• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Perbaikan Agribisnis Kakao

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 86-90)

FARMING AND TECHNOLOGY PROFILE STATUS OF COCOA IN PADANG PARIAMAN

4. Upaya Perbaikan Agribisnis Kakao

Sasaran pembangunan perkebunan kakao di Sumatera Barat adalah: meningkatkan pendapatan petani khususnya dari perkebunan kakao dan menjadikan Sumatera Barat sebagai sentra produksi utama perkebunan kakao Wilayah Barat Indonesia.

Menurut (Damanik.S dan Herman, 2010) strategi pengembangan perkebunan kakao dapat dideinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang ditujukan untuk mencapai sasaran jangka panjang berdasarkan kajian dan penelitian yang sudah dilakukan, maka strategi pengembangan sistem agribisnis kokao harus dilakukan formulasi eisiensi dan integrasi antar subsistem agribisnis.

Mengingat berbagai faktor strate- gis saat ini umumnya berada pada kondisi moderat dan beberapa berada pada kondisi minim dalam memberikan dukungan bagi terlaksananya pembangunan perkebunan kakao yang berkelanjutan maka diperlukan kerja keras dan perubahan yang cukup besar dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan sub sektor perkebu- nan kakao Sumatera Barat.

Program pembangunan perkakaoan harus dipacu oleh pemerintah melalui pe- nyediaan bibit berkualitas serta melaku- kan pemberdayaan petani, pengembangan kelembagaan agribisnisnya dan menyuluh- kan teknologi-teknologi inovatif serta mem-

perbaiki sistem diseminasi agar lebih tepat dan akurat, namun semua itu belum mem- berikan hasil yang memadai didalam pen- ingkatan produksi kakao dan pendapatan petani (Disbun Sumbar, 2006). Kegiaan- kegiatan seperti pelatihan, sekolah lapang, studi banding sudah cukup banyak dilaku- kan dan ternyata selama pelatihan semua teknologi bisa dipahami dan diadopsi, se- hingga sebagaian petani sudah mempunyai pengetahuan yang cukup memadai, tetapi kenyataan tidak banyak petani yang men- erapkan apalagi mengembangkannya. Hal ini terlihat dari produktivitas dan kualitas kakao yang masih rendah dan cenderung terus menurun karena belum menerapkan teknologi inovatif secara utuh dan berkelan- jutan. Untuk itu Pemerintah Sumatera Barat melakukan upaya perbaikan untuk mening- katkan produksi dan produktivitas maupun kualitas kakao secara cepat dan berkelanju- tan dengan membangun kawasan agribisnis kakao melalui kegiatan Pengembangan dan Pembinaan Nagari Model Kakao pada suatu kenagarian yang dikenal dengan nama:

“Nagari Model Kakao (NMK)” dengan tujuan agar komoditi kakao bisa menjadi motor penggerak ekonomi di nagari. Di Kabupaten Padang Pariaman terdapat di Nagari Kuranji Hulu Kecamatan Sei Ger- ingging dan sampai tahun 2013 sudah ada 10 Nagari model Kakao di Sumatera Barat (Disbun Sumbar.2013). Kegiatan yang di- lakukan adalah bimbingan, fasilitasi, pen- dampingan, pelatihan, sekolah lapang, studi banding dan percontohan teknologi untuk mempercepat adopsi dan penerapan teknologi inovatif yang diberikan, sehingga

dalam waktu singkat akan dapat mening- katkan produktivitas kakao dan pendapatan petani.

Di Kabupaten Padang Pariaman se- jak tahun 2011 telah di tumbuhkan Nagari Model Kakao (NMK) di kecamatan Sungai Geringing dengan kegiatan: (1) teknologi pembibitan (membangun kebun demplot penakar entres kakao yang bekerjasama dengan Puslitkoka Jember Jawa Timur); (2) Teknologi Budidaya dan pasca panen yang bekerjasama dengan BPTP Sumatera Barat dan Swisscontact Belanda berupa demplot dan pelatihan pada petani; (3) Teknologi In- tegrasi kakao ternak sapi dengan memam- faatkan limbah kulit kakao sebagai bahan pakan ternak dan kotoran ternak untuk pu- puk tanaman kakao; (4) inovasi kelem- bagaan dengan membangun pondok per- temuan dan membuat kebun contoh kakao, melakukan Sekolah Lapang Kakao serta pemberdayaan alat fermentasi yang sudah ada di nagari. Disamping itu adanya ker- jasama dengan Universitas Andalas berupa program mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unand yang ditempatkan pada Nagari Model Kakao dengan kegia- tan pembinaan, pendampingan tetang tana- man kakao terutama dari aspek budidaya dan pasca panen kakao kepada petani. Pada tahun 2012 Kerja sama diperluas dengan mengikutsertakan Balai Pengkajian Perta- nian (BPTP) Sumatera Barat dalam disemi- nasi dengan pendekatan Model Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yaitu suatu terobosan mempercepat dan mem- perluas jangkauan diseminasi dengan me- manfaatkan berbagai saluran kominikasi

dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait secara optimal melalui ber- bagai media secara simultan dan terkoor- dinasi. Menurut Nusyirwan Hasan (2012) Diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao melalui Model Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) terjadi penigkatan adopsi inovasi teknologi budi- daya dan pasca panen kakao rata-rata sebe- sar 26,13 persen yaitu dari 19,44% menjadi 45,56% dan dengan peningkatan adopsi in- ovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao, mengakibatkan terjadinya peningka- tan produktivitas kakao dari 450,71 kg/ha/th menjadi 720,50 kg/ha/tahun di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

PENUTUP Kesimpulan

1. Proil Petani komoditi Kakao di Kabupaten Padang Pariaman rata- rata ber-umur 45 tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah yang dimilki oleh petani jagung adalah berkisar lebih dari 12 tahun (menamatkan pendidikan sampai ke jenjang SLTP dan SLTA), dan proil usahatani komoditi kakao seluas 1,5 – 2,0 ha, dengan produktiitas 600 – 900 kg/ ha.

2. Pengelolaan kebun kakao di Kampung Dalam, dimana petani yang melakukan penyiangan sekitar 30%, pemupukan 35% dengan menggunakan pupuk kandang dan fermentasi 25% (dalam karung atau kantong plastik). Dan pengelolaan kebun kakao di Sei Geringging, dimana petani yang

melakukan penyiangan baru sekitar 40%, pemupukan 25% dan fermentasi 25% (dalam karung atau kantong plastik). Dan dengan adanya program gernas kakao dan Nagari Model Kakao, petani telah melakukan pemangkasan sekitar 75% dan pengendalian hama penyakit 60%.

3. Salah satu masalah penting dalam pengembangan kakao adalah serangan OPT yang menyebabkan menurunnya kualitas produksi, terutama serangan hama penggerek buah (PBK), dimana luas serangan pada tahun 2008 seluas 296 ha dan terjadi penuruanan pada tahun 2011 dan 2012 seluas 86 ha. 4. Perkembangan luas dan produksi

tanaman kakao di kabupaten Padang Pariaman sangat segniikan yaitu dari 4.641 ha tahun 2006 menjadi 31.522 ha pada tahun 2013 (naik 679 %) dan produksi 1.920 ton tahun 2006 menjadi 15.243 ton tahun 2013 (naik 794 %), yang melibatkan 8.853 KK petani kakao.

5. Pemerintah Sumatera Barat melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas maupun kualitas kakao secara cepat dan berkelanjutan dengan membangun kawasan agribisnis kakao melalui

kegiatan Pengembangan dan

Pembinaan Nagari Model Kakao pada suatu kenagarian yang dikenal dengan nama: “Nagari Model Kakao (NMK)” dengan tujuan agar komoditi kakao bisa menjadi motor penggerak ekonomi di nagari.

6. Pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC) dapat meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dari 19,44 persen menjadi 45,56 persen, sehingga produktivitas kakao juga meningkat dari 450,71 kg/ ha/th menjadi 702,50 kg/ha/tahun.

Rekomendasi

Perlu membangun kawasan agribisnis kakao melalui kegiatan Pengembangan dan Pembinaan Nagari Model Kakao pada suatu kenagarian yang dikenal dengan nama: “Nagari Model Kakao (NMK)”

dengan tujuan agar komoditi kakao bisa menjadi motor penggerak ekonomi di nagari dengan melibatkan BPTP Sumatera Barat, dan kegiatan KKN dari mahasiswa dari Perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Pertanian. 2007. Prospek dan

Arah Pengembangan Agribisnis

Kakao. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Edisi Kedua. 26 hal

Bappeda, 2011. Rencana Tindak/Action Plan 5 Industri Unggulan Sumatera Barat. Bappeda Propinsi Sumatera Barat. Padang

BPTP Sumbar. 2009. Indormasi paket teknologi pertanian. BPTP Sumatera Barat. 2009

Damanik. S, dan Herman. 2010.

Prospek dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Perspektif Vo. 9 No.2/ Desember

2010. Hal. 94-105.

Disbun Sumbar, 2006. Kebijakan Penge- bangan Kakao di Provinsi Sumatera Barat. Dinas Perkebunan Provinsi Su- matera Barat, Padang.

Disbun Sumbar, 2013. Laporan Perkem- bangan dan Pembinaan Nagari Pem- bangunan Kakao di Sumatera Barat. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, Padang.

Disbun Padang Pariaman, 2012. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Padang Pariaman. Pariaman.

Masri S. dan Soian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Manti, I., N. Hasan, Y. Salim, Nusyirwan, M. Jamalin dan Syafril. 2009.

Pengendalian hama utama kakao menggunakan minyak serei wangi di perkebunan rakyat Sumatera Barat. Laporan hasil pengkajian kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumbar dengan Menristek. 35 hal.

Nasan. N.; R. Roswita, Syafril dan Zulrasdi. 2012. Kajian Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kakao melalui Diseminasi Multi Channel mendukung Gernas kakao di Sumatera Barat. Prosiding InSINas tahun 2012.

Puslitkoka, 2006. Panduan Lengkap Budidaya Kakao (Kiat mengatasi permasalahan praktis).PT. Agromedia Pustaka.

Jastra. Y, N. Hosen, Yulira Media, dan

Buharman, 2012. Karakterisasi Proil

Empat Komoditas Unggulan dan Kawasan Pengembangan Pertanian pada Empat Wilayah Kabupaten/kota di Sumatera Barat. Bappeda Propinsi Sumatera Barat Padang.

Yusniar, 2014. Membangun Kesejahteraan Petani Lewat Nagari Model Kakao (NMK), Bidang Sarana dan Prasarana dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat.

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 86-90)