• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 13

2.5 Kerangka Konsep

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi (evaluation research) untuk mengetahui sejauh mana program desa siaga berjalan aktif di Kabupaten Langkat dan seberapa besar hasil atau dampak pelaksanaan program tersebut. Tehnik evaluasi yang dipilih adalah analisis biaya manfaat (CBA).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Langkat, dengan alasan masih rendahnya cakupan SPM program desa siaga aktif tahun 2010, yaitu 3,61% (10 desa), masih rendahnya cakupan rumah tangga ber-PHBS tahun 2010, yaitu 53,3

% dan masih banyaknya kasus penyakit endemis yang seharusnya dapat dicegah, seperti malaria, demam berdarah dan gizi kurang.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisa data serta penyusunan laporan akhir yang membutuhkan waktu selama 5 (lima) bulan, mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh desa siaga aktif yang ada di Kabupaten Langkat berdasarkan hasil penilaian SPM oleh Dinas Kesehatan tahun 2010 yang berjumlah 10 desa yang terletak pada 9 wilayah kerja Puskesmas yang berbeda- beda. Populasi untuk pegambil keputusan adalah seluruh pihak yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan dalam proses penetapan kebijakan dan penganggaran program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat khususnya Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini ditentukan secara purposive dengan kriteria tertentu.

Kriteria untuk pengambil keputusan : (1) memiliki jabatan struktural atau fungsional dalam bidang promosi kesehatan; (2) memiliki keterlibatan secara langsung maupun tidak dalam pengambilan kebijakan kesehatan; (3) memiliki keterlibatan langsung maupun tidak dalam proses penganggaran bidang kesehatan dan (4) memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan dalam bentuk kebijakan dan atau penganggaran kesehatan Kabupaten Langkat. Minimal 2 kriteria harus dipenuhi. Sampel desa siaga aktif adalah seluruh desa siaga aktif berdasarkan hasil penilaian SPM oleh Dinas Kesehatan Tahun 2010 (total sampling).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, maka sampel penelitian adalah total sampling yang berjumlah 10 orang pengambil keputusan, yang terdistribusi sebagai berikut : 4 orang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang

terdiri atas Kepala Bidang PKLM (Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat), Kepala Sub.bagian Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kordinator Pelaksana Program Desa Siaga, 2 orang dari TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah, terdiri atas Bappeda dan Bidang Anggaran BPKAD Kabupaten Langkat, Asisten II Kabupaten Langkat (membidangi urusan ekonomi dan pembangunan) dan 3 orang dari Komisi II (membidangi urusan kesehatan) DPRD Tk. II Langkat.

. Desa Siaga yang tergolong aktif tersebut adalah Desa Blankahan, Desa Padang Cermin, Desa Telaga Jernih, Desa Karang Anyar, Desa Stabat Lama Barat, Desa Pulau Banyak, Desa Lama, Desa Banyumas, Desa Sangga Lima dan Desa Selotong.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer penelitian ini dihimpun melalui wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan blanko isian dan panduan berupa kuesioner.

Data sekunder dihimpun melalui pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : identifikasi pemahaman pengambil keputusan, identifikasi alternatif, identifikasi biaya, identifikasi

manfaat, transformasi dampak ke dalam nilai moneter, discounting dan interpretasi hasil. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi pemahaman pengambil keputusan adalah melakukan identifikasi dengan wawancara mendalam untuk mengetahui sejauh mana pemahaman seseorang/pihak yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan dalam proses penetapan kebijakan dan penganggaran program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat khususnya Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat tahun 2007 – 2011. Mengacu pada pedoman wawancara yang ada, maka pertanyaan untuk pengambil keputusan di bagi atas 4 kategori, yaitu : pertanyaan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, pertanyaan yang berhubungan dengan desa siaga aktif di Kabupaten Langkat dan target yang harus dicapai, pertanyaan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa siaga di Kabupaten Langkat dan pertanyaan yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat.

2. Alternatif kegiatan adalah kegiatan – kegiatan lain yang memiliki tujuan yang sama meskipun teknis pelaksanaannya berbeda, sehingga dapat dibandingkan baik biaya maupun manfaat dari masing – masing alternatif tersebut. Variabel ini untuk mengantisipasi jika ada kegiatan lain dimasyarakat (sosial budaya) yang operasionalnya menyerupai desa siaga.

3. Pengembangan program desa siaga aktif adalah tahap pengembangan seluruh desa siaga berdasarkan kriteria yang ada, kelengkapan perangkat desa siaga,

kegiatan yang dilaksanakan serta bentuk kemandirian masyarakat yang ada pada 10 desa tersebut mulai tahun 2007 – 2011.

4. Identifikasi biaya adalah kegiatan mengidentifikasi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan program desa siaga aktif pada 10 desa tersebut, baik bersifat langsung ataupun tidak langsung mulai tahun 2007 – 2011.

5. Biaya langsung adalah biaya yang digunakan secara langsung untuk segala keperluan aktifnya desa siaga mulai tahun 2007 - 2011, terdiri atas :

a. Biaya pembentukan desa siaga yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses pembentukan desa siaga, mulai dari tahap persiapan, rapat koordinasi dan sosialisasi, rapat pembentukan, survey mawas diri dan penyusunan program kerja 1 (satu) tahun kedepan. Struktur kepengurusan desa siaga ditetapkan melalui SK Kepala Desa/Lurah setempat. Biaya ini dikeluarkan hanya sekali saja.

b. Biaya pengadaan Poskesdes yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan tempat kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat desa yang letaknya strategis dan mudah dijangkau. Biaya ini terdiri dari biaya tanah dan fisik bangunan. Biaya ini dikeluarkan hanya sekali saja.

c. Biaya pengadaan Poskesdes Kit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat – alat kesehatan dan meubiler Poskesdes yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan dan kegiatan desa siaga.

d. Biaya operasional Poskesdes adalah biaya yang dikeluarkan untuk memfungsikan kegiatan pelayanan kesehatan di Poskesdes, terdiri atas biaya alat tulis kantor, biaya obat, jasa bidan dan pelaksanaan kegiatan desa siaga.

e. Biaya Pelatihan adalah biaya yang dikeluarkan untuk bidan desa guna mengikuti pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengembangan desa siaga dan operasional Poskesdes.

6. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung keberlangsungan kegiatan di 10 desa siaga aktif dan Poskesdes, seperti biaya surat menyurat untuk kegiatan rapat berkala pengurus mulai tahun 2007 - 2011.

7. Manfaat adalah semua hal positif yang diperoleh masyarakat sebagai dampak pelaksanaan program desa siaga aktif. Nilai manfaat dihitung mulai tahun 2008 – 2011.

8. Manfaat langsung adalah hal positif yang dapat dirasakan masyarakat secara langsung selama program desa siaga berjalan aktif, yakni :

a. Pengurangan biaya operasional yaitu berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk memfungsikan kegiatan pelayanan kesehatan di Poskesdes, terdiri atas biaya alat tulis kantor, biaya obat dan jasa bidan.

b. Penurunan angka kesakitan yaitu berkurangnya jumah kunjungan pasien berobat ke tempat pelayanan kesehatan (Poskesdes, Puskesmas dan Pustu) sebagai dampak pelaksanaan kegiatan desa siaga aktif.

9. Manfaat tidak langsung adalah hal positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat pada beberapa waktu kedepan (1 tahun keatas) setelah program desa siaga berjalan aktif (2008 – 2011), yakni :

a. Peningkatan jumlah hari kerja/sekolah yaitu peningkatan jumlah kehadiran masyarakat usia sekolah atau bekerja, karena tetap sehat. Data diperoleh dari SD yang ada di setiap desa siaga aktif.

b. Nilai YLD (years life with disability) yang dapat dicegah yaitu perhitungan nilai ekonomi yang seharusnya tidak hilang karena sakit, karena penyakit tersebut dapat dicegah dengan keberhasilan program desa siaga aktif. Nilai ini dihitung dari 10 besar penyakit pada masing – masing Poskesdes desa siaga aktif di Kabupaten Langkat.

10. Transformasi dampak ke dalam nilai moneter adalah proses mentransformasi semua komponen biaya, manfaat dan dampak kedalam bentuk uang.

11. Discounting adalah suatu proses penyesuaian hasil transformasi terhadap waktu, oleh karena dampak suatu program biasanya berlangsung lama. Nilai memang berubah menurut perjalanan waktu dan dilakukan dengan discount rate yang sesuai yaitu suku bunga yang berlaku berdasarkan data inflasi bulan Mei 2012 sebesar 12 % - 15% (Waspada, 2012).

12. Interpretasi hasil CBA adalah kegiatan menganalisis hasil perhitungan ratio manfaat dan biaya (benefit cost ratio), dan manfaat bersih program dengan menghitung net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR).

3.6 Metode Pengukuran

Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap pengambil keputusan. Jawaban/tanggapan pengambil keputusan di bagi atas 4 kategori, yaitu : jawaban/tanggapan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, jawaban/tanggapan yang berhubungan dengan desa siaga aktif dan target yang harus dicapai, jawaban/tanggapan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa siaga dan jawaban/tanggapan yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat. Seluruhnya disusun dalam sebuah matriks untuk melihat persamaan atau perbedaanya.

Metode pengukuran yang dipakai untuk data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi :

a. Menghitung benefit cost ratio dengan rumus : BCR

Total biaya dan manfaat ditransformasi ke dalam bentuk moneter terlebih dahulu, kemudian dihitung dengan rumus tersebut. Nilai yang diharapkan BCR >

1.

b. Menghitung nilai net present value (NPV), dengan rumus :

NPV = - nilai proyek + cash flow 1 + cash flow 2 + cash flow 3 + cash flow 4 ( 1 + i)1 ( 1 + i)2 ( 1 + i)3 ( 1 + i)4

Nilai NPV yang diharapkan harus lebih besar dari nol (NPV > 0 ) dengan umur proyek 5 tahun (2007 – 2011) dan 15 tahun kedepan.

c. Menghitung internal rate of return (IRR), dengan rumus :

Nilai IRR yang diharapkan harus lebih besar dari discount rate (IRR > 15 %).

3.7 Metode Analisis Data

Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisis secara deskriftif, meliputi:

pemahanan pengambil keputusan; analisis seluruh biaya yang sudah dikeluarkan dan analisis seluruh manfaat yang yang diperoleh dengan pengembangan program ini di Kabupaten Langkat. Layak atau tidaknya program desa siaga ini dikembangkan, akan dikaitkan pada dukungan pengambil keputusan di Kabupaten Langkat.

= 0

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Langkat terletak di antara 3o4‟ dan 4o3‟ Lintang Utara serta antara 97o52‟ dan 98o45‟ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Timur (Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam).

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam).

Secara administrasi Kabupaten Langkat dibagi atas 23 Kecamatan, terdiri atas 37 Kelurahan dan 240 desa. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263.29 Km2 yang secara topografi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian. yaitu : pesisir pantai dengan ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut, dataran rendah dengan ketinggian 4-30 meter dari permukaan laut dan dataran tinggi dengan ketinggian 30-1200 meter dari permukaan laut.

Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu : (1) Wilayah pembangunan I yaitu Wilayah Langkat Hulu; (2) Wilayah pembangunan II yaitu Wilayah Langkat Hilir dan (3) Wilayah pembangunan III yaitu Wilayah Teluk Haru.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah sebesar 967.535 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 238.551 KK atau rata-rata jiwa/rumah tangga sebesar 4,06

orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 %. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Langkat sebesar 154,48 jiwa/Km2, namun pada kenyataannya secara keseluruhan wilayah Kabupaten Langkat mempunyai tingkat kepadatan yang yang tidak sama antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lainnya. Pada umumnya daerah perkotaan (Kecamatan Stabat dan kecamatan Binjai) mempunyai kepadatan yang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan jika tidak dilakukan intervensi terutama dalam masalah kesehatan lingkungan. Demikian juga halnya dengan daerah yang mempunyai kepadatan rendah (Kecamatan Bahorok, Batang Serangan dan Sawit Seberang) karena biasanya mempunyai wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh kendaraan sehingga penduduknya mempunyai akses yang kecil terhadap pelayanan kesehatan.

Mayoritas penduduk di Kabupaten Langkat beragama islam dengan suku asli setempat adalah melayu. Seiring kemajuan informasi dan teknologi serta dunia usaha, berbagai suku bangsa bahkan etnis Cina dan India sudah banyak yang berdomisili di Kabupaten Langkat.

Kegiatan perekonomian yang berkembang di Kabupaten Langkat meliputi sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Rata-rata beban ketergantungan di Kabupaten Langkat adalah 99,17. Sedangkan anggaran per kapita untuk bidang kesehatan di Kabupaten Langkat baru mencapai Rp. 103.251,00 (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010).

Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa usia 15-19 tahun memiliki proporsi yang paling banyak, disusul kelompok umur 10-14 tahun dan kelompok umur 5-9 tahun. Rasio jenis kelamin laki-laki dengan

perempuan sebesar 101,63. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut yang

Grafik 4.1 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Langkat Tahun 2010

4.2 Identifikasi Pemahaman Pengambil Keputusan tentang Pengembangan Program Desa Siaga Aktif

Pengambil keputusan yang terlibat dalam pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat terdiri atas :

1. Bapak dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M selaku Asisten II Pemerintah Kabupaten Langkat yang menangani masalah ekonomi dan pembangunan.

2. Bapak Bahrum, Bapak Safrial (Buya), Bapak Syafrizal selaku Ketua dan Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Langkat yang juga terlibat langsung dalam penyusunan anggaran bidang kesehatan.

3. Bapak Drs.H.Khairul Irwan Lubis, M.Si selaku Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang berasal dari Bappeda Kabupaten Langkat.

4. Bapak Muhammad Efendi Matondang, S.E selaku Kepala Bidang Anggaran BPKAD sekaligus Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.

5. Bapak dr. H. Gunawan, M.Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

6. Bapak drg. Syaiful Sembiring, M.Kes. selaku Kepala Bidang PKLM Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

7. Ibu Ahnela Sitepu, S.K.M, M.Kes selaku Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

8. Bapak Legimun, selaku pemegang program desa siaga Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

Seluruh pengambil keputusan memiliki tingkat pendidikan tinggi (D3 – S2). Pengambil keputusan yang berasal dari TAPD dan Komisi II DPRD Kabupaten Langkat umumnya pernah mendengar istilah program desa siaga dari

berbagai media, tapi tidak memiliki pemahaman yang detail tentang program tersebut dan manfaatnya.

Mengacu pada pedoman wawancara yang ada maka jawaban – jawaban pengambil keputusan di bagi atas 4 kategori, yaitu : pertanyaan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, pertanyaan yang berhubungan dengan desa siaga aktif di Kabupaten Langkat dan target yang harus dicapai, pertanyaan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa siaga di Kabupaten Langkat dan pertanyaan yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat. Data kualitatif yang berhasil dihimpun dari para pengambil keputusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Pembangunan Kesehatan Desa di Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Pemerintah memiliki perhatian yang cukup besar pada masalah kesehatan bisa dilihat melalui anggaran di Dinkes dan dinas lain yang berwawasan lingkungan juga kegiatan yang bersumber daya masyarakat. Misalnya saja pembangunan atau perbaikan parit, manfaatnya sangat luas, termasuk untuk kesehatan masyarakat desa.

Posyandu juga demikian”.

2 Komisi II “Kami punya perhatian yang sangat besar supaya masyarakat tetap sehat, selama pembangunan itu untuk memenuhi hak dasar rakyat, 100 % akan kami dukung.

Tapi pelayanan kesehatan dasar juga harus terpenuhi karena itu hak semua rakyat, kesehatan mereka harus dibantu.”

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

3 TAPD “Pendidikan. kesehatan dan pengentasan kemiskinan memiliki porsi yang sangat besar dalam anggaran kita.

termasuklah pembangunan kesehatan di desa. Selama kebutuhan kesehatan tersebut diusulkan kemudian dibahas dan disepakati, kita akan akomodir.”

4 Dinkes “Kita punya bidan desa dan Puskesmas yang langsung bisa membantu masyarakat desa dalam hal kesehatannya.

Untuk yang jauh kita buatkan pustu, polindes dan dengan program desa siaga, sekarang kita banyak membangun poskesdes. Tinggal bagaimana mengatur kerjasama yang baik dengan masyarakat dan kadesnya supaya masyarakatnya bisa tetap sehat.”

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Berdasarkan matriks diatas diperoleh informasi bahwa seluruh pengambil keputusan sangat mendukung adanya pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, baik yang sifatnya terfokus melalui bidang kesehatan maupun yang bersifat lintas sektoral. Penegasan yang kuat disampaikan oleh Komisi II DPRD bahwa “kesehatan adalah hak rakyat yang harus dibantu ”.

Tabel 4.2 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Standar Desa Siaga Aktif yang Harus Dicapai di Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Saya sangat setuju dengan program ini, tapi masih perlu kerja keras. Masyarakat harus diajak untuk berpartisipasi, libatkan semua ormasy dan aparat juga harus tanggap.”

2 Komisi II “Kita belum punya aturan itu (maksudnya sistem pembiayaan kesehatan Kabupaten langkat), bedasarkan usulan saja. Kalau bisa semua desa jadi siaga aktif, kita akan bantu dari sisi anggaran, apalagi itu untuk kepentingan rakyat supaya tetap sehat. Silakan diusulkan, dan jelaskan kegunaannya.”

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

3 TAPD “Pernah, berarti- kan program itu bagus. Kalau itu menjadi standar di kesehatan, kita bantu. Kalau diusulkan akan kita bahas di musyawarah SKPD, secara teknis tentu Dinkeslah yang atur.”

4 Dinkes “Mengajak masyarakat untuk peduli memang susah – susah gampang. Tapi kita akan coba terus supaya Puskesmas berkoordinasi dengan Camat dan Kades, tentunya butuh waktu.”

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Kategori pertanyaan yang disampaikan terkait masih rendahnya capaian desa siaga aktif di Kabupaten Langkat, yaitu 3,61 % atau hanya 10 desa. Seluruh pengambil keputusan menunjukkan sikap posistif untuk meningkatkan capaian tersebut, mengingat tahun 2015 standar yang harus dicapai adalah 80% desa di Kabupaten Langkat harus menjadi siaga aktif.

Tabel 4.3 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Dukungan dan Advokasi Anggaran Desa Siaga Melalui APBD Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Informan Tanggapan yang disampaikan

1 Asisten II “Kita belum punya. Advokasi anggaran dan meminta dukungan pernah. tapi tidak fokus. Jadi kalau mau mencapai target yang 80 % tadi, tentu harus fokus dan serius. Kalau masa saya dulu, sifatnya bergulir. Satu desa dulu perkecamatan. tahun berikutnya desa yang lain dan seterusnya. InsyaAllah Langkat punya kesiapan untuk itu.

Sebagai TAPD, saya akan bantu dalam hal meningkatkan anggaran (pagu Dinkes secara umum) untuk mengembangkan desa siaga aktif ini, saya juga akan sampaikan nanti saat rapat dengan para camat untuk berkomitmen dan menghimbau kadesnya supaya menghidupkan program ini.”

Tabel 4.3 (Lanjutan)

No Informan Tanggapan yang disampaikan

2 Komisi II “Tidak pernah dilakukan, yang sampai ke kami global sekali.

dan kalau tidak dijelaskan ke kami, kami tidak faham kalau program itu baik untuk masyarakat. Kalau sudah dijelaskan seperti ini, kami pasti dukung. Langkat siap kok.”

3 TAPD “Belum ada, secara detail belum pernah, mungkin banyak yang sifatnya fisik seperti membangun poskesdes atau renovasi bangunan. Program masing – masing bidang biasanya dipaparkan saat musyawarah SKPD. Tapi kalau tidak dimasukkan dalam usulan, bagaimana kami bisa akomodir. Prinsipnya, selama itu diusulkan dan menjadi prioritas akan kita bantu untuk memenuhi anggarannya.

Apalagi bidang kesehatan, itu prioritas, InsyaAllah kita siap.”

4 Dinkes “Untuk operasional belum pernah, hanya untuk pembanguanan poskesdes dan penyediaan poskesdes kit-nya.

SDM kita cukup, tinggal kreatifitas saja”.

Sumber : Hasil wawancara (waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135)

Terkait dukungan dan advokasi anggaran program desa siaga, Komisi II DPRD, TAPD dan Asisten II bersikap positif. Pernyataan Asisten II menegaskan kalau pelaksanaan program ini belum fokus, sedangkan TAPD dan Komisi II DPRD sangat mendukung pengembangan progam ini karena bidang kesehatan itu prioritas dalam kegiatan pembangunan di Langkat. Dinas Kesehatan kurang melakukan advokasi dan koordinasi untuk kegiatan operasional desa siaga, permintaan anggaran masih terfokus pada pemenuhan fisik dan inventaris desa siaga. Pada kategori terakhir seluruh pengambil keputusan sepakat bahwa :

“Kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan adalah tujuan besar dari pelaksanaan program desa siaga aktif ini. Harapannya adalah peningkatan derajat kesehatan dan menurunkan biaya/beban kesehatan masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian manfaatnya tentu lebih besar dari pada biaya yang harus dikeluarkan.”

4.3 Identifikasi Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat

Identifikasi ini dilakukan untuk mengenal satu persatu desa siaga aktif yang ada di Kabupaten Langkat, meliputi sosiodemografi, kelengkapan perangkat desa siaga yang dimiliki, kegiatan yang sudah dijalankan dan tahap pengembangan desa siaga yang sudah dipenuhi.

4.3.1 Sosiodemografi Desa Siaga Aktif

Sepuluh desa yang termasuk desa siaga aktif diidentifikasi berdasarkan kecamatan, wilayah kerja Puskesmas, jumlah KK, jumlah penduduk, jumlah bayi, jumlah balita dan jumlah ibu hamil (bumil). Hanya ada 8 kecamatan yang desanya masuk dalam kategori siaga aktif. Kecamatan Secanggang merupakan kecamatan yang sudah mampu membentuk 3 desa siaga aktif, yaitu Desa Telaga Jernih, Desa Karang Anyar dan Desa Selotong, sementara 7 kecamatan lainnya baru memiliki 1 desa siaga aktif. Dengan demikian masih ada 15 Kecamatan di Kabupaten Langkat yang belum mengaktifkan desa siaganya.

Tabel 4.4 Sosiodemografi Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2012

Nama Desa

Siaga Aktif Kecamatan Puskesmas Jumlah

KK Penduduk Bayi Balita Bumil

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Nama Desa

Siaga Aktif Kecamatan Puskesmas Jumlah

KK Penduduk Bayi Balita Bumil

8. Banyumas Stabat Stabat 1555 5671 45 80 25

9. Sangga

Lima Gebang Gebang 682 2584 52 304 57

10. Selotong Secanggang Secanggang 1225 4557 91 310 96

Sumber : PWS Bidan Desa Siaga Aktif (2012)

Penduduk masing – masing desa sangat beragam jumlahnya, bahkan beberapa desa penduduknya tergolong padat. Desa Padang Cermin yang berada di

Penduduk masing – masing desa sangat beragam jumlahnya, bahkan beberapa desa penduduknya tergolong padat. Desa Padang Cermin yang berada di