• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Bentuk sastra berbeda karena perbedaan penulis, terdapat pada bait kedua dalam lirik lagu

3.2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Syair Dalam Kritik Sastra Objektif Lirik Lagu

3.2.2.4 ةروصنا /al-ṣuratu/ Bentuk

3.2.2.4.3 Bentuk Sastra Terkait Dengan Makna

Keterkaitan makna di dalam bentuk sastra pada lirik lagu

“ًََلاِّسىا َِلاِْٝد”

/dīna

as-salām/ terdapat pada keindahan rangkaian kata yang merupakan diksi yang dipilih dengan sangat baik dan memperhatikan irama (tipografi) sehingga menimbulkan kesan rasa didalam lirik lagu yang dapat mempengaruhi rasa (emosi) pembaca dan pendengar. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap bait dalam lirik lagu tersebut. Lirik lagu

“ًََلاِّسىا َِلاِْٝد”

/dīna as-salām/ terdiri dari 4 bait yang tersusun dengan padanan kata yang indah. Adapun bentuk sastra tersebut adalah sebagai berikut:

Bait pertama : (lihat lampiran)

Rangkaian kata pada bait pertama terdapat gaya bahasa yang indah yaitu untuk mengungkapkan bumi itu sempit diksi yang dipilih adalah

ْخَحبلالاَسٍَ ِْٜفْنَربلاٍَ

/mātakfī masāhah/ „sempit‟ dan untuk menyatakan rasa bahagia karena cinta menggunakan ungkapan

ْتلالاْيَق َّولالاَم َِْنلالاْسَّ

/naskan kalla qalb/ „kita akan bahagia‟.

Kemudian rangkaian kata tersebut tersusun dan menciptakan irama yang saling

100

menyelaraskan rasa dan makna yang terdapat pada bunyi akhir dari kalimat yaitu kesamaan pada kata

ْخَحبلاَسٍَ

masāhah/ dan

ْخَحبََلاَس

/samāhah/ yang berakhir bunyi konsonan /t/, kemudian kata

تلاُح

/hubb/ dan

ْتلاْيَق

/qalb/ berakhir bunyi konsonan /b maka jika dilihat dari bait tersebut memiliki irama yang disebut sajak aa-bb. Dan makna yang terkandung dalam bait pertama adalah kehidupan yang tidak memiliki toleransi akan menimbulkan perpecahan, permusuhan dan kekacauan di seluruh dunia karena manusia menjadi egois, acuh, tidak peduli kepada orang lain dan hilangnya rasa menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lain. Namun sebaliknya jika manusia hidup dengan perasaan cinta, senang dan kasih sayang serta peduli kepada orang lain maka bumi yang sempit tidak menimbulkan rasa kekurangan di dalam kehidupan karena rasa cinta itulah yang melahirkan toleransi dalam diri manusia.

Bait kedua : (lihat lampiran)

Pada bait kedua terdapat diksi yang indah dan inovatif dalam mengungkapkan perkataan yang sopan, santun, ramah, indah, lemah lembut, jauh dari makna menghina dan mencanci yaitu ungkapan

ًََْلاَنْىا َٚلايْحَأ

/„ahlā al-kalām/ „ucapan manis‟

dan penggunaan kata

بَُّّْٞذلالاىا ا ْ٘لالاَُْْٝص

/zainū ad-dunyā/ „hiasilah dunia‟ yang berarti memperindah, mempercantik dan memperelok dunia, kata „hiasi‟ digunakan untuk menyampaikan kepada pembaca dan pendengar dengan bahasa yang menarik, indah dan menimbulkan rasa senang ketika lagu dinyanyikan. Padanan kata dalam bait tersusun dengan baik yang mengandung irama yaitu terdapat pada bunyi akhir dari kalimat yaitu kesamaan pada kata

ًََلالاَس ْىا

/as-salām/ dan

ًََْلالاَنْىا

/al-kalām/ yang berakhir bunyi konsonan /m/, kemudian kata

ًْاَشلاِز ْخ ا

/khtirām/ dan

ًْبلاَسِزْثا

/abtisām/

berakhir bunyi konsonan /m/ maka jika dilihat dari bait tersebut memiliki irama yang disebut sajak aa-aa. Adapun makna yang dapat dipahami pada bait diatas adalah toleransi dapat tercipta dalam kehidupan masyarakat apabila di sebarkan melalui

101

prilaku mulia dan damai, dengan bahasa yang sopan dan gerakan tubuh yang penuh dengan rasa hormat kepada orang lain, dan mengajak atau menegur orang lain dengan perasaan penuh perhatian dan mengasihi serta rasa ihklas dan sabar yang membentang senyum pada diri sendiri an orang lain.

Bait ketiga : (lihat lampiran)

Padanan kata yang digunakan pada bait ketiga sangat sederhana dan indah dalam menyatakan Agama Islam yaitu dengan ungkapan

ًََْلاَّسىا َِلاِْٝد

/dīna as-salām/

„agama perdamaian‟, hal tersebut memberikan makna yang dalam dan menghaluskan gaya bahasa tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam yang memerintahkan umatnya untuk senantiasa bersifat damai dan memberi kedamaian kepada orang lain.

kesesuaian bentuk bahasa yang dirangkai pada bait diatas menciptakan irama yang terdapat pada bunyi akhir dari kalimat yaitu kesamaan pada kata

ًْبََّلأا

/al-„anām/ dan

ًَََّْسىا

/as-salām/ yang berakhir bunyi konsonan /m/, kemudian kata

ًََْلاَّسىا

/as-salām/

dan

ًََْلاَنْىا

/al-kalām/ berakhir bunyi konsonan /m/ maka jika dilihat dari bait tersebut memiliki irama yang disebut sajak aa-aa. Kemudian makna yang terkandung pada bait tersebut adalah toleransi hanya dapat dilakukan oleh manusia karena memiliki akal untuk dapat membedakan yang benar dan salah, oleh sebab itu sikap toleransi itu harus dibagikan atau disebarkan kepada manusia lainnya agar tercipta tatanan masyarakat yang sejahtera.

Bait keempat : (lihat lampiran)

Pada bait keempat menggunakan diksi yang memberikan keindahan pada bait tersebut yaitu pada

بَُّّْٞذلالاىا ا ْ٘لالاَُْْٝص

/zainū ad-dunyā/ „hiasilah dunia‟ yang berarti memperindah, mempercantik dan memperelok dunia, dan ungkapan

ًََْلاَّسىا َِلاِْٝد

/dīna

as-salām/ „agama perdamaian‟ yang berarti untuk mengungkapkan Agama Islam yang menyerukan untuk bersikap damai. bait tersebut mengandung irama yang

102

terdapat pada bunyi akhir dari kalimat yaitu kesamaan pada kata

ًْاَشلاِز ْخ ا

/khtirām/

dan

ًْبلاَسِزْثا

/abtisām/ yang berakhir bunyi konsonan /m/, kemudian pada kata

ًْبلاََّلأا

/al-„anām/ dan

ًََْلاَّسىا

/as-salām/ berakhir bunyi konsonan /m/ maka jika dilihat dari bait tersebut memiliki irama yang disebut sajak aa-aa. Dan makna yang dapat dipahami adalah setiap manusia haru memperindah dunia dengan sikap hormat yaitu menghargai dan rendah hati dalam bertindak, sikap tersebut di lakukan dengan perasaan penuh cinta dan keikhlasan yang terlihat dari senyuman yang kita perlihatkan kepada orang lain dan toleransi dapat terwujud apabila setiap orang dapat menyebarkannya kepada orang lain.

3.2.2.4.4 Bentuk Sastra Berbeda Karena Perbedaan Penulis

Pada lirik lagu

“ًََِّسىا َِِْٝد”

/dīna as-salām/ bentuk sastra karena perbedaan penulis dilihat dari pengekpresian perasaan yang dituangkan dalam variasi bahasa dan makna kata yang digunakan oleh para penyair . Hal ini bertujuan untuk dapat memahami makna yang ada dari perspektif yang berbeda-beda karena dalam memahami sebuah karya sastra seseorang bebas menginterpretasikan makna yang terkandung di dalam lirik lagu tersebut. Lirik lagu tersebut akan dibandingkan yaitu bait kedua dengan lirik lagu

لٞيػ ًَس ٜجّ بٝ

/yā nabiy salām „alaika/ oleh Maher Zain sebagai berikut:

Bait kedua :

َٗ ْخَِٞحَزْثَأ ًَََْسْث

ًَََْنْىا َٚيْحَأ اُْٗشُشَّْا ًْاَشِز ْخ بَُّّْٞذىا ا َُْْْ٘ٝص ًْبَسِزْثاَٗ ْخَّجَحََْثَأ

/‟abtahiyah wabsalāam/

/‟ansyurū „ahlā al-kalām/

/zainū ad-dunyā khtirām/

/‟abmahabbah wabtisām/

103 Melalui prilaku mulia dan damai

Sebarkanlah dengan ucapan manis Hiasilah dunia dengan sikap yang hormat Dengan cinta dan senyuman

Lirik lagu

لٞيػ ًَس ٜجّ بٝ

/yā nabiy salām „alaika/ oleh Maher Zain : Bait ketiga :

لٞيػ ًَس ٜجّبٝ

ه٘سس بٝ

لٞيػ ًَس

ٜجٞجح بٝ

لٞيػ ًَس

الله دا٘يص لٞيػ ًَس

/yā nabiy salām „alaika/

/yā rasūl salām „alaika/

/yā habibiy salām „alaika/

/ṣalawātu allahu salām „alaika/

Wahai nabi keselamatan tercurah kepadamu Wahai rasul keselamatan tercurah kepadamu Wahai kekasihku keselamatan tercurah padamu Semoga shalawat rahmat Allah tercurah atasmu

Pada bait kedua dan bait ketiga lirik lagu diatas adalah bentuk sastra berbeda karena perbedaan penulis dapat dilihat dari makna bahasa yang digunakan yaitu kata

ًَلاس

/salām/ „kedamaian, keselamatan‟. Kata

ًَلاس

/salām/ yang dimaksudkan pada

bait kedua lirik lagu

“ًََلاِّسىا َِلاِْٝد”

/dīna as-salām/ ditujukan kepada manusia yang berarti kedamaian atau juga dapat disebut sebagai toleransi karena kedamaian dapat tercipta dengan adanya sikap toleransi dalam kehidupan. Kedamaian dengan sikap toleransi antar sesama dapat berupa rasa saling menyanyangi, mencintai, mengasihi, menghormati dan menghargai, membantu satu sama lain, peduli, perhatian, memahami perbedaan dan menjaga persatuan demi keutuhan bersama sehingga jauh dari permusuhan dan perpecahan di dalam suatu wilayah, bangsa dan negara.

104

Sedangkan esensi dari kata

ًَلاس

/salām/ pada lirik lagu

للاٞيػ ًَلاس ٜلاجّ بلاٝ

/yā nabiy salām „alaika adalah pengekspresian cinta, penghormatan, sanjungan, shalawat, keselamatan, berkah yang disampaikan umat Islam kepada Rasulullah yang merupakan kekasih Allah. Pembuktian cinta kepada Rasulullah itu dapat dilakukan dengan mengikuti dan meneladani ajaran Islam yang disampaikannya yang merupakan anugerah dari Allah SWT. Rasa cinta itu melahirkan sikap hormat umat Islam kepada Rasulullah dan harapan memperoleh syafaatnya di Yaumil Akhir kelak.

Cinta terhadap Rasulullah tak lepas dari cinta seorang hamba kepada Allah karena setiap ajaran yang di sampaikan Rasulullah adalah untuk menjalankan kewajiban dan hak sebagai seorang muslim yang tujuannya semata hanya untuk mendapatkan keridaan Allah SWT.

105 BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dengan memperhatikan hasil temuan dan uraian dari analisis lirik lagu

“ َِلاِْٝد

ًََلاِّسىا”

/dīna as-salām/ maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu tersebut memenuhi unsur-unsur sastra dalam perspektif kritik sastra objektif untuk dapat dikategorikan sebagai karya sastra berupa lirik lagu dan memiliki fungsi kritik sastra yang berguna dalam menopang perkembangan ilmu sastra yang diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi kritik sastra terhadap lirik lagu

“ًََِّسىا َِِْٝد”/

dīna as-salām/ yaitu mampu menjelaskan karya sastra dalam mengungkapkan isi, makna dan maksud yang terkandung di dalam seluruh lirik lagu tersebut, kemudian kritik sastra dapat memeluruskan kekeliruan dari lirik lagu yang terdapat pada bait pertama dan kedua berdasarkan kaidah-kaidah logika dan moral yang dapat diamalkan dari lirik lagu, dan hasil temuan serta analisis dari setiap bait dalam lirik lagu tersebut dapat memberikan sumbangan dan membantu para ahli, pembaca, dan peneliti selanjutnya dalam mengetahui, menambah wawasan, referensi dan menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam perspektif kritik sastra objektif terhadap lirik lagu “وَلَِّسنا َهْيِد”/ dīna as-salām/ atau pada objek lainnya.

2. Dalam kritik sastra objektif terhadap lirik lagu

“ًََِّسىا َِِْٝد”

/ dīna as-salām/

ditemukan unsur-unsur intrinsik syair yaitu sebagai berikut : a.

خ فطبؼىا

/Al-`Aṭifah / Rasa

106

Setelah dianalisis lirik lagu

“ًََِّسىا َِِْٝد”

/dīna as-salām/ memenuhi ukuran-ukuran (miqyas) dalam menilai rasa

)خفطبؼىا(

sebagai berikut :

1.

خلافطبؼىا ذلاص

/shidq al-„athifah/ kebenaran rasa, didapati pada setiap bait dalam lirik lagu. Pada bait pertama yaitu

ْخ َحبلاَسٍَ ِْٜفْنَربلاٍَ

/mātakfī masāhah/ „sempit‟,

ََلاِث ْخَحبََلالاَس

/bilā samāhah/ „tanpa toleransi‟,

ْتلالاُحِث بَْلالاْشَٝبَؼَر

/ta‟ā yasynā bihub/ „hidup dengan cinta‟ dan

ْتلاْيَق َّولاَم َِْنلاْسَّ

/naskan kalla qalb/ „kita akan bahagia‟, kemudian bait kedua yaitu

ًََْلاَسْث َٗ ْخلاَِٞحَر

/tahiyah wabsalāam/ „prilaku mulia dan damai‟ dan

ًَََْنْىا َٚيْحَأ

/„ahlā al-kalām/ „ucapan manis‟, selanjutnya pada bait ketiga yaitu

َ٘لإُ اّزَٕ

ًََْلالاَّسىا َِلالاِْٝد

/haża huwa dīna as-salām/ inilah agama perdamaian dan pada bait keempat yaitu kata

ْخَّجَحٍَ

/mahabbah/ „cinta‟ dan

ًْبَسِزْثا /

ibtisām/ „senyuman‟.

2.

خفطبؼىا ح٘ق

/quwah al-„athifah/ kekuatan rasa, terdapat pada setiap bait dalam lirik lagu. Pada bait pertama yaitu kata

ْخَحبََلاَس

/samāhah/ „toleransi‟ dan

ْتلاُح

/ bihubb/

„cinta‟ , kemudian pada bait kedua yaitu

ًََْلاَسْث َٗ ْخلاَِٞحَر

/tahiyah wabsalāam/ „prilaku mulia dan damai‟, selanjutnya pada bait ketiga yaitu kata

ًْبلاََّلأا

/al-„anām/ „insan‟ dan bait keempat yaitu pada ungkapan

ًَََّْسىا َِِْٝد

/dīna as-salām/ „agama perdamaian‟.

3.

خلافطبؼىا ذلاجث

/tsabat al-`aṭifah/ kelanggenggan rasa, terdapat pada bait pertama dalam lirik lagu yaitu pada lirik

ْتلاُحِث بَْلاْشَٝبَؼَر ُِْاَٗ

/wa „in ta‟ā yasynā bihub/ „jika hidup dengan cinta‟ dan

ْتلاْيَق َّولاَم َِْنلاْسَّ ِضْسَلاا ِقْٞلاِضَر ْ٘لاَى

/law taḍiqi al-„arḍi naskan kalla qalb/ „meski bumi sempit kita akan bahagia‟.

4.

خلافطبؼىا ع ٘ لاْر

/tanawu‟ al-„athifah/ ragam rasa, terdapat pada setiap bait dalam lirik lagu. Pada bait pertama lagu yaitu

ْخَحبلاَسٍَ ِْٜفْنَربلاٍَ

/mātakfī masāhah/ „sempit‟, kata

ْخَحبََلاَس

/samāhah/ „toleransi‟,

ّْتلاُح

/hubb/ „cinta dan

ْتلاْيَق

/qalb/ „hati‟, kemudian pada

107

bait kedua yaitu

ْخلاَِٞحَر

/tahiyah/ „prilaku mulia‟,

ًََْلاَس

/salāam/ „damai‟,

ًََْلاَنْىا َٚلايْحَأ

/„ahlā al-kalām/ „ucapan manis‟,

ًْاَشلاِز ْخِا

/‟ikhtirām/ „sikap hormat‟,

ْخلاَّجَحٍَ

/mahabbah/

„cinta‟ dan

ًْبلاَسِر /

tisām/ „senyuman‟, selanjutnya pada bait ketiga yaitu

ْخلاَِٞحَر

/tahiyah/

„prilaku mulia‟,

ًََْلاَس

/salāam/ „damai‟,

ًََْلاَنْىا َٚلاي ْحَأ

/„ahlā al-kalām/ „ucapan manis‟

dan pada bait keempat yaitu

ًْاَشلاِز ْخِا

/‟ikhtirām/ „sikap hormat‟,

ْخلاَّجَحٍَ

/mahabbah/

„cinta‟ dan

ًْبَسِر /

tisām/ „senyuman‟.

5.

خلافطبؼىا َ٘س

/sumuw al-„athifah/ tingkat rasa, terdapat dalam bait kedua, bait ketiga dan bait keempat dalam lirik lagu yaitu pada lirik

ًْاَشلاِز ْخ بَُّّْٞذلاىا ا ْ٘لاَُْْٝص

/zainū ad-dunyā khtirām/ „hiasi dunia dengan sikap hormat‟.

b.

هبلاٞخىا

/al-khayalu/ imajinasi yang terkandung dalam lirik lagu yaitu

سبلانزثا هبلاٞخىا

/khayal ibtikari / imajinasi kreatif, terdapat pada bait pertama, kedua dan ketiga dalam lirik lagu dan

لاٞى للار هبٞخىا

/khayal ta`lifi/ imajinasi asosiatif, terdapat pada bait ketiga dalam lirik lagu.

c.

حشنفىا

/al-fikratu/ gagasan lirik lagu

“ًََِّسىا َِِْٝد”

/dīna assālam/ terdapat pada setiap bait dari lirik lagu tersebut. Pada bait pertama mengandung tema urgensi makna

تُح

/hubb/ ‟cinta dan

ْخَحبَََس

/samāhah/ „toleransi‟ dalam kehidupan manusia, pada bait kedua temanya adalah

ْخَِٞحَر

/tahiyah/ „prilaku mulia‟, kemudian pada bait ketiga yaitu menyebarkan kebaikan kepada setiap insan dan pada bait keempat temanya adalah agama rahmatan lil‟alamin.

d.

حس٘صىا

/al-ṣuratu/ bentuk dalam lirik lagu

“ًََلاِّسىا َِِْٝد”

/dīna assālam/ terdiri dari bahasa sastra bersifat lugas yang terdapat dalam setiap bait dalam lirik lagu, bahasa sastra berbeda karena perbedaan perasaan yang terdapat dalam bait ketiga dan keempat dalam lirik lagu, bentuk sastra terkait dengan makna yang terdapat

108

pada setiap bait dari lirik lagu yang dilihat dari pilihan diksi, irama dan makna yang terkandung di dalamnya, dan bentuk sastra berbeda karena perbedaan penulis terdapat pada bait kedua dalam lirik lagu dengan membandingkannya pada bait ketiga lirik lagu

للاٞيػ ًَلاس ٜلاجّ بلاٝ

/yā nabiy salām „alaika yang dilihat dari makna bahasa yang digunakan yaitu kata

ًَلالاس

/salām/ „kedamaian, keselamatan‟. Pada bait kedua adalah kedamaian yang ditujukan kepada setiap manusia yang dapat tercapai dengan toleransi diantara umat manusia sedangkan bait ketiga lirik lagu

للالاٞيػ ًَلالاس ٜلالاجّ بلالاٝ

/yā nabiy salām „alaika menunjukkan penghormatan, sanjungan, dan shalawat kepada Rasulullah dengan harapan memperoleh syafatnya di akhirat kelak.

4.2 SARAN

Untuk meningkatkan kemampuan bidang sastra dalam prodi sastra Arab, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlunya melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kajian ilmu balagah, karena kajian sastra tidak lepas dari ilmu balagah.

2. Kepada teman-teman mahasiswa diharapkan mampu lebih banyak menggali ilmu bahasa Arab, nahwu, Ilmu dilalah, ilmu balagah. Karena sangat berkaitan dengan kajian Al-Qur'an ataupun Hadits, sya'ir dan prosa baik dalam lingkup tela'ah linguistik maupun sastra, untuk dapat mengetahui keindahan gaya bahasa dalam karya Sastra Arab dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

109