BAB IV. KATEKIS PENDOA
C. Berbagai Bentuk Doa
Kita mengenal bermacam-macam bentuk doa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang katekis diharapkan menerapkan doa dalam kehidupannya sehari-hari. Hubungan yang personal dengan Allah perlu dibangun di dalam diri mereka. Salah satu wujud hubungan mereka dengan Allah yaitu terjalin lewat doa. Tentunya hidup doa yang dilaksanakan oleh katekis dapat mendukung kualitas hidupnya menjadi lebih baik sehingga dapat melaksanakan tugas perutusannya dengan baik pula. Dengan bentuk-bentuk doa yang dikenal dan diakrabi oleh mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dalam kehidupannya sehari-hari, mereka semakin
yakin dengan panggilan hidupnya tersebut dan mereka dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Doa-doa yang perlu dikenal dan diakrabi oleh katekis tidak hanya sebatas pada doa-doa spontan dan doa-doa hafalan seperti yang telah tertulis di dalam buku-buku doa, melainkan juga perlu mengenal doa-doa permenungan atau doa yang mengajak setiap pribadi untuk berefleksi tentang hidupnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK, dapat dilihat bahwa doa meditasi dan kontemplasi sangat kurang diminati. Doa-doa yang sudah diakrabi oleh mereka di dalam kehidupannya sehari-hari semakin memberikan semangat bagi perjalanan studinya saat ini dan panggilannya dikemudian hari sebagai seorang pewarta. Selain itu, perlu juga mengakrabi doa-doa yang lebih mengajak mereka untuk mengenal Allah lebih dalam lagi. Kedewasaan rohani pribadi katekis tercermin dari perkembangan segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang ada dalam dirinya. Kedewasaan rohani pribadi katekis tidak hanya berhenti pada pengetahuan saja. Untuk itu katekis perlu mengolah segi afektif yang ada dalam dirinya salah satunya dengan melaksanakan meditasi. Dengan meditasi seorang katekis juga belajar untuk mampu berefleksi. Katekis mewartakan Yesus Kristus yang bersumber dari Kitab Suci. Untuk itu, katekis sungguh akrab dengan Kitab Suci sebagai sumber pewartaannya. Sarana yang digunakan dalam kontemplasi adalah Kitab Suci. Dalam pelaksanaan doa kontemplasi, sebelumnya katekis perlu memilih satu perikop sebagai bahan kontemplasinya. Ini bertujuan agar dalam kontemplasinya katekis ikut terlibat dan ada di dalam perikop yang dipilihnya. Berikut ini akan disajikan dua bentuk doa
yang perlu diakrabi seorang katekis dalam kehidupannya sehari-hari yaitu meditasi dan kontemplasi.
1. Meditasi
Meditasi berarti menggunakan pemikiran kita untuk mengetahui, Tuhan itu siapa, belajar mengenal Dia lebih sempurna, mencintai Dia lebih mendalam, dan meneladan-Nya lebih setia (Green, 1988: 85). Dengan melihat arti dari meditasi yang telah diuraikan di atas maka terlihat jelas bahwa meditasi dapat membantu seseorang untuk mengenal Allah lebih jauh lagi. Dalam meditasi pertemuan antara pribadi seseorang dengan Allah bukan menjadi yang utama namun lebih dari pertemuan tersebut yaitu pengenalan akan Allah. Untuk melaksanakan meditasi, kita perlu meluangkan waktu untuk memahami Dia yang telah memberikan cinta-Nya kepada kita.
Sarana yang dapat digunakan saat melakukan meditasi yaitu Kitab Suci, di mana Tuhan telah mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Dengan meditasi menggunakan Kitab Suci maka katekis dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat di dalam Kitab Suci sebagai pedoman dan penopang hidup. Nilai-nilai Kitab Suci tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, supaya nilai-nilai Kitab Suci hidup di dalam diri katekis dan dalam kehidupan bersama. Meditasi yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dapat menjadikan hidup rohani katekis semakin matang begitu pula dengan pribadinya.
Seorang katekis sangat penting melaksanakan meditasi di dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan meditasi inilah, seorang katekis dapat mengenal Allah lebih mendalam dan lebih jauh sebelum mereka mengenalkan Allah kepada orang lain beserta ajaran serta warta gembira-Nya kepada manusia. Dengan mengenal Allah lebih dalam, maka seorang katekis harus mampu hidup seturut kehendak-Nya dan dapat meneladani hidup-Nya, walaupun untuk meneladani-Nya tidak mudah. Dalam meditasi tekanan ada pada renungan Kitab Suci. Di mana daya pikir dan refleksi tentang diri sendiri yang lebih aktif. Dengan doa meditasi ini, katekis langsung bertemu dengan Allah. Kata-kata yang keluar dari hati menggambarkan situasi katekis sendiri sekaligus mengakui iman kepercayaan kepada-Nya.
Dengan sering melaksanakan meditasi maka katekis akan semakin akrab dan dekat dengan Tuhan. Dia akan menjawab ketekunan dan selalu membimbing katekis. Meditasi sangat berat dilakukan oleh para pemula. Karena meditasi ini hanya bisa dilakukan dengan keheningan hati, sehingga dengan keheningan hati dan pikiran maka dapat memusatkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
2. Kontemplasi
Selain meditasi, doa yang perlu diakrabi sebagai seorang katekis adalah doa kontemplasi. Kontemplasi berarti memandang; dan apa yang dipandang tidak berasal dari pengalaman kita, juga tidak dari khayalan kita, tetapi dari daya tarik Kristus sendiri (Jacobs, 2004: 56). Dalam kontemplasi katekis berlaku pasif, justru sebelum masuk pada kontemplasi terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan melaksanakan
meditasi. Di mana dalam meditasi yang lebih aktif untuk mencari Tuhan dengan hati dan pikiran adalah diri sendiri. Jacobs (2004: 56) mengatakan bahwa dalam kontemplasi kita memandang, mendengar, dan membuka diri untuk dorongan Roh. Jadi dalam kontemplasi kita bersikap pasif, kita membiarkan diri kita dikuasai oleh Roh Kudus.
Doa kontemplasi itu tumbuh dari sikap kontemplatif. Sikap kontemplatif ditanam dengan keinginan dan usaha, mau belajar berdoa, sejauh Tuhan mau membimbing dan memanggilnya, tanpa menentukan batas-batas dan memilih sarana-sarana sendiri, bukan yang berkenan kepada perasaan, tetapi memperkokoh iman, harapan dan cinta (Soenarja, 1987: 53).
Di dalam doa kontemplasi, katekis menganggap ada daya tarik yang berasal dari Kristus sendiri yang mengundang mereka. Pertemuan dengan Allah di dalam diri seseorang dapat membawa kebahagiaan tersendiri. Pertemuan kita dengan Allah merupakan rahmat karunia dari-Nya. Sebagai seorang katekis, tidak bisa dipungkiri bahwa katekis perlu menyadari perjalanan hidupnya merupakan rencana dan kehendak dari-Nya. Walaupun dalam perjalanan, katekis selalu mengalami godaan serta tantangan, namun tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hambanya yang sedang mengalami kesusahan. Yesus sebagai seorang Guru Sejati mengajak kita untuk mampu serta bersedia membangun relasi dengan sesama lebih baik lagi dan membangun sikap saling menghargai satu sama lain. Dengan relasi yang baik dengan sesama maka setiap pribadi mampu merasakan kehadiran Allah di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kontemplasi, kita merenungkan misteri Kristus sendiri yang terdapat dalam Kitab Suci. Novo Millennio Ineunte artikel 17 menguraikan bahwa “kontemplasi wajah Kristus mau tak mau diinspirasikan oleh segala sesuatu yang disampaikan kepada kita melalui Kitab Suci.” Pengalaman yang pernah dialami oleh para murid Yesus di mana “para murid bergembira melihat Tuhan” (NMI, art. 19) [bdk. Yoh 20: 20]. Wajah Yesus itulah yang dikontemplasikan oleh para murid Yesus. Dalam hal ini juga seorang dapat mencapai Yesus dengan jalan iman. Selain itu juga, kita tidak bisa menggapai pemenuhan kontemplasi akan wajah Tuhan melalui usaha-usaha kita sendiri semata-mata; tetapi dengan mempersilahkan rahmat menggandengkan kita (NMI, art. 20).