• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang usaha yang akan dijalankan, harus tertulis dalam akta pendirian PT

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

C. ASPEK HUKUM PENDIRIAN SPC UNTUK PENGELOLAAN DIRE DALAM KIK

2. Bidang usaha yang akan dijalankan, harus tertulis dalam akta pendirian PT

3. Bidang usaha yang akan dijalankan, harus memiliki izin usaha. Contoh apabila kegiatan usaha anda adalah restoran, maka anda wajib memiliki Izin Restoran.

d. Struktur Permodalan PT

UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mensyaratkan untuk membuat PT, minimal Modal Dasar adalah Rp 50juta, dan minimal 25% dari Modal Dasar harus ditempatkan dan disetor. Dengan demikian seminim-minimnya syarat pendirian PT adalah Modal Dasar Rp 50juta, Modal Disetor/Ditempatkan Rp12.5 juta. Sesuai dengan Paket Kebijakan XII yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi berdasarkan PP No. 29 tahun 2016 tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas, maka ada ketentuan modal dasar tidak lagi minimum Rp 50juta, tetapi tergantung kesepakatan para pendiri PT.

Modal yang disetor tidak mengendap dalam rekening atas nama PT dan dapat digunakan sewaktu-waktu untuk kegiatan usaha. Modal disetor secara konsep adalah setoran modal dari para pemegang saham modal tersebut selanjutnya digunakan untuk menjalankan perusahaan. Dalam menurut UUPT, setoran aset tersebut harus dinilai oleh appraisal atau penilai independen atas nilai wajar aset dan apabila setoran atas benda bergerak diumumkan dalam surat kabar. Contoh, misal salah satu pemegang saham memiliki aset pribadi Macbook Air 2015.

Macbook tersebut ingin dijadikan setoran modal sebagai aset PT dengan kompensasi saham. Selanjutnya Macbook Air 2015 tersebut harus dinilai oleh appraisal untuk menentukan berapakah nilai wajarnya untuk dijadikan sebagai setoran modal.

e. Pengurus PT

Pengurus PT terdiri dari unsur Direktur dan Komisaris. Apabila terdapat lebih dari 1 orang Direktur, maka salah satu diangkat sebagai Direktur Utama.

Terhadap Komisaris, juga berlaku hal yang sama. Direktur bertugas menjalankan perusahaan sehari hari, termasuk tanda tangan kontrak, tanda tangan giro dan cek atas nama perusahaan, dan kegiatan lainnya. Komirasi bertugas memberikan nasihat kepada Direktur. Dan Komisaris tidak berhak bertindak atas nama perusahaan, akibatnya tidak berhak tanda tangan kontrak dan lainnya.

Tidak harus secara prinsip harus dipahami antara perbedaan pemegang saham dan pengurus itu adalah hal yang berbeda. Pemegang saham adalah pemilik PT, pengurus adalah yang menjalankan PT . Contoh: PT Djarum, pemiliknya adalah pemiliknya adalah keluarga Hartono, pengurusnya (Direktur dan Komisaris PT Djarum) bisa saja dari profesional diluar keluarga Hartono.

Seluruh keuntungan PT Djarum adalah milik keluarga Hartono, bukan milik pengurus. Boleh tetapi hanya bisa diisi untuk Jabatan Direktur saja sedangkan Komisaris tidak boleh dijabat oleh orang asing.

2. Membuat Akta Pendirian di Notaris

Akta Pendirian PT tidak harus dibuat oleh Notaris yang bertempat kedudukan sama dengan tempat kedudukan PT. Bisa menggunakan Notaris mana saja asalkan telah memperoleh SK pengangkatan, disumpah dan terdaftar di Kemenkumham. Semua Pendiri PT akan tanda tangan Akta Pendirian PT dihadapan Notaris. Apabila ada salah satu dan/atau semua pendiri PT ada yang

berhalangan untuk menghadap Notaris, maka dapat dikuasakan. Notaris juga akan membacakan isi dari Akta Pendirian PT, juga akan menjelaskan apa saja maksud pasal-pasal dalam Akta Pendirian PT.

Pada saat penandatangan Akta Pendirian PT, Notaris juga akan meminta beberapa dokumen-dokumen pernyataan diantaranya penggunaan nama PT, alamat lengkap PT, penyetoran modal dan dokumen-dokumen lainnya.

3. Pengesahan SK Menteri Pendirian PT

Setelah dibuat Akta Pendirian PT, Notaris akan mengajukan pengesahan badan hukum atas PT kepada Menteri Hukum dan HAM. Lalu Menteri akan mengeluarkan Surat Keputusan pengesahan badan hukum PT, sehingga PT tersebut telah lahir sebagai badan hukum yang diakui oleh Negara.

Akibat PT telah menjadi badan hukum, maka PT dianggap sebagai suatu subjek hukum baru, yang memiliki hak dan kewajiban yang melekat selamanya.

Salah satu kewajiban tersebut diantaranya adalah harus memiliki nomor pajak dan kewajiban untuk lapor pajak. Dan karena telah menjadi badan hukum, PT telah bisa melakukan kontrak dengan pihak ketiga serta melakukan perbuatan hukum lain atas nama dirinya sendiri (atas nama PT).

4. Mengurus Domisili Kelurahan

Domisili Kelurahan menerangkan tentang dimana alamat PT berada. Dan karena izin domisili dikeluarkan oleh Kelurahan. Dengan demikian, pengaturan izin domisili diatur oleh masing-masing pemerintah daerah.

Contoh untuk DKI Jakarta, berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta 506/1989 tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Masyarakat Dikantor Lurah DKI Jakarta, disebutkan tentang istilah Surat Keterangan Domisili Perusahaan. Bahwa untuk mengurusnya dibutuhkan persyaratan (1) surat pengantar RT dan RW; (2) KTP pemilik; dan (3) Akta Notaris pendirian PT.

Izin domisili adalah menerangkan tentang dimana perusahaan beralamat, serta dicantumkan juga jenis usaha dan jumlah tenaga kerja. Izin domisili berlaku maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Dalam proses pembuatan PT, kelengkapan domisili kelurahan adalah sangat penting. Khusus di DKI Jakarta, dengan berlakunya Perda 1/2014 (Perda Zonasi Jakarta), maka domisili PT sudah tidak boleh di rumah. Dan selanjutnya mengikuti daerah-daerah yang sudah di tetapkan. Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPTSP DKI Jakarta No.

6/2016 bahwa virtual office sudah diperbolehkan. Ini tentu saja memberikan dorongan untuk pengusaha pemula yang ingin mendirikan PT tetapi belum bisa menyewa / memiliki lokasi usaha yang sesuai dengan zonasi.

5. Mengurus NPWP di Kantor Pajak

Menurut Wikipedia, Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi.

6. Mengurus Izin Usaha

Tujuan dari mendirikan perusahaan adalah melakukan kegiatan komersil atau dengan kata lain melakukan kegiatan usaha untuk mencari keuntungan.

Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut, setiap perusahaan harus memiliki izin usaha adalah surat izin untuk bisa melaksanakan usaha perdagangan dan jasa, dimana bidang-bidang usaha perdagangan dan jasa yang bisa dipilih ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah.

Dalam SIUP akan diberikan izin usaha atas bidang usaha berupa 4 (empat) digit KBLI. KBLI adalah klasifikasi bidang usaha yang disusun oleh pemerintah yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statitisk sesuai dengan Perka BPS 19 tahun 2017 tentang Perubahan KBLI 2015. Setiap perusahaan boleh memiliki banyak izin. Karena perusahaan bisa memiliki bermacam bidang usaha. Yang penting adalah masing-masing usaha yang dijalankan tersebut tersebut memiliki izin.

Di Indonesia ada banyak sekali izin usaha dan pengurusan izin pun ada yang di tingkat pemerintah pusat dan di daerah. Contoh perizinan di tingkat pusat adalah Izin Usaha PMA dilakukan di BKPM di Jakarta. Dan tingkat daerah, misalnya perizinan SIUP yang di atribusikan ke masing-masing daerah.

7. Mengurus TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

TDP adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang.

TDP diatur oleh UU 3/1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa "Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan". Pengertian "perusahaan" dalam TDP, mencakup setiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan, dan Bentuk Usaha Lainnya (BUL), termasuk Perusahaan Asing dengan status Kantor Pusat, Kantor Tunggal, Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, Agen Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.

Dalam pembuatan PT, proses ini harus dilakukan baik sebagai kantor pusat atau sebagai kantor cabang. Khusus untuk syarat pendirian PT cabang, maka harus dibuat Akta Cabang yang menunjuk siapakah pemimpin cabang, bersamaan dengan pemberian kuasa dari Direksi.

Pasal 42 huruf (h) menyebutkan SPC, meliputi:160

1. Keterangan singkat tentang SPC

Hal ini meliputi prosedur dalam pembentukan SPC

2. Ijin usaha dari Pihak yang berwenang

Ijin usaha dengan akta notaris dan terdaftar di Kemenkumham

3. Pihak yang terafiliasi dengan SPC

Perusahaan terafiliasi berarti hubungan antara induk dan anak perusahaan, hal ini berarti penjelasan mengenai siapa induk perusahaan dan siapa anak perusahaan. Dana untuk mendirikan PT pada Pasal 32 UUPT modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

Reksa Dana KIK semuanya bersifat terbuka, itu sebabnya jenis reksa dana ini sangat laris. Tanpa perlu mendirikan PT, reksa dana KIK bisa beroperasi sepanjang ada manajer investasi dan bank kustodian dan mendapat ijin dari Bapepam.161

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya. Hal tersebut adalah: (1) Kesepakatan para pihak; (2) Kecakapan untuk membuat

160 Indonesia,(POJK DIRE-KIK),Pasal 42huruf h.

161 Eko Supriyanto,”Menjadi Karya Melalui Reksa Dana”.(Jakarta : Trimegah Securities,2006),hlm.70

perikatan (misal: cukup umur, tidak dibawah pengampuan dll); (3) menyangkut hal tertentu; (4) adanya kausa yang halal. Hal ini berlaku juga pada Hukum Perdata Internasional. Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subjektif dan dua hal yang terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dengan demikian selama, perjanjian yang mengandung cacat subjektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap, mengikat para pihak layaknya, perjanjian yang sah. Sedangkan perjanjian yang memiliki cacat pada syarat objektif (hal tertentu dan causa yang halal), maka secara tegas dinyatakan sebagai batal demi hukum. (J.Satrio, 1992). Jadi, dalam kaitannya jual beli rumah, misalnya, tidak hanya rumah yang dijadikan objek hukum, melainkan juga uangnya. Asal-usul uang ini juga perlu untuk diketahui apakah berasal dari causa halal atau tidak.162

Di samping itu, menurut Konvensi Viena 1980 Covention on Contracts for The International Sales of Goods (CISG) yang terdiri dari 101 pasal. Terkait dengan hal keabsahan dari suatu perjanjian, ada dua hal yang dapat dikemukakan di sini. Hal kedua berkaitan dengan objeknya, yaitu yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian jual beli itu sendiri. Dalam permasalahan kedua ini, perlu diperhatikan bahwa dalam hal ketentuan hukum materiil mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli yang diatur dalam CISG bertentangan dengan ketentuan hukum domestik yang berlaku di suatu Negara tertentu yang merupakan Negara salah satu pihak dalam perjanjian jual beli, maka hal ini dapat dijadikan sebagai

162 Reza Zaki,op.cit.

alasan untuk menyatakan perjanjian jual beli menjadi tidak sah dan harus dibatalkan.

Pada tahun 1995 sempat terjadi skandal pencucian uang besar yang dilakukan oleh Barings Bank, salah satu Bank tertua di Inggris, Bank of Credit &

Commerce International (BCCI). Bank sebagai subjek hukum perdagangan internasional mewakili korporasi atau juga bisa disebut sebagai intermediary dalam transaksi bisnis internasional dengan pihak swasta lainnya. Kejadian tersebut mengakibatkan kekacauan sejumlah bisnis di dunia yang berasal dari berbagai Negara karena BCCI memiliki anak perusahaan di Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Amerika Serikat. Bahkan BCCI juga terlibat dengan Luxemberg sebagai Tax Haven Country. Patut dicermati, bahwa IMF mencatat jumlah uang haram yang beredar di dunia mencapai 5% dari Gross Domestic Product (GDP) Dunia. 163

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa di dalam suatu KIK berbentuk DIRE harus memenuhi SPC dengan fungsi yang sangat khusus/terbatas, terutama untuk membatasi risiko finansial dari pemilik SPC yang bersangkutan (dan dalam konteks tertentu, kepentingan kreditor SPC tersebut) .

DIRE berbentuk KIK mengunakan SPC, wajib menyertakan Akta pendirian dan perubahan anggaran dasar SPC; ijin usaha dari pihak yang berwenang; dan daftar pihak yang terafiliasi dengan SPC.

Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subjektif dan dua hal yang terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada

163Ibid.

syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dengan demikian selama, perjanjian yang mengandung cacat subjektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap, mengikat para pihak layaknya, perjanjian yang sah. Sedangkan perjanjian yang memiliki cacat pada syarat objektif (hal tertentu dan causa yang halal), maka secara tegas dinyatakan sebagai batal demi hukum. (J.Satrio, 1992). Jadi, dalam kaitannya jual beli rumah, misalnya, tidak hanya rumah yang dijadikan objek hukum, melainkan juga uangnya. Asal-usul uang ini juga perlu untuk diketahui apakah berasal dari causa halal atau tidak.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan mengenai SPC tidak dijelaskan secara signifikan di dalam satu undang-undang, namun banyak peraturan yang menyinggung mengenai SPC, diantaranya: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/

PMK.010/2016 Tentang Pengampunan Pajak; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.30/2010 Tentang Penetapan Wajib pajak Sebagai Pihak Yang Sebenarnya Melakukan Pembelian Saham atau Aktiva Perusahaan Melalui Pihak Lain atau Badan Yang Dibentuk Untuk Maksud Demikian (Special Purpose Company) Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Dengan Pihak Lain Dan Terdapat Ketidakwajaran Penetapan Harga; Pasal 18 UNDANG-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan; POJK Nomor.64/POJK.04//2017 Tentang Dana Investasi Real Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif; Pasal 10 Dirjen Pajak Nomor 10/ PJ/2017 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, menegaskan tentang syarat beneficial owner.

2. Karena KIK merupakan suatu kontrak, maka keabsahan daripada perjanjian yang dilaksanakan harus tunduk kepada pasal 1320 KUHPerdata. Fungsi KIK mirip Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. KIK mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak (Manejer Investasi dan Bank Kostudian), tujuan, dan

jenis investasi yang akan dilakukan, tata cara transaksi, biaya-biaya, hak pemegang unit penyertaan sebagai investor dan aturan serta ketentuan lainnya yang menyangkut pengelolaan reksa dana KIK tersebut. DIRE berbentuk KIK dan strukturnya mirip dengan Reksa Dana, DIRE bukanlah Reksa Dana. Dan DIRE tidak dikenakan pajak penghasilan pada tingkat perusahaan .

3. Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa di dalam suatu KIK berbentuk DIRE harus memenuhi SPC dengan fungsi yang sangat khusus/terbatas, terutama untuk membatasi risiko finansial dari pemilik SPC yang bersangkutan (dan dalam konteks tertentu, kepentingan kreditor SPC tersebut) . DIRE berbentuk KIK mengunakan SPC, wajib menyertakan Akta pendirian dan perubahan anggaran dasar SPC; ijin usaha dari pihak yang berwenang; dan daftar pihak yang terafiliasi dengan SPC.

Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subjektif dan dua hal yang terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dengan demikian selama, perjanjian yang mengandung cacat subjektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap, mengikat para pihak layaknya, perjanjian yang sah. Sedangkan perjanjian yang memiliki cacat pada syarat objektif (hal tertentu dan causa yang halal), maka secara tegas dinyatakan sebagai batal demi hukum. (J.Satrio, 1992). Jadi, dalam kaitannya jual beli rumah, misalnya, tidak hanya rumah yang dijadikan

objek hukum, melainkan juga uangnya. Asal-usul uang ini juga perlu untuk diketahui apakah berasal dari causa halal atau tidak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran- saran yang dapat penulis berikan antara lain:

1. Perlu adanya pengaturan hukum secara khusus mengenai spc di indonesia yang dapat memperjelas kedudukan dan pendirian spc dalam dire kik untuk mencegah penyelewengan pajak.

2. pemerintah perlu mengadakan sosialisasi agar para investor mengetahui hak dan kewajiban investor dalam pendirian spc serta peran pihak- pihak lain dalam pendirian spc.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adolf, Huala. Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar, Cet. 4, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005

Anwar, Yusuf. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung: Alumni, 2008.

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

________________________________, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta : Sinar Grafika, 2011.

Daruri, Deni dan Djony Edward, BPPN, Garbage In Garbage Out” “SPV kendaraan bisnis yang mengundang kontroversi” Jakarta: Salemba Empat, 2014.

Darmadji, Tjipto dan Hendy M.Fakhrudin, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Darmadji, dkk. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum),Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.

_________. Munir Pengantar Hukum Binsis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002

Gunadi.Pajak Internasional. Edisi Revisi, Jakarta: FEUI, 2007

Khairandy, Ridwan. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Cetakan.

Kedua, Yogyakarta: FH UII Press, 2014.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana,2005.

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Nasarudin, M. Irsan, et.al, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, ed. 1, Cet. VII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

P, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha,,Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Robert L. Symonds, Jr, “Delaware Business Trusts: The Preferred Special Purpose Vehicle For Structured Financings By Financially Healthy, 2005

Rubin, SJ and Don Wallace, Jr. (eds), United Nations Library on Transnational Corporation Volume 19 (Transnational Corporations and National Law),London: Routledge, 1994

Rudy A. Lontoh, dkk, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: Alumni, 2001

Rudiyanto, Sukses Finansial dengan Reksadana, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015.

Sasongko, Wahyu. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Lampung: UNILA, 2005.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2012.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Widjaja, Gunawan dan Yongki Angga, Real Estate Investment Trust (Dana Investasi Real Estate), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/Pmk.03/2015 Tentang Perlakuan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Dan Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Skema Kontrak Investasi Kolektif Tertentu Dalam Rangka Pendalaman Sektor Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif,

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK.04/2016 Tentang Pedoman Bagi Manajer Investasi Dan Bank Kustodian Yang Melakukan

Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.04/2016 Tentang Reksa dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26/POJK.04/2016 Tentang Produk Investasi Di Bidang Pasar Modal Dalam Rangka Mendukung Undang-Undang Tentang Pengampunan Pajak.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK.04/2016 Tentang Pedoman Bagi Manajer Investasi Dan Bank Kustodian Yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Peraturan Nomor IV.B.1. Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep. -22/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, diubah dengan No. Kep. -07/PM/1997 tanggal 30 April 1997

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan NOMOR: KEP- 425/BL/2007 Tentang Pedoman Bagi Manajer Investasi Dan Bank Kustodian Yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif

Jurnal/Artikel/Skripsi

Adrianto Dwi Nugroho, “Anti-Avoidance Rules Di Indonesia Pasca Amandemen UU Pajak Penghasilan”, Mimbar Hukum. Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, hlm 119.

Businesses and Reorganizing Companies, 2013.

Depri Liber Sonata. Hubungan Hukum Kontraktual Pada Pengelolaan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif di Indonesia yang dimuat dalam buku Hukum Perdata Dalam Berbagai Perspektif, Bandar Lampung:

Harakindo Publishing, 2015.

Dika Surya Handoko, “ Tanggung Jawab Manajer Investasi Dalam Kontrak Investasi Kolektif”, Naskah Mandiri Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Dinda Mutia Rachmania, dkk, “Perlindungan Investor Dalam Penerbitan Dana Investasi Real Estat (Dire)”, Diponegoro Law Journal Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016.

Dire Bowspritdire Bowsprit Commercial And Infrastructure, 2017

Indah Dewi Nurhayat.Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia,Volume 2, Nomor1, April 2013

Jona Agusmen, Pertanggungjawaban Perdata Manajer Investasi Terhadap Investor Yang Dirugikan Dalam Reksa Dana Saham, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2009.

Marselo Valentino Geovani Pariela, “Wanprestasi Manajer Investasi Terhadap Investor Reksadana” SASI Vo l . 23 N o . 2 , J u l i -Desember 2017.

Marisa Adiwilaga dan Christian Andersen, Special Purpose Vehicle (“Spv”) Dalam Transaksi Asset Backed Securities /Efek Beragun Aset (“EBA”) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No. Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (“Asset Backed Securities”),Dialogia Iuridica [November 2011, Vol. 3 N o . 1

Muryati Marzuki, “Restrukturisasi Kredit Sektor Porperti dan Real Estate”, Jurnal Hukum No. 19 VOL. 9. Februari 2002, hlm 65

Otoritas Jasa Keuangan, Dana Investasi Real Estate (DIRE), Surabaya, 25 Mei 2016

Publikasi Survey Property Komersial Bank Indonesia Triwulan I tahun 2017

Ridovi Kemal, Wirdyaningsih. “Pengaturan Badan Hukum Special Purpose Vehicle Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara Di Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Dan Menurut Hukum Islam” , Artikel Universitas Indonesia, 2013

Taufiqurrohman, “ Analisis Kebijakan Instrumen Investasi Efek Beragun Aset Syariah (Eba Syariah) Di Indonesia Tahun 2016” SkripsiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005.

Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005.