Asisi. Pada waktu itu, dunia diliputi perang. Semua pemuda, termasuk Fransiskus ikut berperang. Ia bercita-cita menjadi seorang satria yang terkenal, tetapi tidak tercapai karena ia merasa terpanggil untuk terlibat dalam karya keselamatan oleh Tuhan. Fransiskus melepaskan dan memberikan seluruh peralatan perang yang dibawanya kepada temannya.

Suatu ketika Fransiskus meninggalkan rumah dan pergi mencari orang miskin dan sakit kusta. Hasil jualan kain dibagi-bagikan kepada orang miskin. Melihat kejadian itu Pietro marah besar dan mempermalukan Fransiskus di depan orang banyak. Pada saat itu juga Fransiskus memberikan segala yang ada dalam tubuhnya kepada ayahnya.

Seorang perempuan bernama Clara terpikat dengan cara hidup Fransiskus yang sederhana dan periang. Clara memberanikan diri dan bergabung dengan Fransiskus. Suatu ketika, Fransiskus mendengar berita bahwa seekor serigala memakan banyak korban dan semua orang takut keluar rumah. Mendengar berita itu, Fransiskus pergi ke tempat serigala itu. Ia mendekati serigala dan mengajaknya untuk berdamai. Akhirnya serigala itu pun tunduk kepadanya.

Menjelang akhir hidupnya, Fransiskus menderita sakit parah. Ia dirawat oleh para pengikutnya termasuk Clara. Sebelum meninggal, Fransiskus menyuruh saudara

Leo menuliskan wejangan untuk para pengikutnya. Jenasah Fransiskus dimakamkan dekat biara St. Clara.

Panduan pertanyaan

 Apa yang terjadi dalam diri Fransiskus sehingga perlengkapan perang dan segala yang ada padanya ditinggalkannya?

 Apakah para suster mempunyai pengalaman yang mirip dengan pengalaman Fransiskus meninggalkan segalanya karena menjadi pengikut-Nya?

Suatu contoh arah rangkuman

Para suster yang terkasih dalam Kristus, dalam film tadi, Fransiskus lebih memilih mengabdi Allah dari pada menjadi seorang satria yang terkenal. Allah telah mengubah keinginannya untuk memperbaiki gereja-Nya yang sudah roboh. Sehingga segala perlengkapan perang tidak lagi menjadi hal yang utama dalam dirinya. Ia menanggapi tawaran Allah dengan bahagia. Fransiskus memberikan apa yang ada padanya kepada temannya dan juga kepada orang tuanya termasuk pakaiannya dan mengikuti Yesus yang miskin dan sederhana.

Kita semua mempunyai pengalaman berbeda-beda, misalnya; mempunyai kesulitan dalam meninggalkan orang tua, sahabat, saudara/i, kebiasaan-kebiasaan kita dan lain sebagainya. Perasaan takut dalam memulai hal yang baru terkadang muncul. Tetapi juga ada orang yang merasa senang meninggalkan segalanya dan tidak mau terikat dengan orang tua, sanank saudara dan lain sebagainya.

Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman cerita di atas dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Bagaimana sikap dan cara para suster dalam menghadapi kesulitan atau kesalahpahaman dalam komunitas dan dalam karya pelayanan.

 Mengapa bersikap demikian? Rangkuman singkat.

Para suster yang terkasih, setelah kita berefleksi atas pengalaman hidup kita sendiri, tampaklah begitu banyak kemungkinan sikap dan cara yang dapat kita ambil. Ada orang yang cepat putus asa dan kecewa karena problema yang dihadapi, baik itu dari diri sendiri, sesama, maupun karena pekerjaan kurang baik, namun ada juga orang yang bersikap penuh iman kepada kehendak Tuhan, dan dengan kerendahan hati mau bertobat dan memafkan, berdoa mohon kekuatan dan ketabahan dari-Nya supaya dapat mencari solusi yang terbaik.

Allah selalu menyadarkan kita entah dalam peristiwa apapun itu. Tergantung pribadi kita menyadari atau tidak. Pengalaman dalam hidup bersama, kerja lapangan seperti; merawat orang sakit, mendampingi anak-anak sekolah, anak-anak asrama dan lain sebagaianya, menuntut sikap pengorbanan. Sikap dan perilaku mereka terkadang menyadarkan dan menguatkan hati kita supaya kita melayani dengan tulus. Selain dalam pekerjaan kita juga disadarkan oleh Allah dengan pengalaman yang beranekaragam itu untuk tetap rajin dan giat dalam berdoa dan bekerja. Doa sangat membantu kita untuk keluar dari kesulitan atau permasalahan dalam hidup. Inilah cara yang dapat membantu kita untuk bisa melaksanakan tugas pelayanan dengan tulus. Dalam keheningan dan ketenangan batin kita dapat melihat karya Allah dalam diri kita juga dalam diri sesama.

Kehadiran Allah dapat kita rasakan apabila kita memberi tempat untuk Dia bersemayam dalam hati kita.

Langkah III: Mengali Pengalaman Iman Kristiani

Salah seorang peserta diminta untuk membaca Injil Markus 1:35-39. Para peserta diberi kesempatan hening sejenak untuk membaca dalam hati dan merenung sabda Tuhan dengan bantuan beberapa pertanyaan:

 Ayat mana yang menunjukan bahwa Yesus selalu bersekutu dengan Bapa-Nya sebelum memulai karya-Bapa-Nya?

 Mengapa Yesus mengajak Simon dan pengikut lainnya pergi ke tempat lain untuk memberitakan Injil?

 Apa yang dapat kita teladani dari makna doa dan pelayanan Yesus untuk kita zaman sekarang ini?

Rangkuman singkat

Para saudari yang terkasih. Ayat yang menunjukkan Yesus bersekutu dengan Bapa-Nya sebelum memulai pekerjaan-Nya terdapat dalam ayat 35

dikatakan ‘pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia

pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Setelah Yesus “berkomunikasi” dengan Bapa-Nya, Ia dikuatkan dan disemangati dalam mewartakan Injil keseluruh dunia.

Yesus mempunyai komitmen dalam tugas yang diemban dari Bapa-Nya: mewartakan Injil Kerajaan Allah. Yesus mengharuskan diri-Nya untuk mewartakan Injil bukan karena orang lain yang mengharuskan tetapi karena misi-Nya. Ia berkeliling mewartakan kerajaan Allah dengan berkotbah, mengajar,

menyembuhkan orang sakit serta mengusir roh-roh jahat. Yang sakit disembuhkan, yang putus harapan diberi peneguhan.

Sebagai pengikut Kristus kita pantas meneruskan komitmen Yesus ini. Kita mesti terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah dengan penuh suka cita, bukan hanya karena tugas kita, dan bukan pula karena orang lain memberikan tugas itu kepada kita. Kita harus memberitakan Injil sesuai tugas dan tanggung jawab kita sebagai para SFD yang dipanggil Tuhan. Sebagaimaan Yesus sendiri berkeliling untuk mewartakan Kerajaan Allah, kita pun dipanggil Tuhan untuk melayani dan berbuat baik kepada semua orang.

Langkah IV: Interprestasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta

1) Pengantar

Para suster yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,

Dalam pembahasan sebelumnya kita akan menemukan tuntutan Yesus bagi para pengikutnya yaitu supaya mengambil waktu untuk beristirahat, berdoa sejenak sebelum memulai pekerjan. Kita sebagai pengikut-Nya dituntut supaya senantiasa berdoa dan menyerahkan kehendak dan kebebasan pribadi kepada-Nya. Meskipun dalam perjalanan hidup, kita sering kurang mampu untuk melasanaknnya karena kita kurang rela untuk menyerahkan kehendak dan kebebasan kita. Namun pada saat ini, Yesus menyadarkan kita kembali kepada panggilan kita sebagai murid-Nya supaya kita berdoa menjalin relasi dengan-murid-Nya dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya.

Agar kita semakin mampu menghayati dan menyandarkan diri kepada-Nya maka, dalam saat hening ini, terlebih dahulu kita akan secara pribadi merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

 Apa makna doa dalam hidup panggilan kita sebagai SFD?

 Bagaimana kita meningkatkan hidup doa menjadi bagian yang terpenting dalam hidup kita?

(Saat Hening diiringi dengan musik Instrumental untuk mengiringi renungan secara pribadi akan pesan Injil dalam situasi konkret. Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya).

Suatu contoh rangkuman

Para suster yang terkasih, dengan jelas Yesus memberi pesan kepada para pengikut-Nya supaya tetap menjalin relasi yang akrab dengan-Nya. Doa adalah sebagai penopang dan kekuatan dalam hidup kita. Doa adalah nafas hidup kita, inspirasi dalam hidup yang membantu kita untuk semakin dekat dengan-Nya. Tanpa doa kita gagal menjadi murid-Nya sebab kita tidak mampu melihat kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk menyerahkan kehendak dan kebebasan pribadi kita kepada-Nya.

Kemalasan untuk menjalin relasi dengan Allah adalah akibat dari kelekatan pada kehendak kebebasan pribadi kita. Maka kita perlu memupuk hidup rohani kita misalnya membuat komitmen dalam diri sendiri untuk menggunakan waktu berdoa dengan baik, mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam kongregasi seperti rekoleksi, retret, seminar dan lain sebagainya. Selain itu, kita juga terlibat dalam kegiatan pastoral dan sosial sebagaimana yang sudah kita mulai. Perlu kita sadari doa tidak bisa lepas dari karya pelayan kita.

Langkah V Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah. Pengantar

Para suster yang dikasihi Tuhan, kita telah menggali pengalaman iman kita dengan kisah St. Fransiskus yang menemukan Allah dalam doanya dan menyadarkan dia untuk bertobat. Buah dari pertobatannya ia melayani Tuhan dengan tulus. Sikap yang kita bangun apabila menghadapi kesulitan/kesalahpahaman adalah berani berkorban, berani berubah dan memasrahkan segalanya kepada rencana dan kehendak Tuhan.

Dalam Injil Markus, kita melihat bahwa sebelum memulai karya-Nya, Yesus selalu berdoa. Kita semua adalah orang yang dipanggil secara khusus, diberi kuasa dan diutus mewartakan Kerajaan Allah. Kita telah menemukan bersama bagaimana doa itu, sungguh bermakna dalam hidup kita yaitu sebagai penopang dan kekuatan dalam hidup kita. Sekarang marilah kita hening sejenak untuk merenung dan memikirkan hal apa yang akan kita buat untuk meningkatakan doa-doa kita supaya doa-doa itu sungguh menjiwai seluruh hidup kita. Dan kita pun melakukan doa itu dengan bahagia.

(Suasana hening diiringi instrument, pendamping memberi tuntunan pertanyaan untuk memikirkan niat-niat pribadi, maupun bersama dalam bentuk keterlibatan baru sebagai berikut):

 Keputusan konkret apa yang dapat dipetik untuk meningkatkan hidup doa kita?

 Apa langkah-langkah untuk mewujudkan rencana konkret kita membantu mereka yang miskin?

(Hening sejenak, kesempatan untuk doa umat spontan yang di awali oleh pendamping kemudian dilanjutkan oleh peserta dan dilanjutkan dengan doa Bapa kami.

4) Doa Penutup

Allah Bapa yang mahabaik dan kekal, puji syukur kami haturkan kepada-Mu atas rahmat, bimbingan dan kehadiran-kepada-Mu dalam pertemuan ini. Kami telah disadarkan kembali akan panggilan dan perutusan kami sebagai SFD. Kami mohon ampun ya Tuhan atas sikap dan kelalaian kami selama ini.

Kami bersyukur pula karena kami telah Kau kuatkan kembali lewat sabda dan pengalaman iman yang telah kami bagi bersama saat ini. Bimbinglah kami dengan Roh kudus-Mu agar kami tetap setia dan mau berkorban dalam tugas pelayanan sesuai dengan kehendak-Mu. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami Amin.

5) Lagu Penutup: Betapa Kita tidak Bersyukur (MB 489)

Contoh persiapan II

a. Identitas

1) Pelaksana : Berliana Simbolon (Sr. Skolastika, SFD) 2) Nim Pelaksana : 091124037

3) Tema : Menjadi pelayan bagi Tuhan dan sesama 4) Tujuan : Bersama peserta menyadari panggilannya

untuk melayani Tuhan dan sesama, sehingga semakin menghayati panggilan dalam hidup dan karya pelayanan

setiap hari dengan demikian semakin bersedia untuk melayani demi kemuliaan Tuhan dan sesama.

5) Peserta : Para Suster Fransiskus Dina (SFD)

6) Waktu : 90 Menit

7) Model : Shared Christian Praxis (SCP)

8) Metode : Sharing, informasi, tanya jawab, refleksi pribadi 9) Sarana : - Teks lagu

- Film Mother Theresia dari Kalkuta - Teks Kitab Suci Injil Yohanes 15: 9 -17 - Laptop & LCD

- Lilin dan Salib

10) Sumber Bahan :- Soenarja, SJ. (1987): Inspirasi batin. Yogyakarta: Kanisius.

- Eko Riyadi, Pr. (2011): Tafsir Injil Yohannes. Yogyakarta: Kanisius.

b. Pemikiran dasar

Kini masyarakat hidup dalam situasi kurang atau bahkan tidak mengenal kasih dan persaudaraan. Orang-orang sedemikian individualis, tidak ada tempat lagi bagi orang lain dalam hatinya. Orang disibukkan untuk mengejar karier, uang, kuasa dan melakukan apa saja demi tujuan-tujuan di atas. Kasih menjadi slogan, sebatas ungkapan indah saja dan berhenti pada taraf kata-kata.

Situasi semacam ini juga sudah mulai merasuk kedalam kehidupan kita sebagai religius; di mana kita kurang memberi perhatian, kurang mendengarkan, kurang saling membantu. ’Kasih’ terkikis oleh situasi hidup kita; tantangan

-tantangan dari luar, godaan-godaan dari dalam diri kita sendiri, misalnya rasa egois, gengsi, gila prestasi sehingga semua waktu dihabiskan untuk belajar dan bekerja sehingga tidak ada waktu untuk orang lain. Persaudaraan menjadi mimpi di awang-awang entah kapan terwujud dalam hidup kita. Makna kata ‘kasih’ dan

‘persaudaraan’ menjadi hambar dan tidak mempunyai kekuatan dalam hati dan

hidup kita baik sebagai pribadi maupun bersama.

Bagi kita kaum religius ‘kasih’ seharusya tetap menjadi esensi dari hidup kita; dan ‘kasih’ hanya mungkin bila kita mau saling menerima, mendengarkan, membantu dan melayani satu sama lain. Adapun wujud dari kasih itu ialah melayani Tuhan melalui sesama lewat kehadiran kita di dalam hidup sehari-hari seperti yang diserukan oleh suster pendiri kita yaitu semangat rajin dan giat.

Injil Yohanes 15:9-17 dengan amat indah menguraikan bagaimana Yesus menghendaki kita untuk saling mengasihi sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya. Dia mengasihi kita sebagaimana Bapa mengasihi Dia. Oleh sebab itu kita diundang untuk saling mengasihi dalam hidup kita setiap hari. Allah adalah kasih sehingga Ia tidak pernah memperhitungkan dosa kita dihadapan-Nya, justru kita di sebut sebagai ‘sahabat‘. Adapun esensi dari kasih itu ialah melayani sesama kita. Yesus menjadi teladan kasih bagi kita. Di masa hidup-Nya, Ia mengasihi dengan melayani banyak orang. Ia sendiri menghadirkan kerajaan Allah yang penuh kasih dengan semangat pelayanan-Nya. Oleh karena itu sebagai pengikuti-Nya lebih-lebih sebagai religius kita hendaknya seperti Yesus menjadi pelaksana kasih dengan melayani sesama lewat kehadiran kita di dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pertemuan ini kita berharap semakin menyadari serta meneladani Yesus yang ‘mengasihi’ semua orang sebagai saudara. Dengan demikian kita semakin mampu saling mengasihi sesama lewat karya pelayanan kita.

c. Pengembangan langkah-langkah Pengantar

1) Pengantar

Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita bersyukur pada Tuhan yang telah mengumpulkan kita di tempat ini. Sebagai SFD kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan buah-buah kasih itu dirasakan dan dialami oleh sesama kita secara khusus dalam komunitas dan setiap karya pelayanan yang kita lakukan. Panggilan yang satu dan sama yang kita terima yang memungkinkan kita berada di sini dan panggilan itu berasal dari Tuhan sendiri agar kita mengalami kasih-Nya dan membagikan kasih itu pula kepada sesama kita lewat karya pelayanan. Karena itu sekarang kita mau melihat, merasakan bagaimana Yesus mengasihi kita selama ini dan bagaimana pula kita membagikan kasih itu hari ini dan pada hari yang akan datang. Semoga juga pada pertemuan ini kita semakin disadarkan betapa berartinya kita dihadapan Tuhan dengan kasih setia-Nya selalu membimbing langkah hidup kita.

2) Lagu Pembuka: Kasih yang sempurna (teks) 3) Doa Pembuka:

Bapa yang mahabaik kami bersyukur dan berterimakasih atas berkat dan kasih sayang-Mu yang Engkau curahkan bagi kami semua. Kasih itu juga yang

mengumpulkan kami dan membuat hati kami menjadi tenang dan bahagia. Hadirlah bersama kami selama pertemuan ini supaya kami boleh menimba kekuatan dari sabda-Mu dan dari kehadiran-Mu dalam diri kami masing-masing. Dengan demikian iman kami semakin tumbuh dan suburlah kasih dalam hati kami masing-masing sehingga persekutuan dan pelayanan kami ini menjadi lebih baik, lebih harmonis dan menjadi persekutuan kasih karena Engkau yang meraja di