• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam prodi IPPAK sebagai calon katekis - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam prodi IPPAK sebagai calon katekis - USD Repository"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Maria Citra Devita

NIM : 031124018

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku

Kakak serta adikku, teman-teman seangkatanku,

almamaterku, dan

September yang selalu ceria

(5)

“Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku

untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”

(Kis 20: 24)

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 September 2007

(7)

Judul skripsi KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS dipilih berdasarkan situasi kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK selama menjalani studi di Prodi IPPAK. Mahasiswa-mahasiswi awam yang studi di Prodi IPPAK adalah mahasiswa-mahasiswi awam yang dipersiapkan menjadi seorang calon katekis. Dengan tugas yang akan mereka emban di kemudian hari, menuntut mereka untuk akrab dengan kehidupan doa. Sebagai mahasiswa-mahasiswi awam yang sedang menjalani studi di Prodi IPPAK ini tentunya banyak rutinitas yang mereka laksanakan serta mereka ikuti baik berkaitan dengan studinya dan kegiatan-kegiatan lain di luar jam studinya. Kesibukan-kesibukan membuat kehidupan doanya terabaikan. Pelaksanaan doa dalam kehidupannya sehari-hari menjadi kurang mendapat perhatian, mereka hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan lain yang lebih memberi manfaat langsung bagi diri mereka.

Katekis adalah seorang pewarta Sabda Allah. Mereka ini melanjutkan karya perutusan Yesus Kristus di dunia ini. Tentunya doa diharapkan menjadi bagian dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan doa yang dilaksanakan dalam kehidupannya tersebut, mereka semakin mengetahui rencana Allah atas dirinya. Kehidupan doa yang mereka jalani sehari-hari, menjadikan mereka semakin dekat dengan Allah, sehingga dari kehidupan doa yang mereka jalani mereka merasakan manfaat dari kehidupan doanya tersebut. Sebagai seorang calon katekis, yang mempunyai tugas mewartakan Sabda Allah, diharapkan doa bukan hanya sebagai rutinitas saja namun doa menjadi suatu kebutuhan dalam hidupnya. Berkaitan dengan hal itu maka permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dalam menanggapi panggilan sebagai calon katekis? Dan seberapa besar dampak dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa- mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan dirinya sebagai calon katekis?

Menanggapi permasalahan dalam skripsi ini maka penulis mengadakan penelitian kualitatif terhadap mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mengetahui kehidupan doanya sehari-hari. Sehingga dari penelitian ini juga penulis dapat mengungkapkan dampak dari kehidupan doa sehari-hari mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan diri sebagai calon katekis. Untuk itu dengan melihat situasi kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK, penulis memberikan suatu usulan program katekese untuk meningkatkan kehidupan doa sebagai calon katekis. Dengan usulan program katekese diharapkan mahasiswa-mahasiswi awam semakin memiliki kesadaran akan pentingnya kehidupan doa sehari-hari sebagai calon katekis.

(8)

This thesis entitled PRAYER LIFE OF UNIVERSITY STUDENTS ON CATHOLIC EDUCATION PROGRAM AS A CANDIDATE OF CATECHIST was chosen based on praying life situation of university student that prepared becoming a candidate of catechist. In the future they are hoped to be closed with praying life. As university students studying on Catholic education program, they have many activities interlaced with their study and not interlaced. Their activities make them not considering their praying life. They just considered on their activities that can give direct benefit on life.

A catechist is a God’s messanger. His job is continouining Jesus Chris’s mission in the world. So praying is hoped be a part of their life. By praying, they would know what’s God’s planning to them. Pray everyday, make them so practicing closed with God, and can feel the benefit of pray. As a candidate of catechist, that has mission be a God’s messanger, it is hoped that praying is not just be the habit but it be their need. Related with it, the cases on this thesis are how are praying life of University Students of Catholic Education Program as an vocation to be a candidate of catechist? And how much the result of their praying life to prepare them selves as a candidate of catechist?

To answer the cases on this thesis, a writter is doing qualitatif research to University students of Catholic Education Program to know their praying life. From this research, writter can reveal the result of their praying life on prepared them selves be a candidate of catechist. By seeing the praying life situation of University students on Catholic Education Program give an idea likes catechist. With this idea, they are hoped have a warness that pray everyday is the most important thing to prepared them be a candidate of catechist.

(9)

Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena berkat dan kasih-Nya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh situasi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK sebagai calon katekis yang sedang menjalani studi di Prodi IPPAK ini. Tentunya sebagai calon katekis kehidupan doa diharapkan menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari. Keakraban pribadinya dengan Allah terwujud lewat doa yang dijalankan dalam kehidupannya. Skripsi ini dimaksudkan untuk menggali kehidupan doa yang sudah dijalani oleh mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dan juga untuk mengungkapkan dampak dari kehidupan doa yang mereka laksanakan dalam kehidupannya sebagai calon katekis. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. J. Darminta, SJ, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran,

(10)

gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji II yang telah memberikan motivasi dan bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari keseluruhan isi skripsi ini.

3. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu, membimbing dan memberikan masukan dalam penelitian yang dilaksanakan oleh penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini.

4. Dr. C.B. Putranta, SJ, selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan yang telah membimbing, memotivasi, serta mendampingi penulis selama melangsungkan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

5. Segenap Staf Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membantu, dan mendampingi penulis selama studi hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap Staf Sekretariat dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, kakak dan adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

(11)

dukungan dan perhatian kalian yang semakin memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2003 yang telah memberikan dukungan, semangat, cinta, dan persaudaraan sehingga penulis semakin termotivasi menjadi seorang katekis.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini telah memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca.

Yogyakarta, 24 September 2007

(12)

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRAK... ABSTRACT...

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penulisan... D. Manfaat Penulisan... E. Metode Penulisan... F. Sistematika Penulisan... BAB II. HIDUP DOA... A. Makna Hidup Doa...

1. Arti Doa... 2. Arti Hidup Doa Pribadi... 3. Jenis-jenis Doa... a. Doa Permohonan... b. Doa Puji-Syukur... c. Doa Kontemplasi...

(13)

5. Kesulitan Dalam Berdoa... a. Dari segi Allah... b. Dari segi manusia... 6. Makna Doa Dalam Hidup Sehari-hari... B. Unsur-unsur Dalam Hidup Doa...

1. Keheningan... 2. Keterbukaan Hati... 3. Kerinduan Akan Allah... 4. Bertumbuh Dalam Keutamaan Ilahi... C. Penghayatan Hidup Doa Sebagai Calon Katekis... 1. Kehidupan Rohani Yang Mendalam... 2. Pengolahan Hidup dengan Doa... 3. Manfaat Hidup Doa Sebagai Seorang Calon Katekis... BAB III. KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM

PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS... A. Kehidupan Doa... B. Mahasiswa-mahasiswi Awam... C. Prodi IPPAK...

1. Gambaran Prodi IPPAK... 2. Gambaran Proses Studi di Prodi IPPAK... D. Calon Katekis... E. Kehidupan Doa Mahasiswa-mahasiswi Awan Prodi IPPAK

Sebagai Calon Katekis... 1. Tujuan Penelitian... 2. Manfaat Penelitian... 3. Metode Penelitian... 4. Variabel Penelitian... 5. Jenis Penelitian...

(14)

7. Populasi dan Sampel Penelitian... 8. Instrumen Penelitian... 9. Teknik Pelaporan Data... F. Hasil Penelitian... 1. Pelaporan Hasil Penelitian... 2. Pembahasan Hasil Penelitian... a. Hidup Doa... 1). Makna Hidup Doa... 2). Penghayatan Doa Sebagai Calon Katekis... 3). Manfaat Hidup Doa... b. Panggilan Sebagai calon Katekis... BAB IV. KATEKIS PENDOA... A. Dibimbing oleh Roh... B. Pendoa... C. Berbagai Bentuk Doa... 1. Meditasi... 2. Kontemplasi... D. Doa dan Kegiatan Katekese... BAB V. USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM MENINGKATKAN

KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM

PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS... A. Katekese Pada Umumnya... 1. Pengertian Katekese... 2. Tujuan Katekese... 3. Proses Katekese... 4. Metode dan Sarana Katekese... B. Usulan Program Katekese... 1. Latar Belakang Program...

(15)

3. Gambaran Pelaksanaan Program... 4. Matriks Program Katekese... 5. Contoh Persiapan Katekese... a. Identitas Katekese... b. Pemikiran Dasar... c. Pengembangan Langkah-langkah... 1). Pembukaan... 2). Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta... 3). Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta... 4). Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani... 5). Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi

Konkrit Peserta... 6). Langkah V: Mengusahakan suatu Aksi Konkrit... BAB VI. PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... Lampiran 1 : Kuesioner untuk penelitian... Lampiran 2 : Kumpulan Jawaban Responden...

(16)

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA). Ende: Arnoldus, 1978/1979, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CL : Christifideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Christifideles Laici dari Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret 1989.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

NMI : Novo Millennio Ineunte, Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II:

tentang Seruan dan Ajakan untuk Mengenakan Masa Lampau dengan Penuh Syukur, Menghayati Masa Sekarang dengan Penuh Entusiasme dan Menatap Masa Depan Penuh Kepercayaan, 6 Januari 2001.

(17)

tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember1990. C. Singkatan Lain

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia Art : Artikel

Bdk : Bandingkan CLC : Cipta Loka Caraka

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Kan : Kanon

KBP : Karya Bakti Paroki KE : Kidung Ekaristi

KGK : Katekismus Gereja Katolik Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LBI : Lembaga Biblika Indonesia Lih : Lihat

PAK : Pendidikan Agama Katolik PPL : Program Pengalaman Lapangan Prodi : Program Studi

SCP : Shared Christian Praxis

(18)

PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah dari penulisan skripsi ini. Selain itu juga, pada bab ini akan diuraikan rumusan masalah berdasarkan situasi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK sebagai calon katekis. Dari rumusan masalah tersebut maka penulis dapat menguraikan tujuan, manfaat serta metode dari penulisan skripsi ini.

A. Latar Belakang Masalah

(19)

yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Relasi yang baik dengan Allah dan sesama itulah membuat kita semakin tergerak untuk ikut serta dalam karya pewartaan-Nya. Prodi IPPAK sebagai bagian dari Universitas Sanata Dharma mendidik para mahasiswa-mahasiswi yang nantinya akan terjun di dunia pendidikan khususnya dalam bidang agama Katolik. Di Prodi IPPAK ini terdapat mahasiswa-mahasiswi baik religius maupun para awam. Pada kenyataannya baik dalam studi maupun dalam hidup sehari-hari terkadang mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK kurang menyadari pentingnya hidup doa. Banyaknya aktifitas atau kegiatan yang mereka lakukan dan mereka ikuti di kampus maupun di luar kampus, membuat kehidupan doa pribadinya berkurang bahkan terabaikan.

(20)

Sebagai seorang mahasiswa-mahasiswi yang sejak dini dipersiapkan menjadi calon katekis, banyak ilmu yang diberikan dan mereka peroleh untuk menambah pengetahuan serta sebagai bekal dalam tugas yang akan diembannya di kemudian hari.

“Katekis adalah manusia yang hidup dari Sabda Allah. Kehidupan yang dia rasakan karena keakraban dengan Sabda Allah mendorongnya menjadi pelayan dan bentara Sabda sehingga dengan perantaraannya sabda bergema dalam hati pendengarnya” (Telaumbanua, 2005: 178).

Di tengah perjalanan studinya, mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK perlu menyadari akan peranannya di tengah kehidupan umat. Jangan menganggap bahwa hidup doa hanya sebagai rutinitas saja, tetapi hidup doa sudah menyatu dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu tidak ada salahnya, di tengah-tengah kesibukan mereka dalam beraktifitas maupun dalam mengerjakan tugas, mereka menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah salah satunya lewat doa. Berdoa tidak hanya sebatas pada kesempatan-kesempatan khusus misalnya: hanya pada waktu ke Gereja, pendalaman iman, rosario, dan lain sebagainya. Tetapi juga dalam keseharian tidak ada salahnya dan patut dilakukan sebagai orang beriman yaitu berdoa kepada-Nya. Doa yang lebih menyangkut doa pribadi tanpa adanya rumus-rumus tertentu dan belum terpikirkan sebelumnya, tidak pernah dilakukan. Doa ini sifatnya adalah doa yang secara spontan disampaikan kepada Allah dan dari doa itu mereka mampu untuk berefleksi.

(21)

wartakan. Warta tersebut sudah menyatu dalam dirinya sendiri, sehingga sebagai seorang pewarta tidak merasa asing jika Warta itu disampaikan kepada orang lain dan “ia” yang harus lebih dahulu menghayati dan sungguh menyatu dengan Warta itu di dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagai seorang calon katekis juga dituntut memiliki kedekatan dengan Allah lewat doa. Mereka mau dan mampu melaksanakan doa itu sebagai suatu bagian dari hidup kesehariannya. Merasakan bahwa hidup doa adalah salah satu pendukung mereka dalam menjalankan tugas dan segala aktifitas hidup sehari-harinya. Mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK yang dipersiapkan sebagai calon katekis, sejak dini memiliki keyakinan bahwa di kemudian hari mereka mempunyai tugas sebagai seorang pewarta. Dalam menjalankan tugas tersebut, para calon katekis hendaknya melaksanakan tugasnya tersebut dengan penuh tanggung jawab. Sebagai seorang calon katekis, mereka harus mampu memberikan contoh tentang bagaimana hidup doa pribadinya sehari-hari. Dengan melaksanakan doa dalam kehidupannya sehari-hari, diharapkan seorang calon katekis mampu untuk menerapkan perilaku baik, yang bisa dijadikan panutan bagi orang lain. Terhadap tugas yang nantinya akan mereka emban, mereka harus menyadari bahwa tugasnya itu merupakan panggilan dari-Nya. Tidak mudah untuk menyadari hal itu, namun hendaknya mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK perlu menyadari akan hal itu.

(22)

pribadi mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai ungkapan kepedulian dan rasa ingin tahu penulis terhadap kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK, maka penulis mengambil judul “KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dalam menanggapi panggilan sebagai calon katekis?

2. Seberapa besar dampak dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa- mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan dirinya sebagai calon katekis?

C. Tujuan Penulisan

1. Menggali kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dalam menanggapi panggilan sebagai calon katekis

2. Mengungkapkan dampak dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan dirinya sebagai calon katekis

(23)

D.Manfaat Penulisan

Bagi Mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK yaitu:

1. Membantu mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk meningkatkan kehidupan doanya

2. Menemukan manfaat dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan diri sebagai calon katekis.

Bagi penulis yaitu:

1. Menemukan gambaran kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK selama masa kuliah

2. Mengetahui kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK 3. Semakin semangat memperkembangkan kehidupan doa sebagai calon katekis

E. Metode Penulisan

(24)

F. Sistematika Penulisan

Bab pertama merupakan Pendahuluan, di sini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah dari penulisan skripsi ini, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab kedua menguraikan tentang Hidup Doa. Pada bagian pertama menguraikan tentang makna hidup doa yang dibahas menjadi beberapa bagian yaitu arti doa, arti hidup doa pribadi, jenis-jenis doa, sikap-sikap doa, kesulitan dalam berdoa dan makna doa dalam hidup sehari-hari. Bagian kedua membahas mengenai unsur-unsur dalam hidup doa. Dari makna hidup doa ini akan diuraikan unsur-unsur yang ada di dalam doa yaitu keheningan, pertobatan dan pengampunan, kerinduan akan Allah, dan bertumbuh dalam keutamaan Ilahi. Bagian ketiga membahas mengenai penghayatan hidup doa, di dalamnya akan dibahas mengenai kehidupan rohani yang mendalam, pengolahan hidup dengan doa dan manfaat hidup doa sebagai seorang calon katekis.

(25)

menguraikan tentang hasil penelitian yang meliputi pelaporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari hidup doa yang akan diuraikan mengenai makna hidup doa, penghayatan doa sebagai calon katekis dan manfaat hidup doa serta menguraikan mengenai panggilan sebagai calon katekis.

Bab keempat berisi tentang Katekis Pendoa yang diuraikan menjadi beberapa bagian yaitu dibimbing oleh Roh, pendoa, bentuk doa yang perlu diakrabi sebagai seorang katekis yang terdiri dari meditasi dan kontemplasi, serta doa dan kegiatan katekese.

Bab lima berisi mengenai usulan program katekese yang dapat meningkatkan kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK sebagai calon katekis. Pada bagian pertama berisi mengenai katekese pada umumnya yang terdiri dari pengertian katekese, tujuan katekese, proses katekese, metode dan sarana katekese. Pada bagian kedua menguraikan tentang usulan program katekese yang terdiri dari

latar belakang program, tema program, gambaran pelaksanaan program, matriks program katekese dan contoh persiapan katekese.

(26)

HIDUP DOA

Pada bab kedua ini akan diuraikan mengenai makna hidup doa, kemudian diuraikan juga tentang unsur-unsur dalam pelaksanaan hidup doa. Dengan melihat dua bagian yang akan diuraikan pada bab kedua ini, maka pada bagian ketiga dari bab kedua ini akan diuraikan mengenai penghayatan hidup doa sebagai seorang calon katekis.

A. Makna Hidup Doa

Untuk sampai pada makna hidup doa, maka terlebih dahulu mengetahui arti dari doa itu sendiri. Selain itu juga akan diuraikan mengenai arti hidup doa pribadi, jenis-jenis doa, sikap-sikap doa, kesulitan dalam berdoa dan makna doa dalam hidup sehari-hari.

1. Arti Doa

(27)

Allah selalu terlibat di dalam pengalaman hidup sehari-hari, sehingga pengalaman hidup yang dialami oleh setiap orang di dunia ini merupakan rencana Allah bagi ciptaan-Nya.

“Doa pada dasarnya merupakan pembicaraan tentang situasi hidup dalam perspektif yang mengatasi diri manusia” (Darminta, 1981: 11). Manusia datang kepada Allah untuk menyerahkan permasalahan yang dialaminya dan memohon kepada Allah untuk segera memberi pertolongan kepadanya. Dengan berdoa, manusia penuh keyakinan bahwa segala permasalahan yang sedang dialami olehnya akan teratasi dengan bantuan yang diberikan Allah sendiri kepadanya. Manusia sering menganggap bahwa segala pengalaman hidup yang sangat menyakitkan atau permasalahan yang sedang dihadapi sudah tidak mampu untuk diatasinya sendiri. Oleh karena itu, ia memohon bantuan kepada Allah untuk memberi pertolongan kepadanya salah satunya lewat doa.

(28)

2. Arti Hidup Doa Pribadi

Kita sebagai orang Kristiani tidak bisa lepas dari kehidupan doa. Setiap hari setidaknya kita melaksanakan doa baik secara pribadi maupun bersama. Hidup doa pribadi dimaksudkan di sini adalah kehidupan doa yang dilaksanakan secara pribadi dalam keseharian hidupnya. Sama halnya dengan pelaksanaan aktivitas hidup sehari-hari. Doa tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-sehari-hari. Walaupun seringkali terjadi bahwa dalam kehidupan sehari-hari pribadi kurang menyadari pentingnya hidup doa. Setiap pribadi tentunya dengan segala pengalaman hidup yang dialaminya mampu dimaknai dengan mohon bimbingan dan penyertaan dari Allah salah satunya lewat doa. Doa sudah menyatu dengan kehidupan mereka tanpa disadari bahwa doa yang dilaksanakan akan membantu mereka untuk mampu melihat, memaknai setiap pengalaman hidup yang mereka alami. Darminta (1981: 18) mengatakan bahwa “Dalam doa semua pengalaman hidup yang dialami, diintegrasikan dalam pertemuan yang hidup dengan Allah.”

(29)

lewat relasi yang dibangun dengan-Nya. Hidup doa pribadi merupakan sarana setiap pribadi untuk menyerahkan segala sesuatu yang dialami dan dirasakan selama perjalanan hidupnya, kemudian dari itu setiap pribadi mohon supaya Allah berbuat sesuatu terhadap apa yang dialaminya. Tanpa disadari bahwa hidup doa pribadi dapat semakin membuat orang memiliki kepercayaan dan kesetiaan kepada Allah dan mampu untuk memaknai segala pengalaman hidup yang dialaminya. Dengan doa juga, setiap pribadi diundang untuk mengenal Allah lebih dekat dan dalam lagi, sehingga dari itu setiap pribadi akan selalu mengarahkan hidup kepada Allah (Darminta, 1981: 19).

3. Jenis-jenis Doa

Sebagai orang Kristiani tentunya banyak jenis-jenis doa yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai jenis doa sudah ada rumusan-rumusannya seperti doa-doa yang terdapat di dalam buku-buku doa. Selain itu juga masih banyak jenis-jenis doa yang kita kenal dalam kehidupan kita sehari-hari. Di sini akan diuraikan tiga jenis doa, antara lain:

a. Doa Permohonan

(30)

memiliki kebutuhan dalam hidup atau disaat kita sedang mengalami masalah kemudian meminta pertolongan kepada Allah mohon kepada-Nya untuk memberi jalan atau petunjuk dalam mengatasi masalahnya tersebut. Doa permohonan ini berkaitan dengan kehidupan konkret. Di mana setiap pribadi memiliki berbagai macam kebutuhan yang perlu dipenuhi di dalam hidup sehari-hari. Dengan melihat akan kebutuhan dalam hidupnya tersebut, maka kebutuhannya itu mendorong dan mendesak pribadi mau berdoa. Doa permohonan sering dilaksanakan apabila seseorang dalam situasi yang mendesak. Dengan situasi yang mendesak itulah seseorang akan mempunyai keyakinan penuh bahwa Allah dengan segera akan menanggapi doa mereka tersebut. Mereka yakin bahwa dalam situasi mendesak Allah akan mengabulkan doa mereka.

(31)

pribadi, akan semakin dikuatkan dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini. Doa permohonan bukan berarti bahwa yang diutamakan adalah apa yang kita minta kepada Allah, melainkan lebih dari itu semua adalah Allah yang selalu mencintai kita. Kasih yang telah dialami di dalam setiap pribadi berkat kebaikan Allah akan diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari baik kepada sesamanya bahkan terlebih-lebih orang yang telah menyakitinya. Dalam hal ini Darminta (1996: 47) mengatakan:

Doa permohonan, kalau dilihat dari segi dinamika hidup manusia dan kebutuhannya untuk membangun hidup, yaitu perlunya memiliki pengalaman dicintai dan berharga, pada dasarnya merupakan ungkapan kerinduan untuk mengalami dan meyakini bahwa dirinya sungguh berharga dan dicintai.

(32)

bahwa sebagai orang berdosa, kita berpaling dari Bapa. Permohonan itulah merupakan langkah kita untuk berbalik kepada Bapa, lewat relasi pribadi dalam doa.

Dalam doa permohonan terungkap kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Sebagai orang berdosa, kita orang Kristen pun tahu bahwa kita selalu saja memalingkan diri dari Bapa kita. Permohonan itu sendiri sudah merupakan langkah berbalik kepada Allah (KGK, art. 2629).

Dengan demikian jelas bahwa dalam doa permohonan seseorang telah tergerak hatinya untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah. Doa permohonan kepada Allah akan memampukan seseorang untuk tetap bertahan dan berpasrah pada kehendak Allah. Dalam memanjatkan doa permohonan kepada Allah, terkadang ada unsur menuntut bahwa Allah harus mengabulkan doa permohonan yang diungkapkan. Namun lebih dari itu semua, sesungguhnya kita harus menyerah dalam artian bahwa kita serahkan seluruhnya kepada Allah biarlah Allah yang menghendaki semuanya. Dalam doa permohonan, hendaknya doa tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Karena kita yakin dan percaya, apabila kita melaksanakan doa dengan sepenuh hati, Allah tidak sungkan untuk mengabulkan doa kita tersebut.

b. Doa Puji-Syukur

(33)

dan dengan segala kemurahan hatiNya, Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menghadapi tantangan di dalam hidup kita. Kedekatan pribadi dengan Allah itulah yang melatarbelakangi setiap pribadi bersyukur dan memuji Allah.

Ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam Gereja. Hal ini terlihat dalam Perayaan Ekaristi, sebagai ucapan syukur atas penyelamatan yang diberikan Allah kepada manusia sehingga manusia terbebas dari segala dosa. Hidup dirasa memiliki kekuatan bila setiap pribadi merasakan bahwa Tuhan sungguh hadir dan dekat dalam dirinya. Segala sesuatu yang kita alami dan rasakan di dalam hidup merupakan hal terbaik yang Allah berikan kepada kita. Terkadang di dalam kehidupan, kita tidak mau menerima diri akan apa yang dialami. Dalam doa puji-syukur, setiap pribadi merasakan kebaikan Allah di dalam dirinya (Darminta, 1996: 51).

Dalam doa permohonan seseorang sebelumnya telah mengalami kebaikan Allah atas dirinya. Oleh karena itu, dengan sesuatu yang telah dialaminya tersebut, seseorang tergerak hatinya untuk mengucapkan puji dan syukur kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya banyak pengalaman hidup pribadi seseorang yang merasakan kebaikan Allah dalam setiap perjalanan hidupnya.

(34)

Kebaikan Allah karena telah memberikan segala anugerah dan karunia kepada kita. Dengan doa puji-syukur yang dilaksanakan di dalam kehidupan kita sehari-hari, maka dari itu kita telah mengakui bahwa Allah telah mengabulkan segala sesuatu di dalam hidup kita yaitu menganugerahkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kehidupannya sehari-hari. Namun dapat dikatakan di sini bahwa doa puji-syukur berbeda dengan terima kasih, “puji-syukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah; dalam permohonan diakui dan dinyatakan kelemahan dan kemiskinan manusia” (Iman Katolik, 1996: 198).

(35)

kita, kita berusaha untuk selalu mengucapkan puji dan syukur atas penyertaan dari-Nya dan hal ini juga sebagai bentuk timbal balik kepada Allah.

c. Doa Kontemplasi

Di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita masih sangat asing mendengar istilah doa kontemplasi. Doa kontemplasi ini merupakan doa batin. Di mana setiap orang yang melaksanakan doa kontemplasi ini, tanpa kesungguhan dan konsentrasi maka kita pun tidak dapat melaksanakan doa kontemplasi. Darminta (1983: 26) mengatakan bahwa “Doa yang berbentuk kontemplasi yaitu dalam arti merupakan usaha melekatkan hati dan budi kepada Allah yang bergiat itu.” Dan satu-satunya sarana yang digunakan dalam doa kontemplasi ini adalah Kitab Suci. Kita memilih salah satu perikop dalam Kitab Suci dan kita merasa bahwa kita juga ada di dalam cerita tersebut. Anthony de Mello (1980: 73) mengatakan bahwa bentuk doa Kontemplasi “mengambil suatu peristiwa dari kehidupan Kristus dan mementaskan itu dalam fantasi, ikut ambil bagian di situ, seakan-akan ini pertama kali terjadi dan anda ambil peranan di dalamnya.”

(36)

dalam doa kontemplasi adalah “mendengarkan”. Kita berdoa digerakkan oleh Roh berarti juga dalam hal ini kita digerakkan oleh Kristus sendiri. Dalam doa kontemplasi, Allah yang mendekati manusia dalam diri Yesus lewat Roh-Nya. “Kontemplasi berarti “memandang”; dan apa yang dipandang tidak berasal dari pengalaman kita, juga tidak dari khayalan kita, tetapi dari daya tarik Kristus sendiri (Jacobs, 2004: 56).

Soenarja (1987: 20) mengatakan bahwa “kontemplasi sebaliknya hanya dapat diartikan sebagai perbuatan, di mana pikiran menangkap kenyataan ilahi secara jelas.” Untuk sampai pada hal tersebut maka sebagai persiapan diri kita dalam doa kontemplasi ini, kita perlu mempersiapkan sebelumnya kekuatan jiwa yang sangat membantu kita menuju pada kontemplasi murni.

Tentunya dalam doa kontemplasi ini ada tahap-tahap yang perlu kita capai yaitu: lewat indra, yang mendapatkan kilatan-kilatan terang ilahi dalam barang-barang indrawi lewat budi, yang membawa gambaran Tritunggal, dan akhirnya penerangan Adikodrati, yang membuat kita mampu berkontemplasi tentang kesamaan pribadi-pribadi ilahi dalam diri kita ini (Soenarja, 1987: 18).

(37)

kepada Allah adalah lewat doa kontemplasi. Kita merasakan sesuatu yang kita sadari bahwa hal tersebut bukan dari diri kita melainkan dari Allah sendiri.

4. Sikap Dalam Doa

Dalam melaksanakan doa tentunya kita tidak asal-asalan namun ada sikap-sikap berdoa yang perlu kita perhatikan supaya doa yang hendak kita laksanakan sungguh membuahkan hasil bagi diri kita. Dalam berdoa, kita membutuhkan suasana yang rileks untuk berdoa. Dalam berdoa kita tidak dapat dipaksa, namun keinginan untuk berdoa datang dari dalam diri kita sendiri. Dalam berdoa agar kita dapat berdoa dengan baik, kita perlu sikap rileks. Kita melepaskan segala kepenatan, beban pikiran dan kesibukan-kesibukan yang masih melekat dalam diri kita. Sejenak kita melepaskan hal-hal tersebut, kita diajak untuk lebih sungguh-sungguh memusatkan hati dan budi kita kepada Allah satu-satunya. Dalam berdoa kita mengangkat hati dan budi kita kepada Tuhan. Di dalam doa juga kita melibatkan seutuhnya hati dan pikiran kita. Oleh karena itu, kita dapat berdoa dengan nyaman apabila kita telah membangun sikap rileks. Ketegangan dalam diri kita saat berdoa tidak akan membantu kita untuk berhasil dalam berdoa. Seolah-olah kita memaksakan diri supaya Allah memenuhi yang kita minta saat berdoa.

(38)

beban pikiran kita dan memusatkan diri pada Allah. “Cara relaksasi tubuh apa pun tidak berguna untuk berdoa, selama hati dan akal kita masih tegang” (CLC, 1999: 31). Dalam berdoa yang lebih utama adalah jiwa rohani. Jiwa inilah inti kita dalam berdoa, yaitu pusat kepribadian kita yang memberi motivasi kepada segala tindakan dan perasaan (CLC, 1999: 32). Dengan situasi kita dalam berdoa tenang dan rileks maka kita dengan bebas dapat berkomunikasi dengan Allah dengan baik pula tanpa adanya gangguan baik gangguan itu muncul dari hati dan pikiran kita, sehingga kita tidak bisa konsentrasi dengan sungguh-sungguh dalam berdoa.

Jiwa yang rileks memahami, bahwa Allah mengasihi kita. Kalau adakalanya ia tidak mengabulkan apa yang diminta, itu hanyalah karena kasih dan kebaikan hatiNya mengetahui, bahwa kita belum siap menerimanya atau hal itu tidak baik bagi kita pada saat ini. Maka, Ia belum dapat memberikan apa yang diminta itu. Namun, Ia malahan memberikan yang lebih baik (CLC, 1999: 33).

Dalam doa kontemplasi kita menaruh keyakinan sepenuhnya kepada Allah bahwa Allah sendiri yang berkehendak atas kita bukan atas kemauan kita yang menuntut kepada Allah untuk memberikan apa yang kita inginkan. Dengan keyakinan yang penuh kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita dan kita akan selalu siap untuk menerima apa yang Ia kehendaki atas kita di dalam hidup ini.

(39)

kita menyerahkan segalanya kepada Allah. Doa yang kita laksanakan dengan merendahkan diri, akan membuat kita masuk pada pengalaman akan Allah yang sangat mendalam. Dalam berdoa bukanlah pertama-tama atas dasar gerak hati yang berasal dari dalam diri kita untuk berdoa kepada Allah, namun gerak hati tersebut adalah gerak yang dibimbing oleh Roh yaitu Roh Allah sendiri. Sikap yang perlu kita bangun supaya relasi kita dengan Allah sungguh menjadi suatu relasi yang mendalam adalah perlunya membangun kesadaran dari diri kita. Bagaimana pun bahwa kita berdoa digerakan oleh Roh Allah sendiri namun kita dengan kesadaran pula menanggapi panggilan Allah tersebut. Kita ingin relasi yang kita bangun bersama Allah lewat doa akan membuat kita semakin dekat dengan Allah.

“Doa Yesus tumbuh dari kerinduan atau keinginan untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa itu. Doa Yesus Kristus tidak terpisahkan dari kerinduan itu. Sebagai Hamba keselamatan Yesus rindu untuk melaksanakan tugas keselamatannya, yaitu menuju kepada Bapa, membawa api ke dunia dan mengumpulkan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Darminta, 1983: 17).

(40)

Dalam berdoa juga, kita perlu sikap tekun walaupun terkadang hal tersebut sulit bagi kita. Berdoa terkadang membuat kita bosan. Dalam Cipta Loka Caraka diuraikan bahwa “Kalau kita berdoa hanya karena terdorong oleh perasaan saja, maka sangat langkalah saat-saat berkomunikasi dengan Tuhan. Akibatnya rengganglah hubungan kita denganNya!” (CLC, 1999: 22). Bertekun dalam arti bahwa kita sendiri yang berjanji kepada Allah untuk berdoa, maka kita juga mempunyai kewajiban untuk menepati janji tersebut. Kita tidak bisa dipaksakan untuk berdoa, karena kesadaran untuk berdoa hanya muncul dari keinginan hati kita sendiri bukan atas kemauan orang lain. “Sudah semestinya kita belajar berdoa dengan menepati saat-saat yang telah ditentukan untuk berdoa, entah suka atau tidak suka” (CLC, 1999: 22).

Hal yang terpenting saat kita berdoa adalah mendengarkan suara ilahi. Untuk mendengarkan suara ilahi tersebut membutuhkan konsentrasi dan kesungguhan dalam menjalankan doa tersebut. Karena justru banyak suara-suara yang lain yang pastinya menjadi pusat perhatian kita karena suara-suara lain di luar suara ilahi dirasakan lebih membuat kita tergoda.

“Suara Allah tak pernah memaksa, namun berwibawa dan menghimbau dengan tenang. SuaraNya tidak selalu sama jelasnya. Jelas-tidaknya bergantung antara lain pada dekat-jauhnya kita denganNya, dan tentu juga pada perkenan ilahi akan kebutuhan kita. Kalau suasana hati sedang diwarnai emosi besar dan terombang-ambing, sukarlah kita mendengarkan pesan-pesan ilahi, apalagi bila telinga rohani ditulikan oleh dosa” (CLC, 1999: 55).

(41)

memberanikan dan membimbing kita. Untuk itu, kita lebih banyak berlatih diri supaya dalam berdoa kita mudah mendengarkan suara Allah dibandingkan dengan suara-suara lain.

5. Kesulitan Dalam Berdoa

Tentunya dalam berdoa kita sering mengalami kesulitan-kesulitan baik

kesulitan yang berasal dari diri kita sendiri maupun datang dari luar diri kita. Walaupun dalam pelaksanaannya kita sering mengalami kesulitan, kita tidak boleh

putus asa dan menyerah namun kita tetap berusaha dan tetap yakin bahwa Allah selalu menyertai segala perjuangan kita dalam berdoa.

a. Dari segi Allah

(42)

Kekudusan Allah menuntut kekudusan dari manusia juga. Di mana Allah telah menawarkan keselamatan kepada manusia. Oleh karena itu, manusia mempunyai kewajiban untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Allah atas diri manusia. Manusia dipanggil untuk ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Ini mengandung arti bahwa setiap orang dipanggil juga untuk mengorbankan hidup mereka demi terwujudnya keselamatan dari Allah itu. Sama halnya yang dilakukan oleh Yesus. Yesus dengan kerelaanNya memanggul salib sampai wafat demi membela manusia. Untuk ikut serta dalam karya keselamatan kepada seluruh manusia, maka dituntut pemurnian dan penyerahan kepada Allah.

Dalam hal ini kudus berarti manusia seutuhnya menjadi milik Allah, bersatu penuh dengan Allah. Doa berarti masuk ke dalam proses pemilikan oleh Allah (Darminta, 1983: 46). Manusia masuk dalam proses pemilikan akan Allah berarti manusia hidup dalam kuasa Allah yang mempunyai kuasa untuk menyelamatkan dan membinasakan. Pilihan ini akan kita peroleh sesuai dengan apa yang kita lakukan di dalam hidup kita. Situasi pembinasaan itulah yang membuat munculnya ketakutan pada kita dan membuat kita sangat sulit untuk berdoa.

b. Dari segi manusia

(43)

menandakan bahwa kita memiliki ketergantungan dengan Allah. Dalam berdoa juga, kita mempunyai kehendak yang sesuai dengan keinginan kita. Karena kita sadar bahwa di dalam hidup, kita diberi kebebasan oleh Allah. Sering kita memahami bahwa dalam berdoa kepada Allah apa yang menjadi kehendak kita itulah yang akan dikabulkan oleh Allah atas kita. Namun pada kenyataannya, kehendak Allahlah yang terjadi atas kita karena segala sesuatu yang Allah berikan pada kita baik adanya. Allah tidak pernah memberikan sesuatu yang membuat kita kecewa. Hanya saja kita kurang peka terhadap kehendak Allah itu. Kita lebih mengutamakan untuk mendengar dan mengikuti kehendak kita sendiri daripada mendengar dan mengikuti kehendak Allah. Dalam berdoa, kita dituntut untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah. “Hal itu mengandaikan bahwa doa dihayati sebagai usaha untuk mengangkat jiwa kepada Allah, berpaut kepada Allah dan kehendak-Nya dengan ketaatan yang merdeka” (Darminta, 1983: 47) [bdk. Ibr 10:9-10].

(44)

Mengubah kehendak manusia menjadi taat kepada Allah mengandaikan cinta bakti kepada Allah, yang mampu mengubah dan mengarahkan kerinduan dan keinginan manusia supaya menjadi keinginan dan kerinduan yang mengalir dari cinta kepada Allah. Doa yang mempertemukan dua kehendak itu mengandaikan adanya kurban. Dalam taraf hubungan pribadi, kurban berarti mau meninggalkan segala sesuatu yang menghambat pertemuan pribadi itu. Dalam taraf hubungan dengan Allah disebut dosa.

(45)

itu sendiri pun akan menjadi hambatan setiap pribadi untuk berdoa. Di mana pemahaman doa mereka masih sangat terbatas. Dalam doa mereka akan memperoleh hasil langsung bersamaan setelah mereka melaksanakan doa. Padahal justru sebaliknya, bahwa segala doa yang kita panjatkan kepada Allah dengan penuh keyakinan dan tetap percaya kepada kehendak Allah. Darminta (1983: 52) mengatakan bahwa “Kegiatan doa memang seratus persen tergantung dari manusia, namun isi khas doa tergantung rahmat Allah.” Dalam artian bahwa segala sesuatu saat berdoa manusia boleh berkehendak dan mengaturnya, namun atas segala isi doa yang dipanjatkan kepada Allah semuanya akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah bukan pada kehendak manusia.

6. Makna Doa Dalam Hidup Sehari-hari

(46)

Doa merupakan gerak keterbukaan terhadap anugerah Allah, yang mengutuhkan hidup manusia, meningkatkan dan mengangkat. Begitulah doa menggerakkan dan mengarahkan manusia ke kepenuhan hidup di dalam Tuhan yang akan terjadi. Hal itu dapat terlaksana karena kerinduan manusia, yang sekaligus merupakan pendorong dan pembangkit keinginan serta kedambaan ke hal-hal yang lebih luhur, utuh, besar dalam rahasia-rahasia Tuhan, yang sudah tertanam dalam batin dan hati manusia sebagai janji (Darminta, 1997: 45).

Dari kenyataan itulah, maka manusia akan menaruh harapan kepada Allah karena mereka yakin dan percaya bahwa rencana Allah di dalam hidupnya akan terpenuhi asalkan kita tetap berpegang teguh pada-Nya dan selalu memiliki kerinduan untuk berbicara dan berelasi dengan Allah sebagai wujudnya yaitu lewat doa. Selain itu juga, manfaat hidup doa yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari yang dirasakan adalah doa dapat membantu kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kita mampu mengalami Allah dalam hidup kita sehari-hari lewat interaksi dengan sesama. Dalam hal ini berarti setiap pengalaman akan Allah akan terjadi di dalam kehidupan manusia.

(47)

dimampukan untuk mengenal Allah lebih dalam lagi dan sungguh menghayati-Nya di dalam hidup kita bersama orang lain.

Dengan doa yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, kita semakin mampu untuk mengenal diri kita. Karena dalam berdoa kita tidak bisa jauh dari diri kita sendiri. Berkat doa ini juga, kita menjadi mampu untuk mengenal diri kita semakin baik (Darminta, 1985: 19). Yang membuat kita semakin mampu untuk mengenal diri kita karena di dalam doa kita melihat pengalaman kita dan sikap serta tingkah laku kita terhadap sesama. Dengan menyadari sikap kita terhadap sesama, maka secara otomatis pula kita dapat semakin mampu untuk menilai diri kita sendiri.

Doa juga membawa manfaat yang besar dalam hidup. Dengan doa yang dilaksanakan dalam hidup sehari-hari, doa memiliki manfaat dalam hal transformasi hidup. Darminta (1983: 62) mengatakan bahwa “Mengingat kegiatan Allah yang menyelamatkan dalam hidup manusia, doa mempunyai fungsi pengubahan rohani (transformasi) hidup dan diri manusia beriman.” Beranjak dari hal inilah, doa dapat berfungsi untuk membangun kesadaran yang mendalam dari inti dan makna hidup dalam hubungan manusia dengan Allah.

B.Unsur-Unsur Dalam Hidup Doa

(48)

1. Keheningan

Dalam suasana hidup saat ini, memang setiap orang banyak disodorkan akan pilihan-pilihan hidup yang akan membuat mereka semakin jauh dari Allah. Setiap orang tidak akan mampu bertahan selamanya tanpa adanya peran Allah di dalam hidupnya. Begitu juga dengan hidup doa. Hidup doa mmberikan banyak manfaat bagi mereka yang sering dan secara rutin melaksanakan doa di dalam hidupnya. Dalam doa, kita tidak dapat langsung masuk berkomunikasi dengan Allah tanpa adanya persiapan dari diri kita. Yang sangat dibutuhkan saat berdoa adalah keheningan. Sebelum masuk dalam doa, kita perlu menciptakan suasana hening baik keheningan dari luar diri kita maupun keheningan dari dalam diri kita. Dalam hal ini Darminta (1983: 54) mengatakan:

Keheningan yang dituntut untuk berdoa itu ialah terutama keheningan hati, seperti perasaan teratur, perhatian tidak terpecah, nafsu teratur, pikiran teratur. Pokoknya hati teratur. Keteraturan itu juga nampak dalam keteraturan lahiriah, seperti tutur kata yang teratur, gerak-gerik yang teratur, dan hidup yang teratur.

(49)

bertemu dengan Allah yaitu mereka akan berkontak dengan dunia batin mereka. Allah yang mencintai dan bertindak menuju pada kepenuhan hidup.

Dengan keheningan ini juga, seseorang mampu mendengarkan bisikan dari Allah. Mereka tidak hanya mampu untuk mendengarkan yang terjadi dalam dirinya, melainkan juga mendengarkan Allah yang menyapa mereka terus-menerus. Kesadaran itu merupakan kesadaran mistik yang merupakan kekuatan dahsyat dalam membimbing kita mengarungi hidup ini.

2. Keterbukaan Hati

Berdoa berarti saat untuk mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah. Dalam doa juga kita membuka diri kita untuk Allah. Dalam hal ini, manusia berani untuk menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghambat dirinya untuk mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah. Apabila kita sudah mau membuka hati untuk Allah dan membiarkan yang terjadi pada kita menurut kehendakNya, maka kita pun akan secara total menyerahkan diri kepadaNya tanpa adanya paksaan. Kita telah mengalami pemurnian hati yang merupakan anugerah selama kita melaksanakan doa. “Pemurnian hati ini membentuk dan menumbuhkan suatu hati baru, yaitu hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus, yang membuat manusia terbuka dan penuh penerimaan kepada Allah” (Darminta, 1981: 31).

(50)

roh di dalam kehidupan kita. Segala anugerah yang kita peroleh lewat doa, menumbuhkan cara hidup serta tindakan kita yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini Darminta (1981:32) mengatakan:

Keterbukaan kepada Roh ini sangat penting, sebab hidup doa kristiani dihayati dalam kehadiran Allah, yang dapat diraba dan dihayati. Penyerahan diri kepada Allah yang aktif dalam hidup merupakan syarat mutlak untuk menghayati pergaulan dan wawancara dengan Allah, yang menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia.

Allah yang hadir dalam diri kita, disadari dengan sungguh-sungguh bahwa hal ini merupakan kehendak-Nya yang terjadi pada diri kita sebagai perwujudan cinta-Nya kepada mahkluk ciptaan-cinta-Nya. Kita hendak turut ambil bagian dalam perjalanan hidup-Nya. Dengan demikian nampak jelas bahwa penyerahan diri yang kita lakukan kepada Allah merupakan ketulusan hati kita untuk hidup seturut kehendak-Nya dan sekaligus mau untuk turut serta dalam melaksanakan karya keselamatan yang dicita-citakan-Nya.

3. Kerinduan Akan Allah

(51)

Dalam berdoa yang menjadi obyek dari doa adalah kerinduan. Di mana kita sebagai manusia lemah merasakan kerinduan kepada Allah. Kita diajak untuk mampu menggali diri dan dalam pengalaman kita bersama orang lain. Kerinduan kita untuk bertemu dengan orang yang kita inginkan salah satunya dapat kita lakukan dengan menyapa. Lewat sapaan inilah, kita mampu untuk melihat diri kita sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, “bila kegiatan itu ditujukan untuk menemui dan membangun hubungan pribadi dengan Allah, maka doa ‘manusiawi’ itu menjadi doa ‘religius’ (Darminta, 1983: 34).

Manusia dalam hidupnya memiliki kerinduan untuk menemui dan melihat Allah. Oleh karena itu Allah telah menanam kerinduan dalam hati manusia supaya manusia semakin tergerak untuk menemui-Nya. Manusia di hadapan Allah selalu menyadari kelemahannya sebagai ciptaan-Nya di dunia ini. Dengan menyadari segala kekurangan dan kelemahan yang ada di dalam diri, maka setiap orang memohon kepada Allah untuk menyempurnakan kekurangan tersebut. Doa juga salah satu bentuk ungkapan kerinduan manusia dengan Allah. Kerinduan dan doa tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. “Bahkan dikatakan bahwa merindukan itu sendiri sudah merupakan doa” (Darminta, 1983: 40). Dalam doa juga, seseorang akan menyadari segala kekurangan yang ada di dalam dirinya dan semakin memohon kepada Allah untuk segera bertindak atas dirinya.

(52)

Manusia selalu mengharapkan bahwa kehidupan yang dijalani saat ini, suatu saat akan mencapai pada kepenuhan hidup dalam Allah. Hal ini sangat jelas bahwa kerinduan manusia kepada Allah, akan membuat manusia memiliki keinginan besar untuk bertemu dengan yang mereka rindukan yaitu Allah sendiri. Karena mereka menyadari bahwa penyelenggaraan hidup mereka selalu dalam naungan dan kehendak Allah sendiri.

4. Bertumbuh Dalam Keutamaan Ilahi

Doa yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari tentunya membawa dampak perubahan pada diri kita. Perubahan di dalam diri kita akan terjadi dengan bantuan dan bimbingan Allah sendiri, asalkan dari kita sendiri ada kesediaan untuk merubah diri. Hidup yang selalu dalam naungan Allah akan membuat kita semakin mampu untuk mengenal Allah yang lebih jauh serta mendalam lagi.

(53)

dapat mengukur sejauhmana perkembangan iman, harapan dan cinta yang ada di dalam diri kita saat ini.

Dengan selalu setia mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah, membuat hidup kita ini menjadi aman, nyaman dan damai karena Allah yang berkarya di dalam diri kita.

Doa merupakan saat untuk membuka diri kepada kehendak Allah dan saat untuk memperkembangkan cinta kepada kehendak Allah, sehingga kehendak itu menjadi norma hidupnya. Dalam doa terjadi saat pemersatuan dengan kehendak Allah dan saat pengosongan diri agar dipenuhi oleh Tuhan sendiri (Darminta, 1981:32).

Dengan doa, kita mampu untuk mendengarkan kehendak Allah. Doa juga dapat mengarahkan hidup seseorang sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Dalam keutamaan-keutamaan teologal itu pula, kita merasakan bahwa hidup kita semakin sangat berarti dan kita memiliki rasa penghargaan terhadap hidup yang telah kita terima dari-Nya. Dalam berdoa juga, kita perlu mendengarkan lebih jauh suara hati kita. Suara hati yang berasal dari suara Allah sendiri. Dalam doa, kita perlu menghayati hidup kita di dalam Allah.

C.Penghayatan Hidup Doa Sebagai Calon Katekis

(54)

1. Kehidupan Rohani Yang Mendalam

Keberadaan para calon katekis saat ini yang sedang menjalani studi, nantinya akan turut serta juga dalam karya pewartaan Yesus di tengah masyarakat. Peran mereka inilah yang akan membantu umat untuk semakin menghayati imannya akan Yesus Kristus. Oleh karena itu, mereka ini perlu memiliki kehidupan rohani yang mendalam. Sangatlah tidak masuk akal apabila seorang katekis yang bertugas mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus, tidak memiliki kehidupan rohani yang mendalam. Kehidupan rohani yang mendalam ini juga tercermin lewat hubungan mereka dengan Yang Ilahi. Dalam hal ini Prasetya (2007: 44) mengatakan:

Katekis memiliki intimitas dengan Yang Ilahi. Mengingat tugas katekis adalah mewartakan Kabar Gembira, sudah sepantasnya ia mampu mengenal pribadi Allah dan Yesus Kristus secara personal, misalnya saja melalui doa, penerimaan sakramen-sakramen (khususnya Sakramen Ekaristi), membaca dan merenungkan Kitab Suci, menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja (misalnya adorasi Ekaristi, devosi Maria, devosi Hati Yesus yang Mahakudus).

Dilihat dari hal-hal tersebut di atas, sangatlah sulit bagi para calon katekis untuk melaksanakan tugasnya tersebut apabila di dalam dirinya kurang menerapkan hidup doa. Hubungan mereka dengan Yang Ilahi, membuat mereka semakin mengenal pribadi Allah dan kehendak-Nya atas manusia saat ini.

(55)

kepribadian yang buruk. Oleh karena itu, sebagai seorang calon katekis, perlu menyadari bahwa sebagai seorang pewarta yang hidup di tengah masyarakat segala tingkah laku, tutur kata kita akan selalu menjadi sorotan bahkan bisa menjadi panutan bagi orang lain.

Aspek kehidupan rohani para katekis sangat penting dan lebih diutamakan. “Kehidupan rohani mereka harus didasarkan pada persekutuan dalam iman dan cinta dengan pribadi Yesus, yang telah memanggil dan mengutus mereka dalam tugas perutusannya” (Komkat KWI, 1997: 45). Dengan kehidupan rohani yang dijalankan oleh seorang katekis salah satunya lewat doa, maka hal ini akan membantu mereka untuk memperkaya kehidupan batinnya dan mereka juga semakin memiliki kedewasaan rohani yang sangat menunjang perannya di tengah masyarakat.

Doa yang mereka laksanakan terlebih-lebih hanya memohon kepada Allah supaya tugas pelayanan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan oleh karena rahmat Allah yang berkarya di dalam diri mereka, para katekis dapat menyampaikan apa yang menjadi isi pelayanannya itu, yaitu Yesus Kristus sendiri.

2. Pengolahan Hidup dengan Doa

(56)

hidup di dunia ini, tidak selamanya akan mengalami pengalaman yang menyenangkan namun pengalaman yang menyedihkan juga sering melanda. Dari setiap pengalaman hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, maka akan membawa pengaruh baik negatif maupun positif di dalam diri. “Begitulah doa menggerakkan dan mengarahkan manusia ke kepenuhan hidup di dalam Tuhan yang akan terjadi” (Darminta, 1997: 45). Segala yang akan dilakukan seorang katekis dalam menjalankan tugasnya mewartakan Kabar Gembira akan mendapat penyertaan dan bimbingan dari-Nya.

Seorang katekis sebagai seorang pewarta, dituntut memiliki “kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab” (Prasetya, 2007: 40). Dalam hal ini kualitas hidup seorang katekis sangatlah erat hubungannya dengan tingkah laku, pribadi yang bermutu dan memadai. Sehingga dengan bantuan mereka inilah, orang akan mengenal dan mengimani Yesus Kristus lebih dalam dan lebih dekat lagi. Selain itu juga, katekis juga membantu umat beriman katolik untuk mampu membangun intimitas dengan-Nya (Prasetya, 2007: 41).

3.Manfaat Hidup Doa Sebagai Seorang Calon Katekis

(57)

itu” (Luk 1: 38). Mereka tidak pernah menganggap bahwa sesuatu yang akan dihadapi dan dialaminya saat mereka menjalankan tugasnya adalah berasal dari kehendak mereka sendiri, melainkan semuanya berkat rahmat dari Allah.

Doa dapat memberi kekuatan kepada para katekis dalam menjalankan tugasnya, sehingga dengan menyadari akan tugas perutusan yang diemban oleh mereka maka mereka akan menjalankan tugasnya tersebut dengan sungguh-sungguh. Dalam hal ini Prasetya (2007: 44) mengatakan:

Katekis menyadari panggilan dan perutusannya. Ia diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis itu bukan karena kemauan diri sendiri, tetapi pertama-tama sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri, seperti para murid yang dipanggil Yesus Kristus.

(58)
(59)

KEHIDUPAN DOA MAHASISWA-MAHASISWI AWAM PRODI IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS

Pada bab ketiga ini akan dilakukan penelitian terhadap mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK sebagai calon katekis. Penelitian ini dilakukan untuk menggali kehidupan doa para mahasiswa-mahasiswi awam serta menemukan dampak dari kehidupan doa yang dilaksanakan dalam hidup sehari-hari mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK sebagai calon katekis.

A.Kehidupan Doa

Kehidupan doa dapat diartikan sebagai kehidupan sehari-hari yang diwarnai dengan pelaksanaan doa. Dengan kata lain bahwa dalam kehidupan sehari-hari, doa tidak pernah ditinggalkan, doa telah menjadi bagian dari hidup. Doa memperoleh tempat khusus, sama halnya dengan keseluruhan aktivitas yang selalu dikerjakan dalam hidup sehari-hari. Hidup doa tidak hanya sebagai suatu komunikasi yang dibangun antara manusia dengan Allah, lebih dari komunikasi hidup doa selalu tercermin dalam tindakan dan tutur kata yang mencerminkan Allah yang berkarya di dalam diri seseorang tersebut.

(60)

keleluasaan dan kemerdekaan semakin tumbuh dalam hidup cinta-Nya (Darminta, 1981: 16).

Dengan hal inilah, Allah selalu menginginkan bahwa manusia dapat mengamalkan ajaran cinta kasih-Nya dalam hidup sehari-hari terhadap sesama. Hidup doa yang dilaksanakan dalam hidup sehari-hari, dapat menjadi kekuatan dalam melaksanakan segala aktivitas hidup. Di dalam hidup kita sehari-hari, Allah pertama kalinya mengundang setiap manusia datang kepada-Nya untuk berdoa. Dengan ketergerakan hatinya, manusia datang untuk menanggapi panggilan Allah tersebut. Dalam berdoa, manusia mencurahkan seluruh isi hati, perasaan yang dialaminya kepada Allah.

B. Mahasiswa-mahasiswi Awam

(61)

Tentunya mahasiswa-mahasiswi yang masuk ke Prodi ini mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam memilih Prodi ini. Dengan berjalannya waktu, mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Prodi ini dipersiapkan menjadi seorang katekis. Mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di sini, kepribadiannya dikembangkan secara menyeluruh baik segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

C.Prodi IPPAK

Pada bagian ini akan diuraikan dua bagian yaitu pertama tentang gambaran Prodi IPPAK serta pada bagian kedua akan menguraikan tentang proses studi di Prodi IPPAK.

1. Gambaran Prodi IPPAK

(62)

program studi ini mengadakan penataan kembali. Program studi ini berubah namanya menjadi Program studi dengan nama Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Untuk saat ini Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian dari Universitas Sanata Dharma. Di Prodi IPPAK ini terdapat mahasiswa-mahasiswi baik religius maupun awam (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 1-3).

Situasi belajar di kampus ini sangat kondusif, suasana yang mendukung dalam proses perkuliahan serta para dosen-dosen yang berkompeten dalam bidang ilmunya masing-masing. Mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Prodi IPPAK kebanyakan berasal dari Yogyakarta maupun dari luar pulau Jawa. Namun dapat dilihat bahwa kebanyakan mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Prodi IPPAK ini adalah para mahasiswa-mahasiswi pendatang.

Proses studi di Prodi IPPAK disesuaikan dengan visi dan misi seperti di bawah ini:

Visi :

Mewujudkan katekis yang bijaksana dan berilmu untuk membangun jemaat yang bermutu.

Misi :

(63)

Tujuan :

Menghasilkan lulusan yang beriman mendalam, berkepribadian utuh, mampu berefleksi atas imannya dan berkualifikasi untuk mengemban misi IPPAK.

Sasaran :

Menghasilkan lulusan yang kompeten untuk menjadi guru agama di sekolah maupun fasilitator katekese dalam jemaat.

2. Gambaran Proses Studi di Prodi IPPAK

(64)

PPL ini adalah kegiatan akademik yang berupa aplikasi dan praktik teori-teori pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama Katolik di sekolah-sekolah menengah umum dan kejuruan di lingkungan-lingkungan di suatu Paroki yang ditunjuk (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 10).

Proses perkuliahan di Prodi IPPAK setiap harinya berlangsung mulai pukul 07.00-13.00 WIB. Di luar jam kuliah tersebut, mahasiswa-mahasiswi mempunyai kegiatan tambahan seperti misalnya kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas atau hanya sekedar belajar dan diskusi bersama teman. Kegiatan tambahan tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa setelah pulang kuliah atau pada sore hari. Selain pengembangan di bidang ilmu, di kampus ini juga memperkembangkan kepribadian dan bakat yang dimiliki oleh mahasiswa yang menjalankan studinya di Prodi IPPAK ini. Secara khusus Prodi IPPAK menyelenggarakan kegiatan ko-kurikuler yang meliputi pembinaan spiritualitas, berekspresi (teater rakyat), berdiskusi dan analisis sosial. Di Prodi IPPAK, retret menjadi suatu kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun untuk tiap angkatan dan kegiatan retret ini sebagai bagian integral pendidikan calon katekis. Pada kenyataan, banyak peluang lulusan Prodi IPPAK yang dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama studinya di Prodi IPPAK ini.

(65)

mahasiswa-mahasiswi. Pembinaan ini membantu mahasiswa-mahasiswi semakin memiliki semangat dalam menjalankan segala aktivitas baik dalam perkuliahan dan dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya sehari-hari. Pembinaan lewat kegiatan retret lebih bertujuan untuk meningkatkan hidup rohani mereka dan supaya mahasiswa-mahasiswi dapat mengolah setiap pengalaman hidup mereka dalam terang Yesus Kristus. Selain itu juga, pembinaan yang diberikan kepada mahasiswa Prodi IPPAK ini dapat membantu mahasiswa dalam memperkembangkan diri baik kedewasaan manusiawi maupun kedewasaan iman kristianinya. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya, mahasiswa dapat menghayati spirtualitasnya sebagai pewarta kabar gembira (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 50).

D.Calon Katekis

(66)

Seorang calon katekis dituntut memiliki kualitas hidup yang baik dan juga di tengah kehidupannya mereka mampu melaksanakan tugas perutusannya. Kriteria yang diperlukan untuk menjadi seorang pewarta yang mengemban tugas perutusan Yesus Kristus antara lain memiliki kehidupan rohani yang mendalam dan memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya (Prasetya, 2007: 41). Di mana seorang calon katekis perlu membenahi dan semakin mempererat hubungan pribadinya dengan Allah serta mampu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang calon katekis juga dipersiapkan dengan berbagai pengetahuan yang mendukung tugas perutusannya, keterampilan dalam menjalankan pewartaannya di tengah kehidupannya sehingga pewartaannya sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan (Prasetya, 2007: 53). Selain itu, dalam masa studi para calon katekis dibantu untuk mengolah motivasi yang sungguh dapat mengarahkan pada panggilannya sebagai calon katekis dan perlu diperhatikan juga spiritualitas, pengetahuan dan keterampilan (Prasetya, 2007:57).

E. Kehidupan Doa Mahasiswa-mahasiswi Awam Prodi IPPAK sebagai Calon Katekis

(67)

1. Tujuan Penelitian

a. Menggali kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK dalam menanggapi panggilan sebagai calon katekis

b. Mengungkapkan dampak dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan dirinya sebagai calon katekis

2. Manfaat Penelitian

a. Menemukan gambaran kehidupan doa pribadi mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK selama masa kuliah

b. Membantu mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk meningkatkan kehidupan doanya

c. Menemukan manfaat dari kehidupan doa pribadi sehari-hari mahasiswa- mahasiswi awam Prodi IPPAK untuk mempersiapkan diri sebagai calon katekis

3. Metode Penelitian

(68)

4. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Variabel Kuesioner

No Variabel No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Hidup Doa 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9 2 Panggilan sebagai calon Katekis 10, 11, 12 3

Jumlah total item 12

Dari variabel kuesioner yang digunakan dalam penelitian skripsi, maka disusunlah kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner

No. Variabel/Sub Variabel Indikator No.

Item

(1) (2) (3) (4)

I 1.

2.

3.

Hidup Doa

Makna hidup doa

Penghayatan doa sebagai calon katekis

Manfaat hidup doa

a.Menyebutkan gambaran hidup doa pribadi

b.Menjelaskan makna doa c.Menyebutkan bentuk doa

yang dikenal

d.Menjelaskan bentuk doa yang paling sering dilaksanakan

a.Menunjukkan tindakan yang tepat dalam menghadapi pengalaman hidup

b.Menyebutkan gambaran hidup doa sebagai calon katekis

a.Merasakan kedamaian dalam diri saat berdoa

(69)

II Panggilan Sebagai calon Katekis

b.Merasakan manfaat hidup doa pribadinya

a.Menjelaskan arti katekis b.Menyebutkan

usaha-usaha menanggapi panggilan sebagai calon katekis

c.Menjelaskan dampak doa dalam kehidupannya sebagai calon katekis

8, 9

10 11

12

Jumlah Item 12

5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif naturalistik. Penelitian kualitatif naturalistik dimaksudkan ialah peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi/situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja (Nasution, 2002 : 9).

6. Tempat dan Waktu Penelitian

(70)

7. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Dr. Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim, populasi yakni unit tempat diperolehnya informasi, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi (2004: 84-85). Jumlah populasi yaitu 179 orang mahasiswa-mahasiswi (tahun akademik 2006/2007), yang terdiri dari 109 mahasiswa-mahasiswi awam, 56 suster, 4 frater dan 10 bruder. Sampel dari penelitian ini diambil 30 orang mahasiswi dari jumlah seluruh mahasiswa-mahasiswi awam di Prodi IPPAK. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif, sedangkan sampel penelitian ini adalah semester II, IV, VI, VIII dan X yang masing-masing semester diambil 6 orang mahasiswa-mahasiswi awam.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2002: 15).

8. Instrumen Penelitian

(71)

dibagikan kepada responden bersifat terbuka. Responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner sesuai dengan yang dialaminya. Ada kemungkinan jawaban responden satu dengan yang lainnya berbeda.

Selain dengan penyebaran kuesioner, untuk mendukung data-data yang telah diperoleh lewat penyebaran kuesioner, penulis juga mengadakan studi pustaka. Studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian, serta mendukung data-data yang telah diperoleh dari responden dalam penelitian [lihat lampiran hal. (1)].

9. Teknik Pelaporan Data

(72)

telah diperoleh, kemudian kesimpulan tersebut juga harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung (Nasution, 2002: 129-130).

F. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK, setelah kuesioner terkumpul maka penulis melaporkan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaporan Hasil Penelitian

Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK, seluruh kuesioner yang disebarkan berhasil dikumpulkan semua. Peneliti memperoleh data-data lewat kuesioner yang disebarkan. Berikut ini adalah pelaporan hasil penelitian yang dilakukan lewat kuesioner yang dibagikan kepada 30 responden.

Tabel 3. Doa dalam hidup sehari-hari (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Rutinitas 20 67

Kebutuhan 2 7

Tidak pernah berdoa 1 3

Selingan 7 23

Saat ada masalah 6 20

Saat ada permohonan 3 10

(73)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah responden (mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK) terbanyak yaitu mahasiswa-(mahasiswa-mahasiswi awam yang melaksanakan doa sebagai rutinitas dalam kehidupannya sehari-hari (67%). Tabel tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK sudah melaksanakan doa dalam kehidupannya sehari-hari sedangkan untuk jumlah responden terendah adalah yang tidak pernah berdoa (3%).

Tabel 4. Makna Doa (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Relasi antara manusia dengan Allah 22 73 Ungkapan perasaan hati kepada Tuhan 3 10

Kebutuhan rohani 3 10

Nafas hidup 5 17

Ungkapan syukur 4 13

Perlindungan bagi kita 1 3

Pernyataan iman kepada Allah 1 3

(74)

Tabel 5. Bentuk Doa yang dikenal (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Doa-doa hafalan 25 83

Meditasi, Kontemplasi 2 7

Doa spontan 22 73

Ziarah ke Gua Maria 1 3

Dari tabel tersebut dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah doa-doa hafalan atau rumusan yang sudah baku yang mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari (83%). Dari tabel tersebut dapat diketahui juga jumlah responden terendah adalah melakukan ziarah ke Gua Maria (3%). Walaupun secara umum, mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK mengenal doa-doa hafalan, mereka juga mengenal doa spontan yang tidak ada rumusan bakunya.

Tabel 6. Doa yang diakrabi (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Doa-doa hafalan 18 60

Meditasi, Kontemplasi 1 3

Doa spontan 19 63

(75)

dapat dikatakan bahwa mahasiswa-mahasiswi awam Prodi IPPAK masih kurang mengakrabi doa-doa meditasi dan kontemplasi (3%).

Tabel 7. Menghadapi Pengalaman Hidup (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Dibimbing, disemangati 5 17

Aman, nyaman, tenang 8 27

Tuhan hadir dalam hidup 5 17

Hidup lebih bermakna 6 20

Tabah dan bijaksana 4 13

Bersyukur atas pengalaman hidup 3 10 Kekuatan dan sumber inspirasi 4 13 Hadapi apa adanya dan percaya padaNya 3 10

(76)

dalam menghadapi pengalaman hidup mereka menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dalam hidup sehari-hari, mereka selalu dibimbing dan disemangati olehNya.

Tabel 8. Pelaksanaan Doa sebagai calon katekis (N=30)

Jawaban Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

(1) (2) (3)

Rutin setiap hari 11 37

Ikut Perayaan Ekaristi 1 3

Kewajiban 1 3

Nafas kehidupan dan inspirasi hidup 3 10

Saat-saat tertentu 12 40

Biasa-biasa saja 3 10

Tidak pernah berdoa 1 3

Gambar

Tabel 1. Variabel Kuesioner
Tabel 3. Doa dalam hidup sehari-hari  (N=30)
Tabel 4. Makna Doa (N=30)
Tabel 5. Bentuk Doa yang dikenal (N=30)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kami panitia pembangunan mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaat yang sudah turut berperan dan berpartisipasi dalam mendukung terlaksananya pembangunan Gereja

[r]

Penyebab kerusakan alam akibat ulah manusia merupakan penyebab tertinggi dan sangat berpengaruh daripada faktor alam yang terjadinya tidak setiap hari. Banyak negara

Karena itu perlu dilakukan dengan Vendor Performance Indicator (VPI) merupakan suatu sistem manajemen pengukuran kinerja supplier yang dilakukan secara komprehensif dan

Peserta yang berbadan Usaha harus memiliki Surat Izin Usaha (SIUP) Non Kecil/menengah yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dan bergerak pada bidang/sub bidang bibit

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui efektivitas dari pengelolaan penggunaan dana pinjaman bergulir yang dikelola Badan Keswadayaan Masyarakat