• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Langkat terletak di antara 3o4‟ dan 4o3‟ Lintang Utara serta antara 97o52‟ dan 98o45‟ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Timur (Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam).

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam).

Secara administrasi Kabupaten Langkat dibagi atas 23 Kecamatan, terdiri atas 37 Kelurahan dan 240 desa. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263.29 Km2 yang secara topografi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian. yaitu : pesisir pantai dengan ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut, dataran rendah dengan ketinggian 4-30 meter dari permukaan laut dan dataran tinggi dengan ketinggian 30-1200 meter dari permukaan laut.

Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu : (1) Wilayah pembangunan I yaitu Wilayah Langkat Hulu; (2) Wilayah pembangunan II yaitu Wilayah Langkat Hilir dan (3) Wilayah pembangunan III yaitu Wilayah Teluk Haru.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah sebesar 967.535 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 238.551 KK atau rata-rata jiwa/rumah tangga sebesar 4,06

orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 %. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Langkat sebesar 154,48 jiwa/Km2, namun pada kenyataannya secara keseluruhan wilayah Kabupaten Langkat mempunyai tingkat kepadatan yang yang tidak sama antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lainnya. Pada umumnya daerah perkotaan (Kecamatan Stabat dan kecamatan Binjai) mempunyai kepadatan yang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan jika tidak dilakukan intervensi terutama dalam masalah kesehatan lingkungan. Demikian juga halnya dengan daerah yang mempunyai kepadatan rendah (Kecamatan Bahorok, Batang Serangan dan Sawit Seberang) karena biasanya mempunyai wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh kendaraan sehingga penduduknya mempunyai akses yang kecil terhadap pelayanan kesehatan.

Mayoritas penduduk di Kabupaten Langkat beragama islam dengan suku asli setempat adalah melayu. Seiring kemajuan informasi dan teknologi serta dunia usaha, berbagai suku bangsa bahkan etnis Cina dan India sudah banyak yang berdomisili di Kabupaten Langkat.

Kegiatan perekonomian yang berkembang di Kabupaten Langkat meliputi sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Rata-rata beban ketergantungan di Kabupaten Langkat adalah 99,17. Sedangkan anggaran per kapita untuk bidang kesehatan di Kabupaten Langkat baru mencapai Rp. 103.251,00 (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010).

Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa usia 15-19 tahun memiliki proporsi yang paling banyak, disusul kelompok umur 10-14 tahun dan kelompok umur 5-9 tahun. Rasio jenis kelamin laki-laki dengan

perempuan sebesar 101,63. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut yang

Grafik 4.1 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Langkat Tahun 2010

4.2 Identifikasi Pemahaman Pengambil Keputusan tentang Pengembangan Program Desa Siaga Aktif

Pengambil keputusan yang terlibat dalam pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat terdiri atas :

1. Bapak dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M selaku Asisten II Pemerintah Kabupaten Langkat yang menangani masalah ekonomi dan pembangunan.

2. Bapak Bahrum, Bapak Safrial (Buya), Bapak Syafrizal selaku Ketua dan Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Langkat yang juga terlibat langsung dalam penyusunan anggaran bidang kesehatan.

3. Bapak Drs.H.Khairul Irwan Lubis, M.Si selaku Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang berasal dari Bappeda Kabupaten Langkat.

4. Bapak Muhammad Efendi Matondang, S.E selaku Kepala Bidang Anggaran BPKAD sekaligus Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.

5. Bapak dr. H. Gunawan, M.Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

6. Bapak drg. Syaiful Sembiring, M.Kes. selaku Kepala Bidang PKLM Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

7. Ibu Ahnela Sitepu, S.K.M, M.Kes selaku Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

8. Bapak Legimun, selaku pemegang program desa siaga Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

Seluruh pengambil keputusan memiliki tingkat pendidikan tinggi (D3 – S2). Pengambil keputusan yang berasal dari TAPD dan Komisi II DPRD Kabupaten Langkat umumnya pernah mendengar istilah program desa siaga dari

berbagai media, tapi tidak memiliki pemahaman yang detail tentang program tersebut dan manfaatnya.

Mengacu pada pedoman wawancara yang ada maka jawaban – jawaban pengambil keputusan di bagi atas 4 kategori, yaitu : pertanyaan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, pertanyaan yang berhubungan dengan desa siaga aktif di Kabupaten Langkat dan target yang harus dicapai, pertanyaan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa siaga di Kabupaten Langkat dan pertanyaan yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat. Data kualitatif yang berhasil dihimpun dari para pengambil keputusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Pembangunan Kesehatan Desa di Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Pemerintah memiliki perhatian yang cukup besar pada masalah kesehatan bisa dilihat melalui anggaran di Dinkes dan dinas lain yang berwawasan lingkungan juga kegiatan yang bersumber daya masyarakat. Misalnya saja pembangunan atau perbaikan parit, manfaatnya sangat luas, termasuk untuk kesehatan masyarakat desa.

Posyandu juga demikian”.

2 Komisi II “Kami punya perhatian yang sangat besar supaya masyarakat tetap sehat, selama pembangunan itu untuk memenuhi hak dasar rakyat, 100 % akan kami dukung.

Tapi pelayanan kesehatan dasar juga harus terpenuhi karena itu hak semua rakyat, kesehatan mereka harus dibantu.”

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

3 TAPD “Pendidikan. kesehatan dan pengentasan kemiskinan memiliki porsi yang sangat besar dalam anggaran kita.

termasuklah pembangunan kesehatan di desa. Selama kebutuhan kesehatan tersebut diusulkan kemudian dibahas dan disepakati, kita akan akomodir.”

4 Dinkes “Kita punya bidan desa dan Puskesmas yang langsung bisa membantu masyarakat desa dalam hal kesehatannya.

Untuk yang jauh kita buatkan pustu, polindes dan dengan program desa siaga, sekarang kita banyak membangun poskesdes. Tinggal bagaimana mengatur kerjasama yang baik dengan masyarakat dan kadesnya supaya masyarakatnya bisa tetap sehat.”

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Berdasarkan matriks diatas diperoleh informasi bahwa seluruh pengambil keputusan sangat mendukung adanya pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, baik yang sifatnya terfokus melalui bidang kesehatan maupun yang bersifat lintas sektoral. Penegasan yang kuat disampaikan oleh Komisi II DPRD bahwa “kesehatan adalah hak rakyat yang harus dibantu ”.

Tabel 4.2 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Standar Desa Siaga Aktif yang Harus Dicapai di Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Saya sangat setuju dengan program ini, tapi masih perlu kerja keras. Masyarakat harus diajak untuk berpartisipasi, libatkan semua ormasy dan aparat juga harus tanggap.”

2 Komisi II “Kita belum punya aturan itu (maksudnya sistem pembiayaan kesehatan Kabupaten langkat), bedasarkan usulan saja. Kalau bisa semua desa jadi siaga aktif, kita akan bantu dari sisi anggaran, apalagi itu untuk kepentingan rakyat supaya tetap sehat. Silakan diusulkan, dan jelaskan kegunaannya.”

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

3 TAPD “Pernah, berarti- kan program itu bagus. Kalau itu menjadi standar di kesehatan, kita bantu. Kalau diusulkan akan kita bahas di musyawarah SKPD, secara teknis tentu Dinkeslah yang atur.”

4 Dinkes “Mengajak masyarakat untuk peduli memang susah – susah gampang. Tapi kita akan coba terus supaya Puskesmas berkoordinasi dengan Camat dan Kades, tentunya butuh waktu.”

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Kategori pertanyaan yang disampaikan terkait masih rendahnya capaian desa siaga aktif di Kabupaten Langkat, yaitu 3,61 % atau hanya 10 desa. Seluruh pengambil keputusan menunjukkan sikap posistif untuk meningkatkan capaian tersebut, mengingat tahun 2015 standar yang harus dicapai adalah 80% desa di Kabupaten Langkat harus menjadi siaga aktif.

Tabel 4.3 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Dukungan dan Advokasi Anggaran Desa Siaga Melalui APBD Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Kita belum punya. Advokasi anggaran dan meminta dukungan pernah. tapi tidak fokus. Jadi kalau mau mencapai target yang 80 % tadi, tentu harus fokus dan serius. Kalau masa saya dulu, sifatnya bergulir. Satu desa dulu perkecamatan. tahun berikutnya desa yang lain dan seterusnya. InsyaAllah Langkat punya kesiapan untuk itu.

Sebagai TAPD, saya akan bantu dalam hal meningkatkan anggaran (pagu Dinkes secara umum) untuk mengembangkan desa siaga aktif ini, saya juga akan sampaikan nanti saat rapat dengan para camat untuk berkomitmen dan menghimbau kadesnya supaya menghidupkan program ini.”

Tabel 4.3 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

2 Komisi II “Tidak pernah dilakukan, yang sampai ke kami global sekali.

dan kalau tidak dijelaskan ke kami, kami tidak faham kalau program itu baik untuk masyarakat. Kalau sudah dijelaskan seperti ini, kami pasti dukung. Langkat siap kok.”

3 TAPD “Belum ada, secara detail belum pernah, mungkin banyak yang sifatnya fisik seperti membangun poskesdes atau renovasi bangunan. Program masing – masing bidang biasanya dipaparkan saat musyawarah SKPD. Tapi kalau tidak dimasukkan dalam usulan, bagaimana kami bisa akomodir. Prinsipnya, selama itu diusulkan dan menjadi prioritas akan kita bantu untuk memenuhi anggarannya.

Apalagi bidang kesehatan, itu prioritas, InsyaAllah kita siap.”

4 Dinkes “Untuk operasional belum pernah, hanya untuk pembanguanan poskesdes dan penyediaan poskesdes kit-nya.

SDM kita cukup, tinggal kreatifitas saja”.

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Terkait dukungan dan advokasi anggaran program desa siaga, Komisi II DPRD, TAPD dan Asisten II bersikap positif. Pernyataan Asisten II menegaskan kalau pelaksanaan program ini belum fokus, sedangkan TAPD dan Komisi II DPRD sangat mendukung pengembangan progam ini karena bidang kesehatan itu prioritas dalam kegiatan pembangunan di Langkat. Dinas Kesehatan kurang melakukan advokasi dan koordinasi untuk kegiatan operasional desa siaga, permintaan anggaran masih terfokus pada pemenuhan fisik dan inventaris desa siaga. Pada kategori terakhir seluruh pengambil keputusan sepakat bahwa :

“Kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan adalah tujuan besar dari pelaksanaan program desa siaga aktif ini. Harapannya adalah peningkatan derajat kesehatan dan menurunkan biaya/beban kesehatan masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian manfaatnya tentu lebih besar dari pada biaya yang harus dikeluarkan.”

4.3 Identifikasi Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat

Identifikasi ini dilakukan untuk mengenal satu persatu desa siaga aktif yang ada di Kabupaten Langkat, meliputi sosiodemografi, kelengkapan perangkat desa siaga yang dimiliki, kegiatan yang sudah dijalankan dan tahap pengembangan desa siaga yang sudah dipenuhi.

4.3.1 Sosiodemografi Desa Siaga Aktif

Sepuluh desa yang termasuk desa siaga aktif diidentifikasi berdasarkan kecamatan, wilayah kerja Puskesmas, jumlah KK, jumlah penduduk, jumlah bayi, jumlah balita dan jumlah ibu hamil (bumil). Hanya ada 8 kecamatan yang desanya masuk dalam kategori siaga aktif. Kecamatan Secanggang merupakan kecamatan yang sudah mampu membentuk 3 desa siaga aktif, yaitu Desa Telaga Jernih, Desa Karang Anyar dan Desa Selotong, sementara 7 kecamatan lainnya baru memiliki 1 desa siaga aktif. Dengan demikian masih ada 15 Kecamatan di Kabupaten Langkat yang belum mengaktifkan desa siaganya.

Tabel 4.4 Sosiodemografi Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2012

Nama Desa

Siaga Aktif Kecamatan Puskesmas Jumlah

KK Penduduk Bayi Balita Bumil

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Nama Desa

Siaga Aktif Kecamatan Puskesmas Jumlah

KK Penduduk Bayi Balita Bumil

8. Banyumas Stabat Stabat 1555 5671 45 80 25

9. Sangga

Lima Gebang Gebang 682 2584 52 304 57

10. Selotong Secanggang Secanggang 1225 4557 91 310 96

Sumber : PWS Bidan Desa Siaga Aktif (2012)

Penduduk masing – masing desa sangat beragam jumlahnya, bahkan beberapa desa penduduknya tergolong padat. Desa Padang Cermin yang berada di Kecamatan Selesai memiliki jumlah penduduk, bayi, balita dan bumil yang paling banyak dari seluruh desa siaga aktif. Sedangkan jumlah bayi yang paling sedikit ada di Desa Lama Kecamatan Sei Lepan (24 orang), jumlah balita yang paling sedikit ada di Desa Telaga Jernih Kecamatan Secanggang (54 orang) dan jumlah bumil yang paling sedikit ada di Desa Karang Anyar Kecamatan Secanggang (12 orang).

4.3.2 Kelengkapan Perangkat Desa Siaga Aktif

Tabel 4.5 Rekapitulasi Kelengkapan Perangkat Desa Siaga Aktif di

Tabel 4.5 (Lanjutan)

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 - 133)

Seluruh desa siaga aktif sudah memiliki bidan desa yang tetap, sudah memiliki struktur kepengurusan desa siaga yang dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa masing – masing. Empat desa dibentuk pada tahun 2007 (Padang Cermin. Stabat Lama Barat, Pulau Banyak dan Selotong), 1 desa dibentuk pada tahun 2008 yaitu Desa Telaga Jernih dan 5 desa lainnya dibentuk pada tahun 2009 (Desa Blankahan, Karang Anyar, Desa Lama, Banyumas dan Sangga Lima).

Desa Padang Cermin dan Telaga Jernih tidak menerima pembangunan Poskesdes, namun memanfaatkan bangunan Pos Bersalin Desa (Polindes) yang lama. Berbeda halnya dengan Desa Stabat Lama Barat, bidan menjadikan rumahnya sebagai Poskesdes. Sedangkan 7 desa yang lain menerima pembangunan Poskesdes dan Poskesdes kit meskipun di tahun yang berbeda.

Seluruh desa sudah memiliki ambulan desa dengan mengoptimalkan kendaraan yang dimiliki masyarakat, memiliki kader aktif lebih dari dua orang dan memiliki minimal 3 UKBM. UKBM tersebut meliputi Posyandu, dukun bayi,

toko obat dan tukang jamu. Sedangkan data donor darah tidak dimiliki oleh 3 desa. yaitu Desa Banyumas, Selotong dan Sangga Lima.

4.3.3 Kegiatan Desa Siaga Aktif

Kegiatan rutin desa siaga aktif tersebut meliputi : pelayanan kesehatan dasar di Poskesdes, adanya pembiayaan mandiri yang bersumber dana masyarakat (tabungan ibu bersalin/dana sosial/iuran anggota), kegiatan surveilans yang berbasis masyarakat, pengembangan UKBM khususnya Posyandu, penyehatan lingkungan dan pertemuan pengurus. Sedangkan kegiatan kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana sifatnya insidental.

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 - 133)

4.3.4 Tahap Pengembangan dan Kriteria Desa Siaga Aktif

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan dan observasi langsung ke masing – masing desa, dapat disimpulkan bahwa ada 3 desa yang sudah mencapai tahap pengembangan desa siaga aktif Purnama, 5 desa mencapai desa siaga aktif madya dan 2 desa lainnya masih pada tahap pengembangan pratama.

Tabel 4.7 Tahap Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Nama Desa Siaga

Aktif Bidan Desa Tahap Pengembangan 1 Blankahan Muliarti dan Nova Eli Madya

2 Padang Cermin Inganta Madya

3 Telaga Jernih Rida Mustika Purnama

4 Karang Anyar Yunizar Madya

5 Stabat Lama Barat Linda Nurmala Purnama

6 Pulau Banyak Susilawati Purnama

7 Desa Lama Elviana Madya

8 Banyumas Hayati Pratama

9 Sangga Lima Nurul Pratama

10 Selotong Ros Br Sihombing Madya

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 - 133)

4.4 Identifikasi Biaya Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 - 2011

4.4.1 Biaya Langsung

Biaya yang secara langsung digunakan dalam pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat ini meliputi: biaya pembentukan desa siaga dan kepengurusannya, biaya pengadaan Poskesdes, biaya pengadaan Poskesdes Kit, biaya operasional Poskesdes dan pelaksanaan kegiatan desa siaga serta biaya

pelatihan bidan desa sehubungan dengan pengembangan desa siaga dan Poskesdes.

Tabel 4.8 Biaya untuk Melengkapi Perangkat Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2012

Banyak 1.500.000 125.000.000 2.500.000 1.895.000 190.000 4.500.000 7. Desa Lama 1.500.000 125.000.000 2.500.000 3.027.000 173.000 3.000.000 8. Banyumas 1.500.000 125.000.000 2.500.000 1.650.000 230.000 - 9. Sangga Lima 1.500.000 125.000.000 2.500.000 2.310.000 225.000 - 10. Selotong 1.500.000 125.000.000 2.500.000 2.350.000 180.000 3.000.000

Total 15.000.000 875.000.000 22.500.000 24.006.200 2.483.000 19.500.000 Sumber : * : Dana dari Pusat (Dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat,

2012)

** : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 – 133)

*** : DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2009 dan 2011

Data rekapitulasi tersebut menginformasikan bahwa biaya fisik dan inventaris (bangunan Poskesdes dan Poskesdes Kit) memiliki jumlah dan persentase paling besar, yaitu Rp.897.500.000,00 atau (93,4% dari total biaya langsung yang berjumlah Rp. 960.820.640,00), sedangkan biaya untuk kebutuhan yang bersifat non fisik hanya Rp.63.320.640,00 atau 6,6 % dari total biaya. Biaya tersebut meliputi biaya pembentukan desa siaga, operasional Poskesdes, pelaksanaan kegiatan desa siaga dan pelatihan bidan desa. Disamping itu beberapa

desa sudah mampu menghidupkan kegiatan desa siaga aktif ini dengan sistem iuran anggota desa siaga. Ada yang bersifat perorangan (Desa Pulau Banyak dan Stabat Lama Barat) ada juga yang bersifat kelompok (Desa Telaga Jernih).

Khusus untuk ibu – ibu hamil juga terdapat pemberdayaan dana yang disebut tabungan ibu bersalin (tabulin). Sistem yang yang digunakan seperti arisan (pencabutan nomor) pada setiap pertemuan ibu – ibu hamil (Desa Padang Cermin, Telaga Jernih, Stabat Lama Barat, Pulau Banyak dan Desa Lama). Respon posistif banyak peneliti dapatkan dari masyarakat yang sudah menerima bantuan bergulir dari dana – dana yang sudah dikumpulkan tersebut. Jumlah dana kegiatan desa siaga yang bersumber daya masyarakat terlihat cukup besar, mencapai Rp.

90.462.000,00.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Pembiayaan Desa Siaga Aktif Bersumber Daya Masyarakat di Kabupaten Langkat tahun 2007 – 2011

No Nama Desa

Barat 9.396.000 15.444.000 6.040.000 13.390.000 11.640.000 55.910.000 6 Pulau

Banyak 6.192.000 7.516.000 3.936.000 5.768.000 5.020.000 28.432.000

7 Desa Lama - - 2.890.000 - - 2.890.000

8 Banyumas - - - - - -

9 Sangga Lima - - - - - -

10 Selotong - - - - - -

Total 15.588.000 23.060.000 14.596.000 20.458.000 16.760.000 90.462.000

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 - 133)

Dana tersebut sudah digunakan masyarakat dalam bentuk bantuan sosial saat sakit, operasional ambulan desa dan BBM-nya. Tabulin juga sudah dimanfaatkan oleh ibu – ibu yang melahirkan untuk biaya persalinan, membeli keperluan bayi dan masa nifas.

Aliran dana per tahun dari biaya – biaya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Rekapitulasi Biaya Langsung Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa

Siaga Aktif 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah

1 Blankahan - - 129.085.000 2.168.000 904.200 132.157.200

2 padang

Cermin 4.560.000 50.000 690.000 2.632.000 400.000 8.332.000 3 Telaga

Jernih - 1.675.000 6.720.000 3.050.000 500.000 11.945.000 4 Karang

Anyar - - 1.680.000 1.770.000 128.220.000 131.670.000

5 Stabat Lama

Barat 13.956.000 15.494.000 8.620.000 15.810.000 11.915.000 65.795.000 6 Pulau

Banyak 10.722.000 7.566.000 132.976.000 7.458.000 5.295.000 164.017.000

7 Desa Lama - - 134.960.000 2.652.000 478.000 138.090.000

8 Banyumas - - 1.730.000 1.650.000 127.500.000 130.880.000

9 Sangga

Lima - - 129.225.000 1.650.000 660.000 131.535.000

10 Selotong 4.530.000 50.000 127.550.000 2.170.000 230.000 134.530.000 Total 33.768.000 24.835.000 673.236.000 4 1.010.000 276.102.200 1.048.951.200

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 134 – 137)

Jumlah seluruh biaya langsung pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat adalah Rp. 1.048.951.200,00. Aliran biaya terbesar ada pada tahun 2009 (Rp. 673.236.000,00) dan tahun 2011 (276.102.000,00), karena pada tahun tersebut dilakukan pembangunan Poskesdes, 5 unit pada tahun 2009 (Desa

Blangkahan, Desa Pulau Banyak, Desa Lama, Desa Sangga Lima dan Desa Selotong) dan 2 unit pada tahun 2011(Desa Karang Anyar dan Desa Banyumas).

4.4.2 Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya pendukung yang digunakan untuk kelancaran operasional Poskesdes dan kegiatan desa siaga. Biaya ini meliputi biaya surat menyurat, konsumsi dan komunikasi yang berjumlah Rp.

3.000.000,00. Jumlah yang paling besar ada pada biaya konsumsi yang mencapai Rp. 2.100.000,00 atau 70% dari total biaya. Hal ini karena jumlah pengurus desa siaga relatif banyak, rata – rata berkisar 15 – 20 orang per desa. Biaya ini dihitung berdasarkan jumlah pertemuan/rapat yang dilakukan pengurus desa siaga.

Tabel 4.11 Rekapitulasi Biaya Tidak Langsung Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2007 – 2011

No Nama Desa Total 255.000 190.000 935.000 1.155.000 465.000 3.000.000

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan diolah oleh peneliti (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 129 – 133 dan 137)

Tabel 4.12 Rekapitulasi Biaya Pengembangan Program Desa Siaga Aktif

Cermin 4.625.000 50.000 780.000 2.707.000 400.000 8.562.000 3 Telaga

Jernih - 1.795.000 6.820.000 3.200.000 600.000 12.415.000 4 Karang

Anyar - - 1.860.000 1.970.000 128.310.000 132.140.000

5 Stabat Lama

Barat 14.016.000 15.564.000 8.740.000 15.960.000 11.915.000 66.195.000 6 Pulau

Banyak 10.787.000 7.566.000 133.041.000 7.523.000 5.360.000 164.277.000 7 Desa Lama - - 135.100.000 2.722.000 548.000 138.370.000 8 Banyumas - - 1.780.000 1.700.000 127.500.000 130.980.000 9 Sangga

Lima - - 129.275.000 1.700.000 660.000 131.635.000

10 Selotong 4.595.000 50.000 127.615.000 2.365.000 295.000 134.920.000 Total 34.023.000 25.025.000 674.171.000 42.165.000 276.567.200 1.051.951.200

Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 134 – 138)

Dapat dilihat bahwa biaya yang paling besar dikeluarkan oleh Desa Pulau Banyak, sejumlah Rp. 164.277.000,00 sedangkan biaya yang paling sedikit dikeluarkan oleh Desa Padang Cermin (Rp. 8.562.000,00) karena di desa tersebut belum dilakukan pembangunan Poskesdes. Fungsi Poskesdes dilakukan di Polindes yang sekaligus rumah bidan desa tersebut.

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas desa masing – masing, terlihat bahwa biaya terbesar juga dikeluarkan oleh Desa Pulau Banyak yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin, disusul oleh Puskesmas Desa Teluk (Rp.

144.555.000,00) karena terdapat 2 desa siaga aktif dan biaya yang terkecil dikeluarkan di wilayah kerja Puskesmas Selesai (Desa Siaga Padang Cermin) dan

Puskesmas Stabat Lama (Desa Stabat Lama Barat). Sedangkan biaya Desa/Puskesmas yang lainnya relatif berimbang, tergantung kegiatan dan operasional Poskesdes masing – masing.

4.5 Identifikasi Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011

Manfaat pengembangan program desa siaga aktif ini dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.

Secara bertahap biaya operasional Poskesdes dan pelaksaan kegiatan akan menjadi kegiatan rutin sehingga biaya yang dikeluarkan tidak sebesar saat pertama sekali kegiatan tersebut dilakukan. Semakin siap dan mandiri masyarakat mengatasi masalah kesehatannya, akan semakin kecil biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pelayanan kesehatan.

4.5.1 Manfaat Langsung

Manfaat langsung yang dirasakan selama pelaksanaan program desa siaga aktif adalah pengurangan biaya operasional Poskesdes. Hal ini sejalan dengan menurunnya jumlah kunjungan (angka kesakitan/morbiditas) di Poskesdes sehingga alokasi biaya untuk pengadaan obat, alat kesehatan habis pakai, alat tulis kantor dan jasa bidan otomatis juga menurun. Penurunan angka kesakitan pada 10 desa siaga aktif tersebut hanya peneliti dapatkan melalui hasil wawancara dengan bidan desa yang mengoperasionalkan Poskesdes. Setelah ada kegiatan desa siaga, masyarakat jadi lebih proaktif dan perhatian pada kesehatan dan lingkungan sekitar, sehingga kalau merasa sakit dapat segera berobat, sehingga hari

kerja/sekolah tidak banyak yang hilang. Rata – rata kunjungan ke Poskesdes saat ini sekitar 2 – 5 orang perhari. Berikut ini rekapitulasi jumlah kunjungan Poskesdes di 10 desa siaga yang ada di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011.

Tabel 4.13 Rekapitulasi Kunjungan 10 Besar Penyakit pada Poskesdes Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2011

No Nama Poskesdes 2008 2009 2010 2011 Jumlah

1 Blankahan - 823 814 897 2.534

2 Padang Cermin 778 770 817 847 3.212

3 Telaga Jernih 752 784 775 759 3.070

4 Karang Anyar - 784 775 759 2.318

5 Stabat Lama

Barat 843 878 845 869 3.435

6 Pulau Banyak 723 753 759 886 3.121

7 Desa Lama - 739 714 751 2.204

8 Banyumas - 1.341 1.307 1.489 4.137

9 Sangga Lima - 697 650 683 2.030

10 Selotong 660 675 604 632 2.571

Total 3.756 8.244 8.060 8.572 28.632 Sumber : Hasil wawancara dengan bidan desa siaga aktif dan dokumen yang ada kemudian diolah oleh peneliti (terlampir pada halaman 138)

Khusus untuk Desa Karang Anyar dan Banyumas, pelayanan kesehatan

Khusus untuk Desa Karang Anyar dan Banyumas, pelayanan kesehatan