• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Produksi : 1 Bibit/stek ubi jalar

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 45-50)

THE ASSESSMENT ON THE PROFILE AND DEVELOPMENT OF SWEET POTATO FARMING SYSTEMS IN PANAMPUANG VILLAGE, AGAM REGENCY

A. Biaya Produksi : 1 Bibit/stek ubi jalar

2. Pupuk: Urea SP-36 KCl Pupuk kandang/kompos 3. Tenaga kerja: Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan

Penyiangan & pembumbunan Pembalikan batang Panen

Pascapanen Total Biaya Produksi

83.000 bh 50 kg 15 kg 0 kg 500 kg 40 HOK 10 HOK 2 HOK 20 HOK 0 HOK 20 HOK 10 HOK t 415.000 75.000 30.000 - 100.000 1.200.000 300.000 60.000 600.000 0 600.000 300.000 3.680.000 57.000 bh 100 kg 100 kg 100 kg 5000 kg 40 HOK 10 HOK 4 HOK 20 HOK 6 HOK 20 HOK 10 HOK 855.000 150.000 200.000 500.000 1.000.000 1.200.000 300.000 120.000 600.000 180.000 600.000 300.000 6.005.000 B. Penerimaan: Produksi: • Ubi Bogor: - Umbi besar 20,2% - Umbi kecil 79,8% • Sawentar - Umbi besar 30% - Umbi kecil 70% • Papua Patippi - Umbi besar 23,75% - Umbi kecil 76,25% • Papua Solossa - Umbi besar 29,73% - Umbi kecil 70,27% 14,40 t/ha 2,91 t/ha 11,49 t/ha 5.193.000 1.746.000 3.447.000 16,00 t/ha 4,80 t/ha 11,20 t/ha 17,60 t/ha 4,18 t/ha 13,42 t/ha 24,80 t/ha 7,37 t/ha 17,43 t/ha 6.240.000 2.880.000 3.360.000 6.534.000 2.508.000 4.026.000 9.651.000 4.422.000 5.229.000 C. Keuntungan Usahatani: Ubi Bogor • Sawentar • Papua Patippi • Papua Solossa • Cangkuang • Sukuh • 1.513.000 235.000 529.000 3.646.000 8.269.000 10.255.000

Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa keuntungan usahatani per musim tanam tertinggi (Rp. 10.255.000/ha) diperoleh dengan menanam varietas Sukuh, diikuti oleh varietas Cangkuang (Rp. 8.269.000/ ha) dan Papua Solossa (Rp. 3.646.000/ha), semuanya dengan mengaplikasikan paket teknologi budidaya introduksi. Sedangkan penggunaan varietas lokal (Kapelo Bogor)

dengan paket teknologi budidaya tradisional hanya menghasilkan keuntungan usahatani sebanyak Rp. 1.513.000/ha/ musim tanam. Peningkatan keuntungan usahatani diperoleh dari peningkatan kuantitas dan kualitas produksi ubi jalar berupa persentase umbi besar yang lebih tinggi.

Pengembangan Inovasi Teknologi

Melalui implementasi program Prima Tani, usahatani ubi jalar dikembangkan secara bertahap di Nagari Panampuang. Menurut Afdi et al. (2008), dari 10 varietas unggul ubi jalar yang diintroduksikan pada tahun 2007, ternyata hanya empat varietas yang disukai oleh petani setempat, yaitu: Cangkuang, Sukuh, Ubi Ungu, dan Sawentar. Dasar pemilihan varietas oleh petani terutama penerimaan dan harga pasar. Keempat varietas tersebut pada tahun 2008 dikembangkan oleh dua kelompok tani dengan luas pertanaman masing-masing 2 hektar, dengan menerapkan paket teknologi budidaya introduksi secara utuh. Di samping dua poktan diatas yang mengembangkan inovasi teknologi ubi jalar secara utuh, ada juga beberapa petani yang mengembangkan beberapa komponen teknologi budidaya yang dianjurkan. Komponen teknologi yang umumnya diadopsi adalah teknologi tanam tegak, pembalikan batang, dan pemakaian pupuk organik.

Pada tahun 2009, realisasi luas areal pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi ternyata melampaui target yang disepakati pada awal tahun. Target pengembangan usahatani ubi jalar pada tahun 2009 hanya seluas 9,25 hektar, sedangkan realisasinya sampai akhir Desember 2009 mencapai 17,25 hektar (Tabel 8). Artinya, realisasi penerapan teknologi anjuran dalam pengembangan usahatani ubi jalar di Nagari Panampuang melalui program Prima Tani pada tahun 2009 mencapai 186,5%. Di samping areal realisasi lebih luas dibanding target, jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi juga lebih banyak dibanding target semula (lima belas berbanding tiga belas). Ada empat kelompok tani yang memang tidak mencapai target areal, tetapi ada empat kelompok tani pula yang melebihi target.

Tabel 8. : Target dan realisasi pengembangan usahatani ubi jalar melalui penanaman varietas unggul

dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi tahun 2009.

*Kesepakatan pada workshop di Bukittinggi, 29 Mei 2009.

No. Kelompok Tani Target (ha)* Realisasi

Hektar Persen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Gupanker Kompeter Surla Sakato Beringin Jaya Tunas Baru Nailussa’adah Darussalam Bancah Boong Maju Bersama Lakota Bonjo Larangan Maju Terus Tangkerang Kerjasama Prima Mandiri 1,0 0,5 1,0 0,5 0,5 1,0 1,0 0,75 0,5 0,5 1,0 0,5 0,5 - - 0,5 1,25 1,25 0,5 0,5 0,5 0,5 1,5 0,5 0,5 1,0 1,5 0,25 1,0 6,0 50 250 125 100 100 50 50 200 100 100 100 300 50 - - Jumlah 9,25 17,25 186,5

Ditinjau dari aspek komponen teknologi yang diterapkan atau diadopsi oleh petani, ada tiga komponen teknologi yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan stek pucuk, sistem tanam tegak, dan pemakaian guludan. Semua (100%) kelompok tani yang melakukan perbaikan teknologi budidaya ubi jalar telah menggunakan stek pucuk sesuai anjuran dan penanaman stek secara tegak,

sedangkan komponen teknologi pemakaian guludan diadospsi oleh 80% kelompok tani. Lebih 50% kelompok tani telah melakukan pembalikan batang sesuai anjuran dalam pemeliharaan tanaman ubi jalar, dan masing- masing 40% telah menggunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk untuk ubi jalar sesuai anjuran, termasuk penggunaan pupuk organik (Tabel 9).

Tabel 9. : Tingkat adopsi komponen teknologi budidaya ubi jalar anjuran spesiik lokasi di Nagari

Panampuang, tahun 2009.

No. Komponen Teknologi Kelompok Tani

Adopter (%) Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Varietas unggul (Cangkuang dan klon Ubi Ungu) Pemakaian guludan

Penggunaan stek pucuk Penanaman tegak Pemupukan sesuai anjuran

Pembalikan batang 40 80 100 100 40 53

Sangat tergantung pada preferensi pasar

Kombinasi pupuk buatan dan pupuk organik

Varietas unggul yang diadopsi oleh petani semakin berkurang, pada tahun 2009 hanya Cangkuang dan Ubi Ungu. Hal ini disebabkan karena pemilihan varietas yang akan ditanam oleh petani sangat tergantung pada preferensi pasar. Sebagian besar petani masih menjual hasil ubi jalarnya dalam bentuk mentah di pasar-pasar terdekat. Para pedagang ternyata masih cenderung membeli ubi jalar varietas lokal, dan untuk varietas unggul hanya Ubi Ungu dan Cangkuang. Posisi tawar petani dalam hal pemasaran hasil pertanian, termasuk ubi jalar, masih lemah, sehingga ketergantungan petani terhadap pedagang hasil pertanian sangat tinggi.

PENUTUP Kesimpulan

Dari rangkaian pengkajian yang dilakukan selama tiga tahun sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka dapat dike- mukakan kesimpulan sebagai berikut:

Pada awal tahun 2007, usaha tani ubi 1.

jalar petani di Nagari Panampuang ma- sih dilakukan secara sederhana den- gan teknologi budidaya konvensional. Dengan teknologi budidaya yang se- derhana tersebut, tingkat produksi ber- kisar 8 - 13 ton per hektar. Pendapatan usahatani ubi jalar yang diterima petani lebih kurang Rp. 1.500.000 per musim tanam (5 bulan).

Ada dua masalah utama yang dihadapi 2.

oleh petani di Nagari Panampuang da- lam berusahatani ubi jalar, yaitu: (1) produktivitas belum optimal, dan (2) pemasaran hasil kurang lancar. Produk- tivitas yang belum optimal disebabkan oleh: petani belum menggunakan varie- tas unggul karena tidak tersedia di loka- si, bibit kurang bermutu, teknologi bu- didaya masih tradisional, dan hama dan penyakit tidak dikendalikan. Pemasaran hasil ubi jalar yang kurang lancar teru- tama disebabkan karena: kualitas hasil ubi jalar kurang baik akibat penggunaan varietas dan budidaya tradisional, jum- lah produksi tidak stabil, dan kapasitas pasar tidak terjamin.

Sembilan varietas unggul ubi jalar mam- 3.

pu tumbuh lebih baik dan berproduksi lebih tinggi dibanding varietas lokal di Panampuang, dengan tingkat produksi berkisar 20 - 34 ton/ha. Dengan perbai- kan teknologi budidaya, produktivitas varietas unggul ubi jalar di Panampuang dapat ditingkatkan menjadi berkisar 25 - 40 ton/ha dan pendapatan usahatani ubi jalar mampu mencapai Rp. 10.255.000 per hektar per musim tanam.

Pada tahun 2009, realisasi luas areal 4.

pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budi- daya anjuran spesiik lokasi mencapai 17,25 hektar (186,5% dari target). Ada tiga komponen teknologi yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan stek pucuk (100%), sistem tanam tegak (100%), dan pemakaian guludan (80%). Lebih 50% kelompok tani telah melaku-

kan pembalikan batang sesuai anjuran, dan masing-masing 40% telah meng- gunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk sesuai anjuran, termasuk peng- gunaan pupuk organik.

Rekomendasi

Di samping dipengaruhi oleh tingkat 1.

produksi, pendapatan usahatani ubi jalar juga sangat ditentukan oleh harga pasar dan lancarnya pemasaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi ubi jalar di Nagari Panampuang perlu diikuti dengan perbaikan mekanisme pasar dan perluasan pemasaran.

Beberapa varietas unggul baru ubi jalar 2.

tidak cocok untuk dimakan segar tetapi cocok untuk diolah menjadi berbagai produk olahan. Berkaitan dengan itu, maka pengembangan usahatani ubi jalar di Panampuang sebaiknya diikuti dengan upaya pengembangan produk olahannya.

Peluang pengembangan usahatani ubi 3.

jalar di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat masih terbuka luas. Oleh karena itu, program pengembangannya secara terintegrasi perlu dilakukan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Afdi, E., Y. Hendri, A. Sahar, Azman, dan Yunasri. 2008. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat- era Barat Tahun 2008. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Anonim. 2005. Ekspose Wali Nagari Panam- puang Dalam Rangka Lomba Nagari Tingkat Kabupaten Agam Tahun 2005.

Terintegrasi. Departemen Pertanian Re- publik Indonesia, Jakarta. 36 hlm.

Balitkabi Malang. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi- umbian. Cetakan Revisi. Balai Pene- litian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Bappeda Agam. 2005. Agam Dalam Ang- ka Tahun 2005. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam.

Bappeda Agam. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Agam Tahun 2006-2010.

Bappeda dan BPS Kabupaten Agam. 2008.

Agam Dalam Angka 2007. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Ka- bupaten Agam.

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Perta- nian Republik Indonesia, Jakarta. Irfan, Z., Rali Munir dan Artuti AM. 2005.

Pedoman umum Prima tani Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Per- tanian Sumatera Barat. 21 hlm.

Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Winardi, Yunasri, Harnel, dan Zainir. 2006. Laporan Hasil PRA Prima Tani di Pa- nampuang, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Balai Pengkajian Tek- nologi Pertanian Sumatera Barat. 90 hlm.

Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Zainir. 2007a. Laporan Pelaksanaan Base Line Survey di Panampuang, Kec. IV Angkek, Kabupaten Agam Sumat- era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, Azman, Djanifah J., Zainir, dan Nasril. 2007b. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat- era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Syafrial J. 2009. Laporan Akhir Ta- hun Implementasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) di Kenagarian Panampuang, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Provin- si Sumatera Barat Tahun 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Suma- tera Barat.

Jusuf, M. 2007. Status Pembentukan Varietas Unggul Ubi Jalar dan Prospek Pengem- bangannya. Materi disampaikan pada Seminar Khusus Ubi Jalar di BPTP Su- matera Barat, 24 Juli 2007.

Musaddad, A. 2008.Teknologi Produksi Kede- lai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian, Malang.

Sumartini, St.A. Rahayuningsih, dan M. Jusuf. 2008. Ketahanan Klon-klon Harapan Ubi Jalar Umbi Kuning dan Ungu terhadap Penyakit Kudis. Hlm. 443-449; Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Um- bi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief Harsono et al. (Penyunting). Pusat Pe- nelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Wahyuni, T.S., M. Jusuf, dan St.A. Rahayun- ingsih. 2008. Aksesi Plasma Nutfah Ubi Jalar Berkandungan Beta-karoten Tinggi. Hlm. 238-245; Prosiding Semi- nar Inovasi Teknologi Kacang-kacan- gan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief Harsono et al. (Penyunt- ing). Pusat Penelitian dan Pengemban- gan Tanaman Pangan, Bogor.

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DENGAN GEJALA DEMAM

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 45-50)