BAB IV Data dan Informas
D. Posisi Pembangunan Manusia
Pada bagian ini, berisi mengenai penggabungan beberapa indikator menjadi satu indeks komposit yang dikenal sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Titik berat pembangunan manusia adalah berupaya memberdayakan penduduk sehingga mereka memiliki pilihan yang lebih luas dalam menjalani kehidupan. Upaya tersebut dijabarkan melalui akses yang lebih luas bagi penduduk untuk meningkatkan derajat kesehatan, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan peluang untuk menaikkan taraf ekonomi rumah tangga yang pada akhirnya akan mendorong partisipasi mereka dalam pelaksanaan pembangunan.
1). Perkembangan IPM Kabupaten Sleman 1999-2014
Perkembangan capaian IPM Kabupaten Sleman selama periode 1999- 2014 menunjukkan pola yang semakin meningkat. Pada tahun 1999, IPM Kabupaten Sleman tercatat sebesar 69,8. Angka ini semakin meningkat hingga menjadi 80,73 pada tahun 2014. Secara umum, perkembangan angka ini menggambarkan kualitas pembangunan manusia yang semakin membaik dari tahun ke tahun.
Penyempurnaan metode penghitungan IPM yang mulai dilimplementasikan pada tahun 2010 memberi pengaruh positif terhadap level peningkatan IPM Kabupaten Sleman pada periode 2010-2014. Fenomena ini sedikit berbeda dengan kondisi IPM di mayoritas kabupaten/kota lainnya di Indonesia atau IPM secara nasional yang justru mengalami penurunan level pasca implementasi metode penghitungan baru. Gambar 7.1 mengilustrasikan level IPM nasional yang menurun dari 71,76 di tahun 2009 menjadi 66,53 di tahun 2010 setelah implementasi metode penghitungan IPM baru. Secara umum, level IPM Kabupaten Sleman selama periode 1999-2014 terlihat lebih tinggi dibandingkan level IPM DIY dan IPM nasional. Hal ini memberi gambaran capaian kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Sleman yang lebih baik dibandingkan dengan level DIY maupun nasional. Berdasarkan klasifikasinya, IPM Kabupaten Sleman pada tahun 2010 termasuk dalam kategori IPM tinggi (70 ≤ IPM < 80). Mulai tahun 2011-2014 klasifikasi IPM Kabupaten Sleman terlihat semakin meningkat dan berada pada kategori sangat tinggi (IPM ≥ 80). Sementara, IPM DIY
selama periode 2010-2014 termasuk dalam kategori tinggi dan IPM nasional dalam waktu yang sama termasuk dalam kategori sedang.
2). Perkembangan Indeks Penyusun IPM 2010-2014
Tingginya level IPM Kabupaten Sleman dan perkembangannya yang semakin membaik tidak terlepas dari perkembangan semua indikator penyusunnya yang juga tercatat sangat baik. Semua indikator penyusun memiliki kontribusi positif terhadap level IPM dengan nilai indeks yang bervariasi.
a. Indeks Kesehatan
Indeks kesehatan yang direpresentasikan oleh angka harapan hidup penduduk memiliki nilai tertinggi sebesar 0,84. Nilai indeks ini relatif stabil selama periode 2010-2014. Tingginya level indeks kesehatan dipengaruhi oleh pencapaian harapan hidup penduduk pada saat lahir yang berada di atas level 74 tahun dalam lima tahun terakhir. Angka 74 tahun ini menggambarkan perkiraan rata-rata usia yang akan dijalani oleh bayi yang dilahirkan hidup pada tahun 2014 hingga akhir hayatnya. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Indonesia, level angka harapan hidup penduduk Kabupaten Sleman relatif lebih tinggi, bahkan termasuk dalam kelompok 20 daerah yang memiliki angka harapan hidup tertinggi di Indonesia.
b. Indeks Pengeluaran
Level indeks yang terbesar berikutnya adalah indeks pengeluaran yang tercatat sebesar 0,81 pada tahun 2014. Nilai indeks ini sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat sebesar 0,80. Tingginya nilai indeks pengeluaran dipengaruhi oleh level pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan. Berdasarkan hasil Susenas 2014 nilai pengeluaran perkapita riil di Kabupaten Sleman tercatat sebesar Rp 14.170,- per hari. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Indonesia, nilai pengeluaran perkapita riil penduduk Kabupaten Sleman berada pada kelompok 25 tertinggi. Fenomena ini juga menjadi gambaran daya beli penduduk Kabupaten Sleman yang berada di atas rata-rata level DIY dan nasional. Artinya, tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Sleman secara rata-rata lebih baik dibandingakan dengan level DIY
maupun nasional. Hal ini tidak lepas dari perkembangan kelas menengah yang terlihat semakin mewarnai kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
c. Indeks Pengetahuan
Indeks pengetahuan memiliki level sebesar 0,78 pada tahun 2014. Nilai indeks ini mengalami peningkatan yang cukup nyata dibandingkan dengan tahun 2010 (0,75). Secara umum, level indeks pengetahuan di Kabupaten Sleman lebih banyak dipengaruhi oleh indikator harapan lama sekolah dengan nilai indeks tahun 2014 sebesar 0,87. Salah satu faktor yang mendorong tingginya harapan lama sekolah adalah tingkat partisipasi sekolah pada berbagai tingkatan, karena kemudahan penduduk berusia sekolah dalam mengakses sarana pendidikan yang tersedia. Faktor yang lainnya adalah keberadaan beberapa perguruan tinggi ternama, baik negeri maupun swasta yang menjadi pendorong mahasiswa dari luar daerah untuk bermigrasi dengan tujuan melanjutkan studi dan tinggal di Kabupaten Sleman. Keberadaan mereka mendorong level partisipasi sekolah pada tingkat perguruan tinggi, sehingga harapan lama sekolah secara agregat tercatat cukup tinggi hingga mencapai sebesar 15,64 tahun. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, harapan lama sekolah penduduk Sleman berada dalam kelompok lima terbesar secara nasional.
3). Perbandingan IPM dengan Kabupaten/Kota di DIY
IPM yang tertinggi di DIY dicapai oleh Kota Yogyakarta dengan nilai IPM sebesar 83,78 dan diikuti oleh Kabupaten Sleman di peringkat kedua tertinggi dengan nilai IPM 80,73. Berdasarkan klasifikasinya, maka IPM Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori sangat tnggi (IPM ≥ 80). Kabupaten Bantul dan Kulonprogo dengan IPM masing-masing sebesar 77,11 dan 70,68 berada di peringkat ketiga dan keempat tertinggi di DIY. Klasifikasi IPM kedua daerah ini berada dalam kategori tinggi (70 ≤ IPM < 80). Sementara, IPM Kabupaten Gunungkidul (67,03) berada di peringkat terbawah di antara kabupaten/kota di DIY dan termasuk dalam kategori sedang (60 ≤ IPM < 70). Secara umum, Penyempurnaan metode penghitungan memberi dampak penurunan level IPM di Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul.
Keunggulan Kabupaten Sleman terletak pada aspek kesehatan, sedangkan Kota Yogyakarta lebih unggul pada aspek pengetahuan dan daya beli.
Sementara, Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo lebih tertinggal dari aspek pengetahuan dan aspek daya beli. Secara keseluruhan fenomena di atas menggambarkan ada kesenjangan yang cukup lebar dalam hal capaian kualitas pembangunan manusia antar wilayah di DIY.
Kecepatan perkembangan capaian IPM yang telah ditempuh dengan IPM sebelumnya dalam suatu kurun waktu diukur menggunakan pertumbuhan per tahun. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan per tahun selama periode 2010-2014, Kabupaten Sleman terlihat memiliki nilai yang tertinggi sebesar 1,08 persen dan diikuti oleh Kabupaten Bantul (0,66 persen). Hal ini menggambarkan tingkat kecepatan pencapaian pembangunan manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di DIY maupun level nasional.
Secara umum, level IPM DIY (76,81) maupun kabupaten/kota selain Gunungkidul berada di atas IPM nasional (68,90). Peringkat IPM DIY berada di urutan kedua tertinggi di antara 34 provinsi secara nasional setelah Provinsi DKI Jakarta.
Penutup :
a) Secara umum, kualitas capaian pembangunan manusia Kabupaten Sleman sampai tahun 2014 sudah berjalan dengan baik dan berada dalam kondisi yang sangat memuaskan. Hal ditunjukkan oleh nilai IPM yang berada pada kategori sangat tinggi dan berada di peringkat kedua di DIY dan keenam secara nasional.
b) Tingginya pencapaian level IPM didorong oleh tingginya level dari ketiga indeks penyusunnya, yaitu indeks kesehatan, pengetahuan, dan standar hidup yang layak.
c) Kecepatan perkembangan capaian IPM Kabupaten Sleman yang dalam lima tahun terakhir menjadi yang tercepat di level DIY dengan rata-rata pertumbuhan per tahun di atas 1 persen, sehingga perlu dijaga konsistensinya.
d) Dari keempat indikator penyusunnya IPM, indikator usia harapan hidup, harapan lama sekolah, dan pengeluaran perkapita riil disesuaikan menjadi keunggulan Kabupaten Sleman dan memberi andil yang lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia di masa mendatang diperlukan upaya untuk menjaga konsistensi capaian indeks kesehatan dan daya beli dan memberi perhatian yang lebih pada aspek pendidikan.
B. Subbidang Penelitian dan Pengembangan
1. Analisis Komoditas Unggulan Sleman 2012
A. Latar Belakang
Salah satu usaha dalam memajukan dan mengembangkan pertanian unggul adalah dengan menentukan jenis komoditas yang akan diusahakan. Pemetaan komoditas pertanian unggulan disesuaikan dengan potensi daerah yang akurat dan lengkap sangat dibutuhkan untuk mendukung data lapangan. Peta ini akan menjadi acuan dan pendekatan dalam perencanaan pengembangan untuk komoditas pertanian unggulan meliputi; tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Pengembangan komoditas pertanian unggul merupakan salah satu implementasi dari kebijakan pengembangan wilayah dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat di daerah. Prioritas kegiatan pengembangan kawasan pertanian unggul diarahkan antara lain; komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang berwawasan industrial diperdesaan agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam pemanfaatan potensi komoditas yang unggul perlu dipertimbangkan agar tidak mengeksploitasi sumberdaya tetapi lebih kepada upaya optimalisasi sumberdaya dengan tanpa mengorbankan sumberdaya dimasa mendatang. Karenanya ada enam upaya penilaian yang perlu dilakukan, yaitu :
1) Melakukan deskripsi jenis-jenis pengembangan komoditas pertanian unggul secara sistematis.
2) Melakukan klasifikasi jenis-jenis pengembangan komoditas pertanian unggul yang potensial wilayah secara sistematis.
3) Melakukan deskripsi dimana setiap potensi pengembangan komoditas pertanian unggul yang sudah diklasifikasikan tersebut.
4) Melakukan deskripsi jumlah ketersediaan pengembangan komoditas pertanian unggul potensi wilayah, yaitu melakukan identifikasi dengan
memberikan deskripsi berapa jumlah pengembangan komoditas pertanian unggul yang sudah diklasifikasikan di setiap lokasi.
5) Melakukan deskripsi pengembangan komoditas pertanian uggulan sesuai potensi wilayah, yaitu melakukan identifikasi dengan memberikan deskripsi pengembangan komoditas pertanian unggul yang telah dikembangkan dengan orientasi pemikiran akan adanya nilai tambah terhadap potensi wilayah.
6) Melakukan deskripsi perubahan-perubahan atas komoditas pertanian unggul yang telah diidentifikasi, yaitu melakukan identifikasi dengan memberi deskripsi terhadap jenis komoditas pertanian pertanian unggul yang telah berubah.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah membuat Perencanaan Pembangunan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Sleman dengan rincian sebagai berikut:
1) Mencari kesesuaian komoditas pertanian unggulan bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
2) Menyusun perwilayahan, tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
3) Menyusun pengembangan komoditas pertanian unggulan; tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
4) Menumbuhkan konsep industrial diperdesaan berbasis komoditas unggulan : tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, unggulan
C. Hasil
Dari serangkaian riset dan FGD tim peneliti/ narasumber dan analisis data menggunakan metode LQ, analisis rerata dan Participatory RRA yang dilakukan, dapat disimpulkan :
Komoditas Unggulan Setiap Kecamatan di Kab. Sleman adalah sebagai berikut :
1). Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Kecamatan Padi Dan
Palawija Sayur Buah Musiman Sayur Buah Tahunan Tanaman Biofar Maka Tanaman Hias SLEMAN Kacang Tanah
SEMANGKA SAWO Laos DRACAENA
MLATI Kacang
Tanah
Melon NANGKA Pace MELATI
GAMPING Padi Sawah KUBIS MARKISA KONYAL KUNYIT Tanaman Sukulen
NGEMPLAK JAGUNG SEMANGKA JERUK
BESAR
LIDAH BUAYA ANYELIR
NGAGLIK Kacang
Tanah
Tomat PEPAYA Pace Anthurium
Bunga
DEPOK Ubijalar Ketimun Belimbing Kencur CALADIUM
GODEAN Padi
Sawah
Bawang Merah Melinjo Mahkota Dewa ADENIUM
MOYUDAN Padi
Sawah
BAWANG