• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di Tempo.co.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di Tempo.co."

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme

Pada Hari Buruh 2019 Di Tempo.co

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Bintang Raya Hanzari

NIM : 11150510000080

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/ 1441 H

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Bintang Raya Hanzari. Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di Tempo.co

Kehadiran Anarko Sindikalisme dalam perayaan Hari Buruh 2019 ramai menjadi sorotan media massa karena dianggap sebagai kelompok perusuh dan penyusup dalam momentum May Day. Stigma negatif yang dilontarkan berbagai media kepada kelompok Anarko Sindikalisme membuat Pemerintah melakukan tindakan berlebihan dalam menangani kelompok ini. Tempo.co merupakan media online yang aktif memberitakan isu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Lembaga Pengamanan Negara dalam menangani Kelompok Anarko Sindikalisme pada Hari Buruh 2019.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana Tempo.co membingkai pemberitaan dan konstruksi realitas sosial pembingkaian berita salah pengananan Lembaga Pengamanan Negara terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan paradigma konstruktivis. Adapun metode analisis yang digunakan adalah framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing tersebut menggunakan empat struktur dalam membedah teks yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Teori yang digunakan ialah teori konstruksi realitas sosial yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan bahwa konstruksi media massa atas realitas sosial melihat bagaimana realitas dipandang oleh individu secara subjektif.

Dari metode analisis di atas, hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara garis besar Tempo.co mendukung segala bentuk gerakan dan perjuangan yang dilakukan Anarko Sindikalisme. Terlihat dari pemberitaan yang mengkritik tindakan aparat kepolisian terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme dan Tempo.co juga memberitakan ideologi Anarko Sindikalisme beserta gerakan mereka yang terlibat aktif membantu masyarakat dalam berbagai konflik agraria dan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh Negara.

Kata kunci: Anarko Sindikalisme, Salah Penanganan, Tindakan Kekerasan, Framing, Tempo.co

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya yang begitu banyak, sehingga dengan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah seperti saat ini.

Begitu banyak kesan dan manfaat yang didapat oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga mendapatkan pelajaran berharga. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, yaitu bunda Ermi dan ayahanda Helwanda yang telah memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang taka da hentinya untuk penulis. Semoga Allah mangampuni kesalahan beliau, memberikan kesehatan dan umur panjang, senantiasa dalam lindungan Allah SWT serta diberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis juga mendapat banyak bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vi

2. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Nour M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Kholis Ridho M.Si selaku Ketua Program Studi Jurnalistik, serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekretaris Program Studi Jurnalistik.

4. Terima Kasih banyak kepada Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi banyak pelajaran, serta menyemangati penulis dengan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Tempo.co yang telah membantu penulis. Mas Juli Hantoro yang bersedia meluangkan waktunya untuk wawancara.

(8)

vii

8. Saudara kandung penulis, Nugraha Robby Hamnas dan Puteri Amanda yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

9. Kepada Salsabila Azhar S.Sos yang setiap waktu selalu ada dan memberi dukungan yang tidak pernah putus. Terima kasih selalu menjadi pendengar yang baik dari awal pembuatan skripsi hingga skripsi ini selesai.

10. Untuk kerabat kosan Squad Berkeringat, terimakasih telah mengajarkan kebersamaan dan hidup sehat dalam perjalanan kuliah ini.

11. Untuk Kanda Melqy dan Rhomadhino yang mendukung penuh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Untuk teman-teman Available, terkhusus Addin dan Nurkomariah yang bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2015, terimakasih atas waktu yang telah kita habiskan bersama di masa perkuliahan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

(9)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerangan bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 3 Mei 2020

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PESETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Tinjauan Pustaka ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 21

A. Teori Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 21

1. Analisis Framing ... 21

2. Analisis Framing Pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 22

3. Perangkat Framing ... 24

B. Teori Konstruksi Realitas Peter L. Berger ... 28

(11)

x

1. Media Online ... 35

2. Jurnalistik Online ... 36

3. Bingkai Media ... 37

D. Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM ... 40

A. Sejarah Tempo.co ... 40

B. Visi Misi Tempo.co ... 43

BAB IV TEMUAN DATA ... 45

1. Berita Edisi 03 Mei 2019 ... 45

2. Berita Edisi 04 Mei 2019 ... 55

3. Berita Edisi 05 Mei 2019 ... 68

4. Berita Edisi 07 Mei 2019 ... 78

5. Berita Edisi 15 Mei 2019 ... 90

BAB V PEMBAHASAN ... 102

A. Teks Berita Tempo.co ... 102

1. Berita Judul : ICJR Kritik Polri Tangani Kelompok Anarko Sindikalisme ... 102

2. Berita Judul : Dosen UGM Kritik Polri Soal Penanganan Gerakan Anarko Sindikalis ... 104

3. Berita Judul : Pengamat: Aktivis Anarko Sindikalis Dari Kalangan Terdidik ... 105

4. Berita Judul : Aktivis Anarko Sindikalis Sebut Corat-coret SLB Tak Sesuai Tujuan ... 106

5. Berita Judul : Polisi Dilaporkan Ke Komnas HAM Terkait Kekerasan Di Hari Buruh... 108

(12)

xi

B. Tahapan Konstruksi Sosial Tempo.co dalam memberitakan salah penanganan Lembaga Pengamanan Negara terhadap

Kelompok Anarko Sindikalisme ... 109

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi ... 109

2. Tahap Sebaran Konstruksi ... 111

3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas ... 112

4. Tahap konfirmasi ... 113 C. Interpretasi ... 114 BAB VI PENUTUP ... 125 A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN ... 131

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Wacana dan Perangkat Framing (Dikutip dari

Nugroho, dkk, 1999) ... 24

Tabel 4.1 Sintaksis Berita I ... 45

Tabel 4.2 Skrip Berita I ... 50

Tabel 4.3 Tematik Berita I ... 52

Tabel 4.4 Retoris Berita I ... 54

Tabel 4.5 Sintaksis Berita II ... 55

Tabel 4.6 Skrip Berita II ... 62

Tabel 4.7 Tematik Berita II ... 64

Tabel 4.8 Retoris Berita II ... 68

Tabel 4.9 Sintaksis Berita III ... 68

Tabel 4.10 Skrip Berita III ... 73

Tabel 4.11 Tematik Berita III ... 75

Tabel 4.12 Retoris Berita III ... 78

Tabel 4.13 Sintaksis Berita IV ... 78

Tabel 4.14 Skrip Berita IV ... 85

Tabel 4.15 Tematik Berita IV ... 87

Tabel 4.16 Retoris Berita IV ... 89

Tabel 4.17 Sintaksis Berita V ... 90

Tabel 4.18 Skrip Berita V ... 96

Tabel 4.19 Tematik Berita V ... 98

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hari Buruh pada umumnya dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Sejak abad ke-19, May Day lebih identik dengan hari solidaritas dan protes kaum pekerja. Sejarah nya tidak terlepas dari perjuangan kelas buruh dalam menuntut 8 jam kerja perhari. Abad ke-19 adalah periode di mana kelas buruh diperhadapkan pada kenyataan bahwa dari 24 jam sehari, mereka rata-rata bekerja 18 sampai 20 jam. Tak pelak lagi bahwa tuntutan yang diajukan adalah memperpendek jam kerja. Perjuangan menuntut 8 jam kerja ini diawali oleh kaum buruh di Amerika Serikat pada tahun 1884, yang berbuntut pada penyerangan yang dilakukan kepolisian.1

Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei. Empat orang demonstran meninggal, setidaknya seratusan lainnya terluka dalam baku tembak dan kekacauan yang dikemudian hari kita kenal sebagai Haymarket Affair, kejadian ini lalu dianggap sebagai loncatan monumental gerakan buruh bukan saja di amerika serikat namun juga seluruh dunia, yang kemudian kita rayakan setiap tahunnya lewat

1 Alexander Trachtenberg, The History Of May Day, (New York: Union

(16)

2

parade-parade dan ritual penghormatan bertajuk Hari Buruh Internasional.

Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Kongres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions, yakni Federasi Perdangangan Terorganisir dan Serikat Buruh Amerika Serikat dan Kanada. Selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, penetapan ini juga memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 18722, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Pemberitaan media yang memberi highlight berlebih pada latar belakang imigran para anarkis memancing sentimen-sentimen xenofobia dan rasisme, memulai apa yang kemudian oleh sejarah disebut The First Red Scare3 di tanah Amerika, grup-grup radikal

didiskriminasi, komunitas imigran terutama pekerja-pekerja jerman dan bohemian di chicago dicurigai dan menjadi target kebencian rasial dan sentimen anti-imigran, sentimen anti-pekerja dan anti-serikat juga

2 Alexander Trachtenberg, The History Of May Day, h 5-6

3 Ketakutan Merah (bahasa Inggris: Red Scare) adalah promosi perebakan

ketakutan oleh masyarakat atau negara tentang kebangkitan potensial komunisme, anarkisme atau sayap kiri radikal. Istilah tersebut paling sering dipakai untuk merujuk dua periode dalam sejarah Amerika Serikat dengan nama ini. Ketakutan Merah Pertama (bahasa Inggris: First Red Scare), terjadi tak lama setelah Perang Dunia I, melibatkan tentang sebuah ancaman dari gerakan buruh Amerika, revolusi anarkis dan radikalisme politik. Ketakutan Merah Kedua (bahasa Inggris: Second Red Scare), yang terjadi tak lama setelah Perang Dunia II, menyikapi para komunis dalam atau luar negeri dengan menginfiltrasi atau mensubversikan masyarakat AS atau pemerintah federal. Lihat, Paul Avrich, The Heymarket Tragedy, (New Jersey: Princeton University Press, 1984), h.215

(17)

3

memuncak karena dianggap menyebar ide-ide sosialis yang tidak-demokratis dan merusak stabilitas sosial. Namun, yang boleh dikatakan menggelikan, kutukan dan sumpah serapah tidak hanya keluar dari mulut-mulut para pemangku kuasa dan masyarakat penikmat kenyamanan, tapi juga dari sesama kelas pekerja dan serikat-serikatnya. Serikat-serikat moderat dengan cekatan berkelit dan menolak diasosiasi dengan gerakan-gerakan anarkis dan taktik kekerasan, menyebut pemboman tersebut dan taktik-taktik kekerasan sebagai self-defeating, menodai dan sungguh merugikan gerakan perjuangan kelas pekerja.

Dalam bukunya “Konstruksi Realitas Politik Dalam Media”, Ibnu Hamad menyatakan bahwa bahasa merupakan unsur utama dalam proses kontruksi realitas. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Jika diperhatikan, seluruh isi media baik media cetak ataupun media elektronik disajikan menggunakan bahasa.4

Perayaan May Day 2019 banyak dihadirkan oleh Kelompok Anarko-Sindikalisme, yakni varian dari paham Anarkisme yang memperjuangkan hak-hak buruh. Akan tetapi, tak luput pula berbagai media yang seakan-akan membuat persepsi menakutkan dengan adanya kelompok ini. Disebut sebagai kelompok penyusup dan kelompok berpakaian hitam, kelompok ini kemudian seakan-akan menjadi phobia baru dan sosok yang menyeramkan dalam pemberitaan berbagai media. Padahal, para anarkis inilah yang sebenarnya kelompok martir dalam sejarah perjuangan May Day.

4 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Yayasan

(18)

4

Pro dan kontra juga banyak terlihat dari pemberitaan-pemberitaan di berbagai media khususnya media online, karena saat ini media online merupakan salah satu media yang paling cepat dalam penyampaian informasi ke masyarakat. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstuksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena adanya subjektifitas wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Pandangan-pandangan tersebut akhirnya memunculkan banyaknya pemberitaan yang berbeda disetiap media, seperti yang terlihat dalam media online Tempo.co mengenai Kelompok Anarko Sindikalisme.

Semua isi pesan yang terkandung dalam media massa tersebut, ketika sampai pada masyarakat akan dapat merubah dan membentuk sikap, pikiran dan perilaku masyarakat terhadap sesuatu yang sedang dialaminya. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan oleh media massa harus dibuat sedemikian rupa agar fungsi media dapat tersampaikan dengan baik. Sehingga peran media sebagai perantara pengalih kesadaran masyarakat yang pada akhirnya dapat membuat manusia tidak selalu memikirkan pada kepentingan dirinya saja. Menyadari media online sangat berpengaruh besar sebagai sarana komunikasi serta dapat berperan sebagai persuasi beberapa lapisan masyarakat, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai momentum dalam memberikan informasi dan pengaruh yang seluas-luasnya secara terus menerus kepada Masyarakat.

Salah satu media besar yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia adalah Tempo.co. Media daring tersebut sudah dikenal

(19)

5

banyak masyarakat dan menjadi salah satu media yang paling banyak diakses oleh pembacanya.

Setiap media massa memiliki sikap yang tercermin dari visi dan misi perusahaan media tersebut. Yang pada akhirnya akan terlihat dari produk kualitas yang dihasilkan. Tempo.co terlahir dari kalangan aktifis. Tempo.co pada tahun 2018 mendapatkan Penghargaan Uni Eropa dalam rangka merayakan Hari Pers, kepada dua wartawan Tempo penghargaan itu diberikan karena dinilai telah berkontribusi kepada peningkatan kesadaran publik tentang nilai-nilai hak asasi manusia yang bersifat universal dan inklusi sosial, seperti non diskriminiasi, kesetaraan gender, toleransi dan keberagaman.5 Bukan hanya itu, Tempo.co seringkali di kecam oleh berbagai pihak karena dinilai sering menjatuhkan beberapa tokoh Nasional dengan membuat grafis tokoh tersebut layaknya seorang penipu sehingga banyak menuai kritik. Akan tetapi, Tempo.co banyak dinikmati karena kemasan naratif investigatif nya dinilai sangat membuka wawasan dan sangat informatif.

Pada pemberitaan Anarko Sindikalisme, tercatat hampir semua media di Indonesia mengangkat isu yang sama. Namun secara intensitasnya, Tempo.co memiliki frekuensi pemberitaan yang lebih dibanding yang lain. Tercatat oleh penulis, Tempo.co mengemas berita tentang Anarko Sindikalisme sebanyak 26 berita dalam kurun waktu 14 hari setelah Hari Buruh. Dalam setiap penyajiannya, Tempo.co yang dikenal sebagai media kritis, mendukung demokrasi dan membela

5 Tempo.co, “ Dua Wartawan Tempo Terima Penghargaan Uni Eropa “

diakses tanggal 16 Desember 2019 pukul 22.24 dari https://korporat.tempo.co/tentang/penghargaan

(20)

6

kaum minoritas, dalam menyajikan berita kelompok Anarko Sindikalisme ini. Dalam kasus ini, Tempo.co tidak terlalu banyak dalam mengemas berita kelompok Anarko, namun berita yang ditampilkan Tempo.co sangat bertolak belakang dengan apa yang dikemas media mainstream lainnya.

Tempo.co menilai tindakan yang dilakukan Lembaga

Pengamanan Negara dalam menangani Kelompok Anarko Sindikalisme sangat berlebihan. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menanggapi kelompok Anarko Sindikalisme untuk dicari keberadaannya dan motifnya. Bahkan Polri yang dipimpin oleh Tito Karnavian melibatkan Badan Intelijen Negara atau BIN untuk memantau keberadaan kelompok Anarko Sindikalisme di seluruh Indonesia.

Tempo.co melihat bagaimana Lembaga Pengamanan Negara seperti Polri, TNI, dan BIN melihat kelompok Anarko Sindikalisme merupakan sebuah ancaman seperti teroris, sehingga banyak mengakibatkan tindak kekerasan yang seharusnya tidak perlu dilakukan oleh Kepolisian. Di Bandung misalnya, Kepolisian melakukan tindakan melanggar HAM seperti penyiksaan, penggundulan, dan penelanjangan terhadap 619 orang massa aksi. Tindakan pelanggaran HAM ini jelas-jelas melawan hukum, khususnya UUD NRI 1945, UU HAM 1999, hingga Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

Tindakan Kepolisian Bandung yang menangkapi massa kelompok Anarko Sindikalisme melanggar ketentuan hukum seperti KUHAP, juga aturan internal mereka sendiri yakni Perkap No. 14

(21)

7

Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana, dimana Kepolisian melakukan tindakan penangkapan sewenang-wenang terhadap seluruh massa aksi tanpa dasar hukum dan bukti yang jelas.6

Penulis memilih media online Tempo.co sebagai subjek penelitian karena terlihat memiliki sudut pandang sendiri dalam memberitakan Kelompok Anarko Sindikalisme di Hari Buruh. Dengan melihat latar belakang tersebut, penulis tertarik menulis sebuah skripsi yang berjudul ” Pembingkaian Berita Salah Penanganan Oleh

Lembaga Pengamanan Negara Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme Pada Hari Buruh 2019 Di Berita Tempo.co ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Framing Tempo.co dalam menyikapi fenomena Kelompok Anarko Sindikalisme.

2. Ideologi Anarko Sindikalisme yang diprioritaskan Tempo.co.

3. Kesalahan dalam penanganan yang dilakukan Lembaga Pengamanan Negara.

6 LBH Jakarta, “Gagap Menghadapi Kelompok Anarko” diakses tanggal 13

April 2020 pukul 22.45 dari https://www.bantuanhukum.or.id/web/gagap-menghadapi-kelompok-anarko

(22)

8

4. Kritik terhadap tindakan aparat Kepolisian yang diberitakan Tempo.co kepada khalayak terhadap massa aksi Mayday dan Anarko Sindikalisme.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka penulis fokus pada Pemberitaan Kelompok Anarko Sindikalisme di Media Online Tempo.co pada bulan Mei 2019. Berita yang diteliti penulis hanya pada bulan Mei 2019, karena tanggal 1 Mei bertepatan dengan Perayaan Hari Buruh Internasional atau dikenal dengan sebutan Mayday. Kelompok Anarko Sindikalisme termasuk dalam gerakan buruh tersebut, bahkan Kelompok ini adalah martir dalam sejarah hadirnya perayaan Hari Buruh. Penelitian ini juga difokuskan pada hubungan antara Pemerintah terdahap kaum buruh.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Tempo.co membingkai pemberitaan Salah Pengananan Lembaga Pengamanan Negara terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme pada bulan Mei 2019 berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki?

(23)

9

2. Bagaimana konstruksi realitas sosial pemberitaan Wacana Salah Pengananan Lembaga Pengamanan Negara terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme pada bulan Mei 2019 di Tempo.co?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan dari penelitian ini adalah

1. Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana pembingkaian berita dan pengkonstruksian realitas pada Tempo.co

2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Tempo.co membingkai pemberitaan kelompok Anarko Sindikalisme berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

3. Penelitian bertujuan untuk mengetahui redaksi Tempo.co melakukan proses Konstruksi Realitas Anarko-Sindikalisme di medianya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini bisa menjadi suatu kontribusi positif dalam disiplin Ilmu Komunikasi, terlebih dalam Jurnalistik.

(24)

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Dawah dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan konstruksi realitas media massa yang dilakukan oleh media. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi praktisi media seperti wartawan, mahasiswa Jurnalistik dan umumnya kepada pembaca. Sehingga praktisi media di Tempo.co harus mengedepankan kepentingan masyarakat dan memahami bagaimana pemberitaan dibingkai dan dikonstruksi oleh media massa

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh penulis melalui model tertentu, model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma.7 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontruktivis, yaitu paradigma yang memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil kontruksi.8 Paradigma ini menempatkan manusia sebagai

7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi ke 8 (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.49

8 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media

(25)

11

konstruktor realitas dan merupakan subyek yang aktif.9 Dengan demikian penulis menggunakan paradigma kontruktivis dalam mengejar kebenaran dan mengungkapkan kontruksi realitas yang dilakukan oleh media massa terhadap Kelompok Anarko Sindikalime

Konsep kontruktivis diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Menurut Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah juga bukan sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tetapi realitas itu dibentuk dan dikontruksi sehingga setiap orang mempunyai kontruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.10

Perbedaan kontruksi realitas dimulai dari level individu wartawan yang bisa jadi mempunyai pandangan berbeda ketika melihat suatu peristiwa. Bagaimana wartawan membingkai peristiwa yang dapat diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan kontruktivis bukan merupakan fakta dalam arti sebenarnya, ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Oleh karena itu bagi kaum kontruktivis, realitass bersifat subjektif tergantung sudut pandang wartawan.11

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dalam penerapan pendekatannya tidak menggunakan prosedur statistik, melainkan dengan berbagai macam sarana. Sarana tersebut antara

9 Bayu Indra P. Etnografi Dunia Maya Internet (Malang: UB Press, 2017),

h.69

10 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.18 11 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.22

(26)

12

lain dengan wawancara, pengamatan, atau dapat juga melalui dokumen, naskah, buku, dan lain-lain.12

Menurut Craswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses dari pada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, penelitian kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.13

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penulis menganalisis pemberitaan Kelompok Anarko Sindikalisme pada portal berita Tempo.co. Kemudian, penulis menyimpulkan hasil temuan dari penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran mengenai bagaimana portal berita Tempo.co membingkai realitas pada pemberitaan tersebut.

12 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif,

Penerjemah Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h.4

13 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group:2006), h.307

(27)

13

Penelitian ini menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk melihat realitas di balik wacana dari media massa. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Dalam hal ini digunakanlah sebuah perangkat yang dapat dikonseptualisasikkan ke dalam elemen konkrit dalam suatu wacana. Kemudian dapat disusun dan dimanipulasi oleh pembuat berita dan dapat dikomunikasikan dalam kesadaran komunikasi. Perangkat ini dapat dipretasikan ke dalam struktur besar; sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.14

Penulis menggunakan teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki karena dalam teori ini Pan dan Kosicki mencoba mengembangkan suatu isu dan peristiwa dengan menghubungkan frame dari elemen yang berbeda dalam teks berita-kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu-kedalam teks secara keseluruhan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapat data yang valid maka subjek penelitian ini adalah Tempo.co. Objek penelitiannya adalah teks berita yang dipublikasikan melalui portal berita Tempo.co tentang pemberitaan Kelompok Anarko Sindikalisme pada Hari Buruh 2019.

14 Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta : PT LkiS Pelangi Aksara, 2005),

(28)

14 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Non Partisipan

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui panca indera.15 Observasi didefinisikan untuk memerhatikan dan mengikuti, dalam artian mengamati dengan teliti dan sistematis.16 Jenis metode observasi penelitian ini adalah observasi non-partisipan. Dalam observasi ini, penulis tidak terlibat aktif dan hanya sebagai pengamat independen.

Pada penelitian ini penulis menggunakan data tekstual yang diperoleh dari pemberitaan Tempo.co terkait Kelompok Anarko Sindikalisme.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap. Dalam riset kualitatif disebut sebagai wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur yang bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam.17 Wawancara/interview adalah sebuah proses dalam memperoleh keterangan atau informasi dari pihak yang bersangkutan dan dianggap

15 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2006), h. 134

16 Harris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), Cet ke-3 h. 131.

17 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada

(29)

15

memahami masalah atau suatu peristiwa dan fenomena tertentu untuk tujuan penelitian dengan proses tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancarai.18

Dalam pemelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Juli Hantoro selaku Kepala Redaksi Bagian Nasional dan Hukum Tempo.co pada 18 Februari 2020 di Gedung Tempo Lt.5 pukul 14.30 WIB.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.19 Penulis mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan penulis bahas berhubungan dengan objek yang akan dikaji yaitu teks dan foto pada berita

Tempo.co tentang Kelompok Anarko Sindikalisme,

pengumpulan melalui lembaga, institusi, buku dan internet.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Gedung Tempo, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210, Telepon : 62-21-5360409 / 7255625. Fax: 62-21-7206995 Pada 31 Oktober 2019 Pukul 14:00 WIB.

18 Moh.Nazim, Metodologi Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999),

h.234

(30)

16 7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis framing, yaitu pendekatan untuk melihat bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.20 Cara pandang atau prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.21

Model analisis framing yang digunakan adalah model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Perangkat framing ini menganalisis media melalui struktur bahasa yang digunakan dalam mengkontruksi suatu realitas. Analisis framing model ini membagi perangkat framing kedalam empat struktur golongan besar. Keempat struktur tersebut dibagi kedalam framing sebagai berikut:

1) Struktur sintaksis, yaitu susunan bagian berita seperti headline, lead, latar informasi, sumber dan penutup dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun.

2) Struktur skrip, yaitu cara wartawan untuk mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Skrip ini juga digunakan sebagai strategi wartawan dalam mengkonstruksi

20 Jumroni, Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h.92

(31)

17

berita. Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W+1H yaitu who, what, when, where, why, dan how.

3) Struktur tematik, yaitu bagaimana sebuah peristiwa diungkap oleh wartawan melalui tulisan menjadi sebuah teks berita. Perangkat pengamatannya seperti koherensi, detail, bentuk kalimat, dan kata ganti.

4) Struktur retoris, yaitu menggambarkan pilihan kata yang dipilih wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Beberapa elemen yang dipakai oleh wartawan yaitu, leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata tertentu. Penekanan pesan dalam berita juga dapat menggunakan unsur foto atau grafis.

F. Tinjauan Pustaka

1. Skripsi karya Steven Y. P, Fransisco, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, lulus tahun 2016 dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Unjuk Rasa Buruh Akibat Melemahnya Rupiah Pada Kompas.com dan Krjogja.com edisi September 2015”. Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat anaisis framing yang sama yaitu analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Perbedaannya terletak pada objek pembahasan berita yang membahas mengenai unjuk rasa buruh akibat melemahnya rupiah. Hasil dari penelitian ini Kompas.com terlihat memihak kepada

(32)

18

pemerintah sementara KRjogja.com pemberitaannya memihak dan mendukung buruh.22

2. Skripsi karya Atikur Rohman, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus pada tahun 2017 dengan judul “Gerakan Aliansi Buruh Yogyakarta: Studi Kasus Perlawanan Terhadap Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan”. Persamaan skripsi ini adalah pelaku yaitu gerakan buruh yang melakukan unjuk rasa. Perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gerakan perlawanan Aliansi Buruh Yogyakarta sangat solid dan massif.23

3. Skripsi karya Al. Vivi Purwitosari, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Hasannudin, lulus tahun 2012 dengan judul “Analisis Framing Berita Headline Freeport Di Harian Kompas”. Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat analisis framing yang sama. Perbedaannya, terletak pada pembahasan mengenai berita Freeport. Hasil penelitian menunjukan bahwa Harian Kompas mengkontruksi pemberitaan Freeport berdasarkan dua isu yang ditonjolkan Harian Kompas yaitu aksi mogok pekerja Freeport dan peristiwa penembakan.24

4. Jurnal karya Muhammad Fahmi Nur Cahya, Mahasiswa Sosiologi Universitas Airlangga, lulus tahun 2014 dengan judul

22 Diakses tanggal 27 April 2020 pukul 23.30 dari

http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/6982

23 Diakses tanggal 27 April 2020 pukul 23.30dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28849

24 Diakses tanggal 27 April 2020 pukul 23.30 dari

(33)

19

“Fenomenologi Anarkisme”. Persamaannya adalah pada

pembahasan tentang ideologi Anarkisme. Perbedaannya terletak pada perangkat penelitian. Dari pemaparan jurnal tersebut dapat diketahui bahwa makna anarkisme tidak seperti apa yang sering di gembor-gemborkan sebagai suatu hal yang bersifat destruktif.Anarkisme adalah ide tentang kebebasan individu, anti penindasan dan anti kapitalisme.25

G. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai teori ideologi media, teori kontruksi realitas sosial media massa, definisi media online, jurnalistik online, bingkai media, dan definisi analisis framing Zhongdang Pan dan Gerrald M. Koosicki.

BAB III: GAMBARAN UMUM

Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum atau profil Tempo.co

BAB IV: TEMUAN DATA

25 Diakses dari tanggal 27 April 2020 pukul 23.30 dari

http://journal.unair.ac.id/Kmnts@fenomenologi-anarkisme-article-9567-media-135-category-8.html

(34)

20

Pada bab ini penulisi menguraikan hasil analisis dari Wacana Salah Penanganan Lembaga Pengamanan Negara terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme pada berita Tempo.co dilihat dari struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

BAB V: ANALISIS DATA

Pada bab ini, penjelasan analisis data dari hasil temuan yang sudah dibahas pada bab empat. Analisis data yang dijelaskan terdapat pada Wacana Salah Penanganan Terhadap Kelompok Anarko Sindikalisme pada berita Tempo.co.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari temuan serta memberikan saran.

(35)

21 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Teori Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 1. Analisis Framing

Analisis framing sendiri adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan melihat peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek tertentu dari peristiwa lewat bantuan kata, aksesntuasi kalimat, gambar, dan perangkat lainnya.1 Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.2

Ada dua esensi utama dari framing, yaitu pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta ditulis, hal ini berhubungan dengan permainan kata, kalimat atau gambar untuk mendukung gagasan. Sebagai metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari satu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama melihat

1 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,

Media (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2002), h.xxi.

(36)

22

bagaimana pesan/peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.3

2. Analisis Framing Pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model analisis framing Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling popular dan sering digunakan dalam penelitian analisis isi teks media. Penulis pun akan menggunakan model analisis Pan dan Kosicki.

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan antara lain :4

1. Konsepsi psikologis, framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi sekarang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas.

2. Konsepsi sosiologis, framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasi, mengorganisasikan, dan

3 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,

h.111.

4 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,

(37)

23

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya.

Dalam model analisis framing Pan dan Kosicki, kedua konsepsi tersebut di intergrasikan. Konsepsi psikologis melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang.

Kedua konsepsi tersebut diaplikasikan pada proses mencari tahu bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi oleh wartawan dan bagaimana berita, atas peritiwa tersebut diproduksi. Terdapat tiga hal dalam proses produksi berita, yang dapat dikaitkan dengan konsepsi psikologis dan sosiologis, yakni :5

1) Proses konstruksi atas peristiwa atau realita melibatkan nilai-nilai sosial yang melekat dalam diri seorang wartawan.

2) Saat menulis dan mengkontruksi berita, wartawan pasti mempertimbangkan kondisi khalayak yang akan membaca beritanya.

3) Proses konstruksi sebuah peristiwa juga ditentukan oleh standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar professional dari wartawan.

5 Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,

(38)

24

3. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Dalam framing model Pan dan Kosicki, unit pengamatan terhadap teks nya lebih komprehensif dan memadai, karena selain meliputi seluruh aspek yang terdapat dalam teks (kata, kalimat, paraphrase, label, ungkapan), perangkat tersebut juga mempertimbangkan struktur teks dan hubungan antar kalimat atau paragraph secara keseluruhan. Model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki yang dimaksud adalah: 6

Tabel 2.1: Struktur Wacana dan Perangkat Framing (Dikutip dari Nugroho, dkk, 1999)

Struktur Perangkat Framing Unit Yang Diamati SINTAKSIS

(Cara wartawan menyusun fakta)

1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup.

SKRIP

(Cara wartawan mengisahkan fakta)

2. Kelengkapan

Berita 5W+1H (Who, What,

When, Where, Why + How)

TEMATIK (Cara wartawan menulis fakta) 3. Detail 4. Maksud 5. Nominalisasi 6. Koherensi 7. Bentuk Kalimat 8. Kata ganti

Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar-kalimat

6 Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, Framing Analysis: An Approach

(39)

25 RETORIS (Cara wartawan menekankan fakta) 9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafor 12. Pengandaian

Kata, idiom, gambar, foto, grafik.

Perangkat framing yang digunakan pada model ini dibagi dalam empat struktur besar, yaitu struktur sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam preposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita).

Adapun penjabaran dari keempat struktur tersebut adalah sebagai berikut :7

a. Sintaksis

Umumnya, sintaksis adalah sususnan kata atau frase dalam kalimat. Pada berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang paling banyak digunakan adalah piramida terbalik yang dimulai dengan judul, lead, episode, latar dan penutup.

Judul digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan mengontruksi suatu isu, seringkali dengan

(40)

26

menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda baca khusus. Selain judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan.

Lead yang baik biasanya memberikan sudut pandang dari berita dan menunjuk perspektif tertentu dari realita yang diberitakan. Bagian berita lain yang penting diperhatikan adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini sering dimaksudkan untuk menampakkan objektivitas.

b. Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu ceerita. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan peristiwa yang ditulis dengan peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.

Karenanya, peristiwa biasanya sengaja diramu sedemikian ramu dengan melibatkan unsur emosi dan menampilkan peristiwa tampak sebagai sebuah kisah dari awal adegan, klimaks, hingga akhir. Cara menceritakan suatu peristiwa dapat menjadi penanda framing yang ingin ditampilkan. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H, who, what, when, where, why, dan how. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

(41)

27

Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengonstruksi beriita bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang di dahulukan dan bagian mana yang dipakai untuk menyembunyikan informasi penting.

c. Tematik

Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, kalimat yang dipakai, penempatan dan penelitian sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.

Seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa dalam menulis berita. Koherensi pertalian antar kata, proposisi, atau kalimat merupakan beberapa elemen yang dapat diamati dari struktur ini.

d. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan.

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Terpenting adalah leksikon dan pemilihan kata untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Dengan demikian, pilihan kata yang dipakai tidak semata-mata hanya

(42)

28

karena kebetulan, tetapi juga menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan yang berbeda-beda.

Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar, dan table untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, mengontrol perhatian secara intensif, dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus menjadi focus. Berikut skema model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

B. Teori Kontruksi Realitas Sosial Media Massa Peter L. Berger

Gagasan teori konstruksi realitas sosial pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger bersama Thomas Luckmann dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality,8 atau bila diterjemahkan sebagai “pembentukan realitas secara sosial”. Berger dan Luckmann menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain.

8

Peter L. Berger and Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociological of Knowledge (Terj.) Hasan Basari (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 75.

(43)

29

Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu.9

Artinya, dalam konteks kajian skripsi ini, realitas yang sesungguhnya mengenai mengenai Kelompok Anarko Sindikalisme tidak secara linear sesuai dengan realitas simbolik yang terdapat dalam isi pemberitaan media, yang meliput peristiwa tersebut dari hari ke hari. Hal ini karena sebagai “golongan sosial” tertentu media juga memiliki kepentingan tersendiri.

Pemikiran dasar Konstruksionisme Sosial oleh Berger dilukiskan dengan latihan para siswa di kelas. Setiap siswa diperintahkan membuat satu objek benda tertentu yang berasal dari kayu, logam plastik, kain, dan bahan lainnya. Setiap objek diletakan di atas meja. Seorang siswa mungkin mengelompokkan benda-benda yang terbuat dari kayu dalam satu kelompok, benda-benda plastik dalam kelompok lain, begitu juga benda-benda logam, benda-benda kain, dan seterusnya dalam kelompok yang berbeda.10

Siswa lain yang juga diminta untuk menyortir benda-benda tersebut mungkin akan menggolongkan benda-benda berdasarkan bentuknya, benda-benda yang berbentuk lingkaran dalam satu kelompok, benda-benda yang berbentuk segitiga dalam kelompok lain, begitu seterusnya. Selanjutnya, siswa yang diminta untuk menyortir benda-benda tersebut mungkin akan menggolongkan berdasarkan kegunaannya, orang lain menyortir atas dasar warna, dan seterusnya.

9 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, seventh

edition (USA: Wadsworth Publishing Company, 2001), h. 175-176.

10 Fathurin Zen, NU Politik: Analisis Wacana Media (Yogyakarta: LKIS,

(44)

30

Dengan demikian, akan terdapat tak terhingga banyaknya cara seseorang dalam memahami setiap objek.

Kita dapat melihat “bahasa” memberi sebutan-sebutan yang dipakai untuk membedakan objek-objek. Bagaimana benda-benda dikelompokkan bergantung pada penggunaan realitas sosial tertentu. Begitu juga bagaimana kita memahami objek-objek dan bagaimana kita berperilaku terhadapnya sangat bergantung pada realitas sosial yang memegang peranan.11

Pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.12

Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.13

11 Fathurin Zen, NU Politik: Analisis Wacana Media, h. 52.

12 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), h.202.

13 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

(45)

31

Eksternalisasi (penyesuaian diri), sebagaimana yang dikatakan Berger dan Luckmann14 merupakan produk-produk sosial dari eksternalisasi manusia yang mempunyai suatu sifat yang sui generic dibandingkan dengan konteks organismus dan konteks lingkungannya, maka penting ditekankan bahwa eksternalisasi itu sebuah keharusan antropologis yang berakar dalam perlengkapan biologis manusia. Keberadaan manusia tak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang tertutup dan tanpa gerak. Manusia harus terus-menerus mengeksternalisasikan dirinya dalam aktivitas

Objektivasi. Tahap obyektivasi produk sosial, terjadi dalam dunia intersubjektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckmann, dikatakan memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka dapat dipahami secara langsung.15

Internalisasi, dalam arti umum internalisasi merupakan dasar bagi pemahaman mengenai “sesama saya”, yaitu pemahaman individu dan orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.16

14 Peter L. Berger and Thomas Luckman, The Social Construction of

Reality, h. 75.

15 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h.194.

16 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

(46)

32

Dari uraian di atas kemudian muncul pertanyaan: bagaimana media massa mengontruksi realitas? Seperti diketahui, hasil kerja media massa diwujudkan dalam bentuk teks, atau bisa dikatakan dengan tekslah media massa mengontruksi realitas. Sedangkan bahasa merupakan elemen pembentuk teks tersebut.

Jadi, dapat dikatakan bahasa yang digunakan media massa memiliki kekuatan untuk membentuk pikiran khalayak. Bahasa dengan unsur utama kata, memiliki kekuatan yang besar dalam berinteraksi antar komunitas sosial. Bahasa adalah cermin budaya masyarakat pemakainya.

Di dalam tulisannya tentang kontruksi sosial media massa, Burhan Bungin telah merevisi (mengoreksi kelemahan) teori dan pendekatan kontruksi sosial atas realitas Peter L. Berger, dengan melihat variable atau fenomena media massa yang substansif dalam proses eksternalisasi, subjektivasi, dan internalisasi. Dengan demikian, sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses kontruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu.

Menurut Burhan Bungin, proses kontruksi sosial media massa berlangsung dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:17

1. Tahap Menyiapkan Materi Kontruksi

Isu-isu penting yang setiap hari menjadi fokus media massa, berhubungan dengan tiga hal, yaitu kedudukan (tahta), harta, dan wanita. Selain tiga hal itu ada juga fokus-fokus lain, seperti

17 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

(47)

33

informasi yang sifatnya menyentuh perasaan banyak orang, yaitu persoalan-persoalan sensitivitas, sensualitas, maupun ketakutan/kengerian.

Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi kontruksi sosial18, yaitu : (1) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Artinya, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk dijadikan sebagai mesin pencipta uang atau pelipatgandaan modal. (2) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Artinya, bersikap seolah-olah simpati, empati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat. (3) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Sebenarnya ialah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tidak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.

2. Tahap Sebaran Kontruksi

Prinsip dasar dari sebaran kontruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau khalayak.19

3. Pembentukan Kontruksi Realitas

a. Tahap Pembentukan Kontruksi Realitas

Tahap berikut setelah sebaran kontruksi, di mana pemberitaan (pencitraan) telah sampai pada pembaca dan

18 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h.205-206.

19 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

(48)

34

pemirsanya (penonton), yaitu terjadi pembentukan kontruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Pertama, kontruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan dikontruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.

b. Pembentukan Kontruksi Citra

Pembentukan kontruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahap kontruksi. Di mana bangunan kontruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; (1) model good news (story) dan (2) model bad news (story).20

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa (penonton) memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan kontruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan kontruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca (penonton), tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses kontruksi sosial.21

20 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h.209.

21 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

(49)

35 C. Bingkai Berita Pada Media Online

1. Media Online

Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web atau website internet. Dengan adanya kehadiran media online segala informasinyang memungkin dapat diakses secara mudah dan dari fitur serta fasilitas teknologi yang ditawarkan membuat media online banyak khalayak luas yang menggunakannya sebagai media alternatif yang paling mudah jangkauannya dari pada media-media yang lain dalam memperoleh berita-berita yang ada pada media online.

Dengan media massa manusia memenuhi kebutuhannya akan berbagai hal. Salah satunya dengan media online yang tergolong media paling baru. Media massa online tidak pernah menghilangkan media massa lama tetapi mensubtitusinya. Media online merupakan tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita.22

Septiawan Santana menyebutkan, terdapat lima perbedaan utama antara media massa online dan media massa tradisional yang sekaligus menjadi karakteristik media massa online yaitu :

1. Kemampuan internet untuk mengkombinasikan sejumlah media.

22 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi (Jakarta : Yayasan Obor

(50)

36

2. Kurangnya tirani penulis atas pembaca.

3. Tidak seorangpun dapat mengendalikan perhatian khalayak. 4. Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung

sinam bung. 5. Interaktifitas web.

6. Kecepatannya secara keseluruhan, yang menarik sekaligus menakutkan.23

2. Jurnalistik Online

Jurnalistik Online adalah jurnalistik yang tersaji secara online di internet. jurnalisme online atau digital adalah bentuk jurnalisme kontemporer (terkini) yang mendistribusikan konten editorial (karya jurnalistik) melalui internet sebagai kebalikan dari publikasi melalui media cetak dan media penyiaran.24

Bentuk paling baru dari junalisme adalah jurnalisme online. jurnalisme online memiliki kelebihan-kelibihan yang menawarkan peluang untuk menyampaikan berita jauh lebih besar ketimbang bentuk jurnalisme konvesional seperti surat kabar. Deuze menyatakan bahwa perbedaan jurnalisme online dengan media tradisional, terletak pada keputusan jenis baru yang dihadapi oleh para wartawan cyber. Online Journalism harus membuat keputusan-keputusan mengenai format media yang paling tepat

23 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, hal.137.

24 Asep Syamsul, M Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung:

(51)

37

mengungkapkan sebuah kisah tersebut dengan kisah lainnya, arsip-arsip, sumber-sumber, dan lain-lain melalui hyperlinks”.25

Jurnalistik online memiliki banyak kelebihan dari media yang lain, yaitu dalam menyampaikan berita dan informasi. Di era digital ini untuk mengakses berbagai informas isangatlah mudah, dengan adanya internet khalayak luas dapat terhubung satu sama lain karena kempuan internet yang dapat mengkombinasikan banyak media. Ini yang menjadi daya tarik khalayak untuk mengkonsumsi berita-berita yang disajikan melalui online karena jurnalistik online memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan beragam media sekaligus (teks, visual, dan audio).

3. Bingkai Media

Media memiliki peranan penting dalam membentuk realitas. Segala peristiwa atau isu-isu hangat yang terjadi tidak lepas dari sorotan media. Segala bentuk kejadian biasa saja dilaporkan dan publikasikan kepada masyarakat luas. Dengan begitu perlunya pemilahan atas peristiwa dan kejadian-kejadian yang perlu dilaporkan melalui proses pemilihan, penyutingan, pengeditan sehingga peristiwa tersebut menjadi sebuah berita. Berita adalah hasil dari “komunikasi massa” yang dilakukan oleh media.

Berita ditulis dan dilaporkan atas dasar realitas sosial atau fakta dimana peristiwa-peristiwa tersebut direncanakan atau tidak direncanakan. Pada berita, latar belakang berita atau peristiwa harus sesuai dengan realitas sesuai dengan kronologi peristiwa.

(52)

38

Berita merupakan laporan tentang peristiwa yang disajikan untuk masyarakat. Dan untuk menyajikan berita guna menarik perhatian masyarakat, media yang memproduksi berita tersebut haruslah menonjolkan aspek tertentu. Disini menjelaskan bahwa untuk penyajian laporan berita di media, haruslah adanya pembingkaian berita yaitu seluruhnya berita tersebut dibingkai untuk khalayak agar masyarakat percaya dan memiliki anggapan nilai berita tersebut dikatakan memiliki nilai berita tinggi.

Bingkai sendiri diartikan sebagai frame atau dikemas yang tujuannya agar terkesan apik dan menarik. Begitu pula dengan pembingkaian berita pada suatu media. Dibalik penyajian berita pastilah ada tangan jurnalis untuk mengedit isi berita baik itu dalam teks, gambar, dan suara. Karena jauh sebelum teks berita tersebut disajikan untuk khalayak, sesungguhnya media telah “membingkai” dan menyiapkan isi teks agara lebih bermakna.

Media adalah sarana untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Semakin banyaknya media dan ilmu jurnalistik yang berkembang membuat media harus memiliki proposisi dalam mendefinisikan suatu peristiwa. Sesuai dengan penelitihan yang akan dilakukan penulis yaitu mengenai apa yang menjadi tema besar dalam pembahasan ini yaitu bingkai media online. Data yang digunakan penulis, dari portal kedua media online yaitu Tirto.id dan Kompas.com. Karena penulis menganggap kedua portal berita online tersebut memiliki perbedaan dalam memaparkan pemberitaan kelompok Anarko Sindikalisme.

(53)

39 D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3 : Kerangka pemikiran

→ →

Media Massa (Tempo.co) Berita Pembentukan Anarko Sindikalis Proses Kontruksi Wacana Salah Penanganan Lembaga Pengamanan Negara Republik Indonesia Terhadap Kelompok Anarko Sindikalis

Bahasa Sebagai Alat

Kontruksi Realitas Realitas

(54)

40 BAB III

GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Berdirinya Tempo.co

Suatu hari di tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Alhasil, terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan cs keluar dari Ekspres pada 1970.

Di sudut Jakarta yang lain, seorang Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya-sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir. Ciputra-orang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.

Kenapa nama Tempo? Menurut Goenawan -Pemimpin Redaksi saat itu- karena kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................... 39
Tabel 2.1: Struktur Wacana dan Perangkat Framing  (Dikutip dari Nugroho, dkk, 1999)
Gambar 2.3 : Kerangka pemikiran
Tabel 4.1 : Sintaksis Berita I  Struktur  Unit  Teks Berita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Berdasarkan Kurikulum 2013 (Studi Kasus Pada Kelas VII di SMPN 2 Karanganyar) Tesis Program Studi Pendidikan Bahasa

Ketiga, keputusan direlokasikannya warga Syiah ke pengungsian memberikan menimbulkan sejumlah dampak sosial bagi pengungsi: Kehilangan tempat tinggal untuk sementara

Die Voraussetzung für einen erfolgreichen Unterricht in Klassen mit Migrationshintergrund ist, dass sich Lehrkräfte auch sprachlicher Probleme bewusst sind und die Schüler in

Keberadaan para ODHA dihargai penting sebagai seorang saudara, oleh karena itu setiap kehadiran dan pelayanan mereka dalam Gereja tidak boleh ditolak/ direndahkan atas dasar

Aturan yang di dalamnya berisikan norma yang berpangkal pada asas hukumlah yang kemudian memiliki predikat sebagai hukum, sehingga di dalamnya dimuat adanya

Dari Gambar 4 memperlihatkan bahwa produksi polikultur udang vaname dengan ikan bandeng diperoleh dari tambak dengan indeks keragaman > 1,0 yaitu perairan

Kembali pada beberapa pengertian tentang menerjemahkan diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat menerjemahkan adalah pengalihan makna yang terdapat dalam BaSu kedalam

Dengan mengoptimalkan gaya belajar yang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan majemuk, siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran matematika, siswa lebih