• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Nilai dalam Syair Gulung

Dalam dokumen buku hiski 5compressed (Halaman 191-196)

PEMBELAJARAN UNTUK MEMBENTUK KARAKTER POSI TI F SI SWA

5. Nilai Nilai dalam Syair Gulung

Menurut Shipley, (dalam Tarigan, 1987:194-195) karya sastra (termasuk syair gulung) mengandung (1) nilai hedonik, yakni sesuatu yang memberikan kesenangan secara langsung, (2) nilai artistik, yakni suatu nilai keindahan sebagai manifestasi keterampilan sastra, (3) nilai etis, moral-religius-filosofis, yakni ajaran yang ada sangkut- pautnya dengan etika, moral, agama, dan filsafat, dan (4) nilai praktis, yakni hal-hal praktis yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain mempunyai nilai keindahan sastra juga mempunyai nilai ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya. Terdapatnya keindahan dalam karya sastra sebagai kreasi seni akan memberi kesenangan kepada pembaca. Sementara nilai kemanfaatan merujuk pada pemahaman ajaran nilai-nilai kehidupan. Kualitas nilai kesenangan dan ajaran tersebut ditentukan oleh terdapatnya harmoni dan uniti dari unsur-unsur pembentuk karya sastra itu sendiri. Martono (2009:96) kekuatan nilai ajaran dalam karya sastra ditentukan oleh (a) kedalaman gagasan yang dikemukakan penyairnya, (b) efeknya bagi pembaca dalam membangkitkan daya inspirasi dan mendorong inspirasi, (c) kekuatan bahasa yang digunakan melalui pilihan kata, ungkapan, maupun penggunaan gaya bahasa pada umumnya. Sebagai karya kreatif, kehadiran karya sastra akhirnya ditentukan bukan hanya ditentukan oleh keterampilan teknis semata-mata tetapi juga oleh terdapatnya pencerahan batin dan daya spiritual pengaranngya.

5.1 Nilai Keagamaan ( religius)

I stilah nilai religius sama dengan istilah “nilai ilahiah”. Nilai-nilai ilahiah dalam I slam ditawarkan secara terbuka dan bisa dicari hikmah yang paling tertinggi melalui proses pemaknaan atau verstehen. Ada tiga nilai ilahiah, yaitu (1) nilai imaniah, (2) nilai

ubudiah, dan (3) nilai muamalah.

Manusia sebagai makhluk Tuhan, baik secara sadar maupun tidak, merasakan adanya getar-getar tertentu dalam kalbunya yang mengisyaratkan adanya keinsyapan bahwa diluar diri manusia ada kekuatan dahsyat yang berpengaruh terhadap kehidupannya. Kesadaran ini disebut kesadaran religius. Kesadaran religius ini mempu memberikan implikasi adanya perasaan khas manusia yang mampu menggerakkan dan mengerahkan tingkah laku manusia. Di bawah ini syair gulung yang mencerminkan nilai religius.

Dalam syair gulung karya Mahmud, yang berjudul I man dan Taqwa dimulai bait ke 5 s.d. 12 bersumber dari ajaran Islam. Lebih tepat dengan istilah rukun iman. Dalam agama I slam kepercayaan atau keyakinan berhubungan dengan keimantauhidan. Nilai-

nilai akidah atau keimantauhidan secara eksplesit maupun inplisit dapat dilihat dalam syair gulung berikut ini.

I slam dan I man ikatan sejati Wajib diyakini di dalam hati Rukun iman mari cermati

Pegangan manusia sehidup semati Rukun iman tersusun sempurne Enam keyakinan wajib sempurne Setiap rukun penuh bermakne Setiap saat wajiblah terlaksane Pertame beriman kepade Allah Sesuai dengan Kalamullah Tunjuk ajar daripade Allah Wajib istiqomah berserte pasrah Kedua beriman kepade malaikat Sebanyak sepuluh Al-Quran mencatat Semua perbuatan pastilah tersirat Dari dunia sampai ke akhirat Ketiga kitap dalam urutan Yang wajib diimani setiap insan Kepada nabi malaikat Jibril sampaikan Petunjuk ajaran sebagai pegangan Keempat para Nabi dan Rasul 25 jumlah susul menyusul

Tarih I slam menjelaskan asal dan usul Tiada keraguan keyakinan muncul Kelima adalah Al-Yaumil Akhir Wajib diimani walaupun tah zahir Samalah seperti alam sebelum lahir Alam lahir dan akhirat sama-sama terukir Keenam tersusun Qudrat dan Iradat Suatu kepastian tiade tersesat Setiap mahluk pastilah mendapat Ketentuan Allah pastilah tersesat

Keimantauhidan berfokus pada pengakuan manusia tentang adanya Allah. Pengakuan tersebut disadari oleh manusia setelah manusia tahu hal-hal di luar batas kemampuannya. Pada saat seperti itu manusia merasa dirinya tidak berarti dihadapan Allah. Dengan mengaku adanya Allah, manusia merasa dekat dengan-Nya. Dalam kehidupan keagamaan manusia menghayati pertemuannya dengan Allah dalam dialog yang sejati. I ni mencerminkan akidah seseorang. Dalam ajaran agama I slam, nilai-nilai akidah tersebut termasuk dalam rukun I man: (1) pengakuan (iman) adanya Allah, (2) iman adanya Malaikat Allah, (3) iman terhadap kitabullah atau wahyu Allah, (4) iman terhadap Nabi dan Rasul, (5) iman adanya hari akhir, dan (6) iman adanya Qadla dan

5.2 Nilai Kemasyarakatan

Nilai sosial merupakan norma yang mengatur hubungan manusia dalam hidup berkelompok/ bermasyarakat. Norma sosial itu merupakan kaidah hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih jelas dikemukakan oleh Goeman (dalam Hidayat,1983:10), nilai sosial merupakan kaidah yang melandasi manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografis, sesama manusia, dan kebudayaan alam sekitar.

Manusia dalam mengadakan interaksi dengan sesama manusia sangat dibatasi oleh nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, manusia dalam bertingkah laku selalu berhati-hati. Tepat jika Amir (1986:44) mengatakan bahwa nilai sosial adalah nilai yang mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindak dan hidup manusia dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidup sosial manusia. Nilai kemasyarakatan dapat ditemukan dalam syair gulung yang dibacakan pada acara “Perpisahan Ketua UPPK Kecamatan Sungai Laur” karya Hairani K (dalam Rahayu, 2011).

Dari sempurna ke Randau Limat Jarak tempuhnya bukanlah dekat Kalau mau mengundang rapat Surat dikirim selalu terlambat Banyak petugas yang belum tahu Dimana letak dusun Merabu Harga sembakau mahal disitu Sebungkus kompas sepuluh ribu

Bait pertama di atas mendeskripsikan bahwa masyarakat di daerah tempat tinggalnya jauh/ berjauhan. Masyarakat sering mengadakan rapat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Masyarakat terbiasa untuk mengadakan rapat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu masalah. Pada baris terakhir pada bait tersebut ada tertulis

surat dikirim selalu terlambat. I ni merupakan kritikan terhadap pengiriman surat yang

selalu terlambat mengirim surat. Harapannya adalah surat undangan jangan selalu terlambat jika mengundang rapat. Ada pembelajaran yang dapat diambil dalam kutipan syair gulung di atas adalah harus dilakukan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu permasalahan. Selain itu, jika mengundang masyarakat rapat jangan terlambat mengantar undangannya.

Bait kedua di atas mendeskripsikan letak dusun Merabu yang jauh. Oleh karena itu, petugas banyak yang tidak tahu letak dusun Merabu. Letak yang jauh dari perkotaan mengakibatkan harga sembako mahal dan harga rokok kompas seharga sepuluh ribu rupiah. Bait dalam syair gulung tersebut memberikan pembelajaran bahwa menjadi petugas harus mengetahui daerah yang menjadi wilayah kerjanya.

5.3 Nilai Kepribadian

Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir, perasaan, dan perilaku individu manusia, serta bertindak sebagai aspek fundamental

dari setiap individu tersebut. Menurut Phares (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004) kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan, dan perilaku yang berbeda antara tiap individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi.

Nilai kepribadian sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai ini diperlukan karena pada kenyataan bahwa dalam melangsungkan hidup, manusia memerlukan sesuatu yang bersifat jasmaniah dan rohaniah dengan cara dan tujuan yang benar. Nilai-nilai kepribadian dapat dilihat dalam syair gulung karya Hairani K. Syair gulung yang dibacakan pada acara “Perpisahan Ketua UPPK Kecamatan Sungai Laur”.

Mayarakat Merabu selalu berkate Pak Rumaja pemimpin yang bijaksane Sekolah dibangun megah dan mulie Tidak terkire senang hatinye Guru kontrak bersedih hati Pak Rumaja tiada lagi disini

Karena mereka sudah berhutang budi Banyak diangkat pegawai negeri

Berdasarkan bait dalam syair gulung di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut. Masyarakat dusun Merabu selalu mengatakan sosok Pak Rumaja adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan memiliki hati yang mulia, baris kedua. Pak Rumaja

pemimpin yang bijaksane. Banyak membangun gedung sekolah yang megah. Sampai

sekarang gedung sekolah itu menjadi bukti perjuangan Pak Rumaja di dusun Merabu. Bait di atas mendeskripsikan kesedihan yang dialami para guru kontrak karena Pak Rumaja sudah pindah dari dusun Merabu. Jasa Pak Rumaja sangat banyak karena sudah mengangkat guru kontrak menjadi pegawai negeri. Mereka berhutang budi dengan Pak Rumaja. Ada nilai yang dapat diambil dalam bait syair gulung tersebut. Nilai itu adalah seseorang yang bijaksana dan memiliki hati yang mulia akan disenangi masyarakat.

6. Penutup

Pembelajaran syair gulung ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami syair gulung. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi syair gulung. Syair gulung diajarkan sebagai pengalaman yang menyenangkan siswa, bukan sebagai bahan hafalan yang memberatkan. Dengan membaca syair gulung hendaknya menimbulkan gairah agar siswa berkeinginan untuk dapat membaca syair gulung lainnya, karena syair gulung bernilai dalam kehidupannya dan tidak bersifat membosankan. Oleh karena itu, guru mengusahakan agar pembelajaran syair gulung dibuat menjadi hidup, penuh kreasi, tidak monoton, dan guru hendaknya mampu menciptakan kejutan, sesuatu yang istimewa dan sesuatu yang menyenangkan.

Syair merupakan wujud ekspresi penutur dengan menggunakan bahasa yang estetik. I si ekspresi, paparan bahasa, dan aspek keindahan merupakan unsur pembentuk syair yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, ada pesan yang dapat dipetik dalam syair gulung. Kegiatan mengapresiasi syair termasuk syair gulung berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Siswa diharapkan mampu menikmati,

menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra pada umumnya dan syair khususnya untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Wujud nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kemasyarakatan, dan nilai-nilai kepribadian dapat digali dalam syair gulung.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, H. 1986. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang dan Pendidikan Watak Guru. Disertasi, tidak dipublikasikan. Malang: PPS I KI P Malang.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar I si. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Contoh/ Model Silabus Mata Pelajaran Bahasa

I ndonesia. Jakarta.

Berry, John W; Ype H. Poortinga; Mashall H. Segall; Pierre R. Dasen. Psikologi Lintas-

Budaya: Riset dan Aplikasi. Terjemahan Edi Suhardono, 1999. Jakarta: PT

Gramedia.

Daradjat, Zakiah. 2001. Pembinaan Akhlak di Tingkat SMTA dan Perguruan Tinggi. Dalam Rama Furqona (ed). Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak & Remaja. Ciputat: PT. Logos Wacana I lmu.

Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA/ MA –

SMK/ MAK Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia.

Darma, Budi,1984. ‘Moral dalam Sastra’ dalam Andy Zoeltom (editor). Budaya Sastra. Jakarta: Rajawali

Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA/ MA –

SMK/ MAK Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia. Sosiologi Pedesaan

Hidayat, K. (Ed.). 1983.. Jakarta: Depdikbud.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.

Lickona. T. 1992. Educating for Charakter, How Our School Can Tach Recpect and

Responsibility. New York: Bantam Books.

Martono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan (Suatu Kajian Hermeneutika). Pontianak: STAI N Press.

Martono. 2010. Pembentukan Karakter Generasi Muda Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra I ndonesia. Dalam Novi Anoegrajekti, Sudartomo Macaryus, dan Endry Boeriswati (Eds.) I diosinkrasi. Jakarta: UNJ dan Kepel Press.

Rahayu, Didik. 2011. Analisis Struktur Kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang Karya

Hairani K. Skripsi. FKI P Untan Pontianak.

Ratsanjani. 2012. Nilai I slami Dalam Kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya

Mahmud, S.Pd. Skripsi. FKI P Untan Pontianak.

Singh, Agwan. 2000. Encyclopedia of The Holy Quran. New Delhi: Balaji Offset.

Sumardjo, Jakob, & Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, H. G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung. Angkasa Tarigan, H. G. 1987. Pengajaran Gaya Bahasa. Bangung: Angkasa.

Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Kegelisahan dan Keterpurukan Sosial Masyarakat

Dalam dokumen buku hiski 5compressed (Halaman 191-196)