• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM SPECIAL PURPOSE COMPANY DI INDONESIA

B. PERKEMBANGAN SPECIAL PURPOSE COMPANY

SPC sekarang ini digunakan oleh para pengusaha sebagai kendaran bisnis yang melindungi kepentingan para pemegang sahamnya. Bagaimana tidak, SPC yang berbasis di luar negeri SPC Dalam Transaksi Asset Backed Securities/Efek Beragun Aset (“EBA”) Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Jo Peraturan Bapepam & Lk No. Ix.K.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM &

LK No. Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset ini dalam pelaksanaannya hanya ada dua orang dan selain itu pula hanya bermodalkan telpon dan fax, namun uang kas yang dipegang oleh SPC ini sangat besar. SPC yang berbasis luar negeri ini biasanya didirikan di suatu tempat yang merupakan pihak dari suatu perjanjian pajak ganda dan pajaknya rendah dan

86 Ibid. hlm. 390.

bahkan juga memanfaatkan aspek “kerahasiaan” untuk tujuan yang sangat khusus.87

Perkembangan penggunaan SPC sangat terkait dengan terjadinya proses disintermediasi perbankan di AS yang berlangsung sejak tahun 1970. Banyak bank pada waktu itu mengalami krisis likuiditas karena kenaikan bunga umum yang melampaui bunga tabungan/deposito bank yang diizinkan oleh regulator pada saat itu. Tidak sedikit Bank yang kolaps pada awal 1980-an, akibat tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya karena tertanamnya dana dalam aset-aset yang tidak likuid seperti mortgage loans.88

SPC mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Badan Hukum pada umumnya. Permasalahan yang mendasar mengenai SPC, adalah UU PT tidak mengatur mengenai bentuk SPC ini.89Oleh karena itu, hal ini menjadi hal yang harus dipersiapkan oleh segenap pihak, baik itu regulator maupun pelaku bisnis keuangan, untuk mempelajari dan menentukan bentuk hukum SPC terlebih dahulu sebelum mengalami kerugian akibat menggunakan SPC.90

Sejarah hukum di Eropa eksistensi perseroan terbatas sudah ddikenal sejak zamn yunani kuno. Suatu badan hukum yang sangat mirip dengan perseroan terbatas di zaman modern sudah dikenal di Zaman Yunani kuno tersebut, yaitu

87Marisa Adiwilaga dan Christian Andersen, “Keputusan Ketua BAPEPAM & LK No.

Kep. 493/Bl/2008 Tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (“Asset Backed Securities”)”Dialogia Iuridica[November 2011, Vol. 3 N o . 1 ], hlm 29-30.

88Ibid., hlm 36

89Ridovi Kemal, “Pengaturan Badan Hukum Special Purpose Vehicle dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara Di Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Dan Menurut Hukum Islam”, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013, hlm 8

90Ibid.

yang disebut dengan “etairia”. Pada masa itu sudah dapat perundang-undangan yang mengakui suatu etairia, bergerak di bidang yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.91

Di Zaman kemerdekaan setidak-tidaknya ada 3 (tiga) tonggak sejarah penting dalam bisnis ini, yaitu sebagai berikut: 92

a. Tonggak Sejarah Pertama : Era Program Benteng

Pada dasawarsa 1950-an, dalam rangka memajukan penguasaha pribumi, Presiden Soekarno mencanangkan suatu program yang diberi nama dengan Program Benteng. Dengan program iini kepada pengusaha golongan pribumi diberikan kemudahan tertentu( seperti kemudahan kredit) dan hak tertentu yang bersifat monopoli (impor produk tertentu). Pada tahun 1957 Perdana Menteri Juanda menghentikan Program Benteng ini karena lemah dalam pengontrolan dan banyak disalahgunakan. Penyalahgunaan tersebut misalnya dalam bentuk pencalonan lisensi impor, terjadi kolusi dan monopoli, serta syaratnya unsur politik dalam bisnis.

Akan tetapi Program benteng ini sempat mnghasilkan pengusaha istana (karena kedekatannya dengan kekuasaan).

b. Tonggak Sejarah Kedua : Era Konglomerat Golongan Cina

Era kedua ini dimulai saat mulai kuatnya kekuasaan Presiden Soeharto, dimana golongan pengusaha golongan Cina sangat

91 Munir Fuady,”Perseroan Terbatas Paradigma Baru” (Bandung : Citra Aditya Bakti,2003),hlm.21.

92 Ibid.hlm.39.

mendapat angin sehingga banyak di antara mereka yang kemudian menjadi pengusaha kaya yang disebut dengan istilah konglomerat.

Nama seperti Soedono Salim (Liem Sioe Liong), yang merupakan teman lama Presiden Soeharto, dengan Salim Groupnya merupakan konglomerat yang terbesar dari semuanya.

c. Tonggak Sejarah Ketiga : Era Reformasi

Karena diterjang oleh krisis ekonomi yang sangat parah, yang sudah mulai pada saat-saat terakhir Presiden Soeharto berada di tampuk pimpinan, maka segera setelah turunya Presiden Soeharto ( tahun 1998 ), para pengusaha besar, baik dari golongan Cina maupun dari golongan pribumi, satu demi satu tumbang. Malahan, banyak di antara mereka, terutama dari golongan cina dan keluarga Presiden Soeharto yang dikejar-kejar bahkan diseret ke dalam penjara. Umumnya mereka dituduh terlibat dalam penyalahgunaan fasilitas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Melanggar batas maksimum pemberian kredit untuk perusahaan 1 grup dengan bank tersebut, penyalahgunaan aset yayasan pemerintah, dan lain-lain penyalahgunaan aset yayasan pemerintah, dan lain-lain-lain-lain penyalahgunaan fasililitas dari pemerintah. Sementara itu, karena pemerintah pascaera reformasi tidak fokus dalam pembangunan ekonomi dan keamanan, serta pergulatan politik dari partai-partai politik,keterpurukan ekonomi Indonesia berlangsung sangat lama

dan meninggalkan bekas yang sangat mendalam. Maka perseroan terbatas dalam kelompok-kelompok konglomerat, yang dulu berkibar-kibar, akhirnya satu persatu rontok dan mati suri.

Paling tidak ada 3 operandi yang digunakan oleh perusahaan- perusahaan pertambangan batu bara dan mineral tambang lain yaitu:93

1. Transfer pricing, ini dilakukan dengan membentuk anak perusahaan di luar negeri yang kemudian mengekspor pada tingkat harga tertentu sehingga omsetnya lebih rendah dan pajak yang dibayar lebih kecil pembayarannya kepada pemerintah,

2. Membeli perusahaan lain oleh pemegang saham pada kelompok usaha yang sama, sehingga pemerintah Indonesia sudah membedakan praktik transfer pricing oleh suatu perusahaan. Beban biaya dari perusahaan yang dibeli (perusahaan lokal) dimasukkan ke neraca anak perusahaan berlaba tinggi sehingga menekan laba dan akan memperkecil beban pajakdan pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia.

3. Merger atau penggabungan dengan perusahaan rugi, agar beban pajak perusahaan utama dapat ditekan oleh kerugian perusahaan barunya, sehingga mengelabui pemerintah untuk menarik pajak dan royalti.

93Abdul Jabbar,”Kunci Surveyor Membidik Perkembangan Industri Domestik

meningkatkan Penerimaan Pajak & Royalti”,(Jakarta : Elex Media Komputindo,2013),hlm.139.