• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Pemilihan Umum Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

A. Pengaturan Tentang Tindak Pidana Pemilihan Umum Dalam Sistem Hukum Di Indonesia. Hukum Di Indonesia

A.2 Tindak Pidana Pemilihan Umum Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Diadalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 terdapat pasal-pasal yang memuat ketentuan tentang tindak pidana pemilu. Adapun pasal-pasal tersebut secara khusus dicantumpan pada Bab XXI berhubungan dengan Ketentuan Pidana yaitu dari pasal 260 sampai dengan pasal 311.

Jika dilihat dari ketentuan pidana pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tindak pidana pemilu dapat terjadi dalam hal :

1. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu, yaitu seperti :

- Kesalahan pada tahapan penyusunan daftar pemilih sementara, ketika ada masukan untuk perbaikan dari masyarakat dan peserta pemilu namun tidak dilaksanakan oleh penyelenggara pemilu;

- Kesengajaan atau kelalaian pada tahapan pelaksanaan verifikasi partai politik calon peserta pemilu sehingga merugikan dan/atau menguntungkan partai politik calon Peserta Pemilu;

- Adanya kesengajaan atau kelalaian pada tahapan kampanye yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan kampanye pemilu yang sedang berlangsung;

- Dengan sengaja mencetak lebih surat suara dari jumlah yang ditentukan; - Karena kelalaian mengakibatkan berubahnya berita acara rekapitulasi

penghitungan perolehan suara;

- Dengan sengaja tidak membuat dan menandatangani berita acara perolehan suara di tempat pemungutan suara;

- Dengan sengaja tidak memberikan salinan satu eksemplar berita acara pemungutan dan penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi peserta pemilu, pengawas pemilu lapangan, PPS, dan PPK melalui PPS;

- Karena tidak menjaga ataupun tidak mengamankan kotak suara, dan tidak menyerahkan kotak suara tersegel berisi kelengkapan setelah pemungutan suara;

2. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh pengawas pemilu yaitu seperti: - Pengawas Pemilu Lapangan dan Panwaslu Kecamatan yang tidak

melaksanakan tugasnya mengawasi penyerahan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPK;

- Pengawas pemilu yang dengan sengaja tidak menindaklanjuti temuan dan/atau laporan pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh anggota Penyelenggara Pemilu pada tahapan penyelenggaraan pemilu;

3. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh peserta pemilu dan atau calon legislatif, yaitu seperti:

- Melanggar larangan kampanye;

- Dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada masyarakat;

- Menerima sumbangan dari sumber-sumber yang dilarang oleh undang-undang;

- Menerima sumbangan dan/atau bentuan yang berasal dari: (a). pihak asing, (b). penyumbang yang tidak jelas identitasnya, (c). Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah, (d). pemerintah desa dan badan usaha milik desa.

4. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh pejabat/aparatur negara, yaitu seperti:

- Pejabat/aparatur negara yang turut serta sebagai pelaksana kampanye padahal menurut undang-undang dilarang;

- Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Desa, dan Perangkat Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa yang ikut serta sebagai pelaksana kampanye , mengerahkan pegawai negeri sipil dilingkungan kerjanya untuk mengikuti

kampanye, atau menggunakan fasilitas negara untuk kampanye, padahal menurut undang-undang dilarang;

5. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh orang perorangan atau suatu lembaga, yaitu seperti:

- Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya;

- Setiap orang yang dengan sengaja memberikan ketrangan yang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih;

- Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan atau dengan menggunakan kekuasaan yang ada padanya pada saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu;

- Setiap orang yang memberi atau menerima dana kampanye melebih batas yang ditentukan oleh undang-undang;

- Setiap orang dengan sengaja mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalanya kampanye pemilu;

- Setiap orang yang mengumumkan hasil survey atau hasil jajak pendapat dalam masa tenang;

- Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilih

tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;

- Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan dan/atau menghalangi seseorang yang akan melakukan haknya untuk memilih atau melakukan kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban dan ketentraman pelaksanaan pemungutan suara;

- Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara mengaku dirinya sebagai orang lain;

- Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja memberikan suaranya lebih dari satu kali di satu atau lebih TPS;

- Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara;

- Seorang majikan/atasan yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya pada pemungutan suara, tanpa alasan yang dibenarkan oleh undang-undang;

- Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau menghilangkan hasil pemungutan suara yang sudah disegel;

- Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan rusak atau hilangnya berita acara pemungutan dan penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang sudah disegel;

- Setiap orang yang dengan sengaja merubah berita acara hasil penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan suara;

- Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau mendistori sistem informasi penghitungan suara hasil pemilu;

- Setiap orang atau lembaga yang melakukan penghitungan cepat dan mengumumkan hasil penghitungan cepat pada hari/tanggal pemungutan suara;

- Setiap orang atau lembaga yang melakukan penghitungan cepat yang tidak memberitahukan bahwa hasil penghitungan cepat bukan merupakan hasil resmi pemilu;

6. Tindak pidana pemilu yang dilakukan oleh korporasi, yaitu seperti:

- Perusahaan pencetak surat suara yang mencetak surat suara melebihi dari jumlah yang ditetapkan oleh KPU;

- Perusahaan pencetak surat suara yang tidak menjaga kerahasiaan, keamanan, serta keutuhan surat suara;

Adapun pihak-pihak yang dapat dikenakan sebagai pelaku tindak pidana pemilu dilihat dari bentuk-bentuk perbuatan yang diancam pidana didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 dapat dikelompokkan menjadi:

1. Penyelenggara pemilu yang menjadi pelaku tindak pidana pemilu; 2. Pengawas pemilu yang menjadi pelaku tindak pidana pemilu;

3. Peserta pemilu dan atau calon legislatif yang menjadi pelaku tindak pidana pemilu;

5. Orang perorangan atau suatu lembaga yang menjadi pelaku tindak pidana pemilu;

6. Korporasi yang menjadi pelaku tindak pidana pemilu;

Diantara subjek hukum yang dapat diklasifikasikan sebagai pelaku tindak pidana pemilu sebagaimana diuraikan diatas, jika penyelenggara pemilu sebagai pelaku tindak pidana pemilu maka dapat dikenakan pidana tambahan, yaitu 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan pidana yang ditetapkan.

Pasal 311 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan “Dalam hal penyelenggara pemilu melakukan pelanggaran pidana pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 260, Pasal 261, Pasal 262, Pasal 265, Pasal 266, Pasal 269, Pasal 270, Pasal 276, Pasal 278, Pasal 281, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal 293, Pasal 295, Pasal 297, Pasal 298, dan Pasal 300, maka pidana bagi yang bersangkutan ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan piadana yang ditetapkan pasal-pasal tersebut.

Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 menurut H. Muchsin adanya politik hukum untuk mencegah tindak pidana pemilu juga tampak dari penambahan sanksi pidana. Dari jenis hukuman bagi pelaku tindak pidana pemilu, sangat bervariasi, tetapi setiap sanksi selalu diakumulasi dengan dua bentuk hukuman, yaitu hukuman badan berupa penjara dan hukuman denda membayar sejumlah uang. Yang juga menarik dalam UU ini adalah setiap sanksi tersebut selalu menyebutkan batas minimal dan batas maksimalnya. Untuk hukman badan (penjara) sanksi paling lama adalah penjara 120 bulan (misalnya pasal 300) dan sanksi paling singkat adalah 3 bulan penjara,

sementara untuk denda paling banyak satu milyar rupiah (misalnya pasal 297). Dan denda paling sedikit adalah tiga juta rupiah.57

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 merupakan undang-undang khusus yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2009 untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Didalam undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana. Dalam hal adanya undang-undang lain seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana (K.U.H.P.) yang mengatur tentang tindak pidana pemilihan umum maka berlaku asas hukum lex specialis derogat legi

generali, artinya suatu undang-undang yang khusus didahulukan berlakunya dari

undang-undang yang umum. Jika terjadi tindak pidana berhubungan dengan pelaksanaan pemilihan umum legislatif tahun 2009 maka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 sebagai suatu undang-undang yang khusus didahulukan berlakunya dari undang-undang yang umum.

B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pemilihan Umum Tentang Pelanggaran