• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP NOVEL “THE SCENT OF

3.2.2 Bijaksana

Cuplikan : (Halaman 14)

Ayahnya menginginkan Rie menjauh dari seluruh aktivitas rumah sake terutama yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Itu memang tradisi orang orang kansai yang menjadi pedagang. Bagaimana cara Rie bisa memenuhi tanggungjawanya jika ia tidak diizinkan terlibat dalam bisnis sake? Ia menghela nafas, lalu duduk beberapa menit di depan cermin sebelum akhirnya berbaring di kasur. Mempersiapkan dengan caranya. Rie tidak akan “membunuh dirinya sendiri”. Ia akan mencari jalan untuk bertahan.

Analisis :

Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa adanya hal yang menujukkan tanda semiotik yaitu Rie menunjukkan sikap bijaksana yaitu Rie tahu apa yang harus ia lakukan dalam kondisi dimana ayahnya sangat keras sekali melarang Rie putrinya untuk menjauhi segala urusan bisnis sake keluarganya karena memegang tradisi pedagang orang kansai yang dimana hak seorang wanita dibatasi dalam segala hal.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Rie mengambil sikap bijak demi segala hal impiannya agar terwujud dengan langkah awal mempersiapkan pernikahan dengan suami adopsi yang sudah dipilihkan keluarganya dan ia tidak akan merelakan dirinya "membunuh dirinya sendiri seperti yang dikatakan ibunya tetap bertahan tanpa harus mengalami hal itu.

Nilai yang terdapat dari cerita novel "The Scent Of Sake" ini mengajarkan kita tentang sikap bijaksana yang sangat penting dalam kehidupan kita dalam

menghadapi segala persoalan kita harus mampu mengambil langkah dan memikirkannya secara matang tidak gegabah serta tidak egois demi memikirkan kepentingan diri sendiri tetapi memikirkan kepentingan orang-orang di sekitar kita juga.

Cuplikan 2 : (halaman 38)

“Ah maafkan aku, Kin-san. Bolehkah aku mengganggumu sebentar saja?" Rie memberi hormat, lalu duduk di tatami tepat di depan Kin.

Kin memandang ke arah Rie. "Selamat malam, O-Jasama." Kin tersenyum, giginya menyembul ke luar dari bibir bawahnya "iya, ada apa ?

Kau tahu kan, betapa sulitnya aku jika harus berbicara tentang bisnis di depan ayahku". Rie memulai .

“Ya, tampaknya memang begitu bukan ? kau tahu sebagian besar laki-laki di Nada tidak memperbolehkan para perempuan memasuki wilayah bisnis atau mengendalikan uang.”.

“Tapi aku punya ide, Kin-san” Rie mengambil kuas, menjepitnya dengan jari-jari tangan, lalu ia putar-putar. Sepertinya penting untuk terlihat seperti tidak peduli. Pengiriman sake kita ke Edo berjalan lancar, kan ?

Kin menggangguk. “Ya, mungkin malah lebih baik daripada yang kita perkirakan.”

“Bukankah ini waktu yang tepat, jika klta memperluas pengiriman kita ke Edo.Kita coba menjual, katakanlah dua puluh persen di pasar yang sedang berkembang itu. Bisakah kita mengambil keuntungan dari situ, lalu menutupi sepuluh persen pangsa pasar kita yang direbut Yamaguchi?” Rie memperhatikan Kin dengan serius.

Kin bernapas perlahan, melipat kedua lengannya ke dada lalu bersandar ke dinding sambil memejamkan mata Untuk beberapa menit, ia tidak berkata-kata.

Rie menghirup aroma ragi kesukaannya sambil menunggu respon dari Kin . Apakah Kin akan mempertimbangkan idenya atau mengabaikannya hanya karena ia seorang wanita? Atau, ia akan mengabaikannya karena ia tahu ayah Rie tidak akan mengizinkan anak perempuannya ikut campur dalam keputusan bisnis? Ric tetap menatap wajah Kin “Ayolah, ayo. Setuju”Rie bergumam dalam hatinya.

Sesaat kemudian Kin membuka matanya dan kembali menatap Rie. Ia mengangguk “Iya, mungkin saja. Yamaguchi memang telah membuat kita rugi.

Tapi, dua puluh persen... Aku tidak yakin apakah ayahmu akan setuju.”

“Oh, kalau kau setuju Oh kalau kau setuju, aku yakin kau pasti bisa mempengaruhinya. Ia selalu mengikuti pendapatmu. Ia selalu sangat menghargai pendapatmu.”

Kin menghela napasnya lagi “Iya, sekarang ini tidak hanya ayahmu.

Aku juga harus meyakinkan suamimu, Rie. Hal itu mungkin sulit.”

Rie mengetuk-ngetuk tangki kuas ke meja. “Menurutku, Jihei tidak akan keberatan dengan pendapatmu, Kin-san . Dengan pengalaman yang kau punya Jihei pasti menurut, apalagi fika kau berhasil meyakinkan ayahku juga”. Ia maju ke depan. “Kau mau kan, berbicara dengan ayahku?”

“Mungkin akan sulit, Rie.” Kin menatap wajah Rie yang penuh dengan semangat.

“Terima kasih banyak”. Aku akan datang lagi besok malam saat ayahku sudah pergi dari ruangan ini. Rie tersenyum sambil memberi hormat kepada Kin, lalu pergi ke luar ruangan. Kin bisa saja sudah menjadi sekutunya.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap bijaksana tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie dalam menggambil setiap langkah penuh sikap yang bijak dan dewas walau sedikit agak keras kepala berusaha meyakinkan Kin-san untu membicarakan hal yang sudah dibicarakannya untuk kelangsungan bisnis keluarganya.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, Rie mulai menjumpai Kin- san yang adalah juga orang keparcayaan ayahnya tetapi ia tetap menghormatinya dengan meminta izin untuk berbicara dengan Kin-san lalu dengan cara dia meyakinkan Kin-san yang juga bisa dikatakan sebagai orang yang bisa dipercaya bahkan sebagai mediator ide - ide bisnisnya, dengan sangat hati -hati agar ide scorang perempuan juga bisa dipertimbangkan dan diterima dalam hal bisnis yang selama ini telah menjadi tradisi bahwa perempuan dilarang untuk ikut campur dalam keputusan bisnis. Dengan sikap yang bijak Rie juga merespon kembali respon Kin-san yang masih ragu meyakinkan ayah dan suami Rie.

Nilai yang terdapat dari cerita novel "The Scent Of Sake" ini mengajarkan kita tetap menghormati siapapun itu dan menghargainya. Dan di kehidupan kita sering sekali pendapat kita diterima bahkan tidak diterima. Tetapi dalam cerita ini kita diajarkan tetap sabar mengambil suatu diterima hati dan cerdas untuk mencapai hal yang keputusan dan langkah dengan hati ingin kita wujudkan dan sekalipun memang tidak bisa diterima setidaknya kita juga tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih atas pertimbangan yang sudah dilakukan bukan

bersikeras agar pendapat kita harus secepatnya diterima tetapi kita harus mampu menyikapi segala hal dengan bijak.

Cuplikan 3 : (Halaman 153)

“Ayah,” kata Rie, lalu berhenti sejenak mengambil napas panjarg . “Kau tahu kan, kalau Jihei memiliki satu anak lagi dari seorang geisha. Aku tidak berhenti memikirkan hal itu sepanjang hari. Aku memikirkan apa yang sebaiknya kita lakukan.”

“lya, Rie akupun demikian.” Kinzaemon mengusap rambut tebalnya, lalu menatap Rie. “Aku belum bisa menemukan solusi untuk masalah memalukan ini. Tentu saja, anak itu sama sekali bukan tanggung jawab kita, tetapi perzinahan yang dilakukan hel cepat atau lambat akan diketahui publik. Hal itu pasti memengaruhi reputasi kita.”

“Menurutku, apa mungkin jika kita membawa anak itu ke rumah ini seperti halnya Yoshi sekalipun anak itu tidak berhak memiliki warisan ataupun tidak akan menjadi pewaris? Bisakah jika kita membesarkannya seperti anak kita sendiri, lalu Suatu hari, kita jodohkan dia dengan anak laki - laki dari keluarga pebisnis sake yang lain ? Cara itu pasti akan meningkatkan ekspansi bisnis kita di kemudian hari.”

“Hmm.” Kinzaemon menyesap sedikit sake, lalu menutup kedua matanya untuk beberapa saat. “Itu adalah ide yang menarik, Rie. Aku tidak pernah mendengar ide seperti itu selama menggeluti dunia para pebisnis sake. Mungkin hal itu bisa kita lakukan tanpa diketahui oleh masyarakat.” Ia melipat kedua lengannya, lalu meletakkannya di atas meja sambil mengerutkan dahi.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap bijaksana tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie dalam menghadapi permasalahan yang dilakukan suaminya Jihei terhadap keluarganya yang memalukan dan bahkan bisa merusak reputasi keluarga bisnis sake Omura.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Rie mengambil langkah yang tepat untuk menjadikan permasalahan sebagai keuntungan di masa depan. la tidak ingin berlarut-larut memikirkan masalah yang dibuat suaminya tetapi dia langsung memikirkan sebuah jalan keluar dan tindakan apa yang harus diambilnya. Dengan sikap bijak Rie mengambil langkah untuk mengadopsi anak hasil perselingkuhannya dengan geisha dan menjadikan mereka aset masa depan untuk keluarga Omura dengan menikahkan mercka dengan anak keluarga - keluarga pembisnis sake yang akan meningkatknn ekspansi bisnis sake White Tiger keluarga Omura.

Nilai yang terdapat dari cerita novel The Scent Of Sake" ini mengajarkan kita tetap bijak dan kritis menghadapi personlan hidup yang tidak akan pernah habis silih berganti akan datang Jika kita tidak mampu menghadapi dan menyikapi semua dengan penuh kebijakan maka kita tidak mampu bertahan dalam kehidupan ini dan menghancurkan segala impinn kita yang hendak ingin kita wujudkan.

Cuplikan 4 : (Halaman 231)

“Aku turut berduka atas apa yang dialami keluarga Yanagihara. Mereka berhenti membuat sake setelah beberapa generasi.” ujar Yoshi. “Tidak masalah untuk

memberi Simpati kepada orang lain,Yoshi” jawab Rie. “Hal ini wajar saja. Tapi, ingatlah kalau perasaan itu tidak boleh dilibatkan saat kau melakukan kesepakatan bisnis. Otakmulah yang harus menjadi acuan bukanlah perasaanmu.”

la merangkul salah satu lengan Yoshi. “Tapi, kau berhasil, selamat.” Rie merasa Jihel tidak menyadari apa yang terjadi.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap bijaksana tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie dalam kemampuannya mengajarkan dua sikap sekaligus terhadap anaknya dimana itu merupakan hal penting bagi seorang pembisnis.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Sikap Rie dalam mendidik anak-anaknya sangat disiplin dengan sikap bijak. Ia berusaha mengajarkan anaknya bersikap simpati sekaligus sikap profesionalitas seorang pembisnis dan tetap harus memiliki pandangan secara rasional.

Nilai yang terdapat dari cerita novel "The Scent Of Sake" ini mengajarkan sikap bijak dalam memberikan cara pandangan dari seorang ibu kepada anaknya dalam megajarkan sikap keprofesionalitas dan sikap bersimpati yang harus bisa dikondisikan terhadap situasi yang sesuai, jangan mengacaukan segala sesuatunya hanya karena perasaan tetapi juga harus mampu berpikir secara logis dalam memandang suatu keadaan.

Dokumen terkait