• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN Produksi (Ubi Bogor):

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 40-45)

THE ASSESSMENT ON THE PROFILE AND DEVELOPMENT OF SWEET POTATO FARMING SYSTEMS IN PANAMPUANG VILLAGE, AGAM REGENCY

B. PENERIMAAN Produksi (Ubi Bogor):

- Umbi besar (ton) 5,745 3.447.000

- Umbi kecil (ton) 2,91 1.746.000

TOTAL PENERIMAAN 5.193.000

C. PENDAPATAN 1.513.000

Tabel 2. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi petani di Nagari Panampuang, tahun 2007.

Analisis Masalah dan Alternatif Pemeca- han Masalah

Ada dua masalah utama yang dihadapi oleh petani di Nagari Panampuang dalam berusahatani ubi jalar, yaitu: (1) produktivitas belum optimal, dan (2) pemasaran hasil kurang lancar. Produktivitas ubi jalar yang belum optimal tersebut disebabkan oleh: (i) petani belum menggunakan varietas unggul karena memang tidak tersedia di lokasi, (ii) bibit yang dipakai kurang bermutu karena petani belum memahami syarat-syarat bibit

yang baik, (iii) teknologi budidaya masih tradisional karena petani belum mengetahui teknologi budidaya ubi jalar yang baik, dan (iv) hama dan penyakit tidak dikendalikan karena teknologinya belum diketahui oleh petani. Selanjutnya, pemasaran hasil ubi jalar yang kurang lancar terutama disebabkan karena: kualitas hasil ubi jalar kurang baik akibat penggunaan varietas dan budidaya tradisional, jumlah produksi tidak stabil, dan kapasitas pasar tidak terjamin (Tabel 3).

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani dan sekaligus meningkatkan pendapatan usahatani ubi jalar di Nagari Panampuang antara lain: (1) Introduksi varietas unggul ubi jalar yang produktivitasnya tinggi serta rasa dan penampilannya disukai oleh konsumen atau pasar di Sumatera Barat; (2) Introduksi teknologi pengadaan bibit ubi jalar bermutu; (3) Pelatihan dan pendampingan teknologi penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman ubi jalar; (4) Introduksi pengenalan dan teknologi pengendalian hama dan penyakit utama; (5) Pengaturan pola pertanaman ubi jalar untuk mempertahankan stabilitas hasil; (6) Introduksi teknologi dan

pengembangan diversiikasi produk olahan dari ubi jalar; dan (7) Penumbuhan pabrik pengolahan ubi jalar yang dijalankan oleh perusahaan daerah atau swasta.

Adaptasi Varietas Unggul

Hasil uji adapatasi 10 varietas ubi jalar pada kawasan Prima Tani di Nagari Panampuang menunjukkan bahwa hanya satu varietas (Taiwan) yang tidak mampu memberikan hasil sama sekali, walaupun pertumbuhan dan berangkasannya sangat tinggi. Sembilan varietas lainnya member- ikan tingkat hasili yang beragam, berkisar 20,5-33,8 ton/ha (Tabel 4). Hasil kesem- bilan varietas tersebut jauh lebih tinggi dibanding hasil varietas lokal (ubi Wortel)

Tabel 3. : Masalah, Sumber Masalah, Akar Masalah, dan Solusi Masalah Pengembangan Agri- bisnis Ubi Jalar di Nagari Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, November 2007.

Masalah Sumber Masalah Akar Masalah Solusi Masalah

Produktivitas belum optimal

Belum memakai varietas unggul

Varietas unggul tidak tersedia Introduksi varietas unggul baru

Penggunaan bibit bermutu rendah

Teknologi pengadaan bibit belum dikuasai

Pelatihan teknologi pengadaan bibit bermutu

Teknologi budidaya tradisional

Teknologi budidaya yang baik belum dikenal

Pelatihani teknologi budidaya

Hama dan penyakit tidak dikendalikan

1. Hama dan penyakit belum dikenal

1. Pengenalan jenis hama dan penyakit

Teknologi pengendalian belum 2.

dikuasai

Pelatihan teknologi 2.

pengendalian hama dan penyakit terpadu Pemasaran hasil kurang

lancar

Kualitas hasil kurang baik 1. Menggunakan varietas lokal 1. Introduksi varietas unggul baru Teknologi budidaya sederhana

2. 2. Perbaikan teknologi budidaya Kuantitas produksi tidak

stabil

Belum ada pengaturan pola pertanaman

Penataan pola pertanaman

Kepastian pasar tidak terjamin

Sistem perdagangan tidak menentu

Pengadaan informasi pasar 1.

Penumbuhan lembaga 2.

pemasaran

Diversifikasi produk olahan 3.

yang digunakan sebagai pembanding. Va- rietas Cangkuang dan Sawentar bahkan memberikan hasil yang lebih tinggi diband- ing potensi hasilnya, masing-masing 30-31 t/ha dan 30 t/ha (Balitkabi, 2008). Lebih tingginya produksi kesembilan varietas dibanding varietas lokal didukung oleh per- tumbuhannya yang lebih baik, ditunjukkan oleh tingginya persentase umbi berukuran

besar yaitu berkisar 63-90%, sedangkan persentase umbi berukuran besar varietas lokal ubi Wortel pada pengujian ini hanya 51%. Dari aspek rasa umbi, empat varietas ubi jalar yang diuji rasa umbinya tergolong manis, yaitu varietas Sawentar, Papua Pa- tippi, Beni Azuma, dan Sari, sedangkan va- rietas lainnya rasa umbinya tawar.

Tabel 4. : Produksi, komposisi umbi berdasarkan ukuran, berat berangkasan, dan rasa umbi 11 varietas ubi jalar yang diuji di Nagari Panampuang, tahun 2007.

No. Varietas Produksi (ton/ha)

Komposisi umbi berdasarkan ukuran (%) Berangkasan

(ton/ha) Rasa umbi Besar Sedang Kecil

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Papua Solossa Cangkuang Sawentar Papua Patippi Beni Azuma Ubi Ungu Taiwan Sukuh S a r i K i d a l Ubi Wortel (lokal)

27,0 33,8 31,5 22,4 25,3 20,5 Tdk ada 26,2 23,5 30,5 12,6 85 90 82 76 80 63 - 84 85 89 51 10 7 13 18 15 32 - 12 11 9 37 5 3 5 6 5 5 - 4 4 2 12 24,6 26,8 23,4 28,7 22,5 18,8 43,5 20,8 11,6 19,5 19,6 Tawar Tawar Manis Manis Manis Tawar - Tawar Manis Tawar Manis

Pengujian Paket Teknologi Budidaya

Komponen paket teknologi budidaya ubi jalar yang diuji di Nagari Panampuang meliputi: varietas, jenis bibit, cara penana- man, pemupukan, dan pemeliharaan tanam- an. Ada tiga paket teknologi budidaya yang diuji yaitu paket teknologi introduksi, paket teknologi petani yang diperbaiki, dan paket teknologi petani sebagai pembanding. Pada pengujian ini digunakan lima varietas unggul ubi jalar, yaitu: Papua Solossa, Papua Patippi, Cangkuang, Sukuh dan Sawentar serta tiga varietas lokal yaitu Kapelo Bogor, Kapelo Padang, dan Kapelo Wortel.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan paket teknologi budidaya yang optimal, pertumbuhan lima varietas yang diintroduksikan di Nagari Panampuang ternyata cukup baik, begitu pula dengan kuantitas dan kualitas hasil umbinya, lebih baik dibanding pertumbuhan dan produksi varietas lokal. Dari pertanaman tersebut diperoleh hasil tertinggi pada varietas Sukuh (40 ton/ha) diikuti oleh varietas Cangkuang (34,4 ton/ha) dan varietas Papua Solossa (24,8 ton/ha), dengan menggunakan paket teknologi budidaya introduksi. Perbaikan teknologi budidaya ternyata juga mampu

meningkatkan produksi ubi jalar varietas lokal (Kapelo Wortel, Kapelo Padang dan Kapelo Bogor) dari sekitar 14 ton/ha dengan paket teknologi budidaya tradisional menjadi lebih 25 ton/ha (Tabel 5). Dari data

pada Tabel 5 juga terlihat bahwa peningkatan produksi ubi jalar didukung oleh lebih banyaknya jumlah umbi per satuan luas dan lebih tingginya persentase umbi yang berukuran besar (berat >250 gram/umbi).

Tabel 5. : Jumlah umbi, persentase umbi besar, dan produksi ubi jalar varietas lokal dan varietas unggul di Panampuang dengan teknologi petani, teknologi petani diperbaiki, dan teknologi introduksi, tahun 2007-2008.

Perlakuan Jumlah umbi/6,25m2

(bh)

Umbi besar

(%) Hasil (ton/ha)

Teknologi Budidaya Varietas

Teknologi Introduksi Cangkuang (unggul) Papua Solossa (unggul) Papua Patippi (unggul) Sukuh (unggul) Sawentar (unggul) 94 74 80 107 80 38,30 29,73 23,75 35,51 30,00 34,4 24,8 17,6 40,0 16,0 Teknologi Petani Diperbaiki

Kapelo Bogor (lokal) Kapelo Padang (lokal) Kapelo Wortel (lokal)

93 91 109 38,71 27,47 27,04 26,4 25,6 25,6

Teknologi Petani Kapelo Bogor (lokal 85 20,19 14,4 Keterangan: Umbi besar adalah umbi yang beratnya >250 gram/buah, sedangkan umbi yang beratnya <250 gram/buah digolongkan ke dalam

kelompok umbi kecil.

Sesuai dengan karakteristik masing- masing varietas, warna kulit dan daging umbi semua varietas unggul yang diintroduksikan dan varietas lokal yang ditanam di Nagari Panampuang beragam. Begitu pula tentang preferensi petani terhadap rasa umbi masing- masing varietas. Dari lima varietas unggul yang dipanen dan diuji rasanya menurut preferensi petani, dinyatakan bahwa rasa

umbi varietas Cangkuang enak dan manis, sama halnya dengan rasa umbi varietas Sawentar, Papua Solossa, Boko, dan Ubi Padang. Preferensi petani agak berbeda terhadap rasa umbi varietas Papua Patippi (tawar dan kurang manis), Sukuh (enak tetapi kurang manis), dan Ubi Bogor (agak enak dan manis) (Tabel 6).

Analisis Ekonomi

Dampak ekonomi Prima Tani dapat dilihat dari peningkatan pendapatan petani yang diperoleh dari introduksi varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya ubi jalar di Nagari Panampuang. Dari kegiatan introduksi varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya diperoleh data bahwa dengan menggunakan varietas lokal dan teknologi budidaya tradisional, petani hanya mampu memperoleh keuntungan usahatani ubi jalar sebanyak Rp. 1.513.000 per hektar per musim tanam. Di lain pihak,

dengan penggunaan varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya, petani bisa memperoleh keuntungan usahatani yang lebih tinggi. Pada Tabel 7 terlihat bahwa keuntungan usahatani ubi jalar melalui penggunaan varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya berkisar Rp. 235.000 – Rp. 10.255.000 per hektar per musim tanam. Kontribusi ubi jalar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga petani di Nagari Panampuang sampai tahun 2008 mencapai 12,13% (Afdi et al., 2008).

No. Varietas Warna kulit umbi Warna daging umbi Rasa umbi menurut petani

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cangkuang Papua Solossa Papua Patippi Sukuh Sawentar Boko Ubi Bogor Ubi Padang Ubi Wortel Ungu Putih kusam Putih kusam Putih Ungu Ungu Putih kekuningan Putih kekuningan Merah kekuningan Putih kekuningan Kuning kemerahan Putih kusam Putih Kekuningan Kuning pelangi Kekuningan Kuning kemerahan Merah wortel

Enak dan manis Enak dan manis Tawar, kurang manis Enak, kurang manis Enak dan manis Enak dan manis Agak enak dan manis Enak dan manis Enak dan manis

Tabel 6. : Warna kulit dan daging buah serta preferensi petani terhadap rasa umbi varietas unggul dan varietas lokal ubi jalar yang ditanam di Panampuang.

Tabel 7. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi budidaya tradisional dan teknologi budidaya introduksi di Nagari Panampuang, Kabupaten Agam, tahun 2007-2008.

No. Uraian

Teknologi Petani Teknologi Introduksi

Fisik Nilai (Rp.) Fisik Nilai (Rp.)

A. Biaya Produksi:

Dalam dokumen Jurnal Volume 2 No. 2 2014 (Halaman 40-45)