• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. HIDUP DOA

B. Unsur-unsur Dalam Hidup Doa

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dan dibangun dalam hidup doa akan diuraikan sebagai berikut:

1. Keheningan

Dalam suasana hidup saat ini, memang setiap orang banyak disodorkan akan pilihan-pilihan hidup yang akan membuat mereka semakin jauh dari Allah. Setiap orang tidak akan mampu bertahan selamanya tanpa adanya peran Allah di dalam hidupnya. Begitu juga dengan hidup doa. Hidup doa mmberikan banyak manfaat bagi mereka yang sering dan secara rutin melaksanakan doa di dalam hidupnya. Dalam doa, kita tidak dapat langsung masuk berkomunikasi dengan Allah tanpa adanya persiapan dari diri kita. Yang sangat dibutuhkan saat berdoa adalah keheningan. Sebelum masuk dalam doa, kita perlu menciptakan suasana hening baik keheningan dari luar diri kita maupun keheningan dari dalam diri kita. Dalam hal ini Darminta (1983: 54) mengatakan:

Keheningan yang dituntut untuk berdoa itu ialah terutama keheningan hati, seperti perasaan teratur, perhatian tidak terpecah, nafsu teratur, pikiran teratur. Pokoknya hati teratur. Keteraturan itu juga nampak dalam keteraturan lahiriah, seperti tutur kata yang teratur, gerak-gerik yang teratur, dan hidup yang teratur.

Jika seseorang mau melaksanakan doa, alangkah baiknya terlebih dahulu membangun keheningan. Dengan membangun keheningan, seseorang akan sungguh mampu merasakan, mengalami kehadiran serta bisikan Allah atas dirinya. Setiap pribadi menyerahkan segala sesuatu yang dialami dalam doa tersebut sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah. Dengan keheningan yang telah mampu diciptakan dalam diri orang yang akan berdoa, maka berkelanjutan pada kesadaran untuk menyadari kedalaman batinnya. Dengan kesadaran itu pula, mereka diajak untuk

bertemu dengan Allah yaitu mereka akan berkontak dengan dunia batin mereka. Allah yang mencintai dan bertindak menuju pada kepenuhan hidup.

Dengan keheningan ini juga, seseorang mampu mendengarkan bisikan dari Allah. Mereka tidak hanya mampu untuk mendengarkan yang terjadi dalam dirinya, melainkan juga mendengarkan Allah yang menyapa mereka terus-menerus. Kesadaran itu merupakan kesadaran mistik yang merupakan kekuatan dahsyat dalam membimbing kita mengarungi hidup ini.

2. Keterbukaan Hati

Berdoa berarti saat untuk mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah. Dalam doa juga kita membuka diri kita untuk Allah. Dalam hal ini, manusia berani untuk menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghambat dirinya untuk mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah. Apabila kita sudah mau membuka hati untuk Allah dan membiarkan yang terjadi pada kita menurut kehendakNya, maka kita pun akan secara total menyerahkan diri kepadaNya tanpa adanya paksaan. Kita telah mengalami pemurnian hati yang merupakan anugerah selama kita melaksanakan doa. “Pemurnian hati ini membentuk dan menumbuhkan suatu hati baru, yaitu hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus, yang membuat manusia terbuka dan penuh penerimaan kepada Allah” (Darminta, 1981: 31).

Pemurnian hati yang telah diperoleh berkat anugerah yang kita terima dari Allah dalam doa, membuat kita mampu untuk membuka diri pada sapaan Allah. Selain itu dengan pemurnian hati, kita mau menyerahkan diri kita kepada penyertaan

roh di dalam kehidupan kita. Segala anugerah yang kita peroleh lewat doa, menumbuhkan cara hidup serta tindakan kita yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini Darminta (1981:32) mengatakan:

Keterbukaan kepada Roh ini sangat penting, sebab hidup doa kristiani dihayati dalam kehadiran Allah, yang dapat diraba dan dihayati. Penyerahan diri kepada Allah yang aktif dalam hidup merupakan syarat mutlak untuk menghayati pergaulan dan wawancara dengan Allah, yang menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia.

Allah yang hadir dalam diri kita, disadari dengan sungguh-sungguh bahwa hal ini merupakan kehendak-Nya yang terjadi pada diri kita sebagai perwujudan cinta-Nya kepada mahkluk ciptaan-cinta-Nya. Kita hendak turut ambil bagian dalam perjalanan hidup-Nya. Dengan demikian nampak jelas bahwa penyerahan diri yang kita lakukan kepada Allah merupakan ketulusan hati kita untuk hidup seturut kehendak-Nya dan sekaligus mau untuk turut serta dalam melaksanakan karya keselamatan yang dicita-citakan-Nya.

3. Kerinduan Akan Allah

Tentunya dalam kehidupan kita sehari-hari kita memiliki kerinduan untuk berdialog dan bertemu dengan Allah. Kita merasakan ada sesuatu yang kurang jika dalam hidup kita sehari-hari kurang memberikan waktu untuk berdoa kepada-Nya. Sama halnya dengan kerinduan kita dengan orang lain. Kita akan selalu berusaha agar kerinduan yang kita alami tersebut dapat terobati, salah satunya dengan cara bertemu dengan orang yang kita rindukan tersebut.

Dalam berdoa yang menjadi obyek dari doa adalah kerinduan. Di mana kita sebagai manusia lemah merasakan kerinduan kepada Allah. Kita diajak untuk mampu menggali diri dan dalam pengalaman kita bersama orang lain. Kerinduan kita untuk bertemu dengan orang yang kita inginkan salah satunya dapat kita lakukan dengan menyapa. Lewat sapaan inilah, kita mampu untuk melihat diri kita sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, “bila kegiatan itu ditujukan untuk menemui dan membangun hubungan pribadi dengan Allah, maka doa ‘manusiawi’ itu menjadi doa ‘religius’ (Darminta, 1983: 34).

Manusia dalam hidupnya memiliki kerinduan untuk menemui dan melihat Allah. Oleh karena itu Allah telah menanam kerinduan dalam hati manusia supaya manusia semakin tergerak untuk menemui-Nya. Manusia di hadapan Allah selalu menyadari kelemahannya sebagai ciptaan-Nya di dunia ini. Dengan menyadari segala kekurangan dan kelemahan yang ada di dalam diri, maka setiap orang memohon kepada Allah untuk menyempurnakan kekurangan tersebut. Doa juga salah satu bentuk ungkapan kerinduan manusia dengan Allah. Kerinduan dan doa tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. “Bahkan dikatakan bahwa merindukan itu sendiri sudah merupakan doa” (Darminta, 1983: 40). Dalam doa juga, seseorang akan menyadari segala kekurangan yang ada di dalam dirinya dan semakin memohon kepada Allah untuk segera bertindak atas dirinya.

Doa merupakan gerak pertemuan kerinduan dan kehendak Allah dengan kerinduan dan kehendak manusia. Kesatuan kehendak inilah yang menjadi kenyataan konkret bahwa manusia ikut ambil bagian dalam hidup ilahi di dunia ini (Darminta, 1983: 40-41).

Manusia selalu mengharapkan bahwa kehidupan yang dijalani saat ini, suatu saat akan mencapai pada kepenuhan hidup dalam Allah. Hal ini sangat jelas bahwa kerinduan manusia kepada Allah, akan membuat manusia memiliki keinginan besar untuk bertemu dengan yang mereka rindukan yaitu Allah sendiri. Karena mereka menyadari bahwa penyelenggaraan hidup mereka selalu dalam naungan dan kehendak Allah sendiri.

4. Bertumbuh Dalam Keutamaan Ilahi

Doa yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari tentunya membawa dampak perubahan pada diri kita. Perubahan di dalam diri kita akan terjadi dengan bantuan dan bimbingan Allah sendiri, asalkan dari kita sendiri ada kesediaan untuk merubah diri. Hidup yang selalu dalam naungan Allah akan membuat kita semakin mampu untuk mengenal Allah yang lebih jauh serta mendalam lagi.

Doa sangat berhubungan erat dengan gerak dinamika hubungan manusia dengan Allah, yaitu gerak dan keutamaan-keutamaan teologal, iman, harapan dan cinta (Darminta, 1983: 62). Hal ini menggambarkan bahwa dalam doa kita perlu memperhatikan unsur-unsur tersebut supaya kita sungguh memahami apa yang menjadi kehendak Allah sendiri atas kita. Kita juga perlu memperhatikan apakah keutamaan-keutamaan dalam iman, harapan dan cinta akan tumbuh di dalam kehidupan kita juga. Manusia hidup di dunia ini mengalami Allah berdasarkan adanya iman, harapan dan cinta (Darminta, 1983: 73). Dengan melihat diri kita, kita

dapat mengukur sejauhmana perkembangan iman, harapan dan cinta yang ada di dalam diri kita saat ini.

Dengan selalu setia mendengarkan sapaan dan bisikan dari Allah, membuat hidup kita ini menjadi aman, nyaman dan damai karena Allah yang berkarya di dalam diri kita.

Doa merupakan saat untuk membuka diri kepada kehendak Allah dan saat untuk memperkembangkan cinta kepada kehendak Allah, sehingga kehendak itu menjadi norma hidupnya. Dalam doa terjadi saat pemersatuan dengan kehendak Allah dan saat pengosongan diri agar dipenuhi oleh Tuhan sendiri (Darminta, 1981:32).

Dengan doa, kita mampu untuk mendengarkan kehendak Allah. Doa juga dapat mengarahkan hidup seseorang sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Dalam keutamaan-keutamaan teologal itu pula, kita merasakan bahwa hidup kita semakin sangat berarti dan kita memiliki rasa penghargaan terhadap hidup yang telah kita terima dari-Nya. Dalam berdoa juga, kita perlu mendengarkan lebih jauh suara hati kita. Suara hati yang berasal dari suara Allah sendiri. Dalam doa, kita perlu menghayati hidup kita di dalam Allah.

Dokumen terkait