• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.4 Identifikasi Biaya Pengembangan Program Desa

4.4.2 Biaya tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya pendukung yang digunakan untuk kelancaran operasional Poskesdes dan kegiatan desa siaga. Biaya ini meliputi biaya surat menyurat, konsumsi dan komunikasi yang berjumlah Rp.

3.000.000,00. Jumlah yang paling besar ada pada biaya konsumsi yang mencapai Rp. 2.100.000,00 atau 70% dari total biaya. Hal ini karena jumlah pengurus desa siaga relatif banyak, rata – rata berkisar 15 – 20 orang per desa. Biaya ini dihitung berdasarkan jumlah pertemuan/rapat yang dilakukan pengurus desa siaga.

Tabel 4.11 Rekapitulasi Biaya Tidak Langsung Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa Total 255.000 190.000 935.000 1.155.000 465.000 3.000.000

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 – 133 dan 137)

Tabel 4.12 Rekapitulasi Biaya Pengembangan Program Desa Siaga Aktif

Cermin 4.625.000 50.000 780.000 2.707.000 400.000 8.562.000 3 Telaga

Jernih - 1.795.000 6.820.000 3.200.000 600.000 12.415.000 4 Karang

Anyar - - 1.860.000 1.970.000 128.310.000 132.140.000

5 Stabat Lama

Barat 14.016.000 15.564.000 8.740.000 15.960.000 11.915.000 66.195.000 6 Pulau

Banyak 10.787.000 7.566.000 133.041.000 7.523.000 5.360.000 164.277.000 7 Desa Lama - - 135.100.000 2.722.000 548.000 138.370.000 8 Banyumas - - 1.780.000 1.700.000 127.500.000 130.980.000 9 Sangga

Lima - - 129.275.000 1.700.000 660.000 131.635.000

10 Selotong 4.595.000 50.000 127.615.000 2.365.000 295.000 134.920.000 Total 34.023.000 25.025.000 674.171.000 42.165.000 276.567.200 1.051.951.200

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 134 – 138)

Dapat dilihat bahwa biaya yang paling besar dikeluarkan oleh Desa Pulau Banyak, sejumlah Rp. 164.277.000,00 sedangkan biaya yang paling sedikit dikeluarkan oleh Desa Padang Cermin (Rp. 8.562.000,00) karena di desa tersebut belum dilakukan pembangunan Poskesdes. Fungsi Poskesdes dilakukan di Polindes yang sekaligus rumah bidan desa tersebut.

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas desa masing – masing, terlihat bahwa biaya terbesar juga dikeluarkan oleh Desa Pulau Banyak yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin, disusul oleh Puskesmas Desa Teluk (Rp.

144.555.000,00) karena terdapat 2 desa siaga aktif dan biaya yang terkecil dikeluarkan di wilayah kerja Puskesmas Selesai (Desa Siaga Padang Cermin) dan

Puskesmas Stabat Lama (Desa Stabat Lama Barat). Sedangkan biaya Desa/Puskesmas yang lainnya relatif berimbang, tergantung kegiatan dan operasional Poskesdes masing – masing.

4.5 Identifikasi Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011

Manfaat pengembangan program desa siaga aktif ini dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.

Secara bertahap biaya operasional Poskesdes dan pelaksaan kegiatan akan menjadi kegiatan rutin sehingga biaya yang dikeluarkan tidak sebesar saat pertama sekali kegiatan tersebut dilakukan. Semakin siap dan mandiri masyarakat mengatasi masalah kesehatannya, akan semakin kecil biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pelayanan kesehatan.

4.5.1 Manfaat Langsung

Manfaat langsung yang dirasakan selama pelaksanaan program desa siaga aktif adalah pengurangan biaya operasional Poskesdes. Hal ini sejalan dengan menurunnya jumlah kunjungan (angka kesakitan/morbiditas) di Poskesdes sehingga alokasi biaya untuk pengadaan obat, alat kesehatan habis pakai, alat tulis kantor dan jasa bidan otomatis juga menurun. Penurunan angka kesakitan pada 10 desa siaga aktif tersebut hanya peneliti dapatkan melalui hasil wawancara dengan bidan desa yang mengoperasionalkan Poskesdes. Setelah ada kegiatan desa siaga, masyarakat jadi lebih proaktif dan perhatian pada kesehatan dan lingkungan sekitar, sehingga kalau merasa sakit dapat segera berobat, sehingga hari

kerja/sekolah tidak banyak yang hilang. Rata – rata kunjungan ke Poskesdes saat ini sekitar 2 – 5 orang perhari. Berikut ini rekapitulasi jumlah kunjungan Poskesdes di 10 desa siaga yang ada di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011.

Tabel 4.13 Rekapitulasi Kunjungan 10 Besar Penyakit pada Poskesdes Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011

No Nama Poskesdes 2008 2009 2010 2011 Jumlah

1 Blankahan - 823 814 897 2.534

2 Padang Cermin 778 770 817 847 3.212

3 Telaga Jernih 752 784 775 759 3.070

4 Karang Anyar - 784 775 759 2.318

5 Stabat Lama

Barat 843 878 845 869 3.435

6 Pulau Banyak 723 753 759 886 3.121

7 Desa Lama - 739 714 751 2.204

8 Banyumas - 1.341 1.307 1.489 4.137

9 Sangga Lima - 697 650 683 2.030

10 Selotong 660 675 604 632 2.571

Total 3.756 8.244 8.060 8.572 28.632 Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 138)

Khusus untuk Desa Karang Anyar dan Banyumas, pelayanan kesehatan dasar sebelum Poskesdes di Bangun dilakukan di rumah bidan dan di Pustu/Balai Desa.

Dapat diketahui bahwa kunjungan terbanyak ada di wilayah kerja Poskesdes Banyumas (4.137 kunjungan) dan Poskesdes Telaga Jernih (3.531 kunjungan). Sedangkan kunjungan yang paling sedikit ada di wilayah kerja Poskesdes Sangga Lima (2030 kunjungan). Terlihat juga bahwa antara tahun 2008 – 2009, terjadi peningkatan jumlah kunjungan, tahun 2010 terjadi sedikit

penurunan dan peningkatan kembali di tahun 2011. Dampak yang lebih ril dapat dilihat setelah dilakukan transformasi jumlah kunjungan tersebut ke dalam nilai moneter.

Tabel 4.14 Rekapitulasi Nilai Manfaat dari Kunjungan 10 Besar Penyakit pada Poskesdes Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011

Cermin 5.835.000 5.775.000 6.127.500 6.352.500 24.090.000 3 Telaga

Jernih 5.640.000 5.880.000 5.812.500 5.692.500 23.025.000 4 Karang

Anyar - 5.880.000 5.812.500 5.692.500 17.385.000 5

Stabat Lama

Barat 6.322.500 6.585.000 6.337.500 6.517.500 25.762.500 6 Pulau

Banyak 5.422.500 5.647.500 5.692.500 6.645.000 23.407.500 7 Desa

Lama - 5.542.500 5.355.000 5.632.500 16.530.000 8 Banyumas - 10.057.500 9.802.500 11.167.500 31.027.500 9 Sangga

Lima - 5.227.500 4.875.000 5.122.500 15.225.000 10 Selotong 4.950.000 5.062.500 4.530.000 4.740.000 19.282.500 Total 28.170.000 61.830.000 60.450.000 64.290.000 214.740.000 Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 139)

Total manfaat yang dihasilkan Poskesdes berdasarkan tabel 4.13 adalah Rp. 214.740.000,00. Seluruh nilai manfaat ini mulai diperhitungkan pada tahun 2008, karena ada 4 desa siaga yang sudah terbentuk pada tahun 2007. Jadi pada tahun 2007, dianggap belum memberikan manfaat. Demikian pula halnya nanti

dengan manfaat tidak langsung yang akan dihitung dengan nilai ekonomi yang seharusnya tidak hilang hanya karena sakit.

4.5.2 Manfaat tidak Langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang diperoleh masyarakat dan pemerintah dalam jangka panjang jika program ini berhasil dikembangkan. Salah satunya adalah peningkatan jumlah hari sehat dan produktif yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan dan pengurangan nilai ekonomi yang hilang karena sakit.

Tabel 4.15 Data Ketidakhadiran Siswa Sekolah Dasar di Desa Siaga Aktif Karena Sakit Tahun 2007 - 2011

No Nama Desa

Jumlah Ketidakhadiran dalam Setahun (Jumlah siswa sakit x hari) 2007 2008 2009 2010 2011

1 Blankahan 216 130 115 108 96

2 Padang Cermin 432 324 288 270 240

3 Telaga Jernih 285 231 228 205 190

4 Karang Anyar 270 219 216 195 180

5 Stabat Lama Barat 300 243 240 216 200

6 Pulau Banyak 225 182 180 162 150

7 Desa Lama 207 156 138 130 115

8 Banyumas 300 243 240 216 200

9 Sangga Lima 281 211 187 176 156

10 Selotong 432 324 288 270 240

Sumber : Hasil wawancara dengan beberapa guru di desa siaga aktif dan absensi siswa yang ada kemudian diolah oleh peneliti

Berdasarkan keterangan yang diperoleh, setelah ada Poskesdes masyarakat jadi cepat berobat kalau sudah merasa sakit, tidak perlu jauh – jauh ke Puskesmas dan bisa cepat sembuh, sehingga berdampak pada siswa yang sakit. Rata – rata

ketidakhadiran mereka kesekolah hanya 2 – 3 hari. Sudah jarang siswa yang sakit lebih dari 3 hari kecuali penyakit yang parah (DBD, Typus, Cacar). Jumlah siswa yang sakit tiap kelas relatif bervariasi, umumnya sekitar 2 – 3 orang dalam sebulan.

Nilai ekonomi yang hilang akibat sakit atau years lifed with disability (YLD) yaitu besarnya tahun yang hilang disebabkan seseorang tidak dapat bekerja secara produktif karena sakit yang dikonfersikan kedalam nilai moneter.

Estimasi jumlah usia produktif dihitung dengan menggunakan proporsi usia produktif berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat Tahun 2010 yang berjumlah 58,7 % dari jumlah penduduk Langkat. Ukuran nilai ekonomi yang hilang diperoleh dari hasil kali YLD dengan upah minimum daerah (UMD) tahun tersebut, sedangkan jumlah disability days dari masing – masing penyakit diambil dari berbagai pustaka. Informasi pada tabel 4.13 akan digunakan untuk menghitung YLD berdasarkan wilayah kerja Poskesdes desa siaga aktif di Kabupaten Langkat.

Tabel 4.16 menjelaskan bahwa nilai YLD yang seharusnya dapat dicegah dengan pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat tahun 2008 – 2011 berjumlah Rp. 1.992.666.200,00. Perhitungan nilai YLD ini juga sejalan dengan perhitungan manfaat langsung yang diperoleh Poskesdes.

Tabel 4.16 Rekapitulasi Nilai YLD dari Kunjungan 10 Besar Penyakit pada

1 Blankahan - 60.452.000 53.240.400 62.410.500 176.102.900 2 Padang

Cermin 56.326.800 60.064.500 49.963.950 57.970.000 224.325.250 3 Telaga

Jernih 47.676.000 58.752.000 50.732.700 53.992.500 211.153.200 4 Karang

Anyar - 58.752.000 50.732.700 53.683.100 163.167.800 5 Stabat Lama

Barat 54.005.400 65.756.000 54.976.500 60.961.500 235.699.400 6 Pulau

Banyak 46.196.400 56.848.000 49.896.800 62.341.500 215.282.700 7 Desa Lama - 55.862.000 46.971.150 52.992.000 155.825.150 8 Banyumas - 100.470.000 85.583.300 105.156.000 291.209.300 9 Sangga

Lima - 52.122.000 42.470.150 48.369.000 142.961.150

10 Selotong 42.086.400 50.660.000 38.997.950 45.195.000 176.939.350 Total 246.291.000 619.738.500 523.565.600 603.071.100 1.992.666.200

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 139 – 156) Nilai ini 7 kali lipat dari nilai manfaat langsung yang sudah dihitung sebelumnya.

4.6 Tranformasi ke dalam Nilai Moneter

Berdasarkan hasil identifikasi, maka seluruh biaya dan manfaat yang yang sudah dikonfersikan dalam nilai moneter, direkapitulasi menjadi 2 bagian, yaitu : seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan program desa siaga aktif (biaya langsung dan tidak langsung) selama tahun 2007 – 2011 dan seluruh manfaat yang dihasilkan jika program ini berhasil dikembangkan (langsung dan tidak langsung) selama tahun 2008 – 2011.

Berdasarkan tabel 4.17, diketahui bahwa jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat sebesar Rp. 1.051.951.200,00. Biaya langsung lebih besar daripada biaya tidak langsung. Biaya langsung yang paling besar dikeluarkan untuk pengadaan Poskesdes (7 unit) dan Poskesdes Kit (9 unit). Pada tahun 2009 ada 5 unit Poskesdes yang dibangun dan 2 Poskesdes lainnya dibangun pada tahun 2011.

Jumlah biaya yang paling sedikit ada pada tahun 2008, karena baru 4 desa siaga yang terbentuk dan baru berjalan seadanya. Biaya terbesar pada tahun tersebut berasal dari swadana masyarakat.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Biaya Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

Biaya / Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah

0 23.060.000 14.596.000 20.458.000 16.760.000 90.462.000 Pelatihan Bides 12.000.00

0 - 7.500.000 - - 19.500.000

Operasional

Poskesdes - - - 20.012.000 3.994.200 24.006.200

Pelaksanaan

Kegiatan 180.000 275.000 1.140.000 540.000 348.000 2.483.000

Biaya Tidak Langsung Biaya rapat

Berkala 300.000 150.000 1.530.000 840.000.00 180.000 3.000.000

Total 34.023.00

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 138)

Tabel 4.18 Rekapitulasi Nilai Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Seluruh Poskesdes Kabupaten Langkat Tahun

2008 – 2011

Nilai Manfaat/Tahun 2008 2009 2010 2011 Jumlah

Nilai Moneter Manfaat Langsung

Penurunan Angka

Kesakitan (Morbiditas) 28,170,000 61,830,000 60,450,000 64,290,000 214,740,000 Nilai Moneter Manfaat Tidak Langsung

Total Economic Lost 246,291,000 619,738,500 523,565,600 603,071,100 1,992,666,200 Total 274,461,000 681,568,500 584,015,600 667,361,100 2,207,406,200

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 158 – 159)

Nilai manfaat yang dapat dihitung adalah Rp. 2.207.406.200,00 dimana nilai manfaat tidak langsungnya lebih besar dari pada manfaat yang bersifat langsung. Hal tersebut karena program ini bersifat sosial dan manfaatnya memang berjangka panjang. Total nilai manfaat tahun 2008 - 2009 mengalami kenaikan drastis, kemudian pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan dan naik kembali pada tahun 2011. Hal ini juga merupakan dampak positif dari pengembangan program desa siaga aktif.

4.7 Discounting

Discounting dimaksudkan untuk menyesuaikan nilai biaya dan manfaat dari pengembangan program desa siaga aktif karena efeknya berlangsung lama dan nilainya berubah menurut perjalanan waktu. Discount rate yang diambil adalah 12 % - 15 %. Semakin besar nilai discount yang diambil, semakin kecil hasil yang diperoleh. Berikut ini akan diperlihatkan hasil discounting dari seluruh Poskesdes desa siaga aktif di Kabupaten Langkat selama tahun 2007 – 2011.

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Discount terhadap Biaya dan Nilai Manfaat untuk Menghitung NPV dan IRR dari Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa

Langsung - 5.827.500 5.767.500 6.112.500 6.367.500 24.075.000

Total Biaya 4.625.000 50.000 780.000 2.707.000 400.000 8.562.000

Cash Flow (4.625.000) 5.777.500 4.987.500 3.405.500 5.967.500 15.513.000 Discount 12% (4.625.000) 5.158.482 3.976.004 2.423.968 3.792.454

Discount 15% (4.625.000) 5.023.913 3.771.267 2.239.172 3.411.937 3 Desa Telaga Jernih

Manfaat

Langsung -

- 6.972.500 7.172.500 5.972.500 20.117.500

Total Biaya - 1.795.000 6.820.000 3.200.000 600.000 12.415.000

Cash Flow - (1.795.000) 152.500 3.972.500 5.372.500 7.702.500

Langsung - 21.766.500 12.625.000 19.727.500 18.157.500 72.276.500

Biaya 14.016.000 15.564.000 8.740.000 15.960.000 11.915.000 66.195.000 Cash Flow (14,016,000) 6,202,500 3,885,000 3,767,500 6,242,500 33,862,000 Discount 12% (14,016,000) 5,537,946 3,097,098 2,681,632 3,967,222

Discount 15% (14,016,000) 5,393,478 2,937,618 2,477,192 3,569,170

Tabel 4.19 (Lanjutan)

Total Biaya 10.787.000 7.566.000 133.041.000 7.523.000 5.360.000 164.277.000 Cash Flow (10,787,000) (7,566,000) (116,159,000) 7,611,000 10,858,000 (116,043,000) Discount 12% (10,787,000) (7,566,000) (92,601,244) 5,417,359 6,900,455

Discount 15% (10,787,000) (7,566,000) (87,832,892) 5,004,356 6,208,097 7 Desa Lama

Total Biaya 4.595.000 50.000 127.615.000 2.365.000 295.000 134.920.000 Cash Flow (4,595,000) (50,000) (122,477,500) 2,157,500 4,460,000 (120,505,000) Discount 12% (4,595,000) (50,000) (97,638,313) 1,535,666 2,834,411

Discount 15% (4,595,000) (50,000) (92,610,586) 1,418,591 2,550,019

Tabel 4.19 (Lanjutan)

Manfaat Lsg - 17,797,500 18,300,000 44,812,500 47,445,000 128,355,000 Total Biaya 34.023.000 25.025.000 674.171.000 42.165.000 276.567.200 1.051.951.200 Cash Flow (34,023,000) (7,227,500) (655,871,000) 2,647,500 (229,122,200) (923,596,200) Discount 12% (34,023,000) (7,227,501) (522,856,346) 1,884,438 (145,611,300)

Discount 15% (34,023,000) (7,227,502) (495,932,703) 1,740,774 (131,001,361)

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 160 – 168) 4.8 Menghitung BCR, NPV dan IRR

Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.19 maka dapat dihitung BCR, NPV dan IRR dari masing – masing desa siaga aktif yang ada di Kabupaten Langkat.

Menghitung BCR dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : BCR

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Perhitungan BCR Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa Hasil Perhitungn

Kesimpulan BCR 12% BCR 15 %

1 Blankahan 1,35 1,32 Layak Dikembangkan

2 Padang Cermin 47,55 28,57 Layak Dikembangkan

3 Telaga Jernih 16,25 16,03 Layak Dikembangkan

4 Karang Anyar 1,53 1,58 Layak Dikembangkan

5 Stabat Lama Barat 4,49 4,48 Layak Dikembangkan

6 Pulau Banyak 1,24 1,69 Layak Dikembangkan

7 Desa Lama 1,10 1,17 Layak Dikembangkan

8 Banyumas 2,75 2,97 Layak Dikembangkan

9 Sangga Lima 1,08 1,11 Layak Dikembangkan

Tabel 4.20 (Lanjutan)

No Nama Desa Hasil Perhitungn

Kesimpulan BCR 12% BCR 15 %

10 Selotong 1,44 1,01 Layak Dikembangkan

Seluruh Desa 2,20 2,19 Layak Dikembangkan

Sumber : Hasil perhitungan discounting yang diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 160 – 167)

Hasil perhitungan BCR terhadap seluruh desa siaga aktif menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, sehingga program desa siaga aktif ini layak dikembangkan di Kabupaten Langkat.

Menghitung nilai NPV dapat dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel atau dengan menggunakan rumus :

NPV = - nilai proyek + cash flow 1 + cash flow 2 + cash flow 3 + cash flow 4 ( 1 + i)1 ( 1 + i)2 ( 1 + i)3 ( 1 + i)4 Hasil yang diharapkan NPV lebih besar dari nol atau NPV > 0

Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Perhitungan NPV Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa Hasil Perhitungn

Kesimpulan 2 Padang Cermin 10.192.426 9.422.376 Menguntungkan 3 Telaga Jernih 4.760.761 4.238.170 Menguntungkan

4 Karang Anyar -178.573.069

-163.024.376

Belum

Menguntungkan 5 Stabat Lama Barat 1.132.052 314.312 Menguntungkan 6 Pulau Banyak -87.344.452 -81.727.452 Belum

Menguntungkan

7 Desa Lama -114.895.625

-112.133.591

Belum

Menguntungkan

Tabel 4.21 (Lanjutan)

No Nama Desa Hasil Perhitungn

Kesimpulan NPV 12% NPV 15 %

8 Banyumas -93.696.497 -86.666.590 Belum

Menguntungkan

9 Sangga Lima -109.722.036

-107.083.053

Belum

Menguntungkan

10 Selotong -104.460.425

-101.938.272

Belum

Menguntungkan

Seluruh Desa -764.573.193

-718.972.284

Belum

Menguntungkan Sumber : Hasil perhitungan discounting yang diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 160 – 167)

Hasil perhitungan NPV memperlihatkan bahwa hanya 3 desa yang memiliki kelayakan investasi dari pelaksanaan program desa siaga aktif, yaitu desa Padang Cermin, Desa Stabat Lama Barat dan Desa Telaga Jernih, sedangkan 7 desa lainnya masih dalam kategori belum menguntungkan.

Menghitung nilai IRR dapat dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel atau dengan menggunakan rumus :

Nilai IRR yang diharapkan adalah lebih besar dari 15 % atau IRR > 15%. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :

= 0

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Perhitungan IRR Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa Hasil Perhitungn

Kesimpulan IRR 12% IRR 15 %

1 Blankahan - - Belum Impas

2 Padang Cermin 0.86 0,81 Impas

3 Telaga Jernih 0,97 1,28 Impas

4 Karang Anyar - - Belum Impas

5 Stabat Lama Barat 0,04 0,01 Belum Impas

6 Pulau Banyak - - Belum Impas

7 Desa Lama - - Belum Impas

8 Banyumas - - Belum Impas

9 Sangga Lima - - Belum Impas

10 Selotong - - Belum Impas

Seluruh Desa - - Belum Impas

Sumber : Hasil perhitungan discounting yang diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 160 – 167)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa hanya 2 desa yang memiliki keuntungan diatas 15% yaitu Desa Padang Cermin dan Desa Telaga Jernih, sedangkan 8 desa lainnya belum mampu memberikan keuntungan berdasarkan tingkat bunga impas, demikian juga dengan hasil perhitungan terhadap seluruh Poskesdes yang ada.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat

Mengimplementasikan desa siaga merupakan proses yang menantang dan membutuhkan banyak sekali sumber daya dalam hal waktu, uang dan tenaga yang terlibat. Pemberdayaan masyarakat merupakan alat sekaligus proses untuk merubah perilaku dan pola fikir masyarakat desa yang dilakukan dengan penyebaran pegetahuan, pengadaan pelatihan dan tindak lanjut yang intensif.

Peran pemerintah sangat diperlukan dalam memfasilitasi prosesnya agar masyarakat mampu mengorganisir dirinya sendiri. Terutama dalam menggunakan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki dengan semangat saling menolong dan kebersamaan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, mengatasi kegawatdaruratan kesehatan dan bencana. Jadi konsepnya sangat komprehensif.

Program desa siaga di Kabupaten Langkat sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2007 dan masih bersifat top down. Secara administratif, seluruh desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Langkat sudah menjadi desa siaga pada akhir tahun 2010 dengan diterbitkannya Surat Keputusan dari masing – masing Kepala Desa/Lurah. Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Bidang Kesejahteraan Rakyat, juga telah melakukan kunjungan dan pengukuhan desa siaga di Kabupaten Langkat pada tanggal 1 Maret 2011. Namun sampai tahun 2011, hanya 10 desa (3,61%) yang termasuk dalam kategori aktif.

Kriteria yang dimiliki oleh program desa siaga sebagai komoditi kesehatan meliputi :

1. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak dasar masyarakat yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya.

2. Efek eksternal dalam pengembangan program tersebut memberikan manfaat kepada masyarakat banyak atau social marginal benefit yang diperoleh lebih besar dari private margial benefit. Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai eksternalitas yang besar, sehingga dapat digolongkan sebagai “komoditi masyarakat” atau public goods. Oleh karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis.

3. Motif non-profit, seluruh kegiatan yang dikembangkan dan diselenggarakan bermotif sosial. Pendapat yang dianut adalah “Orang tidak layak memperoleh keuntungan dari penyakit orang lain”.

4. Padat karya, membutuhkan banyak sekali sumber daya dalam hal waktu, uang dan tenaga yang terlibat. Kreatifitas dan kemampuan SDM menjadi sangat penting dalam pengembangan program ini.

5. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi. Pembangunan sektor kesehatan sesungguhnya adalah investasi jangka pendek maupun panjang, karena orientasi pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, seluruh desa siaga aktif yang ada sudah memiliki kelengkapan yang cukup untuk menjadi desa siaga, yaitu : bidan desa yang dibantu minimal 2 orang kader yang aktif, adanya Poskesdes dan beroperasi sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di desa, adanya pengembangan UKBM, adanya ambulan desa serta pembiayaan kesehatan yang bersumber daya masyarakat.

Poskesdes yang dibangun oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan di desa siaga aktif selama tahun 2007 – 2011 berjumlah 7 unit (Desa Blankahan, Karang anyar, Pulau Banyak, Desa Lama, banyumas, Sangga Lima dan Selotong) sedangan Desa Stabat Lama Barat menggunakan rumah bidan desa sebagi Poskesdes. Desa padang Cermin dan Telaga Jernih mengoptimalkan bangunan Polindes yang ada sebagai Poskesdes. Umumnya Poskesdes yang selesai dibangun langsung difungsikan oleh bidan desa sebagai tempat pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa setempat. Pemerintah juga melengkapi Poskesdes dengan peralatan medis (bidan kit) dan meubiler berupa meja tulis dan tempat tidur untuk memeriksa pasien (Poskesdes kit). Pembangunan Poskesdes dan pengadaan Poskesdes Kit ini dilakukan Pemerintah secara perlahan, sehingga desa – desa yang belum memiliki bangunan dan peralatan tersebut belum dapat mengoperasionalkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat juga kegiatan desa siaga lainnya.

Kegiatan lain yang juga dilaksanakan di desa siaga ini antara lain surveilans berbasis masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara yang sangat

sederhana, yaitu melalui pesan singkat (sms) berantai antar pengurus desa siaga dan masyarakat jika terdapat masalah kesehatan atau kedaruratan di desa mereka.

Penyehatan lingkungan dilakukan dengan cara bergotong – royong membersihkan pekarangan rumah, parit dan jalan desa serta rumah ibadah. Pertemuan pengurus pada awal pembentukan relatif sering dilakukan, minimal 2 kali setahun, tapi 2 tahun terakhir pertemuan sering dilakukan bersama dengan rapat desa untuk menghemat biaya. Hal ini terjadi disemua desa siaga aktif.

Pembiayaan kesehatan bersumberdaya masyarakat dilakukan dalam bentuk dasolin (dana sosial bersalin dan sakit) dan tabulin (tabungan ibu bersalin).

Dasolin dikumpulkan perkepala keluarga atau perlorong. Untuk kepala keluarga jumlahnya bervariasi, mulai dari Rp.1000 – Rp. 5000, sedangkan perlorong minimal Rp. 10.000 yang dikumpulkan setiap bulan melalui bendaharan desa siaga. Dana tersebut diperuntukkan bagi warga yang sakit dan melahirkan.

Sedangkan tabulin, sifatnya seperti dana arisan khusus untuk ibu – ibu hamil.

Beberapa masyarakat yang sudah menerima dana bergulir ini merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan desa siaga. Semua kegiatan mandiri tersebut berhasil dilakukan di Desa lama, Pulau Banyak, Stabat Lama Barat dan Telaga Jernih.

Pengembangan UKBM khususnya posyandu dilakukan dengan berbagai cara, baik Posyandu balita maupun lanjut usia (lansia). Desa Blankahan dan Padang Cermin berhasil menjalin mitra kerja dengan pihak perkebunan setempat dalam memberdayakan posyandu, dimana 3-4 posyandu langsung dikelola

Perkebunan di bawah pengawasan dan pencatatan bidan desa. Bahkan pengadaan ambulan desa menjadi tanggung jawab pihak perkebunan di Desa Blankahan.

UKBM lainnya dikembangkan melalui pembinaan dukun bayi terlatih, balai pengobatan swasta, para tukang jamu dan toko obat yang ada dimasing – masing desa.

Upaya pemanfaatan kendaraan pribadi sebagai ambulan desa dinilai sangat positif. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk segera mendapatkan layanan kegawatdaruratan guna menghindari keterlambatan penanganan bagi pasien yang membutuhkan layanan segera. Beberapa desa juga memiliki kelompok donor darah yang selalu siap jika ada warga yang sakit dan membutuhkan donor darah.

Kegiatan – kegiatan tersebut sejalan dengan penelitian Kurniawan, dkk.

(2007) tentang analisis keberhasilan proses program desa siaga di desa Penolih Kecamatan Kaligodang Kabupaten Purbalingga dan penelitian Taufik Noor, dkk.

(2007) tentang pelaksanaan desa siaga percontohan di Cibatu, Purwakarta.

Terlihat jelas bahwa masing – masing desa punya karakteristik tersendiri dalam pengembangan desa siaganya. Sehingga prestasi masing – masing desa juga berbeda – beda. Bidan Desa Pulau Banyak (Susilawati) pernah mewakili Propinsi Sumatera Utara dalam kompetisi Bidan Siaga Aktif ke tingkat nasional tahun 2008 dan memperoleh hadiah sebuah sepeda motor yang sangat membantu tugasnya sehari – hari saat ini. Desa Stabat Lama Barat sebagai Juara I Desa Siaga Aktif se Kabupaten Langkat tahun 2010, Desa Telaga Jernih sebagai juara II dan

Desa Lama sebagai Juara III. Bidan Desa Blankahan dan Padang Cermin sebagai bidan desa yang pandai bermitra kerja dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desanya.

5.2 Analisis Pemahaman Pengambil Keputusan Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat

Hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan bidan desa dan beberapa pengurus desa siaga (kader dan tokoh masyarakat) menyatakan bahwa peran kepala desa/lurah sangat penting dalam menggerakkan kegiatan desa siaga aktif ini. Artinya perangkat desa harus siap mengajak semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap upaya kesehatan yang dilakukan desa. Hal ini terbukti dengan kelengkapan perangkat desa siaga aktif pada masing – masing desa. Hal tersebut tidak mungkin terwujud tanpa melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang bertemu dan berdikusi secara rutin. Pengambil keputusan dan pelaksana dapat memilih pendekatan yang terbaik sesuai dengan kondisi desa masing – masing dan tentu berimplikasi pada biaya. Hasil pengamatan terhadap seluruh Surat Keputusan masing – masing Kepala Desa/Lurah tentang pembentukan pengurus desa siaga, umumnya mereka berpendidikan menengah keatas dan berpengalaman.

Berbeda sekali halnya dengan pengambil keputusan pada tataran Pemerintah Kabupaten Langkat yang seluruhnya berpendidikan tinggi. Hasil

Berbeda sekali halnya dengan pengambil keputusan pada tataran Pemerintah Kabupaten Langkat yang seluruhnya berpendidikan tinggi. Hasil