• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pemilihan Umum Tentang Pelanggaran Larangan Kampanye. Larangan Kampanye

Diatas telah diuraikan bentuk-bentuk tindak pidana pemilu yang diatur didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008. Salah satu dari tindak pidana dimaksud adalah pelanggaran terhadap larangan kampanye.

Pada Pasal 1 angka (26) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 disebutkan kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk

57

H. Muchsin, Tindak Pidana Pemilu Serta Tugas Peradilan Umum (Menurut UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu), Varia Peradilan No. 275. Op.Cit, hlm. 23 s/d 24.

meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu.

Visi didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan suatu kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan atau wawasan kedepan.58 Masing-masing partai politik mempunya visi dan itulah yang disampaikan didalam kampanye. Salah satu partai politik sebagai peserta pemilu pada Pemilu Legislatif 2009 adalah Partai Keadilan Sejahtera, partai politik ini mempunyai visi Indonesia yang dicita-citakan adalah “Terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat”.59

Misi adalah tugas yang dirasakan masing-masing sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme dan sebagainya.60 Masing-masing partai politik sebagai peserta pemilu legislatif tahun 2009 juga memiliki misi yang diemban. Sebagai contoh berikut dikemukakan misi salah satu partai politik peserta pemilu legislatif tahun 2009 yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Misi Partai Keadilan Sejahtera tersebut adalah:61

1. Mempelopori reformasi system politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi. Mendorong penyelenggaraan system ketatanegaraan yang sesuai dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai kemampuan membangun solideritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas. Melanjutkan reformasi birokrasi dan lembaga peradilan memperbaiki system rekrutmen dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri dan memfokuskannya pada posisi fungsional, untuk membangun birokrasi yang bersih, kredibel, dan efisien.Penegakan hukum yang diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif. Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industry pertahanan nasional. Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan

58

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 640.

59

Platform Kebijakan Pembangunan Falsafah Dasar Perjuangan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Partai Keadilan Sejahtera, (Jakarta: 2008), hlm. 203.

60

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 749.

61

Platform Kebijakan Pembangunan Falsafah Dasar Perjuangan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Partai Keadilan Sejahtera, Op. Cit. hlm. 213, 214.

proporionalitas melalui musyawarah dalam lembaga-lembaga kenegaraan ditingkat pusat, provinsi dan daerah. Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaan.

2. Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakya melalui strategi pemerataan pendapatan, pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan, yang dilaksanakan melalui langkah-langkah utama berupa pelipatgandaan produktifitas sektor pertanian, kehutanan dan kelautan; peningkatan daya saing nasional dgn pendalaman struktur & upgrading kemampuan teknologi; dan membangun sektor-sektor yang menjadi sumber pertumbuhan baru berbasis resurces & knowlwdge. Semua itu dibangun atas landasan (filosofi) ekonomi egaliter yang akan menjamin kesetaraan atau valuasi yang sederajat antara (pemilik) modal dan (pelaku) usaha, dan menjamin pembatasan tindakan spekulasi, monopoli, dan segala bentuk kriminalitas ekonomi yang dilakukan oleh penguasa modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya kesejahteraan bagi seluruh pelaku usaha.

3. Menuju pendidikan yang berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun system pendidikan nasional yang terpadu, komprehensif dan bermutu untuk menumbuhkan SDM yang berdaya saing tinggi serta guru yang professional dan sejahtera. Menuju sehat paripurna untuk semua kelompok warga, dengan visi sehat badan, mental, spiritual, dan sosial sehingga dapat beribadah kepada Allah,Swt untuk membangun bangsa dan Negara; dengan cara mengoptimalkan anggaran kesehatan dan seluruh potensi untuk mendukung pelayanan kesehatan berkualitas. Mengembangkan seni dan budaya yang bersifat etis dan relijius sebagai faktor penentu dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh, disiplin kuat, etos kerja kokoh, serta daya inovasi dan kreativitas tinggi. Terciptanya masyarakat sejahtera, melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat mewadahi dan membantu proses pembangunan berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan kampanye pada pemilu legislatif tahun 2009 Komisi Pemilihan Umum membagi jadual tahapan dan masa kampanye dalam 2 (dua) bagian yaitu:62

62

Lampiran ke-5 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 09 Tahun 2008 tentang Tahapan,

a. Persiapan kampanye:

1. Penyusunan jadwal pelaksanaan kampanye dengan peserta Pemilu. (ditetapkan oleh KPU);

2. KPU memfasilitasi pertemuan antar Peserta Pemilu untuk merumuskan kesepahaman tentang pelaksanaan kampanye yang dilakukan dengan cara sopan, tertib dan edukatif. (dilaksanakan oleh KPU);

3. Penetapan lokasi pemasangan alat peraga untuk pelaksanaan kampanye; (KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Pemerintah/Pemda);

4. Pengaturan pengamanan kampanye berkoordinasi dengan Polri dan instansi terkait lain. (dilaksanakan Polri dan dibantu oleh TNI);

5. Pengaturan pemberian kesempatan yang sama dan pemasangan iklan pemilu dalam rangka kampanye berkoordinasi dengan media cetak dan elektronik. (dilaksanakan oleh KPU/KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota);

b. Pelaksanaan Kampanye. (dilaksanakan oleh Parpol dan calon anggota DPD peserta Pemilu 2009) yaitu:

1. Penyerahan tim pelaksana kampanye (Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) serta anggota DPD kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota:

a. Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, media massa cetak dan elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. (dilaksanakan oleh Peserta Pemilu 2009);

b. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum. (dilaksanakan oleh Peserta Pemilu 2009);

2. Pelaksana kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, media massa cetak dan elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. (dilaksanakan oleh Peserta Pemilu 2009);

3. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum (dilaksanakan oleh Peserta Pemilu 2009);

Menurut ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 kampanye Pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye. Selanjutnya Pasal 78 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan “pelaksana kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, juru kampanye,

Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tahun 2009.

orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

Pada saat melaksanakan kampanye pada pemilu legislatif tahun 2009, partai politik peserta pemilu akan menyampaikan kepada masyarakat tentang visi dan misi masing-masing, hal ini tentunya dalam upaya menarik simpati dari masyarakat supaya nantinya memilih calon legislatif yang diajukan partai politik.

Selain menyampaikan visi dan misi partai politik peserta pemilu tentunya juga akan menyampaikan program-programnya sehubungan kehidupan bernegara kedepan. Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (diketatanagaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan; beberapa partai menyetujui-pemerintah.63

Dalam melakukan kampanye supaya tahapan-tahapan pemilu berjalan dengan lancar dan tertib peserta pemilu haruslah mematuhi tata-tertib dalam berkampanye serta tidak melanggar larangan, larangan dapat diartikan sebagai perintah (aturan) yang melarang suatu perbuatan.64

Adapun hal-hal yang dilarang didalam kampanye pada Pemilu Legislatif tahun 2009, diatur didalam Pasal 84 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 yang menyatakan :

(1). Pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang:

a. Mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Melakukan kegiatan yang menbahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

63

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 897.

64

c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta pemilu yang lain;

d. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat; e. Mengganggu ketertiban umum;

f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta pemilu yang lain;

g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta pemilu;

h. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;

i. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain selain dan tanda gambar dan/atau atribut peserta pemilu yang bersangkutan, dan

j. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye.

(2). Pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan:

a. Ketua, Wakil Ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan dibawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;

c. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia;

d. Pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah; e. Pegawai negeri sipil;

f. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

g. Kepala desa; h. Perangkat desa;

i. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih.

(3). Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf i dilarang ikut serta sebagai pelaksana kampanye.

(4). Sebagai peserta kampanye, pegawai negeri sipil dilarang menggunakan atribut partai atau atribut pegawai negeri sipil.

(5). Sebagai peserta kampanye, pegawai negeri sipil dilarang mengerahkan pegawai negeri sipil dilingkungan kerjanya dan dilarang menggunakan fasilitas negara.

(6). Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i, dan huruf j, ayat (2), dan ayat (5) merupakan tindak pidana pemilu.

Dari ketentuan Pasal 84 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dapat dilihat ada 2 (dua) bentuk larangan sehubungan dengan pelaksanaan kampanye yaitu:

1. Larangan yang ditujukan kepada pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dalam bentuk materi ataupun perbuatan-perbuatan yang dilakukan selama kampanye;

2. Larangan yang ditujukan khusus kepada pelaksana kampanye sehubungan dengan larangan atau tidak diperbolehkannya dalam kegiatan kampanye mengikutsertakan orang perorangan yang memiliki jabatan ataupun pekerjaan sebagai ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan dibawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi, ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia, pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Desa, Perangkat Desa, warga negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih.

Dari uraian diatas tindak pidana pemilu tentang pelanggaran larangan kampanye pada Pemilu legislatif tahun 2009 dapat diartikan segala perbuatan yang melanggar larangan kampanye menurut undang-undang. Larangan dalam pelaksanaan

pertama larangan melakukan sesuatu, kedua larangan mengikut sertakan orang perorangan yang mempunyai jabatan atau pekerjaan tertentu di pemerintahan.

C. Sistem Peradilan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Pemilihan umum