• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Statistik, Penelitian, dan Perencanaan A Subbidang Statistik, Data, dan Informas

Dalam dokumen BAB I SAMPAI DENGAN BAB BAB I BAB V (Halaman 38-59)

BAB IV Data dan Informas

4.1.1. Hasil Kegiatan SKPD

4.1.1.1 Bidang Statistik, Penelitian, dan Perencanaan A Subbidang Statistik, Data, dan Informas

1. Updating Data SIPD Bangda

SIPD merupakan sebuah sistem informasi yang berfungsi untuk mengumpulkan data data secara terpadu dari SKPD dan instansi vertical di lingkungan Kabupaten Sleman yang mampu mendukung perencanaan dan evaluasi pembangunan di Kabupaten Sleman. Selain itu juga sebagai sarana pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat dilaksanakan dengan lebih mudah.

Data SIPD memiliki peran diantaranya untuk : sebagai dasar pedoman acuan dan dukungan perencanaan pembangunan, sebagai dasar pembanding dalam pemantauan pembangunan, dasar pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan, dan sebagai alat /indicator untuk evaluasi pembangunan.

Tujuan :

a. Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan keputusan dan kebijakan baik di daerah maupun di pusat;

b. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah untuk membangun pola kerja berbasis data dan informasi;

c. Membangun database pembangunan daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menggambarkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah tersebut dalam aplikasi web SIPD.

Sasaran :

a. Tersedianya data dan informasi serta analisis data secara cepat dan mudah bagi pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di daerah;

b. Terbangunnya Sistem Informasi Database Profil Daerah secara online berbasis web;

c. Terlaksananya manajemen pengelolaan database profil daerah yang baik dan akurat.

Penyusunan SIPD di Kab. Sleman melibatkan SKPD yang ada di Kab.Sleman – Kecamatan yang terdiri : 31 SKPD dan Instansi Vertikal seperti : BPS, BPN, serta dukungan data dari Polres, Pengadilan dan Kemenag dll.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengisian Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Kabupaten Sleman pada terdiri dari dua tahap yaitu :

a. Tahap pertama :

Merupakan tahap pengumpulan data dalam rangka penyusunan basis data ke dalam 8 kelompok data yang disusun berdasarkan data dari Dinas, Instansi dan Lembaga terkait. Hasil penyusunan basis data ini dirangkum dalam Himpunan Delapan Kelompok Data. Pada tahap pertama, metode pengumpulan data dilaksanakan melalui pembentukan tim pengumpul data dari dinas/ instansi terkait yang bertanggungjawab mengumpulkan data primer dan sekunder. Tim data ini bertugas mengumpulkan data dari masing – masing SKPD untuk dilaporkan ke Bappeda. Tim / pokja data ini secara bekala 3 bulan sekali mengadakan rapat koordinasi pengisian data dan validasi data.

b. Tahap kedua :

Merupakan tahap entri data secara on line untuk menjadi basis data. Entri data ini dilakukan oleh tim data di Bappeda. Entri data dilakukan selama 2 kali ( semester I yakni data pertengahan tahun dan semester data ( data sampai Bulan Desember).

Sampai dengan Nopember tahun 2015, perkembangan data SIPD di Kabupaten Sleman sbb :

Jumlah elemen Data : 2691 Jumlah Data tesedia : 2629 Jumlah Data tidak tersedia : 62 Jumlah data terisi : 757 Prosentase keterisian data : 28,79 %

DATA UMUM 1. Geografi 2. Pemerintahan 3. Demografi

SOSIAL/BUDAYA 4. Kesehatan

5. Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda & Olah Raga

6. Kesejahteraan Sosial 7. Agama

SUMBERDAYA ALAM

8. Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan & Perke- bunan

9. Pertambangan & Energi

10. Lingkungan Hidup, Tata Ruang & Pertanahan

INFRASTRUKTUR 11. Perumahan & Pemukiman 12. Pekerjaan Umum

13. Pariwisata, Pos, Telekomunikasi & Informatika

14. Perhubungan & Transportai

EKONOMI 15. Industri, Perdagangan, Pengem- bangan Usaha Nasional, Lembaga Keuangan dan Koperasi

16. BUMN dan Perbankan Daerah & Lembaga Keuangan Daerah

KEUANGAN DAERAH 17. Pengelolaan Aset atau Barang Daerah

18. PDRB

19. Ringkasan APBD 20. Dana Perimbangan

21. Pinjaman Daerah 22. Pajak Daerah 23. Retribusi Daerah

POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

24. Politik Dalam Negeri & Pengawasan

25. Hukum

26. Keamanan & Ketertiban Masyarakat

INSIDENSIAL 27. Bencana Alam 28. Penyakit Menular 29. Pencurian Ikan 30. Kebakaran Hutan

31. Pencurian dan Penyelundupan Kayu

2. Buku Indeks Kesejahteraan Rakyat

Penyusunan Buku Inkesra merupakan salah satu bentuk publikasi statistik bidang sosial yang rutin dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Maksud dan tujuan penyusunan buku Indeks Kesejahteraan Rakyat adalah sebagai bahan pertimbangan perencanaan makro untuk menentukan sasaran pembangunan. Salah satu wujud pemantauan yang dilaksanakan adalah dengan mengukur kesejahteraan masyarakat sesuai indikator yang relevan. Hasil pencapaian kesejahteraan masyarakat juga dapat mengindikasikan keberhasilan pembangunan sebagai cerminan akuntabilitas publik untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan yang dituangkan dalam Buku Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2014.

Buku Inkesra menyajikan beberapa aspek kehidupan masyarakat yang meliputi antara lain kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan hidup, serta pengeluaran konsumsi rumah tangga yang datanya diambil dari hasil Sensus Penduduk, Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2014. Informasi dari publikasi ini yang dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai permasalahan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman.

a Maksud dan Tujuan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sleman Tahun 2014 disajikan dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai kesejahteraan masyarakatKabupaten Sleman dan perubahan sosial yang terjadi. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah menyajikan indikator kesejahteraan rakyat yang meliputi bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan hidup serta pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.

b Ruang Lingkup

Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat tidak hanya dapat dilihat dari suatu aspek tertentu. Dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari beberapa aspek yang spesifik, yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan hidup serta pengeluaran konsumsi rumah tangga.

c Sumber Data

Dari survei-survei yang dilaksanakan BPS yakni Susesnas yang meliputi komponen, Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Lingkungan Hidup, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

d Sistematika Penulisan

Penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2014 diuraikan dalam empat bab., yakni bab I berisi Pendahuluan yang menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, sumber data, dan sistematika penulisan. Bab II mengulas konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini. Bab III berisi pembahasan mengenai indikator kesejahteraan rakyat yang meliputi kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan hidup, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan garis kemiskinan, dan bab IV berisi Kesimpulan.

Secara ringkas isi buku Inkesra 2014 adalah :

1) Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sleman tahun 2014 berdasarkan Hasil Proyeksi Penduduk SP2010 sebesar 1.163.970 jiwa terdiri dari laki-laki 583.195 jiwa, perempuan 580.775 jiwa. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Sleman mengalami kenaikan sekitar 300.000 jiwa. Jumlah

penduduk Kabupaten Sleman terus mengalami peningkatan dengan komposisi jenis kelamin yang hampir seimbang. Laju pertumbuhan penduduk periode 2000- 2010 sebesar 1,92 persen. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2014 tercatat sebesar 2.025 jiwa per km2. Rasio ketergantungan anak (Child

Dependency Ratio) Kabupaten Sleman tahun 2014 sebesar 31. Rasio

ketergantungan lanjut usia (Old Dependency Ratio) Kabupaten Sleman tahun 2014 sebesar 10. Secara total rasio ketergantungan di Kabupaten Sleman sebesar 41. Ini berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Sleman harus menanggung sekitar 41 orang usia non produktif. Sebanyak 53,26 persen perempuan di Kabupaten Sleman melakukan perkawinan pertamanya pada usia 19-24 tahun.

b. Kesehatan

Keadaan kesehatan penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2014, dari hasil Susenas menunjukkan angka kesakitan penduduk antara lain disebabkan oleh batuk dan pilek dengan angka kesakitan masing-masing 191 dan 176, yang artinya dalam setiap 1.000 penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan terdapat 191 orang yang mengeluh sakit batuk dan sebanyak 176 orang sakit pilek. Keluhan kesehatan lainnya yang relatif besar adalah panas dengan angka kesakitan sebesar 107 orangdari 1000 penduduk . Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang paling sering dialami oleh penduduk di Kabupaten Sleman adalah penyakit yang bersifat musiman seperti batuk, pilek, dan panas. Umumnya penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang memadai. Indikator Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Terdidik sebesar 100 persen dari jumlah balita sebanyak 89.688 anak. Angka tersebut meliputi 44,97 persen persalinan yang ditolong oleh dokter,55,03 persen ditolong oleh bidan. Pada tahun 2014 kesadaran masyarakat Sleman akan pentingnya ASI Ekslusif bagi anak ternyata cukup tinggi, yang diperlihatkan dengan cukup tingginya persentase anak yang memperoleh ASI Ekslusif (42 persen).

c. Pendidikan

Persentase melek huruf penduduk Kabupaten Sleman, menurut hasil Susenas tahun 2014 tercatat 95,11 persen. Secara umum, kemampuan baca-tulis

penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan. Angka melek huruf penduduk laki-laki sebesar 98,62 persen, sedangkan bagi penduduk perempuan sekitar 92,02 persen.

Kecenderungan orang tua untuk memasukkan anaknya bersekolah di SD/MI sebelum mereka berumur 7 tahun menyebabkan nilai APK SD/MImencapai 116,78 persen pada tahun 2014. Nilai APK tersebut lebih tinggi dibandingkan kondisi tahun 2013 yang mencapai114,77 persen. APK SMP/MTsdi Kabupaten Sleman pada tahun 2014 mencapai 111,41 persen. APK SMA/SMK/MA sekitar 86,39 persen.

APM SD/MI KabupatenSleman pada tahun 2014 mencapai 102,07persen, APM SMP/MTs adalah 81,63persen, APM SMA/SMK/MA pada tahun 2014 adalah 57,73 persen.

Tingginya nilai APK maupun APM Kabupaten Sleman tahun 2014 merupakan cerminan tingkat kesadaran masyarakat yang sudah cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya.

Angka Putus Sekolah dihitung dari jumlah anak usia sekolah yang sudah mengenyam suatu jenjang sekolah tetapi tidak berhasil menamatkan jenjang sekolah tersebut. Angka putus sekolah juga dapat dibedakan menurut jenjang pendidikan menjadi SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.

Jumlah anak putus sekolah pada usia SD/MI (7-12 tahun) di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 tercatat sebanyak 42 anak. Angka tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan keadaan tahun 2013 yang berjumlah 29 orang. Jenjang SMP/MTs 18 orang . Pada jenjangSMA/SMK/MA, jumlah putus sekolah tercatat paling besar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya, baik pada tahun 2014 maupun tahun 2013. Pada tahun 2014 jumlah anak putus sekolah jenjang SMA/SMK/MA sebanyak 58 orang atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya41 orang.

Penduduk Kabupaten Sleman yang telah menyelesaikan pendidikan SD/MI sederajat ke atas mencapai lebih dari 93 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Sleman yang berumur 15 tahun ke atas, mempunyai ijazah tertinggi SMA/MA, disusul ijazah SMP/MTs dan SMK. Sedangkan hanya sekitar 19,19 persen penduduk yang mempunyai ijazah D1 ke atas.

d. Ketenagakerjaan

Pada tahun 2014 dari sekitar 905.284 penduduk usia kerja, sebanyak 616.023 adalah angkatan kerja. Mereka adalah kelompok penduduk yang telah berkecimpung di dalam dunia kerja ataupun siap masuk ke dunia kerja yang ditandai dengan aktivitas mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha. Dari rasio antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja diperoleh angka 68,05 persen, yang berarti dalam setiap 100 penduduk usia kerja Kabupaten Sleman, 68 orang diantaranya merupakan mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan/ mempersiapkan usaha. Rasio ini dikenal sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

Gambaran ketenagakerjaan di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 tercatat sebanyak 905.284 penduduk usia kerja yang terdiri dari 453.217 laki-laki dan 452.067 perempuan. Dari sekitar 905.284 penduduk usia kerja, sebanyak 616.023 adalah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Sleman pada tahun 2014tercatat sebesar 4,21 persen.

Menurut lapangan usaha, sebagian besar penduduk di Kabupaten Sleman bekerja di sektor perdagangan dan hotel serta sektor jasa-jasa yang masing- masing menyerap pekerja sebanyak 27,69 persen dan 25,45 persen pada tahun 2014. Sektor lainnya yang juga relatif besar dalam menyerap pekerja adalah sektorindustri pengolahan, sektor pertanian dan sektor bangunan yang masing- masing menyerap pekerja sekitar 14,88 persen, 14,14 persen dan 6,52 persen. Selain kelima sektor tersebut, sektor lainnya secara keseluruhan hanya menyerap pekerja sekitar 11,32 persen.

Pada tahun 2014 jumlah pekerja dengan status berusaha sendiri mencapai 14,34 persen. Umumnya mereka terkonsentrasi di sektor industri rumah tangga dan sektor perdagangan. Penduduk yang berusaha dengan dibantu orang lain sebesar 14,62 persen. Karakteristik usaha mereka tidak banyak berbeda dengan mereka yang berstatus berusaha sendiri, yakni banyak berkecimpung di sektor pertanian, industri rumah tangga dan perdagangan. Yang berstatus sebagai karyawan, yakni mencapai 56,81 persen, yang berstatus sebagai pekerja tidak dibayar pada tahun 2014 sebesar 7,31 persen. Umumnya mereka adalah pekerja keluarga yang membantu kepala keluarga berusaha di sektor pertanian, industri, dan perdagangan.

Di Kabupaten Sleman pada tahun 2014, sekitar 22,96 persen penduduk yang bekerja merupakan setengah penganggur dengan komposisi 18,28 persen laki-laki dan 29,28 persen perempuan.

Sebagian besar setengah penganggur biasanya berada di sektor pertanian untuk pekerja laki-laki, sedangkan perempuan biasanya berada di sektor perdagangan. Dari sekitar 25.943 orang penganggur, lebih dariseparuhnya yakni sekitar 14.689 orang (56,62 persen) adalah berpendidikan SMU/MA/SMK. Adapun yang berpendidikan Akademi/ Perguruan Tinggi sebesar 29,78 persen.

e. Perumahan dan Lingkungan Hidup

Dilihat dari luas bangunan, sebagian besar rumah di Kabupaten Sleman yakni sekitar 69,40 persen memiliki luas kurang dari 100 m2pada tahun 2014. Secara lebih rinci, terdapat sekitar 22,80 persen rumah memiliki luas kurang dari 20m2. Masih agak tingginya rumah tangga yang memiliki luas relatif sempit tersebut memerlukan penanganan yang serius, mengingat luas rumah akan menentukan ruang gerak penghuninya dalam melakukan aktivitas sehari-hari di rumah

Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Sleman memanfaatkan sumur terlindung sebagai sumber air minum yaitu sebesar 55,40 persen. Disisi lain, persentase rumah tangga yang menggunakan air kemasan sebagai sumber air minum tercatat sekitar32,73 persen. Mereka yang mengandalkan sumur tak terlindung sebagai sumber air minum tercatat masih ada 1,94 persen rumah tangga. Untuk tempat buang air besar, sekitar 69,44 persen rumah tangga di Kabupaten Sleman menggunakan penampungan tinja dengan jarak 10 meter atau lebih dari sumber air minum. Adapun rumah tangga yang menggunakan penampungan tinja dengan jarak kurang dari 10 meter terhadap sumber air minum tercatat masih relatif tinggi yakni sekitar 21,56 persen. Selebihnya, sekitar 9 persen rumah tangga tidak mengetahui jaraknya.

Sementara kalau dilihat dari kepemilikan fasilitas tempat buang air besar pada tahun 2014, di Kabupaten Sleman hampir dua per tiga warganya sudah memiliki fasilitas tempat buang air besar sendiri yaitu sekitar 71,55 persen. Kemudian diikuti fasilitas yang digunakan bersama sebesar 24,03 persen.

f. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pada tahun 2014, sekitar 43,12 persen penduduk Kabupaten Slemanmengeluarkan biaya konsumsi rata-rata per kapita >= Rp 1.000.000,00(lihat Tabel 3.15). Kemudian diikuti oleh mereka yang memiliki pengeluaran di antara Rp 750.000,00 – Rp 999.999,00 yakni sekitar 11,68 persen. Sementara itu, persentase terendah rumah tangga yaitu 0,09 persen terdapat pada penduduk yang memiliki pengeluaran antara Rp 150.000,00 – Rp 199.999,00 sebulan.

g. Kemiskinan

Garis kemiskinan di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 329.272,00 per kapita per bulan, atau mengalami peningkatan 10,80 persen dibandingkan tahun 2013. Tren peningkatan garis kemiskinan tidak terlepas dari laju inflasi yang menggambarkan tingkat kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sleman diperkirakan mencapai 112,3 ribu orang atau sebesar 9,38 persen. Terjadi penurunan angka kemiskinan sebesar 0,30 persen dibandingkan tahun 2013 dimana angka kemiskinannya mencapai 9,68persen. Penurunan ini dapat menggambarkan sebagai keberhasilan dari kebijakan program-program pengentasan kemiskinan yang gencar dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten.

.

3. Buku Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014

Penyusunan Buku IPM merupakan salah satu bentuk publikasi statistik bidang sosial yang rutin dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. IPM merupakan besaran agregat PNB, tingkat harapan hidup, serta kemampuan baca tulis dan lamanya sekolah yang digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat suatu bangsadi berbagai penjuru dunia.

a. Maksud dan Tujuan

Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Sleman melalui pengamatan pada aspek yang menjadi indikator dalam penghitungan IPM, yakni kesehatan, pendidikan dan

pendapatan penduduk. Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah serta pengguna data lainnya tentang posisi pembangunan manusia di Kabupaten Sleman.

b. Ruang Lingkup dan Cakupan

Ruang lingkup wilayah dalam pembahasan buku mencakup IPM Kabupaten Sleman yang dibandingkan dengan IPM kabupaten/kota lainnya di DIY. Periode waktu dalam analisis fokus pada IPM tahun 2014 dan beberapa tahun sebelumnya sebagai pembanding. Cakupan dalam pembahasan meliputi ketiga aspek/komponen penyusun IPM beserta indikator pendukungnya.Ketiga aspek/komponenini meliputi kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.

c. Sumber Data

Data yang digunakan dalam pembahasan ini sebagian besar berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011-2014, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011-2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011-2014, Inflasi tahun 2011-2014 dan beberapa data penunjang yang berasal dari dinas/instansi seperti Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, Dinas Kesehatan dan instansi lainnya. Sebagai sumber data pokok, adalah data hasil kegiatan Susenas tahun 2014.

d. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan buku IPM ini dibagi menjadi tujuh (7) bab yang terdiri dari: Bab I, Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan cakupan, dan sistematika penulisan. Bab II, Metode BaruPenghitungan IPM, berisi konsep, ruang lingkup pembangunan manusia, dan pengukuran indeks pembangunan manusia. Bab III, Gambaran Umum, berisi kondisi geografis, kependudukan, dan ketenagakerjaan. Bab IV, Tinjauan Ekonomi, berisi tentang struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, dan inflasi.Bab V, Kesehatan, berisi tentang angka harapan hidup, angka kematian bayi, dan angka kesakitan.Bab VI, Pendidikan, berisi antara lain rasio murid – kelas, rasio murid – guru, tingkat partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah, dan angka melek huruf.Bab VII, Posisi Pembangunan Manusia, berisi

uraian mengenai penggabungan beberapa indikator menjadi satu indeks komposit yaitu IPM.Bab VIII, Penutup, berisi tentang kesimpulan terkait IPM.

Secara ringkas isi Buku IPM tahun 2014 adalah sbb :

Konsep dan definisi : Untuk penghiitungan IPM tahun 2014 menggunakan metode baru. Konsep pembangunan manusia .UNDP merumuskan konsep pembangunan manusia sebagai perluasan pilihan bagi penduduk yang dilihat sebagai proses upaya kea rah perluasan pilihan atau sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Konsep ini mengkaji manusia dari dua sisi yakni : meningkatkan kapabilitas fisik atau pembentukan kemampuan berfungsi manusi melalui jalur perbaikan taraf kesehatan,pengetahuan,dan ketrampilan. Sisi kedua : bagaimana meanfaatkan kapabiltas atau kemampuan yang dimilki untuk melakukan aktivitas yang sifanya produktif.

Konsep ini diajukan oleh Mahbub ul Haq dan Amartya sen. Menurut mereka perluasan pilihan hanya mungkin direalisasikan jika penduduk minimal memiliki tiga aspek mendasar yakni : peluang panjang umur dan sehat, pengetahuan dan ketrampilan memadai serta peluang untuk merelasisikan pengetahuan yang hakiki dalam kegiatan yang produktif yang mampumeningkatkan daya belinya. Pendekatan ini menyempurnakan pendekatan yang telah ada lebih dulu yang lebih menekankan pada spek PDRB perkapita sebagai indicator tunggal untuk mengukur kemajuan pembangunan.

Pengukuran IPM : IPM diukur dengan 3 indkator : dimensi kesehatan : direpresentasikan dengan umur panjang dan sehat. ( uraian tentang ini ). Diukur dengan rumus usia harapan hidup : metode tak langsung menggunakan bantuan perangkat lunak : motpak For windows. Sumber data yang digunakan adalah SUSENAs. Formula angka harapan hidup adalah : model coaled an denemy. Tambahan metode baru adalah : harapan lama sekolah ini mreupakan variable pengganti melek huruf dlm penghitungan IPM, karena angka melek huruf tidk relevan lagi dalam mengukur pendidikan secara utuh. HLS adalah : lamanya tahun sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Dimensi Standar Hidup Yang Layak : Standar hidup layak menggambar- kan kualitas kehidupan atau tingkat kesehajteraan yang dinikmati oleh penduduk

sebagai dampak dari semakin membaiknya kondisi ekonomi maupun tingkat pemerataannya. UNDP menggunakan pendekatan PNBP riil. Tahapan penghi- tungan rata rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan. Jumlah komoditas yang digunakan untuk menghitung niai PPP per unit : 96 komoditas yang tercakup dalam SUSENAS. Penyempurnaan metode secara umum memberikan dampak terhadap penurunan level IPM atau level IPM dengan metode baru lebih rendah dibandingkan dengan IPM metode lama.

Gambaran umum : diisi gambaran umum yang terdiri dari : kondisi geografis, kependudukan, Kabupaten Sleman tahun 2010 – 2014.

Ketenagakerjaan : Yang dibahas adalah mengkaitkan beberapa hal antara lain tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka, kualitas tenaga kerja menurut pendidikan, serta daya serap masing masing lapangan usaha. Indikator TPAK dihitung dari rasio antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. TPAK kabupaten Sleman tahun 2014 tercatat 68,05 persen, meningkat dibandingkan tahun 2013.

Komposisi penduduk bekerja. : penduduk bekerja menurut pendidikan tinggi, menurut lapangan usaha, menurut status pekerjaan. ( tampilkan tabel indicator ketengakerjaan di Kabupaten Sleman tahun 2010 – 2014. Tingkat pengangguran terbuka : bagian dari angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar tenaga kerja termasuk dalam pengangguran.

Konsep pembangunan manusia : UNDP merumuskan konsep embangunan manusia sebagai perluasan pilihan bagi penduduk yang dilihat sebagai proses upaya kea rah perluasan pilihan atau sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Konsep ini mengkaji manusia dari dua sisi yakni : meningkatkan kapabilitas fisik atau pembentukan kemampuan berfungsi manusi melalui jalur perbaikan taraf kesehatan,pengetahuan,dan ketrampilan. Sisi kedua : bagaimana meanfaatkan kapabiltas atau kemampuan yang dimilki untuk melakukan aktivitas yang sifanya produktif. Konsep ini diajukan oleh Mahbub ul Haq dan Amartya sen. Menurut mereka perluasan pilihan hanya mungkin direalisasikan jika penduduk minimal memiliki tiga aspek mendasar yakni : peluang panjang umur dan sehat, pengetahuan dan ketrampilan memadai serta peluang untuk merelasisikan pengetahuan yang hakiki dalam kegiatan yang produktif yang mampu meningkatkan daya belinya. Pendekatan ini menyempurnakan pendekatan yang

telah ada lebih dulu yang lebih menekankan pada spek PDRB perkapita sebagai

Dalam dokumen BAB I SAMPAI DENGAN BAB BAB I BAB V (Halaman 38-59)