• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM SPECIAL PURPOSE COMPANY DI INDONESIA

A. TINJAUAN UMUM SPECIAL PURPOSE COMPANY

Menurut Investorpedia, SPC adalah anak perusahaan dengan struktur aset kewajiban dan status hukum yang membuat kewajiban aman walaupun perusahaan induknya bangkrut. SPC juga merupakan anak perusahaan yang dirancang untuk menjadi counterparty untuk swap dan instrumen derivatif sensitif lainnya. SPC digunakan untuk mengisoalsi resiko keuangan karena accounting loopholes. 44

SPC dapat dibentuk melalui kemitraan terbatas, kepercayaan, perusahaan, perseroan terbatas atau entitas lainnya. SPC dapat dirancang untuk kepemilikan, pengelolaan, dan pendanaan perusahaan secara independen; sebagai pelindung proyek dari masalah operasional atau kepailitan; atau untuk menciptakan lease sintesis yang dibebankan pada laporan laba rugi perusahaan dari pada dicatat sebagai kewajiban di neraca. SPC membantu perusahaan dalam sekuritisasi aset, menciptakan usaha patungan (joint ventures), mengisolasi aset perusahaan atau melakukan transaksi keungan lainnya.45

SPC merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk tujuan khusus.

SPC juga dikenal dengan beberapa istilah seperti Special Purpose Entity, dan Special Purpose Vehicle. Tidak seperti suatu Trust, SPC adalah merupakan suatu legal entity atau badan hukum tertentu sesuai dengan tujuan dan keinginan

44 Chairil Anwar Pohan,”Pedoman Lengkap Pajak Internasional”, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2018), hlm.397.

45Ibid.

sponsor dan hukum/regulasi yang berlaku dalam yurisdiksi dimana SPC itu didirikan.46Bisa berbentuk limited partnership, trust atau bentuk hukum lainnya.

Dari keterangan diatas SPV sama seperti SPC.47

SPC merupakan perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh DIRE berbentuk KIK paling sedikit 99,9 % (sembilan puluh sembilan koma Sembilan persen) dari modal disetor.48

Dari pengertian di atas SPC dalam POJK DIRE-KIK berbentuk perseroan terbatas. SPC merupakan sebuah perusahaan dengan tujuan atau fokus yang terbatas. Perusahaan ini dibentuk oleh suatu badan hukum untuk melakukan aktivitas khusus atau bersifat sementara.49 Perusahaan ini biasanya, hampir dikuasai sepenuhnya oleh badan hukum yang menjadi pemodal. Oleh sebab itu SPC ini harus dijauhkan dari pemodal baik dalam bidang manajemennya maupun pemilikannya karena bisa mengakibatkan tidak jelasnya pemisahan atau perbedaan legalitas badan hukumnya dengan SPC.50

Suatu PT mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 51

a) Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing persero (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk jumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan.

46Deni Daruri, Djony Edward, BPPN, Garbage In Garbage Out” “SPV kendaraan bisnis yang mengundang kontroversi” (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm 232.

47 Ibid

48 Indonesia(POJK DIRE KIK).,op.cit. Pasal 1 angka 10

49 Surahmat, R.,” Bunga Rampai Perpajakan”(Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm 28.

50 Robert L. Symonds,Jr,”Delaware Business Trusts : The preferred Special Purpose Vehicle For Structured Financings By Financially Healthy Businesses and Reorganizing Companies” (2013),hlm.221.

51Agus Budiarto,” Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas”

(Jakarta: Ghalia Indonesia,2002)hlm.24.

b) Adanya persero atau pemegang saham yanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan,menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain.

c) Adanya pengurus(direksi) dan pengawas( komisaris) yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar atau keputusan RUPS.

Demikian pula setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, juga tidak ditemukan secara tegas di dalam pasal-pasalnya dengan klasifikasi yang bagaimana sehingga suatu badan usaha itu dapat dikategorikan sebagai perseroan terbatas.52

Yang dimaksud dengan perseroan terbatas adalah suatu perusahaan dalam bentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dari para pendirinya,untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, dimana modal dasar tersebut dibagi kedalam saham-saham, dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang yang terkait dan peraturan perundangan-undangan lainnya. Lihat di Pasal 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas. 53

52 Ibid.

53 Munir Fuady,op.cit. hlm.1.

Definisi-definisi lain yang diberikan kepada suatu perseroan terbatas adalah sebagai berikut:54

1. Suatu manusia semu (artificial person) atau badan hukum (legal entity) yang diciptakan oleh hukum,yang dapat saja (sesuai hukum setempat) hanya terdiri dari satu orang anggota saja beserta para ahli warisnya, tetapi yang lebih lazim terdiri dari sekelompok individu sebagai anggota, yang oleh hukum badan hukum tersebut dipandang terpisah dari para anggotanya di mana keberadaannya tetap eksis terlepas dari saling bergantinya para anggota, badan hukum mana dapat berdiri untuk waktu yang tidak terbatas (sesuai hukum setempat),atau berdiri untuk jangka waktu tertentu, dan dapat melakukan kegiatan sendiri untuk kepentingan bersama dari anggota,kegiatan mana berada dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh hukum yang berlaku.

2. Suatu manusia semu yang diciptakan oleh hukum yang terdiri dari, baik satu orang anggota (jika hukum memungkinkan untuk itu), yakni yang disebut dengan perusahaan satu orang (corporation sole) maupun yang terdiri dari sekumpulan atau beberapa orang anggota,yakni yang disebut dengan perusahaan banyak orang (corporation agregate).

3. Suatu badan intelektual (intellectual body) yang diciptakan oleh hukum, yang terdiri dari beberapa orang individu, yang bernaung di bawah nama bersama, di mana perseroan terbatas tersebut sebagai badan intelektual tetap sama dan eksis meskipun para anggotanya saling berubah-ubah.

54 Ibid.,hlm.2.

Kontruksi perusahaan grup55 merupakan suatu kesatuan ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang dipandang sebagai induk dan anak perusahaan.56 Legitimasi kepada suatu perseroan melakukan perbuatan hukum untuk memiliki saham pada perseroan lain atau mengambil alih saham yang menyebabkan berahlihnya pengendalian perseroan lain sehingga berimplikasi kepada lahirnya keterkaitan induk dan anak perusahaan.57

Induk perusahaan memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengordinasikan anak-anak perusahaan dalam suatu kesatuan ekonomi. Atas kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan anak perusahaan, induk perusahaan dianggap menjalankan fungsi sebagai holding company.58

Apabila mengacu kepada terminologi yang digunakan pada Public Utility Holding Company Act di Amerika Serikat,definisi holding company adalah: 59

“A corporation formed the express purpose of controlling other corporations by the ownership of a majority of their voting capital stock. In common usage, the term is applied to any corporations which does in fact control other corporations commonly referred to as subsidiaries.”

Sementara itu Ray August menyatakan bahwa holding company adalah perusahaan yang dimiliki oleh induk perusahaan atau beberapa induk perusahaan yang bertugas untuk mengawasi, mengoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan usaha anak-anak perusahaan.60

55 Emmy Pangaribuan,”Perusahaan Kelompok”(Yogyakarta: Seri Hukum Dagang Fak.Hukum Universitas Gadjah Mada,1994),hlm.5

56 Sulistiowati,”Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia”(Jakarta : Erlangga,2010),hlm.23.

57 Ibid.,hlm.24.

58 Ibid.

59Ibid.

60Ibid.

Terdapat dua model pengendalian perusahaan ditinjau dari kegiatan usaha induk perusahaan, yaitu sebagi berikut.61

1. Investment Holding Company

Pada investment holding company, induk perusahaan hanya melakukan penyertaan saham pada anak perusahaan, tanpa melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional. Induk perusahaan memperoleh pendapatan hanya dari dividen yang diberikan oleh anak perusahaan.

2. Operating Holding Company

Pada operating holding company, induk perusahaan menjalankan kegiatan usaha atau mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang harus dipenuhi oleh induk perusahaan tersebut.

Hubungan saling memegang saham antar perseroan terbatas,maka dalam suatu perseroan terbatas dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:62

a. Perusahaan induk (holding)

Perusahaan induk (holding) adalah suatu perseroan terbatas yang ikut memegang saham dalam beberapa perusahaan lain. Apabila yang dipegang adalah lebih dari 50% (lima puluh persen) saham,maka perusahaan holding tersebut dapat mengontrol anak perusahaan, demikian juga perusahaan pengontrol. Sebuah perusahaan holding dapat memegang saham di beberapa anak perusahaan, yang kesemua perusahaan tersebut bernaung dalam satu kelompok perusahaan.

61 Ibid,.hlm.25.

62Munir Fuady,op.cit. hlm.18.

Perusahaan kolongmerat adalah kelompok-kelompok perusahaan yang memiliki jumlah anak perusahaan yang sangat banyak,dengan bisnisnya yang sangat beraneka ragam, meskipun kelompok-kelompok tersebut biasanya tetap mempunyai bisnis inti di bidang tertentu. Namun, meskipun kesemua anak perusahaan dimiliki oleh satu perusahaan (holding) sehingga terjadi satu kesatuan secara ekonomis,secara hukum,masing-masing anak perusahaan tersebut tetap dianggap terpisah satu sama lain, karena masing-masing anak perusahaan merupakan suatu badan hukum, sendiri-sendiri. Karena itu, kecuali dalam hal-hal yang sangat khusus, pihak ketiga hanya dapat mengugat terhadap anak perusahaan yang mempunyai masalah dengannya, tidak dapat diperlebar terhadap anak perusahaan lain atau terhadap perusahaan holding-nya.

b. Perusahaan anak (subsidiary)

Sebaliknya, perseroan terbatas mempunyai saham-saham yang dipegang oleh perusahaan holding disebut dengan anak perusahaan atau perusahaan anak.

c. Perusahaan terafiliasi (affiliate)

Hubungan antar anak perusahaan dalam satu induk perusahaan disebut hubungan terafiliasi. Dengan demikian, dilihat dari hubungan tersebut, maka perusahaan yang bersangkutan disebut dengan perusahaan terafiliasi (affiliate) atau yang sering juga disebut dengan perusahaan saudara ( sister company ).

Controlled Foreign Company (CFC) adalah perusahaan terkendali yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam negeri yang berada di negara- negara yang

mengenakan pajak rendah atau tidak mengenakan pajak sama sekali (tax haven country) yang dibentuk dengan maksud untuk menunda pengakuan penghasilan dalam rangka penghindaran pajak (tax avoidance).63

Penghindaran pajak oleh WPDN (catatan perpajakan) ini dilakukan dengan mengalihkan penghaasilan dari luar negeri ke perusahaan CFC yang sengaja dibentuk di negara tax haven country. Agar tidak dikenakan pajak, laba dari perusahaan CFC ini tidak dibagikan kepada pemegang sahamnya, yaitu WPDN.

Dengan kata lain, WPDN tidak meminta haknya atas laba yang diperoleh CFC.64 Adanya fenomena SPC telah ditunjukkan pada UU PPh Pasal 18 ayat (3b) yang menyatakan:65

“Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (SPC), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga”

Pada penjelasan di atas disebutkan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penjegahan pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham/ penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut.66

Untuk mencegah penyelewengan (penghindaran pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau penyertaan saham pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut), maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3b) UU PPh, Wajib Pajak

63 Chaiiril Anwar,”Pedoman Lengkap Pajak Internasional”,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2018),hlm.391.

64 Ibid.

65 Indonesia (UUPPh), Pasal 18 ayat (3b)

66 Chairil Anwar Pohan, op.cit. hlm. 399.

yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (SPC), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut, sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut terdapat ketidakwajaran dalam penetapan harga.67

Sebagai peraturan pelaksananya, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.30/2010 sebagai berikut:68

1. Pembelian saham atau aktiva Wajib Pajak badan dalam negeri oleh suatu pihak atau badan yang dibentuk khusus untuk maksud demikian (SPC) dapat ditetapkan sebagai pembelian yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri lainnya sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian dimaksud sepanjang Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga pembelian.

2. Saham atau aktiva perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah saham atau aktiva yang sebelumnya dimiliki dan/atau dijaminkan oleh Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang, atau aktiva yang merupakan aset kredit (piutang) kepada Wajib Pajak dalam

67 Chairil Anwar Pohan, op.cit, hlm. 398.

68 Ibid. hlm. 399.

negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang.

3. Pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan (SPC) sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan pihak atau badan yang tidak mempunyai substansi perusahaan dan yang dibentuk oleh Wajib Pajak dalam negeri yang bertujuan antara lain untuk membeli saham atau aktiva Wajib Pajak dalam negeri lainnya.69

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 Tanggal 23 Agustus 2016 menegaskan bahwa SPC merupakan perusahaan antara yang didirikan semata-mata untuk menjalankan fungsi khusus tertentu untuk kepentingan pendirinya seperti pembelian dan/atau pembiayaan investasi dan tidak melakukan kegiatan usaha aktif.

Sebagai contoh dalam SPC yaitu:70

PT ABC dimiliki oleh XYZ Ltd. Hong Kong melalui anak perusahaannya SPV XYZ Ltd. yang berada di Caymand Island. Apabila dipandang sudah tidak menguntungkan lagi, PT ABC dapat dijual di perusahaan lainnya. Namun yang dijual adalah saham XYZ Ltd. Hong Kong di SPV XYZ Ltd. Caymand Island, bukan saham SPV XYZ Ltd. di PT ABC. Konsekuensinya, PPh final 5% sesuai keputusan Menteri Keuangan Nomor 434/KMK.04/1999 tentang Pajak Penghasilan Pasar 26 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap atas penghasilan berupa keuntungan dari

69 Ibid. hlm. 398.

70 Ibid.

penjualan saham tidak dikenakan karena kepemilikan saham PT ABC secara langsung tetap sama PT ABC secara langsung tetap sama (tidak berubah), yaitu milik SPV XYZ Ltd. di Cayman Island.

SPC bukanlah objek hukum yang sering dikaji secara akademik di Indonesia, walaupun dalam praktik bisnis, penggunaannya tidaklah asing sama sekali bagi para pengusaha. SPC secara keuangan dan perdagangan mendapat garansi dari lembaga-lembaga keuangan independen yang terlibat seperti Finance Consultant, Appraisal, Tax Consultant dan lain-lain.71

Dalam praktiknya, SPC dapat digunakan untuk menyamarkan identitas dari pemiliknya melalui konsep pemisahan pemilik dengan badan hukum Korporasi .Penyamaran identitas ini umumnya dilakukan dengan jalan mendirikan belasan, puluhan atau mungkin lebih banyak lagi SPC dan menciptakan struktur kepemilikan atas SPC tersebut yang berlapis-lapis di berbagai yurisdiksi (yang tentunya melibatkan banyak negara).72

Penyamaran identitas melalui SPC ini, ditambah dengan keberadaan konsep tanggung jawab terbatas, dapat memberikan insentif negatif kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan pelanggaran hukum termasuk dalam bentuk pencucian uang, korupsi, transaksi orang dalam, penggelapan pajak, dan sebagainya.73

71 Reza Zaki, http://business-law.binus.ac.id/2016/10/16/special-purpose-vehicle-spv-di-dalam-uu-tax-amnest/, diakses pada tanggal 9 oktober 2018 pada pukul 12:19.

72 Ibid.

73Ibid.

SPC,jika diterjemahkan secara harfiah dalah kendaraan khusus yang digunakan untuk tujuan tertentu. Belum ada definisi secara baku khusus tentang istilah SPV ini karena dalam prakteknya tidak ada definisi yang persis sama untuk setiap kondisi terkait dengan aktivitas bisnis sebagaimana juga maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendiriannya berbeda-beda.74

Di Indonesia beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisasi beban pajak melalui tax havena, antara lain :

1. Transfer pricing yang dimanfaatkan dalam membeli barang dengan harga murah/rendah (under pricing) dan menjual kembali dengan harga tinggi, sehingga laba dari negara produsen dan konsumen di gerus ke tax heaven.

Badan yang didirikan di tax haventersebut sepertinya berfungsi sebagai “brass plate” company

2. Captive insurance companiesyang didirikan di tax havensebagai perusahaan asuransi atau reasuransi seluruh anggota perusahaan grup dengan premi yang dibayar sebagai pengurang penghasilan perusahaan grup dari penghasilan.

3. Captive banking dengan memanfaatkan kemudahan dari fasilitas yang kondusif untuk pusat keuangan maka banyak cabang atau anak perusahaan perbankan yang dioperasikan di tax haven(cayman inslands). Bank demikian umumnya berfungsi sebagai pusat pencatatan (booking centre) karena transaksi nyata dilakukan dimana saja, karena beban pajak minimal, rekayasan transaksi melewati (channeling) captive banking ini akan menguntungkan grup perusahaan.

74Ibid

4. Pelayaran dengan bendera tax havens. Banyak negara yang menyediakan bendera pelayaran (flag of convenience) demikian seperti Singapura, Hongkong, Malaysia, Liberia, Cyprus, Nederland Antili, Panama dan Vanuatu. Mereka membentuk perusahaan di negara imaksud dan kepemilikan kapal diserahkan ke perusahaan tersebut.75

5. Back to back loandan paralel loanuntuk menghindari ketentuan penangkal minimalisasi capital (thin capitalization). Minimalisasi potongan pajak atas bungadan rekaraterisasi utang sebagai modal dapat dilakukan melalui rekayasa back to back loan demikian, dengan rekayasa seperti mendepositokan uang ke captive bankdi tax havendan bank tersebut meneruskan dana tersebut ke perusahaan lain anggota grup dalam bentuk pinjaman.

6. Holding companiessecara meluas dimanfaatkan untuk melakukan investasi di negara berkembang. Praktek yang dilakukan ialah mendirikan dan mendanai perusahaan di tax havens kemudian perusahaan holding tersebut menanam modal (atau kadang kala memberikan pinjaman) ke perusahaan negara berkembang. Rekayasa lain ialah dengan mendirikan perusahaan antara (SPC) di tax havensantara perusahaan induk di negara maju dengan perusahaan anak di negara berkembang.

7. Perusahaan lisensi. Rekayasa minimalisasi pemajakan atas royalty dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan di tax havensyang mengelola harta tidak berwujud (patens, copyrights, trademarks, formulas, dan resep lainnya) yang sebetulnya milik perusahaan di negara lain76

75Gunadi.Pajak Internasional. Edisi Revisi, (Jakarta: FEUI, 2007), hlm 285

76Ibid.

SPC sendiri merupakan perusahaan yang 99,9 persen sahamnya dimiliki secara kolektif dengan modal berasal dari dana masyarakat pemodal (DIRE).

77Pada DIRE diwajibkan untuk menginvestasikan minimum 80% dari dana kelolaannya ke aset yang berhubungan dengan real estate. Dan minimum 50%

dari dana kelolaannya harus berbentuk aset real estate seperti mal, perkantoran, apartemen, dan perumahan yang dapat disewakan.Sebagaimana diketahui, pemerintah akan menerbitkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur besaran pajak penghasilan final sebesar 0,5% untuk DIRE. Di samping itu, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) juga akan dipangkas dari 5% menjadi 1%.

Alhasil, total pajak yang dibebankan dalam instrumen DIRE akan tersisa 1,5%, lebih rendah dari pajak yang diterapkan Singapura sebesar 3%. Dana Investasi Real Estat (DIRE) adalah Dana Investasi Real Estat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.M.1 tentang Pedoman bagi Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.78

Secara umum EBA mempunyai konstruksi yang sama di semua negara, namun pengaturannya terutama mengenai bentuk special purpose vehicle-nya berbeda untuk masing-masing negara. Di Amerika misalnya bentuk hukum SPC dalam EBA merupakanTrust atau corporation. Namun bentuk hukum trust ini tidak dikenal dalam sistem hukum di Indonesia, dan karenanya perlu ditetapkan bentuk hukum yang lain yang sesuai untuk suatu SPC. pihak yang mengajukan

77 http://kabargress.com/2016/05/25/lokakarya-edukasi-dana-investasi-real-estate-dan-paket-kebijakan-ekonomi-xii/diakses tanggal 21 Juni 2018

78Ibid.

agar SPC dalam efek beragun aset mempunyai bentuk hukum PT . Namun jika SPC berbentuk hukum PT maka ia mempunyai organ-organ yang terdiri atas komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.

Pada penjelasan diatas dapat diketahui terdapat pihak yang menjadi pemilik sebenarnya atas manfaat ekonomis (beneficial owner) dari penghasilan adalah penerima penghasilan yang:79

a. bertindak tidak sebagai Agen,

agen (agent) adalah orang atau badan yang bertindak sebagai perantara dan melakukan tindakan untuk dan/atau atas nama pihak lain;

b. bertindak tidak sebagai Nominee,

nominee adalah orang atau badan yang secara hukum memiliki (legal owner) suatu harta dan/atau penghasilan untuk kepentingan atau berdasarkan amanat pihak yang sebenarnya menjadi pemilik harta dan/pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas pengahsilan;

c. bukan perusahaan Conduit

perusahaan conduit adalah suatu perusahaan yang memperoleh manfaat dari suatu P3B sehubungan dengan penghasilan yang timbul di negara lain, sementara manfaat ekonomis dari penghasilan tersebut dimiliki orang-orang di negara lain yang tidak

79 Chairil Anwar Pohan, op.cit, . hlm. 387.

akan dapat memperoleh hak pemanfaatan P3B apabila penghasilan tersebut diterima langsung.

Menurut ketentuan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1a) UU PPh 1984 menyebutkan bahwa negara domisisli dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau yang melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia adalah negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).80

Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia ditentukan berdasarkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang sebenarnya yang menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner) oleh karena itu, negara domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat Keterangan Domisili tetapi juga tempat tinggal atau tempat kedudukan dari penerima manfaat dari penghasilan dimaksud.81

Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, negara domisilinya adalah negara tempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal atau berada, sedangkan apabila penerima manfaat adalah badan, negara domisilinya adalah negara tempat pemilik atau lebih dari 50% pemegang saham baik sendiri- sendiri maupun bersama- sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada.82

80 Ibid. hlm.388.

80 Ibid. hlm.388.