• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Penutup Lantai dan Dinding

Dalam dokumen LPSE Kabupaten Boyolali D BPMPPT DPU CK (Halaman 176-187)

BAB XIV. BENTUK DOKUM EN LAIN

3,000X2,000 METER ) SEBANYAK 1 BUAH

IV. PEKERJAAN CAT

2. Pekerjaan Penutup Lantai dan Dinding

1. Lingkup kerja :

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan keramik pada lantai, dinding dan kamar mandi sesuai dengan gambar.

2. Material :

Penutup lantai yang digunakan berupa bahan granite 60x60 cm polished Kualitas I ex. Innesa Lokal, keramik 30x30 cm unpolished/textured Kualitas I ex. KIA, dan keramik 20x20 cm unpolished/textured Kualitas I ex. KIA. Untuk keramik dinding menggunakan bahan ceramic 20x25 cm dan ceramic 20x20 cm polished Kualitas I ex. KIA, untuk penutup dinding ruangan dalam pelayanan publik menggunakan bahan marmer lampung.

3. Pelaksanan

a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapatkan persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing. b. Keramik yang masuk ketapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan

warna yang telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran dan tekstur serta bentuk harus seragam keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak dipasang.

c. Pemasangan penutup lantai boleh dilakukan bila instalasi M & E pada lantai sudah selesai.

d. Untuk keramik jenis acian semen, keramik harus direndam air sehingga jenuh air terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk keramik jenis adhesive keramik, keramik tidak boleh direndam air.

e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar harus diatur sehingga memungkinkan pada keramik dengan ketebalan yang berbeda permukaan finisnya terpasang rata.

f. Header / kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan teodolit.

g. Aduk semen untuk screeding dibuat dengan perbandingan 1 Pc : 3 pasir, aduk perekat dengan perbandingan 4.5 kg adhesive dengan 1 liter air.

h. Lantai harus benar – benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang ditentukan dengan mempunyai kemiringan.

potongan yang rata, tidak bergerigi.

k. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan menempatkan rambu atau tanda.

l. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan natnya, tidak kosong aciannya, tidak retak dan tergores, beda tinggi keramik (plin) maksimal 1 mm.

m. Keramik boleh di-grouting atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus seragam, harus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan grouting. Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk ruangan muai – susut.

D. PEKERJAAN BETON

Pekerjaan Beton Meliputi Pekerjaan pondasi footplat, pekerjaan sloof, pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pekerjaan plat atap,dan pekerjaan water proofing plat atap.

1. PEKERJAAN PONDASI FOOT PLAT

1. Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan pondasi footplat meliputi semua pekerjaan pembuatan pondasi footplat beton bertulang, yang ditunjukkan gambar rencana mulai dari pekerjaan galian, lantai kerja, pekerjaan pembersihan, pekerjaan beton, serta pengurugan kembali.

2. Pelaksanaan Pekerjaan :

a. Pekerjaan galian tanah pondasi :

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah pondasii meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan, rencana tempat pembuangan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.

2. Kedalam dan bentuk galian harus sesuai dengan gambar perencanaan. 3. Penempatan tanah bekas galian tidak boleh mengganggu pekerjaan lain. b. Pekerjaan lantai kerja :

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat– ambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan lantai kerja meliputii volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan, rencana tempat pembuangan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi, disertai gambar shop drawing.

2. Lantai kerja dibuat dari beton setara K-225.

3. Tebal lantai kerja harus sesuai dengan gambar rencana.

4. Lantai kerja harus rata permukaannya dan diperiksa kemiringannya dengan waterpass.

dicor.

2. Jarak bersih antara besi terluar dan begisting 25 mm. 3. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.

4. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.

5. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6. 6. Penjaga sambungan mimimum 40 diameter tulang pokok. d. Pekerjaan Begisting :

1. Bahan begisting kotak menggunakan papan kayu ukuran 2 x 20 x 200 cm. 2. Pelaksanaan Pekerjaan :

• Sebelum memulai pekerjaan, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja meliputi alat, tenaga, alur kerja, jadwal dan shop drawing.

• Panel begisting diperiksa sesuai dengan shop drawing.

• Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau sejenisnya.

• Begisting harus diperiksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan terikat benang.

• Level lantai begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish. e. Pekerjaan Cor Beton :

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan lantai kerja meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan, rencana tempat pembuangan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.

2. Kuat desak beton : sekualitas K 225 (Beton Ready Mix).

3. Sebelum dicor, lantai kerja harus bersih dari sisa–sisa pekerjaan sebelumnya atau kotoran – kotoran.

4. Material begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspos) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah di buka, untuk begisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.

5. Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek minimal 40 kali diameter tulang pokok.

6. Pengaturan jarak penutup beton harus terpasang pada tempatnya, dan batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.

7. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, tekanan material, dan alat pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya. 8. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang

10.Pengadukan beton, untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton dari ready mix, dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.

11.Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulang diajaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting harus selalu diperiksa selama pengecoran.

12.Pemadatan beton manual dengan dutusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm. pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting dan atau tulangan. Getaran terlalu lama tidak diperbolehkan karena mengakibatkan segregasi.

13.Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 14 cm minimal 10 cm.

14.Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar. Pengambilan beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir) dengan volume + 5 m3 . pengujian silider percobaan harus dilakukan di laboraturium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

15.Beton yang dicor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan material. f. Pembongkaran Begisting dan Perawatan Beton :

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat – lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Pembongkaran Begisting dan Perawatan Beton meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan, rencana tempat pembuangan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.

2. Alat yang digunakan untuk membongkar begisting tidak boleh merusak permukaan beton.

3. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hinggga tidak terjadi penguapan cepat. 4. beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

g. Material : 1. Semen :

• Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) sekualitas “Gersik”.

• Harus dipakai 1 buah merek semen untuk seluruh pekerjaan.

• Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah / utuh, tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.

• Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).

• Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.

• Mempunyai variasi besar butir (gradasir) yang baik dengan ditunjukkan dengan nilai modulus halus butir antara 1,50 – 3,80.

• Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka. 3. Agregat Kasar :

• Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur permukaan keras, butir – butirnya tajam, kuat dan tidak bersudut.

• Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan tidak lebih besar dari ¾ jarak bersih antara baja tulang atau jarak baja tulang dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.

• Kasar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh mengandung garam.

4. Air

• Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram / liter.

• Tidak mengandung garam – garam yang dapat merusak beton (asam, zat organic lainnya) lebih dari 15 gram / liter.

• Tidak mengandung chloride (CL) lebih dari 0,5 gram / liter.

• Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.

• Apabila dipandang perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada Penyedia Jasa Konstruksi supaya air dipakai diperiksa di laboraturium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Jasa Penyedia Konstruksi. 5. Besi dan Beton Bendrat

• Foot plat (FP 1) ukuran 100 x 100 cm tulang pokok menggunakan besi diameter 12 mm (ulir) dengan tegangan leleh 3600 Mpa dan besi diameter 8 mm (polos) dengan tegangan leleh 2400 Mpa untuk tulang penutup atas.

• Bawah pondasi foot plat lantai kerja beton tebal 5 cm dan urugan pasir dipadatkan tebal 10 cm.

• Kawat pengikat besi beton / rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.

2. PEKERJAAN SLOOF

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan sloof adalah pekerjaan pembuatan sloof beton bertulang sesuai dengan gambar perencanaan, baik dimensi sloof maupun besi yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan Pekerjaan a. Pekerjaan Pembersihan

2. Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembersihan pada area yang akan di cor harus sesuai dengan gambar kerja.

3. Penjaga sambungan minimum 40 diameter tulang pokok. 4. Jarak bersih antara besi terluar dan begisting 25 mm. 5. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.

6. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dam material lain yang mengurangi lekatan antara besi dan beton.

7. Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan. 8. Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan. 9. Pembongkaran besi dengan kemiringan 1 : 6.

3. Pekerjaan begisting

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapatkan persetujuan dari tim pengawas jasa kontruksi dan konsultan manajemen konstruksi, disertai gambar shop drawing.

2. Penyedia jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai pekerjaan yang disetujui konsultan manajemen konstruksi dan tim pengawas jasa konstruksi.

3. Bahan begisting cetakan / begisting sisi – sisinya siku.

4. Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau sejenisnya.

5. Begisting harus diperiksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan tarikan benang. 6. Level lantai begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

7. Untuk kebutuhan instalansi M & E, lebar sparing pada sloof maksimal 1/5. 8. Luas total pipa maksimum 4%.

4. Pelaksanaan Cor Beton

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat – lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan sloof meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapatkan persetujuan dari tim pengawas jasa kontruksi dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing untuk mengecek.

2. Kuat desak beton rencana : sekualitas K 225 (beton ready mix).

3. Sebelum dicor, lantai kerja harus bersih dari sisa–sisa dari pekerjaan sebelumnya atau kotoran – kotoran.

4. Pengadukan beton untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton dari ready mix, dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.

diameter.

7. Pengaturan jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. Dan batas ketinggian cor harus dibatasi dengan jelas.

8. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur–angkur harus terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.

9. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.

10.Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang cukup dan dipersiapkan perlindungan hujan.

11.Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk untuk mendapatkan beton yang homogen.

12.Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan–bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.

13.Penuangan adukan beton harus tetap dijaga agar didapatkan beton yang monofit. Selama penuangan beton dijaga agar cetakan maupun tulang tidak berubah posisi.

14.Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh sampai menyentuh begisting dan atau tulang. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperboleh karena akan mengakibatkan registrasi. 15.Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kepekaan atau

kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 14 cm minimal 10 cm. 16.Untuk keperluan kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.

Pengambilan contoh dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai, bila pengambilan dilakukan pada truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari mesin pengaduk (awal, tengah, dan akhir). 17.Pengujian silinder percobaan harus dilakukan dilaboraturium yang disetujui oleh

Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.

18.Beton yang baru saja dicor harus dilindungi dari dari lalu lintas orang dan material. 5. Pembongkaran begisting dan perawatan beton

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan bongkaran begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan.

2. Pembongkaran begisting harus mendapat persetujuan dari konsultan Pengawas.

3. Alat yang digunakan untuk membongkar begisting tidak boleh merusak permukaan beton.

4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehinggga tidak terjadi penguapan cepat. 5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

6. Material 1. Semen

sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak. 2. Agregat Kasar :

• Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasan dan padat .

• Dimensi maksimum dari agregat tidak lebih dari 4 cm dan tidak lebih besar dari ¾ jarak bersih antara baja tulang atau jarak baja tulang dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.

• Kasar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh mengandung garam.

2. Agregat Halus :

• Pasir harus terdiri dari butir – butir yang tajam, kuat dan bersudut.

• Bebas dari bahan – bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.

• Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan nilai modulus halus butir antara 1,50 – 3,80.

• Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”. 3. Air

• Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram / liter.

• Tidak mengandung garam – garam yang dapat merusak beton (asam, zat organic lainnya) lebih dari 15 gram / liter.

• Tidak mengandung khlorida (CL) lebih dari 0,5 gram / liter.

• Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.

• Apabila dipandang perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada Penyedia Jasa Konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboraturium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Jasa Penyedia Konstruksi.

4. Besi beton dan bendrat

• Sloof S01 dengan ukuran 20x30 cm Tulang pokok menggunakan besi diameter D 16 mm (ulir) mm dengan tegangan leleh 3600 Mpa sengkang Ø 8 (polos) mm dengan tegangan leleh 2400 Mpa, dibuktikan sertifikat uji tarik baja dari laboraturium yang disetujui Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.

• Sloof Praktis SP dengan ukuran 15x20 cm Tulang pokok menggunakan besi diameter D 12 (polos) mm dengan tegangan leleh 2400 Mpa sengkang Ø 8 (polos) mm dengan tegangan leleh 2400 Mpa, dibuktikan sertifikat uji tarik baja dari laboraturium yang disetujui Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.

• Kawat pengikat besi beton / rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh dengan seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0, 40 mm.

a. Pekerjaan Pembesian

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembersihan, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas,yang disertai gambar shop drawing.

3. Kuat desak beton rencana : sekualitas K 225 (Beton Ready Mix), untuk beton kolom praktis dan balok latiu bisa menggunakan beton site mix.

4. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter besi, jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang akan dicor. 5. Pasang besi beton slab, sesuai dengan design.

6. Cor beton slab.

6. Panjang sambungan besi minimum 40x diameter besi. 7. Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 2,5 cm. 6. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.

7. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.

8. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6

9. Posisi sleeve/conduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi maksimum 1/5 h balok.

b. Pekerjaan Begisting :

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapatkan persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Kontruksi dan Konsultan Pengawas.

2. Bahan Begisting perancah/stinger : cetakan/begisting sisi–sisinya siku. 3. Pelaksanaan pekerjaan :

• Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak skoor–skoor penguat diperiksa sesuai dengan shop drawing.

• Sambungan panel begisting harus dapat dengan ditutup sealtape atau sejenisnya.

• Begisting harus diperiksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan tarikan benang.

• Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadao level finish.

• Untuk kebutuhan instalansi M & E luas total selevel/pipa maksimum 4% dari luas penampang kolom.

akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

b. Kuat desak beton rencana : sekualitas K 225, (Beton Ready Mix).

c. Sebelum pengecoran, Begisting harus bersih dari sisa–sisa dari pekerjaan atau kotoran– kotoran.

d. Material begisting sudah dilapisi dengan oil bekas (non ekspose) dan mold oil/sika formo oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah di buka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak untuk digunakan.

e. Stek untuk penulangan lantai diatasnya, penjaga stek di atas lantai 2 dan lantai 3 pada pekerjaan tahap berikutnya.

f. Pengaturan jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas ketinggian cor harus dibatasi dengan jelas.

g. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur–angkur harus terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.

h. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.

i. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang cukup dan dipersiapkan perlindungan hujan.

j. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ketempat penuangan sebelum semua mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan – bahan yang tumpah atau memisah dari campuran. k. Pengadukan beton, untuk beton srtuktur harus menggunakan campuran beton dari ready

mix, dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.

l. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monopolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan Begisting harus selalu diperiksa selama pengecoran.

m. Adukan beton tidak boleh dijatuhkn terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi, jarak jatuh maksimal 1.5 m.

n. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh Begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.

o. Sebelum pengecoran harus dilakukan percobaan slump ditetapkan maksimal 14 cm minimal 10 cm.

p. Untuk keperluan test kuat desak beton, dilakukan pengambilan contoh beton segar. Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan dibeberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.

a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat–lambatnya 2 hari, penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran Begisting dan perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk

Dalam dokumen LPSE Kabupaten Boyolali D BPMPPT DPU CK (Halaman 176-187)