BAB 5. PEMBAHASAN
5.4 Analisis Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga
Program desa siaga merupakan proyek pemerintah yang bersifat sosial sehingga manfaat yang diperoleh tidak hanya materi yang dapat diukur nilai moneternya tapi juga manfaat yang bersifat sosial dan berjangka panjang. Manfaat yang bersifat sosial ini tidak dapat dihitung dalam bentuk moneter, tetapi menjadi nilai tambah bagi manfaat yang sudah dihitung nilai moneternya.
Analisis manfaat ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat yang dapat diperoleh jika pengembangan program desa siaga aktif ini berhasil. Nilai moneter tersebut akan menjadi investasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan produktifitas mereka. Manfaat langsung pada pengembangan program desa siaga aktif ini, dihitung dari pengurangan biaya operasional dan 10 besar penyakit yang ada di Poskesdes masing – masing desa siaga aktif. Sedangkan manfaat tidak langsungnya dihitung dengan menggunakan nilai YLD dari 10 besar penyakit tersebut yang seharusnya dapat dicegah dengan keberhasilan program ini.
Hasil perhitungan nilai manfaat yang digambarkan oleh grafik 5.1 memperlihatkan bahwa nilai manfaat yang diperoleh setiap tahunnya cenderung
meningkat. Hal ini karena dampak program desa siaga ini semakin dirasakan oleh masyarakat, meskipun data morbiditas belum berpengaruh secara optimal karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (1,14%) di Kabupaten Langkat.
Nilai manfaat yang telah diakumulasikan selama 4 tahun tersebut (2008 – 2011) sejumlah Rp.2.207.406.200,00. Kalau nilai ini mampu diinvestasikan melalui penerapan PHBS saja, maka nilai ini sudah mampu menutupi 5,4% biaya pembentukan dan pengembangan desa siaga aktif yang dihitung terpisah oleh peneliti untuk seluruh desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Langkat.
Grafik 5.3 Nilai Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011
Grafik 5.3 memperlihatkan bahwa nilai manfaat yang diperoleh setiap tahun dari pengembangan program desa siaga aktif ini terus meningkat. Hal ini disebabkan tingkat pemanfaatan yang tinggi dari masyarakat terhadap kegiatan dan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan melalui Poskesdes. Pada tahun 2008, terlihat
bahwa nilai manfaatnya sudah mencapai Rp.291.788.500,00 padahal baru 4 desa siaga aktif yang terbentuk. Manfaat yang paling tinggi diperoleh pada tahun 2009, karena semua desa sudah siap menjadi desa siaga dan siap menjalankan kegiatan.
Proses penguatan dilakukan pemerintah pusat pada tahun 2010 dengan bantuan operasional Poskesdes sebesar Rp. 1.650.000,00 per desa dan hasilnya sudah dapat dilihat pada tahun 2011.
Grafik 5.4 menunjukkan nilai manfaat yang diperoleh masing – masing desa yang telah menjadi desa siaga aktif. Manfaat terbesar diperoleh oleh desa Banyumas
Dengan nilai investasi Rp.322.251.800,00 dan Desa Stabat Lama Barat (Rp.307.975.900,00). Kedua desa ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi sehingga pemanfaatannya juga sangat dominan.
Grafik 5.4 Nilai Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif pada Masing – masing Desa di Kabupaten Langkat Tahun 2007 –
2011
Desa siaga dirancang sebagai sesuatu yang „dari masyarakat dan untuk msyarakat‟. Masyarakat desa dibimbing dalam proses pembentukan oleh fasilitator terlatih, didukung oleh pemerintah desa dan petugas kesehatan menjadi masyarakat yang berpartisipasi aktif dan mampu memberikan dukungan non medis dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada dilingkungan masing – masing. Pendekatan ini menyebabkan adanya perubahan dinamika masyarakat untuk semakin sadar akan bahaya dan resiko sakit. Disamping itu juga diperoleh manfaat sosial lainnya yang tidak bisa dihitung dalam nilai moneter, seperti :
a. Meningkatnya umur harapan hidup
b. Lahirnya rasa kebersamaan dan saling percaya untuk saling menolong antar warga masyarakat, pemberdayaan psikologis personal dan hubungan komunikasi yang positif dan berkelanjutan.
c. Meningkatnya pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi, ibu dan anak balita. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan kunjungan antenatal dan persentase ibu yang bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan atau menggunakan fasilitas kesehatan.
d. Adanya peningkatan kesadaran dan pengetahuan untuk ber KB sehingga kepadatan penduduk dapat dikendalikan.
e. Masyarakat mampu menyelesaikan sendiri masalah kesehatannya
f. Desa siaga merubah hubungan gender melalui pelibatan perempuan dalam semua aspek program desa siaga dan penekanan keterlibatan laki – laki dalam kehamilan, persallinan dan kegawatdaruratan kesehatan.
g. Efektifitas waktu dan jarak sangat dirasakan masyarakat karena Poskesdes dapat dimanfaatkan 24 jam untuk pelayanan kesehatan dasar masyarakat, dan sudah ada di lingkungan mereka sendiri, tidak perlu jauh – jauh lagi ke Puskesmas.
Selanjutnya nilai manfaat ini juga dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan aktifitas Puskesmas Keliling, Pasar Sehat, keluarga sadar gizi dan aktifitas remaja, karena sesungguhnya keterlibatan semua pihak akan semakin mengoptimalkan fungsi sekaligus manfaat desa siaga ini.
5.5 Analisis Perhitungan BCR, NPV dan IRR Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011
Pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat merupakan proyek sosial dan umumnya proyek sosial bersifat non cost recovery. Penekanan penyelenggaraan proyek ini adalah kepada manfaat. Salah satu cirinya adalah manfaatnya tidak mengalir langsung kepada pemilik proyek (pemerintah) tetapi kepada masyarakat dalam bentuk yang beraneka ragam, sebagian dapat dinilai dengan uang sedangkan sebagian lainnya tidak.
Hasil penelitian dan perhitungan seluruh biaya dan manfaat pengembangan program desa siaga aktif yang diinterpretasi dalam perhitungan BCR, seluruhnya menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, artinya pengembangan program desa siaga aktif di seluruh desa tersebut layak dikembangkan karena manfaatnya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Secara keseluruhan nilai BCR mencapai 2,19 untuk nilai discout rate 15 % dan 2,20
untuk nilai discount rate 12%. Hal ini menunjukkan bahwa program ini bermanfaat 2,19 kali atau 2,20 kali dari biaya yang sudah dikeluarkan.
Nilai BCR terbesar ada di Desa Padang Cermin (47,55 dan 28,57) dan Desa Telaga Jernih (16,25 dan 16,03) sedangkan nilai BCR terkecil ada di Desa Sangga Lima (1,08 dan 1,11) dan Desa Lama (1,10 dan 1,17). Variasi nilai manfaat ini sangat tergantung dari aktifitas yang dikembangkan dimasing- masing desa, semakin aktif dan dimanfaatkan oleh masyarakat, nilai manfaatnya akan semakin tinggi. Hal ini juga sejalan dengan tahap pengembangan masing – masing desa siaga. Semakin tinggi tahap pengembangan desa siaga akan semakin besar nilai manfaat yang diperoleh, sehingga menjadi motivasi bagi Dinas Kesehatan untuk mengembangkan program tersebut
Nilai bersih yang diharapkan dari program ini dihitung dengan NPV (net present value) dengan harapan nilainya lebih besar dari nol. Hasil perhitungan pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa hanya 3 desa yang memiliki nilai NPV lebih besar dari nol, yaitu Desa Telaga Jernih, Desa Padang Cermin dan Desa Stabat Lama Barat. Ketiga desa ini memiliki cash flow yang positif karena tidak menerima biaya pembangunan Poskesdes, sedangkan 7 desa lainnya menerima biaya pembangunan Poskesdes sebesar Rp. 125.000.000,00 perdesa sehingga cash flownya bernilai negatif. Hal ini tidak menjadi masalah bagi proyek sosial, karena proyek ini lebih menekankan pada manfaat sehingga dalam aplikasinya pemerintah tidak menuntut keuntungan dalam bentuk moneter yang diinvestasikan kembali kepada pemerintah. Pemerintah berusaha membantu masyarakat dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat secara optimal.
Khusus pada ketiga desa yang sudah memiliki nilai NPV lebih besar dari nol menunjukkan tingginya kemandirian masyarakat dalam mengembangkan program desa siaga sehingga menghasilkan nilai investasi yang menguntungkan.
Nilai investasi yang paling besar ada di Desa Padang Cermin (10.192.426 dan 9.422.376) kemudian Desa Telaga Jernih (4.760.761 dan 4.238.170) dan Desa Stabat Lama Barat (1.132.052 dan 314.312) untuk tingkat discount rate 12 % dan 15 %.
Hasil perhitungan ini dapat dijadikan justifikasi dan bahan advokasi untuk terus meyakinkan TAPD, Komisi II dan Bapak Asisten II untuk mendukung pengembangan program ini diseluruh desa di Kabupaten Langkat.
Internal rate of return (IRR) atau tingkat bunga impas yang diharapkan adalah lebih besar dari nilai discount rate (IRR > 15%). Berdasarkan perhitungan hasil penelitian pada tabel 4.22 hanya 2 desa yang memiliki nilai IRR lebih besar dari 15%, yaitu Desa Padang Cermin dan Desa Telaga Jernih, sedangkan 8 desa lainnya nilai IRR nya tidak bisa ditentukan karena cash flownya bernilai negatif, artinya untuk mendapatkan nilai bersih saja belum mampu mana mungkin ditentukan tingkat bunga impas dari biaya yang sudah dikeluarkan, demikian juga untuk hasil perhitungan secara keseluruhan.
Desa Padang Cermin dan Telaga Jernih menghasilkan nilai BCR, NPV dan IRR sesuai dengan yang diharapkan, sehingga keduanya dapat dijadikan contoh untuk pengembangan desa siaga aktif lainnya di Kabupaten Langkat.
Secara keseluruhan peneliti juga menghitung nilai proyek tersebut sampai umur 15 tahun (tahun 2021) dengan mengacu pada sifat proyek sosial yang nilai manfaatnya berjangka panjang. Nilai BCR yang dihasilkan menunjukkan angka 2,04 dan 2,0, nilai NPV menunjukkan angka yang negatif, yaitu -Rp.1.941.261.147,00 dan -Rp. 1.541.968.835,00 sedangkan nilai IRR tidak dapat ditentukan, masing – masing dengan discount rate 12% dan 15%. Dengan demikian terlihat jelas bahwa setiap proyek sosial bersifat non cost recovery meskipun dalam jangka waktu yang panjang.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Seluruh pengambil keputusan memiliki perhatian besar dan komitmen terhadap pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat.
Mereka juga dapat memahami bahwa program desa siaga memiliki manfaat yang luas, baik secara moneter maupun sosial. Dukungan moril dan pembiayaan melalui APBD juga diberikan oleh Asisten II, Komisi II DPRD dan TAPD Kabupaten Langkat terhadap program ini, kekurangan selama ini hanya koordinasi diantara pengambil keputusan.
2. Penelitian ini membuktikan bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang sudah dikeluarkan untuk pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat selama tahun 2007-2011. Biaya yang sudah dikeluarkan berjumlah Rp.1.051.951.200,00 sedangkan nilai manfaatnya mencapai Rp. 2.207.406.200,00 ditambah dengan manfaat sosial yang tidak dapat ditentukan nilai moneternya.
3. Perhitungan benefit cost ratio dengan discount rate 12% dan 15%
menghasilkan nilai 2,20 dan 2,19 untuk seluruh desa siaga aktif, artinya program ini layak dikembangkan di Kabupaten Langkat. Desa padang Cermin dan Telaga Jernih memiliki nilai BCR, NPV dan IRR sesuai dengan yang diharapkan.
6.2 Saran
1. Dinas Kesehatan diharapkan bertindak proaktif dalam melakukan percepatan terhadap pengembangan program desa siaga aktif. Dapat dilakukan dengan advokasi dan penyusunn kebutuhan anggaran yang dilengkapi justifikasi untuk meyakinkan Komisi II DPRD dan TAPD Kabupaten Langkat untuk Tahun Anggaran 2013 dan seterusnya, sehingga seluruh biaya yang diperlukan dapat dipenuhi melalui APBD, mengingat capaian saat ini masih jauh dari SPM yang sudah ditentukan.
2. Dinas Kesehatan dan Puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi petugas penyuluh kesehatan masyarakat sebagai fasilitator pengembangan desa siaga aktif pada setiap kecamatan, melakukan pelatihan dan sharing informasi secara berkala untuk meningkatkan motivasi kerja dan penyegaran suasana. Reward juga perlu disiapkan sebagai bentuk penghargaan atas kerja yang sudah dilakukan.
3. Dinas Kesehatan diharapkan dapat menyusun komitmen bersama dengan seluruh Camat untuk mengaktifkan program desa siaga ini pada wilayah kerja mereka masing – masing yang disertai dengan reward.
4. Penelitian ini masih bersifat satu arah dan belum memiliki kelompok kontrol, disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan kelompok kontrol guna memperkaya pembahasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,Azrul., 1994. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga, Ciputat, Tangerang : Binarupa Aksara
Depkes RI., 2007. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh dalam Pengembangan Desa Siaga.
___________, 2006. Kebijakan Desa Siaga Mendukung Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat, Jakarta.
___________, 2006. Pedoman Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
___________, 2008. Juknis Pemanfaatan Dana Bantuan Sosial Operasional Poskesdes, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
___________, 2008. Peraturan Menteri Kekesehatan RI No.
741/MENKES/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi, Sekretaris Jenderal
___________, 2009. Revitalisasi Promkes Mencegah Beban Kesehatan Menjadi Besar dan Berat, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan RI
De Neufville, R., 1990. Applied System Analysis; Enginering Planning and Technology Management : Mc.Graw, Hill., Inc.
Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat., 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2010
Drummond.M.F.,1980, Principles of Economic Appraisal in Health Care, Oxford University Press.
Gani, Ascorbat., 1994. Aspek Ekonmi Pelayanan Kesehatan., Cermin Dunia Kedokteran., Edisi Khusus No.90.
Hafidh, Aula Ahmad, SF., 2010. Cost Benefit Analysis., Modul Mata Kuliah Evaluasi Proyek, Universitas Negeri Yogyakarta.
Klarman, Hebert e. J. O, Prancis and G.D. Rosenthal., 1968. Cost Effectiveness Analysis Applied to the Treatment of Chronic Renal Desesa., Medical Care., 6., pp., 48-54.
Kemenkes RI., 2011. Suplemen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan RI
___________, 2010. Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan RI ___________, kerjasama dengan Kemendagri RI., 2010. Kepmenkes RI No.
1529/MENKE/SK/X/2010 tetang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Kurniawan Arif, haris Budi Widodo, Siti Murhayati., 2008, Analisis Keberhasilan Proses Program Desa Siaga di Desa Penolih, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol 7 No.3, des 2007 – Maret 2008.
Lubis, Ade Fatma., 2009. Ekonomi Kesehatan, Medan : Universitas Sumatera Utara
Murti, Bisma dkk., 2006. Perencanaan dan Penganggaran untuk Investasi Kesehatan di Tingkat Kabupaten dan Kota, Yogyakarta : UGM Press Makkasau Kasman., 2009. Economic Lost Application Methode for Health
Advocasi., Dinas Kesehatan Kota Ternate.
Mills, Anne dan Lucy Gilson., 1999. Ekonomi Kesehatan untuk Negara – Negara Berkembang diterjemahkan oleh Unit Analisis Kebijaksanaan dan Ekonomi Kesehatan (AKEK), Jakarta : Biro Perencanaan.Depkes RI Mooney, G., 1986., Economic Medicine and Health Care., Wheatsheaf.
Notoadmodjo, Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Cetakan Ketiga, Jakarta : Rineka Cipta
___________., 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta
Polisiri Marwan, dkk., 2009. Implementasi Desa Siaga di Kota Tidore Kepulauan, Magister Kebijakan dan Managemen Pelayanan Kesehatan UGM., http://www.hpmrc.ugm.ac.id, diakses tanggal 20 Januari 2012.
Rahmi Sofiarini, Lieve Goeman., 2009. Analisa Biaya Desa Siaga di NTB dan NTT berdasarkan Dukungan GTZ SISKES selama 2006 – 2009.
___________, 2009. Pengembangan Program Desa Siaga di Propinsi NTB, Evaluasi Program Desa Siaga di Desa – Desa Dukukungan GTZ SISKES, Universitas Mataram.
Sorkin,L.Alan., 1994. Analisis Manfaat-Biaya dan Efektifitas-Biaya pada Program – program Kesehatan. Yogyakarta : UGM Press
Samuelson, PA., 1979. Economics., 11th ed, New York : Mc.Graw Hill
Sugiyono, Agus., 2001.Analisis Manfaat dan Biaya Sosial, Makalah Ekonomi Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Taufik Noor Azhar, dkk., 2007. Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan di Cibatu Purwakarta., Magister Kebijakan dan Managemen Pelayanan Kesehatan UGM., http://www.hpmrc.ugm.ac.id., diakses tanggal 20 Januari 2012.
Tjipto Herijanto, Prijono dan Budhi Soesetyo., 1994. Ekonomi Kesehatan, Jakarta : PT.Rineka Cipta
Wulansari., 2007. Analisis Pembiayaan untuk promosi Kesehatan Masyarakat di Puskesmas., Puslitbang system Kebijakan Kesehatan., Badan Litbangkes dalam www.litbang.depkes.go.id , diakses tanggal 21 Januari 2012.
Word Health Organization., 1975. Health Economics., Public Health Paper No.
64., Geneva
Waspada, 2012, Infasi Indonesia Tahun 2012, Selasa, 29 Mei 2012
http//www.yahoo.go.id/download/Undang – Undang RI No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025., diakses tanggal 25 Januari 2012
http//www.yahoo.go.id/download/Undang – Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan., diakses tanggal 25 Januari 2012
http//www.yahoo.go id/download/MD.Guidlines, diakses tanggal 1 Juni 2012