• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBASI S SASTRA I NDONESI A MODERN

Dalam dokumen buku hiski 5compressed (Halaman 132-137)

Maria L. A. Sumaryati

FKI P Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

ABSTRAK

Akhir-akhir ini pendidikan karakter sedang menjadi topik hangat di I ndonesia. Para pendidik dianggap berperan penting dalam membina moral peserta didiknya. Pengajaran bahasa dan sastra I ndonesia mempunyai peranan penting khususnya pengajaran sastra karena dalam novel terdapat nilai-nilai multikultural termasuk di dalamnya moral, etika, dan budaya.

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menjadikan karya sastra (novel) sebagai materi ajar yang dimasukkan dalam pengajaran bahasa I ndonesia. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan: 1)mendeskripsikan nilai-nilai multikultural (toleransi) yang terdapat dalam sastra

I ndonesia modern; 2) mendeskripsikan pembelajaran bahasa I ndonesia yang memuat materi sastra I ndonesia modern yang mengadung nilai-nilai multikultural(toleransi).

Penelitian ini dilakukan di beberapa SMPdi Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Adapun temuan awal penelitian ini: 1) RPP yang dirancang merupakan RPP yang dikeluarkan oleh MGP (Musyawarah Guru Pelajaran) sehingga diperoleh RPP yang sama dari 5 sekolah yang peneliti observasi;2)Akhir 2011 masuklah RPP berkarakter dan para guru tidak tahu bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam PBM; 3)RPP yang dibuat selama satu semester tersebut memuat beberapa materi sastra yang didominasi hanya pada materi apresiasi sastra itu pun hanya sekilas dibahas.

Kata kunci: internalisasi, nilai multikultural, sastra Modern.

-1-

Pendidikan di I ndonesia bertujuan untuk mengembangkan pribadi anak didik agar menjadi manusia yang utuh dengan segala nilai dan seginya. Pendidikan tidak hanya soal kemajuan otak atau pengetahuan kognitif. Oleh sebab itu, sekolah diharapkan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan otak tetapi juga mengajari nilai-nilai kehidupan manusia yang dianggap perlu, seperti nilai demokrasi, nilai kesamaan, nilai persaudaraan, dan nilai sosialitas. Selanjutnya pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Akhir-akhir ini khususnya di I ndonesia terjangkit krisis moral dan hampir di semua elemen bangsa juga merasakannya. Berbagai peristiwa muncul di permukaan dengan memperlihatkan perilaku yang tidak mengenal nilai-nilai manusiawi. Dunia pendidikan tidak luput dari dampak peristiwa-peristiwa tersebut dan bahkan dituding sebagai lembaga sekolah yang gagal menjalankan tugasnya. Fungsi sekolah sebagai transformasi budaya saat ini tidak mampu menghasilkan keluaran yang memiliki kecerdasan utuh, cerdas intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Tudingan itu tidak semua benar dan tentunya menjadi bahan refleksi bagi dunia pendidikan.

Dimensi moral erat kaitannya dengan dimensi watak. Setiap individu memiliki penilaian moral yang berbeda-beda. I tu pun tergantung watak dari tiap-tiap individu. Misalnya, seseorang dikatakan jujur ketika dirinya mempraktikkan watak kejujurannya di setiap waktu dan tempat. I a tidak memilih-milih waktu dan tempat, dengan bermaksud dirinyaatau ingin dipuji orang lain. Artinya, kapan pun dan di mana pun, ia tetap berwatak jujur kepada Tuhan, orang lain, dan terutama, diri sendiri. Pendek kata, krisis moral bisa diatasi dengan pembinaan watak.

Nilai moral mencerminkan diri kita yang sebenarnya. Sebaliknya nilai moral pun merefleksikan siapa diri kita sebenarnya. Kita tidak selalu berhasil hidup sesuai dengan nilai moral yang kita yakini, terkadang kita gagal. Namun, nilai moral itu sendiri mendemonstrasikan bagian terbaik atau terburuk dari kita.

Secara umum pembelajaran sastra akan menjadi sarana pendidikan moral. Karya sastra yang bernilai tinggi di dalamnya terkandung pesan moral yang tinggi. Karya sastra ini merekam semangat zaman pada suatu tempat dan waktu tertentu yang disajikan dengan gagasan yang berisi renungan falsafah. Melalui pembelajaran sastra, siswa diharapkan akan menjadi warga yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang luhur.

Pembelajaran sastra sangat penting di sekolah karena ada berbagai alasan, yaitu karya sastra menjembatani hubungan realita dan fiksi (Alwasilah, 2006) .

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam sastra I ndonesia modern dan mendeskripsikan pembelajaran bahasa I ndonesia yang memuat materi sastra I ndonesia modern yang mengadung nilai-nilai multikultural.

-2-

Tilaar (2004) menyatakan bahwa multikulturalisme adalah konsep pembudayaan. Oleh karena proses pendidikan adalah proses pembudayaan,maka masyarakat multikultural hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan. Penanaman pengakuan terhadap keragaman etnis dan budaya masyarakat I ndonesia di era globalisasi saat ini merupakan upaya merespon fenomena konflik etnis dan sosial budaya yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Selanjutnya dikatakannya pula masyarakat multikultural adalah masyarakat yang penuh risiko karena masyarakat itu berubah dengan cepat sehingga meminta manusia untuk mengambil sikap dan melakukan pilihan yang tepat untuk hidupnya atau hanyut bersama perubahan itu.

Pendidikan multikultural merupakan salah satu alternatif untuk tidak sekedar merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, berbangsa, dan berbahasa, tetapi juga mendefinisikan kembali rasa kebangsaan itu sendiri. Pendidikan multikultural di sekolah merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah dan menuntut persamaan hak bagi setiap kelompok seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata social, dan agama. Menurut

Secara umum ada tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu masalah agama, nasionalisme, dan rakyat (Wahid dalam Tilaar, 2004:14;) sebaliknya Tilaar (44) mengatakan bahwa pendidikan multikultural tidak diarahkan semata-mata kepada ranah rasial, agama, dan budaya domain atau mainstream. Pendidikan multikultural lebih

difokuskan untuk menumbuhkan sikap toleran dari warga masyarakat agar mengakui pluralism di dalam masyarakat antara lain upaya mengurangi gesekan-gesekan atau ketegangan yang diakibatkan oleh perbedaan di dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya meredukasi berbagai jenis prasangka negative yang secara potensial hidup dalam masyarakat yang majemuk.

Menumbuhkan sikap toleran dari warga masyarakat agar mengakui akan pluralism di dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini, siswa membutuhkan pengetahuan, pengalaman, aktivitas untuk mengeksplorasi dan mengembangkan nilai-nilai multikultural sebagai perwujudan nilai-nilai pribadi (konsep diri) dan sosial seperti diprogramkan Tillaar dalam pendidikan nilai antara lain (i) ketaatan, (2) penghargaan, (3) toleransi, (4) tanggung jawab, (5) kebersamaan, (6) keadilan, (7) kejujuran, (8) kerendahan hati, (9) cinta dan kasih saying, (10) kesederhanaan, (11) kebebasan, (12) persatuan. Nilai-nilai tersebut bersifat universal tetapi di balik keuniversalannya terdapat keberagaman dalam bahasa dan budaya serta etnik yang berbeda.

Pendidikan multikultural ini diharapkan dapat membangun karakter (karakter building) siswa dalam relasinya dengan diri sendiri dan relasinya dengan sesama. Untuk membangun relasi yang baik dengan diri sendiri, ada tiga hal yang harus dikembangkan yaitu mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri, dan mengembangkan diri.

Pendidikan nilai menyarankan bahwa aktivitas siswa dalam pendidikan multikultural tidak memadai jika hanya mendengarkan nilai-nilai dalam budaya. Mereka harus mengalami dalam berbagai tingkat kemampuan agar mereka benar-benar mempelajari dan menjadikan nilai-nilai tersebut bagian dari mereka. Selanjutnya, mereka membutuhkan keterampilan-keterampilan sosial agar dapat menggunakan nilai-nilai multikultural dalam kegiatan sehari-hari. Bahkan, remaja zaman sekarang harus dapat mengembangkan keterampilan mengambil keputusan yang sadar lingkungan. Dengan demikian, nantinya mereka akan membawa serta nilai-nilai multikultural; itu tidak hanya dalam kehidupan pribadi mereka sebagai orang dewasa tetapi juga ke dalam masyarakat multikultural yang lebih luas. Untuk itu penting bagi mereka untuk menjelajahi topik-topik toleransi (Tilaar, 2004:44) dan memiliki orang tua atau orang dewasa yang dapat menjadi model atau panutan dalam menjalankan hidup dan membangun sikap dan perilakunya sehari-hari.

-3-

Karya sastra merupakan sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya dan memuat tentang manusia dengan segala macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Karya sastra mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan kemanusiaannya.

Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita petik manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan kepekaan dan kearifan. Bagi orang awam hal yang mungkin tidak dapat menjadi semangat berarti bagi pengarang. Sesuatu yang dianggap tidak berarti oleh masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian diwujudkan kembali dalam bentuk karya sastra. Karya sastra memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hiburan sedangkan di sisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.

Pembelajaran bahasa I ndonesia diharapkan seimbang penerimaannya antara guru dan siswa dalam memahaminya. Sekarang ini terjadi pergeseran keaktifan di kelas materi dari yang semula lebih dikuasai oleh para guru dan pada gilirannya kini dibebankan kepada siswa. Perubahan tersebut memerlukan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat(Hardiningtyas,2008). Sementara ini metode pengajarannya yang kurang tepat dan juga pemanfaatan bahan ajar yang tersedia belum dapat dilakukan dengan baik. Sudah seharusnya terjadi perubahan dalam strategi penyampaian materi bahasa I ndonesia.

Para ahli pendidikan menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, dan teori lain. Guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing dan tentunya juga pengembang kurikulum tentunya akan memperhatikan hal tersebut di atas.

-4-

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode hermeneutik inkuari, analisis dokumen, penelitian tindakan.

Langkah awal dari penelitian ini peneliti melakukan observasi ke beberapa sekolah di Banjarmasin antara lain SMPN 6, SMPN 19, SMPN 5, SMPN 24, dan SMPN 13. Temuan- temuan yang ada sebagai berikut:

1. Proses Belajar Mengajar

Pada dasarnya para guru telah mengajar bahasa I ndonesia dengan baik artinya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mereka buat sebelumnya. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut;

a. RPP yang dirancang merupakan RPP yang dikeluarkan oleh MGP (Musyawarah Guru Pelajaran) sehingga diperoleh RPP yang sama dari 5 sekolah yang peneliti observasi.

b. Akhir 2011 para guru di Kalimantan Selatan memperoleh masukan RPP yang berkarakter dari Pusat.Namun, ternyata di lapangan nilai-nilai karakter tersebut hanya dicantumkan di RPP dan para guru tidak tahu bagaimana menerapkan nilai- nilai tersebut dalam PBM.

c. RPP yang dibuat selama satu semester tersebut memuat beberapa materi sastra yang didominasi hanya pada materi apresiasi sastra itu pun hanya sekilas dibahas. d. Alasan beberapa guru: mereka tidak memahami karya sastra khususnya puisi. 2. Materi Pelajaran

Di I ndonesia pengajaran sastra tidak berdiri sendiri, tetapi ikut di pengajaran bahasa I ndonesia. Dari penelitian di lapangan sejak kurikulum 1978 materi sastra selalu menempel di pengajaran bahasa I ndonesia dan sedikit sekali. Apalagi sejak itu (1978) banyak pengarang I ndonesia yang menghasilkan karya-karya sangat sulit dipahami. Hal itu menyebabkan semakin banyak guru yang tidak menyinggung sastra sama sekali sepanjang mengajar bahasa I ndonesia. Saat kurikulum KBK diluncurkan sebenarnya materi sastra sudah muncul meski porsinya sedikit tetapi ternyata guru-guru banyak juga yang mengajarkan bahasa I ndonesia saja.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar,A. 2007. Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Prespektif Pendidikan Umum. Malang : Universitas Negeri Malang.

Atosokhi, 1987: Character Building I : Relasi dengan diri sendiri Jakarta:Elex Media Komputindo)

Banks,J. dalam El’ Ma’hady,2005 (Multikultural dan Pendidikan Multikultutal dalam

http:artikel.us/ muhaemin6-04.html)

Banks,J.A. 1984. Teaching Strategies for Ethnic Studies. America: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Budimansyah, D. dkk. 2009. Pakem:Pembelajaran Aktif , Kreatif, Efekif, dan

Menyenangkan. Bandung: PT Genesindo.

Drost. 2007. Dari KBK sampai MBS. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Fawaid ,A. & Anam,K. 2009. Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-

SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat. Kusuma,D.2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:

Grasindo.

Kymlicka,W.Penterjemah Edlina Hafmini Eddin. 2002. Kewargaan Multikultural Teori

Liberal Mengenal Hak-hak Minoritas. Jakarta: Pustaka LP3ES

Lubis,M. 1955. Tehnik Mengarang.Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementerian PP dan K.

Mahayana, M. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra I ndonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mahmud,C. 2010. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Mangunwijaya. 1982. Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan.

Massialas,B.G and Rodney F Allen. 1996. Crucial I ssues in Teaching Social Studies. Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Musthafa,B. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan Pengajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI &New Concept English Education Center Jakarta.

Naim,N. & Achmad Sauqi. 2010. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Nurgiyantoro,B. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradotokusumo,P.S. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Prajitno,H. & Soetjipto,S.M.2008. Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sedyawati, E. 2007. Buku 1.Keindonesiaan dalam Budaya Kebutuhan Membangun Bangsa

yang Kuat. Jakarta: Wedatama Widya astra.

Suparno,P. dkk. 2006. Pendidikan Budi Pekerti di Sekola (Suatu Tinjauan Umum). Yogyakarta: Kanisius

Suseno,F.M. 2005. Etika Dasar Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius

Tilaar (2004) Multikulturalisme, Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam

Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Wahyu,I .2004. Menyoal Sastra Marginal. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Wiyatmi.2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta:Pustaka.

MEMPERKENALKAN DUNI A KRI STI ANI DAN

Dalam dokumen buku hiski 5compressed (Halaman 132-137)