• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bingkai Berita V Edisi 15 Mei 2019, “Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh”

BAB V: ANALISIS DATA

B. Teori Kontruksi Realitas Sosial Media Massa Peter L. Berger

5. Bingkai Berita V Edisi 15 Mei 2019, “Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh”

a. Sintaksis

Tabel 4.17 : Sintaksis Berita V

Struktur Unit Teks Berita

Sintaksis Headline Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh

Lead Yayasan Lembaga Bantuan Hukum

Indonesia bersama Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak

Kekerasan melaporkan bukti

kekerasan aparat kepolisian pada aksi peringatan hari buruh internasional di Bandung pada 1 Mei 2019 lalu kepada Komnas HAM.

Latar Informasi

Isnur mengatakan pihaknya dan KontraS mulai bergerak mencari bukti kekerasan aparat itu sejak 1 Mei 2019. Hingga saat ini jumlah pelapor korban kekerasan baru mencapai 50 orang. "Kami kesulitan. Korban ketakutan untuk melapor. Mereka dikejar-kejar, di-sweeping ke rumah-rumah. Mereka takut keluar rumah, takut melihat polisi, orang berbaju hitam, takut lewat

91

jalan tempat dia terkena kekerasan. Kami berharap ketika lembaga negara yang turun, akan mendapatkan jaminan yang lebih pasti," kata Isnur. Kutipan "Terdiri dari 326 orang dewasa, 293

anak di bawah umur, 14 perempuan serta kekerasan terhadap 2 jurnalis," kata Muhammad Isnur, Ketua Bidang Advokasi YLBHI di Komnas HAM.

"Kami kesulitan. Korban ketakutan untuk melapor. Mereka dikejar-kejar, di-sweeping ke rumah-rumah. Mereka takut keluar rumah, takut melihat polisi, orang berbaju hitam, takut lewat jalan tempat dia terkena kekerasan. Kami berharap ketika lembaga negara yang turun, akan mendapatkan jaminan yang lebih pasti," kata Isnur.

"Massa aksi dipukuli, ditelanjangi, disemprotkan cat semprot ke tubuhnya, disiram air, dan disuruh jalan jongkok dan berguling ketika sampai di halaman Polrestabes Bandung. Ini perlakuan yang keji

92

terhadap harkat martabat manusia," kata Isnur.

"Ada di KUHP. Kalau ada tindakan

pidana silahkan dilakukan

penyelidikan, silahkan tangkap tangan. Tidak bisa penangkapan dengan dipukuli, disiram lem fox, dipilox, ditelanjangi. Enggak boleh polisi melakukan itu. Ada peraturan Kapolri tentang implementasi HAM 8 tahun 2008. Itu melanggar prinsip UUD 1945," katanya.

Pernyataan YLBHI dan KontraS mengatakan berdasarkan hasil investigasi, aparat kepolisian melakukan penangkapan terhadap massa aksi hari buruh yang mencapai 619 orang.

Isnur mengatakan pihaknya dan KontraS mulai bergerak mencari bukti kekerasan aparat itu sejak 1 Mei 2019. Hingga saat ini jumlah pelapor korban kekerasan baru mencapai 50 orang. Lebih lanjut, Isnur mengatakan

93

pihaknya masih belum mengetahui motif kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian itu. Penangkapan itu menurutnya juga tak sesuai SOP. Penutup Lebih lanjut, Isnur mengatakan

pihaknya masih belum mengetahui motif kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian itu. Penangkapan itu menurutnya juga tak sesuai SOP. "Ada di KUHP. Kalau ada tindakan pidana silahkan dilakukan penyelidikan, silahkan tangkap tangan. Tidak bisa penangkapan dengan dipukuli, disiram lem fox, dipilox, ditelanjangi. Enggak boleh polisi melakukan itu. Ada

peraturan Kapolri tentang

implementasi HAM 8 tahun 2008. Itu melanggar prinsip UUD 1945," katanya.

Pada tabel 4.17 diatas tampak bahwa Tempo.co memframe pemberitaan ini dengan melihat bahwa ada kekerasan dalam penanganan yang dilakukan Polisi terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme. Headline berita Tempo.co pada 15 Mei 2019, “Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh”, dengan menekankan Polisi sebagai pelaku kekerasan yang

94

dilaporkan ke sebuah lembaga mandiri di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga Negara lainnya dengan fungsi melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia.

Pembentukan bingkai ini menggunakan what lead. Dari lead menunjukan bahwa Tempo.co ingin menggiring pembaca untuk mengetahui persoalan utama bahwa Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI) dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) melaporkan kepolisian telah melakukan tindak kekerasan pada aksi peringatan Hari Buruh Internasional di Bandung.

Selanjutnya, pada tabel 4.17 juga menunjukan kutipan narasumber yang menjadi pokok pemberitaan ini. Kutipan itu merujuk pada Muhammad Isnur selaku Ketua Bidang Advokasi YLBHI yang menjelaskan kekerasan yang dilakukan kepolisian terhadap massa aksi serta terhadap 2 jurnalis. Dia juga mengatakan perlakuan keji terhadap harkat martabat manusia seperti dipukuli, ditelanjangi, disemprotkan cat semprot ke tubuhnya, disiram air, dan disuruh jalan jongkok dan berguling ketika sampai di halaman Polrestabes Bandung. Isnur juga mengatakan korban mengalami ketakutan dan trauma yang sangat mendalam setelah ditindak oleh pihak kepolisian. Lebih lanjut, Isnur mengatakan pihaknya masih belum mengetahui motif kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian itu. Penangkapan itu menurutnya juga tak sesuai SOP. Tidak bisa penangkapan dengan dipukuli, disiram lem fox, dipilox,

95

ditelanjangi. Ada peraturan Kapolri tentang implementasi HAM 8 tahun 2008. Bahwa itu semua melanggar prinsip UUD 1945.

Dalam teks berita diatas, pernyataan narasumber yang digunakan Tempo.co hanya Muhammad Isnur selaku Ketua Bidang Advokasi di YLBHI. Pemilihan Isnur sebagai narasumber tunggal, tentu menjadi pertimbangan kuat Tempo.co, Isnur dianggap cukup tepat untuk menjadi narasumber tunggal melalui pendapat-pendapatnya sesuai dengan jabatannya yakni Ketua Bidang Advokasi.

“Berpendapat kan semua orang boleh, kecuali melanggar hukum ya ditangkap gapapa karena itu tugas pemerintah, tapi selama ia menyuarakan pendapatnya, selama dia tidak melakukan aksi keji seharusnya pemerintah tidak membungkam suara mereka. Memetakan setiap gerakan memang tugas pemerintah. Yang kita tolak reaksi pemerintah yang menggunduli itu untuk apa. Lebih baik dibawa keranah hukum, kalau melihat salah atau tidak ya lihat di persidangan. Kasus-kasus seperti itulah yang kita kawal, seperti si pembawa bendera luthfi yang terus kita dukung, karena mempunyai hak untuk bersuara di negeri ini, jangan sampai menjadi korban arogansi pemerintah.”7 Pada bagian penutup dipaparkan oleh pernyataan Muhammad Isnur selaku Ketua Bidang Advokasi di YLBHI yang masih belum mengetahui motif kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian itu.

7 Wawancara pribadi dengan Juli Hantoro, Kepala Redaksi Bagian Nasional dan Hukum Tempo.co, Tanggal 18 Februari 2019 di Gedung Tempo Lt.5 Pukul 14.30 WIB

96 b. Skrip

Tabel 4.18 : Skrip Berita V

Struktur Unit Teks Berita

Skrip 5W + 1H

What (Apa yang terjadi)

Yayasan Lembaga Bantuan

Hukum Indonesia bersama Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan melaporkan bukti kekerasan aparat kepolisian pada aksi peringatan hari buruh internasional di Bandung pada 1 Mei 2019 lalu kepada Komnas HAM.

Who (Siapa yang menjadi narasumber)

Muhammad Isnur, Ketua Bidang Advokasi YLBHI Where (Dimana keterangan tersebut disampaikan) Komnas HAM When (Kapan keterangan tersebut disampaikan) Rabu, 15 Mei 2019

97 Why (Mengapa Polisi dilaporkan ke Komnas HAM)

Kepolisian melakukan intimidasi secara verbal dan non verbal. Massa aksi dipukuli, ditelanjangi, disemprotkan cat semprot ke tubuhnya, disiram air, dan disuruh jalan jongkok dan berguling ketika sampai di halaman Polrestabes Bandung. Ini perlakuan yang keji terhadap harkat martabat manusia How

(Bagaimana menangani kasus ini)

"Kami kesulitan. Korban ketakutan untuk melapor. Mereka dikejar-kejar, di-sweeping ke rumah-rumah. Mereka takut keluar rumah, takut melihat polisi, orang berbaju hitam, takut lewat jalan tempat dia terkena kekerasan. Kami berharap ketika lembaga negara yang turun, akan mendapatkan jaminan yang lebih pasti," kata Isnur.

Dalam pemberitaan tersebut Tempo.co menampilkan semua unsur 5W+1H, apalagi dengan menekankan permasalahan yang terjadi pada unsur why. Dalam unsur why, Tempo.co mengarahkan pembaca untuk memahami situasi yang terjadi bahwa kepolisian melakukan penangkapan tidak sesuai dengan SOP. Tempo.co ingin menampilkan bahwa aparat kepolisian banyak melakukan

98

kekerasan dan bukti-bukti kekerasan itu dikemukakan berdasarkan hasil investigasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan.

c. Tematik

Tabel 4.19 : Tematik Berita V

Struktur Unit Teks Berita

Tematik Detail Massa aksi dipukuli, ditelanjangi, disemprotkan cat semprot ke tubuhnya, disiram air, dan disuruh jalan jongkok dan berguling ketika sampai di halaman Polrestabes Bandung.

Koherensi YLBHI dan KontraS mengatakan berdasarkan hasil investigasi, aparat kepolisian melakukan penangkapan terhadap massa aksi hari buruh yang mencapai 619 orang.

Selain penangkapan yang tidak sesuai

dengan SOP, dalam laporannya, YLBHI dan KontraS menemukan bukti pihak kepolisian melakukan intimidasi secara verbal dan non verbal.

Kata Ganti

Mereka dikejar-kejar, di-sweeping ke

99

rumah, takut melihat polisi, orang berbaju hitam, takut lewat jalan tempat dia terkena kekerasan.

Dari tabel 4.19 diatas, elemen detail dijelaskan dengan mengutip pernyataan Isnur yang mengungkapkan bahwa ini adalah perlakuan yang keji terhadap harkat martabat manusia. Pernyataan tersebut dipaparkan dengan data-data yang ia miliki dalam kutipan berikut.

"Massa aksi dipukuli, ditelanjangi, disemprotkan cat semprot ke tubuhnya, disiram air, dan disuruh jalan jongkok dan berguling ketika sampai di halaman Polrestabes Bandung. Ini perlakuan yang keji terhadap harkat martabat manusia," kata Isnur.

Detail yang ditampilkan Tempo.co pada pemberitaan ini memberikan penonjolan bahwa kepolisian adalah pelaku kekerasan terhadap massa aksi hari buruh 2019, bahkan korban dari tindak kekerasan aparat kepolisian tersebut mengalami ketakutan yang mendalam. Tempo.co menggiring pembaca dengan memaparkan data-data yang disampaikan oleh YLBHI dan KontraS melalui Muhammad Isnur selaku Ketua Advokasi YLBHI, keberadaan data tersebut tentu menjadi acuan yang jelas bagi pembaca untuk melihat pelanggaran yang dilakukan oleh kepolisian terhadap peraturannya sendiri tentang Implementasi HAM 8 tahun 2008.

Pada teks berita di atas, Tempo.co meletakan koherensi penjelas dengan penggunaan ”dan”, “yang”, dan “dengan”.

100

Kata ganti dalam kalimat ini ditemukan pada paragraph ketiga,

Mereka dikejar-kejar, di-sweeping ke rumah-rumah. Mereka takut

keluar rumah, takut melihat polisi, orang berbaju hitam, takut lewat jalan tempat dia terkena kekerasan. Dalam hal ini, “Mereka” ditunjukan kepada massa aksi hari buruh dan korban kekerasan aparat kepolisian.

d. Retoris

Tabel 4.20 : Retoris Berita V

Sttruktur Unit Teks Berita

Retoris Leksikon Investigasi, Intimidasi

Grafis Foto Polisi mengejar demonstran massa aksi Hari Buruh

Penggunaan leksikon pada teks berita diatas yang ditampilkan Tempo.co adalah investigasi dan intimidasi. Investigasi artinya penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan. Penggunaan kata investigasi merupakan ungkapan dari YLBHI dan juga KontraS dalam menemukan hasil dari sebuah fakta yang didapatkan terkait penangkapan massa aksi hari buruh.

Intimidasi ialah tindakan menakut-nakuti, terutama untuk

memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu.. Dalam penggunaan kata intimidasi merupakan bukti temuan dari YLBHI dan KontraS bahwa kepolisian melakukan intimidasi secara verbal dan non verbal.

101

Tempo.co menampilkan foto anggota kepolisian yang mengejar dan menangkap kerumunan massa aksi hari buruh di Bandung.

102 BAB V PEMBAHASAN

A. Teks Berita Tempo.co

Media memiliki perspektif atau cara pandang yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang akan diambil dan bagian mana yang tidak ditampilkan. Penelitian ini penulis menggunakan metode Analisis Framing. Seperti yang telah dipaparkan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, bahwa terdapat empat struktur yang merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa yang dapat diamati dari keempat struktur tersebut yaitu, sintaksis (cara wartawan menyusun kata), skrip (cara wartawan mengisahkan kata), tematik (cara wartawan menuliskan fakta), dan retoris (cara wartawan menekankan fakta).

1. Berita Judul : ICJR Kritik Polri Tangani Kelompok Anarko Sindikalisme. (edisi 03 Mei 2019)

a. Struktur Sintaksis

Dalam analisis level struktur sintaksis pada pemberitaan diatas, dari judul berita sudah jelas bahwa Tempo.co memberitakan Polri yang gagal menangani kelompok Anarko Sindikalisme melalui kritikan Institute for Criminal Justice Reform (ICJR). Tempo.co menceritakan bagaimana pelanggaran yang dilakukan Polri dalam melakukan penanganan.

103

Pada berita ini ini berisikan narasumber dari Peneliti ICJR yang memaparkan kepada masyarakat perihal kepolisian yang tidak berpedoman kepada istrumen KUHAP dalam menangani.

Penggunaan sudut pandang serta pernyataan dari pihak ICJR sebagai salah satu sumber berita, memperkuat indikasi bahwa berita ini ditulis untuk melihat perilaku tidak terpuji dari Polri terkait tindakan kekerasan.

b. Struktur Skrip

Unsur why dalam berita ini didasarkan pada pernyataan Madina Rahmawati bahwa terdapat pelanggaran pada tindakan Polri. Dari pernyataan tersebut jelas wartawan menekankan kepolisian harus berpedoman pada instrument KUHAP dalam menangani kasus.

c. Struktur Tematik

Secara tematik, berita ini hanya mengusung satu tema bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian tidak sesuai dengan prosedur. Wartawan bermaksud menyampaikan pernyataan peneliti ICJR dengan memberikan keterangan yang lengkap kepada pembaca.

d. Struktur Retoris

Secara retoris, berita ini berupaya membangun citra yang buruk dari Polri, bahwa tindakan yang dilakukan kepada kelompok Anarko Sindikalisme dan massa aksi

104

buruh lainnya adalah sebuah realitas yang dapat terjadi kapan saaja yang didasari oleh kepentingan Negara.

2. Berita Judul : Dosen UGM Kritik Polri Soal Penanganan Gerakan Anarko Sindikalis. (edisi 04 Mei 2019)

a. Struktur Sintaksis

Dengan mengamati judul dan lead saja, sudah terlihat gambaran bahwa berita ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa segala hal yang dilakukan oleh Polri di kritik oleh Dosen UGM.

Penggunaan sudut pandang Dosen UGM sebagai satu-satunya sumber berita, Tempo.co ingin menggambarkan kritikan dari Dosen Sosiologi UGM terhadap tindakan polri yang sangat berlebihan.

b. Struktur Skrip

Dengan memperhatikan struktur skrip, berita ini tidak memenuhi kelengkapan unsur where, sebuah kekurangan dalam penulisan sebuah berita. Memberitakan hanya menggunakan pernyataan Widyanta selaku Dosen UGM, memperlihatkan bahwa artikel berita ini merupakan upaya penyampaian seorang akademisi kepada publik.

c. Struktur Tematik

Secara tematik, berita ini berupaya untuk memberikan gambaran Polri sebagai sosok yang sangat berlebihan yang ingin melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam menangani kelompok ini. Pernyataan Widyanta yang kontra

105

terhadap tindakan Polri dimulai dari paragraph pertama sampai paragraph penutup.

d. Struktur Retoris

Di struktur retoris terlihat upaya menegaskan kepada pembaca bahwa menurut Widyanta, Polri ingin mereproduksi gerakan ini seperti hantu baru, serupa dengan stigma komunisme tahun 60an,

3. Berita Judul : Pengamat: Aktivis Anarko Sindikalis Dari Kalangan Terdidik. (edisi 05 Mei 2019)

a. Struktur Sintaksis

Pada struktur sintaksis, dapat dilihat bahwa dalam berita ini memasukan pengamat untuk memberikan keterangan, seperti yang terlihat pada judul. Dalam berita ini memasukan kutipan sumber dari pengamat, yaitu AB. Widyanta.

Penggunaan sudut pandang serta pernyataan dari pengamat sebagai salah satu sumber berita, memperkuat bahwa berita ini ditulis untuk melihat status pendidikan yang ditempuh oleh Kelompok Anarko Sindikalisme.

b. Struktur Skrip

Jika meninjau struktur skrip berita ini, terlihat bahwa tidak terdapat unsur where yang seharusnya menjadi pelengkap sebuah berita. Pada struktur skrip, unsur yang paling kuat adalah unsur why yang diambil dari pernyataan Widyanta yang menjelaskan titik pertumbuhan gerakan ini

106

diwilayah urban ddan industrial. Dalam berita ini Tempo.co menekankan kata ‘terdidik’ yang terdapat pada judul berita yang memiliki arti telah menyelesaikan sekolahnya dan mendapatkan gelar. Jadi dalam berita ini Tempo.co terlihat ingin menggambarkan bahwa Anarko Sindikalisme sedikit memungkinkan untuk melakukan sesuatu tindakan yang kriminal atau melanggar hukum.

c. Struktur Tematik

Secara keseluruhan, berita ini hanya mengusung satu tema yaitu bahwa Anarko Sindikalisme nyatanya bukan seperti apa yang pemerintah sampaikan demi menciptakan phobia baru terhadap kelompok ini.

Di sini dapat kita lihat kembali dengan jelas bahwa wartawan bermaksud menyampaikan pernyataan Widyanta kepada pembaca.

d. Struktur Retoris

Di struktur retoris terlihat upaya kepada untuk menegaskan kepada pembaca bahwa menurut Widyanta Anarko Sindikalisme banyak diikuti kalangan muda yang aktif dalam aktivitas seni, dan dalam diri mereka tertatnam jiwa perjuangan sosok Wiji Thukul, munir dan sosok lain yang hilang bahkan dibunuh oleh penguasa.

4. Berita Judul : Aktivis Anarko Sindikalis Sebut Corat-coret SLB Tak Sesuai Tujuan. (edisi 07 Mei 2019)

107

Pada struktur sintaksis, dalam berita ini Tempo.co mengutip dari pernyataan dari salah satu aktivis Anarko Sindikalis yang tidak disebutkan namanya. Dalam berita ini, Tempo.co menampilkan pemberitaan dari sudut pandang kelompok Anarko Sindikalisme yang tidak mungkin dilakukan oleh media lainnya.

b. Struktur Skrip

Unsur what dalam berita ini didasarkan pada pernyataan aktivis Anarko Sindikalisme bahwa tindakan corat-coret bukan tujuan dari kelompok ini. Keterlibatan kelompok ini di masyarakat sering membantu bersama masyarakat yang terlibat konflik agrarian dan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh Negara.

c. Struktur Tematik

Secara tematik, berita ini berupaya memberi gambaran aktivitas Anarko Sindikalisme bukan semata-mata untuk melakukan vandalisme yang diberitakan di berbagai media. Penekanan kata ‘tak sesuai’ bahwa tindakan corat-coret SLB itu bukan bagian dari rencana dalam menjalankan aksi May Day.

d. Struktur Retoris

Di struktur retoris terlihat upaya penekanan bahwa tindakan corat-coret sangat kontraproduktif dari tujuan kelompok ini menurut aktivis Anarko Sindikalisme yang namanya tidak disebutkan oleh Tempo.co.

108

5. Berita Judul : Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh. (edisi 15 Mei 2019)

a. Struktur Sintaksis

Pada struktur sintaksis, dapat dilihat bahwa dalam berita ini memasukan pihak dari YLBHI dan KontraS untuk memberikan keterangan. Dalam berita ini wartawan memasukan kutipan narasumber dari pihak YLBHI dan KontraS, yaitu Muhammad Isnur.

Penggunaan sudut pandang serta pernyataan dari YLBHI dan KontraS sebagai salah satu sumber berita, memperkuat indikasi bahwa berita ini ditulis untuk melihat perkembangan dari kepolisian terkait kekerasan terhadap massa aksi hari buruh 2019.

b. Struktur Skrip

Frame Tempo.co pada tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap kelompok Anarko Sindikalisme diwujudkan dengan bagaimana Tempo.co mengisahkan penderitaan yang dirasan oleh massa aksi hingga mengalami trauma mendalam. Kemudian, bagaimana peristiwa terjadi (skrip). Wartawan menuliskan berita fakta apa yang terjadi agar pembaca mengetahui kisah faktanya, dengan memberikan kelengkapan unsur-unsur berita 5W+1H dalam berita tersebut.

c. Struktur Tematik

Secara tematik, paragraph demi paragraph berita ini hanya mengusung satu ide saja, yaitu tindakan represif yang

109

dilakukan oleh kepolisian. Dalam pemberitaan ini, wartawan memasukan berbagai tindakan keji dari polisi yang dituliskan dalam berita ini, berupaya untuk memposisikan kepolisian sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas tindakan yang telah diperbuat.

d. Struktur Retoris

Penggunaan kata ‘intimidasi’ secara konotatif menyiratkan makna perlakuan yang menekan dan memaksa untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi trauma. Tempo.co menekankan bahwa kepolisian sebagai lembaga yang harusnya mematuhi SOP dalam melakukan tindakan apapun.

B. Tahapan Konstruksi Sosial Tempo.co dalam memberitakan