• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP NOVEL “THE SCENT OF

3.2.3 Penyayang

Cuplikan 1 : (Halaman 3)

Rie bangkit, Ia melihat ayahnya yang sedang menatap dengan tajam sambil mengerutkan kening. Sang ayah memakai kimono biru tua yang biasa digunakannya untuk bekerja. Alis matanya berwarna putih seperti bulu ayam, wajahnya tampak membeku dan sepertinya siap menunjukkan amarah. Tolong, mengertilah Ayah, Rie berbisik dalam hati. Lihatlah aku yang ingin memberikan yang terbaik untukmu dan rumah ini. Namun ia tidak bisa mengucapkan kata kata itu.Rie bangkit berdiri, lalu menunduk memberi hormat. Sambil menunduk, ia mengarahkan pandangan pada kedua kakinya. Ayahnya, Kinzaemon IX, adalah kepala Rumah Sake Omura la adalah satu-satunya tempat Rie bisa meminta bantuan di dunia ini. Kinzaemon IX mewakili keseluruhan dari sembilan generasi leluhur-sebuah garis keturunan yang panjang untuk sampai ke Rie dan ayahnya.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap penyayang tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie secara tidak langsung, namun ia sangat ingin membuat ayahnya bangga terhadapnya untuk mewujudkan impian ayahnya terhadap Rumah sake Omura.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Rie sangat menyayangi ayahnya lebih dari apapun, ia tidak sanggup melawan amarah ayahnya yang sangat menentang Rie mencampuri hal yang berhubungan dengan sake, namun Rie tidak tinggal diam dia rela berkorban demi membuat ayahnya bangga.

Rie mempelajari dan mencoba memahami dunia persakean dengan tujuan mewujudkan mimpi ayahnya.

Nilai yang terdapat dari cerita novel The Scent Of Sake" ini adalah sikap penyayang Rie terhadap orangtuanya, diapun tak pernah melawan ayahnya yang selalu memarahinya justru sikap marah ayahnya yang menentang Rie membuat Rie semakin semangat dan bertekad untuk mewujudkan semua tujuan dan mimpi ayahnya.

Cuplikan 2 : (Halaman 98)

“Festival itu luar biasa, Ibu. Seharusnya, kau datang menyaksikannya. Begitu banyak variasi bunga krisan yang dipamerkan tahun ini, “kata Rie sambil duduk untuk sarapan bersama ibunya, beberapa hari kemudian.

“ Iya sayang, aku tahu, aku ingin sekali aku ingin sekali menyaksikan festival.

Aku hanya merasa tidak terlalu sehat untuk datang ke sana kali ini. Aku rasa aku sudah mencapai umurku.”

Rie menatap ibunya dengan tajam. “Terkadang, aku ingin kau bekerja dengan keras, Ibu. Kau tahu aku bisa mengambil tanggung jawab lebih untuk mengurus kurabito sekarang. Terlalu banyak hal yang harus diingat. Untuk itu aku sudah memesan beberapa tabi yang terbuat dari karret.”

“Iya, Sayang, itu bagus sekali.” “Dan ibu harus lebih banyak makan. Ibu membutuhkan makanan selain nasi dan acar.”

Hana tersenyum. “Kau tahu betapa aku sangat narazuke, dia terbuat dari ampas sake”. Dengan sangat perlahan Hana mengambil acar dari mangkuk dengan sumpit, lalu memasukkan ke mulut. “Aku merasa makan tidak lengkap

tanpa ini, sekalipun sarapan. Dan, kita harus selalu percaya bahwa nasi adalah yang menjadikan sesuatu disebut makanan Nasi itu sakral, kau harus ingat itu.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap penyayang tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie dengan sikapnya yang memperhatikan ibunya dan bisa merasakan bahwa kesehatan ibunya menurun.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Rie sadar akan usia ibunya yang semakin menua dan kondisinya yang saat ini sedang menurun, ia memperhatikan kesehatan serta makanan ibunya dengan seksama dan rela menggantikan tanggung jawab ibunya yang kelihatannya sudah terlalu keras bekerja untuk rumah ini.

Nilai yang terdapat dari cerita novel "The Scent Of Sake" ini adalah Rie mengajarkan kita senantiasa memperhatikan orangtua kita selalu, memberikan ruang dan waktu untuk tetap bisa saling berkomunikasi satu sama lain. Rie juga rela mengemban tanggung hjawab ibunya, Rie tidak tega melihat ibunya untuk bekerja terlalu keras lagi.

Cuplikan 3 : (Halaman 289)

Rie duduk di samping Yoshitaro di depan barisan para pembuat sake yang mengenakan kimono hitam bersama istri-istri mereka. Seorang pendeta Budha merapal mantra dengan suara yang berat dan dalam. Lalu, ia mengucapkan mantra dengan myaring dan serempak. Asap dupa membubung di udara. Lampu-

lampu berkedip dari balik soji yang mengaburkan cahaya dari butsudan. Rie duduk dengan tegap menghadap ke depan Wajahnya tampak sangat tenang. Dari sudut matanya, ia bisa melihat kalau Yoshitaro juga duduk dengan tenang seperti dirinya. Begitu pula, anak-anak perempuan yang ada di belakang, mereka semua tenang dan tidak ada satu pun yang menitikkan air mata. Rie merasa terhormat saat ia menata kelima orang anaknya vang telah ia besarkan dengan penuh perhatian. Pernikahannya dahulu tidaklah sepenuhnya bencana. Pernikahan itu telah membuatnya memiliki kelima arang anak yang membanggakan ini .

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa adanya tanda semiotik sikap penyayang tokoh utama yang ditunjukkan oleh Rie terhadap anak - anaknva tanpa membeda-bedakannya antara anak kandung maupun anak adopsi. Semua terawat dengan baik, penuh perhatian dan disiplin.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, bahwa Rie memberikan perhatian terhadap anak-anaknya selama ini hingga mereka berturnbuh dewasa. la merasa bangga terhadap kelima anaknya yang sangat Rie sayangi yang ia didik secara baik hingga merela semua bertumbuh dewasa.

Nilai yang terdapat dari cerita novel "The Scent Of Sake" ini adalah Rie mengajarkan kita lagi sikap menyayangi orang - orang disekitar kita. Rie berfikir secara rasional bahwa anak - anak tersebut tidak memilih bagimana ia dilahirkan tetapi Rie mengajarkan kita mendidik anak-anak baik kandung maupun adopsi sama rata dengan sikapnya yang tegas, disiplin dan penyayang.

Dokumen terkait